Pages

Sabtu, Desember 17, 2011

Pesawat RQ-170, Bukti Kemenangan Intelijen dan Militer Iran atas Amerika

TEHRAN-(IDB) : Pesawat pengintai RQ-170, atau Sentinel, atau yang disebut dengan Beast of Kandahar, terperangkap dalam jebakan sistem pertahanan elektronik udara Angkatan Bersenjata Republik Islam Iran. Kontrol pesawat tersebut berhasil direbut dari tangan militer Amerika Serikat dan sukses didaratkan dengan tingkat kerusakan minimum. Sepekan berlalu setelah kesuksesan ini, para pejabat Amerika masih kaget dan cemas akan kemampuan hebat militer Iran. Karena pesawat RQ-170 merupakan pesawat tanpa awak Amerika paling canggih yang ada selama ini.
 
RQ-170 memiliki berat sekitar 3850 kilogram dan daya jelajahnya hingga 1500 kilometer. Satu dari tugas penting pesawat ini adalah mematikan sistem radar dan komunikasi musuh. Badan pesawat ini dibuat dari bahan khusus yang mampu membuatnya tidak dapat dideteksi oleh radar. Mesinnya dibuat dengan teknologi modern dan komplek, sehingga mampu membuatnya terus menerus di udara hingga beberapa hari.
 
Pesawat RQ-170 dapat terbang dengan pelbagai kecepatan yang telah diatur dan bahkan bisa tetap berada di udara tanpa bergerak. Pesawat mata-mata AS ini memiliki kamera dan antena pengirim canggih. Pesawat ini mampu merekam gambar hingga radius 250 kilometer dan mengirimkannya ke pusat komando. Gambar yang diambil sangat jelas, sekalipun dari jarak yang amat jauh. Saking canggihnya pesawat ini, pemerintah Amerika tidak memberikannya kepada Pentagon dan hanya beberapa unit yang diserahkan kepada Dinas Rahasia Amerika (CIA).
 
Begitu diumumkan bahwa pesawat ini telah dikontrol dan direbut oleh Angkatan Bersenjata Republik Islam Iran di kedalaman 250 kilometer teritorial Iran, sebagian media Amerika bahkan memberikan kemungkinan akan ada aksi militer AS untuk mengambilnya kembali atau menghancurkannya. Langkah itu harus dilakukan guna mencegah terungkapnya teknologi canggih yang ada pada pesawat ini. Namun pada akhirnya diberitakan bahwa para pejabat Gedung Putih akhirnya memilih tidak melakukan aksi apapun, mengingat mereka tidak dapat memprediksi reaksi yang akan dilakukan Iran.
 
Reaksi Barack Obama, Presiden Amerika dan Hillary Clinton, Menteri Luar Negeri Amerika pada akhirnya mereaksi direbutnya kontrol pesawat RQ-170 oleh Iran dan meminta agar Iran sudi menyerahkan pesawat itu. Pernyataan ini membuktikan pekerjaan besar yang telah dilakukan oleh para pakar perang elektronik Angkatan Bersenjata Iran dalam mengontrol dan mengambil pesawat itu. Dengan mengetahui informasi mengenai pesawat canggih ini, dapat diketahui seberapa besar kekuatan satuan perang elektronik Amerika dalam perang cyber.
 
Para pakar militer Iran di bidang elektronik dan komputer dalam operasi mengambil kontrol pesawat RQ-170 ini pada awalnya memutuskan hubungan pesawat ini dengan pangkalan Amerika. Pesawat mata-mata canggih AS ini punya dua sistem otomatis saat menghadapi masalah; pertama secara otomatis kembali ke pangkalannya dan kedua, menghancurkan dirinya sendiri. Di sini, para pakar perang elektronik Iran pada tahap kedua mematikan sistem penghancur dirinya sendiri. Sementara pada tahap ketiga mengontrol pesawat ini hingga ke darat dengan kerusakan yang sangat minim. Pada tahap akhir, melindungi informasi yang dimiliki pesawat in. Karena seketika hubungan dengan komando terputus, pesawat ini punya sistem otomatis untuk menghapus segala informasi yang ada padanya.
 
Operasi menguasai pesawat mata-mata RQ-170 menunjukkan kesiapan penuh Iran dalam perang elektronik dengan Amerika. Sementara Gedung Putih dalam beberapa waktu belakangan menebar ancaman perang elektronik untuk mematikan persenjataan militer dan instalasi-instalasi industri Iran. Sebelumnya, Amerika telah memulai perang cyber terhadap Iran dengan menyebarkan virus Stuxnet guna menghentikan aktivitas reaktor nuklir Bushehr. Tapi dalam perang cyber ini para pakar Iran berhasil mengalahkan Amerika dan membuat malu Gedung Putih.
 
Pemerintah Amerika dan sekutunya hingga saat ini menganggap remeh kemampuan pemerintah Iran di bidang perang elektronik. Namun operasi mengontrol pesawat canggih RQ-170 menjadi bukti bahwa Iran juga sangat maju dalam perang elektronik. Karena operasi pelik semacam ini membutuhkan radar canggih dan super komputer untuk membuka sandi-sandi. Artinya, Iran telah memiliki radar modern dan super komputer yang mampu membuka kode-kode keamanan dan sensitif pesawat RQ-170.
 
Melacak, mengontrol, mengarahkan dan pada akhirnya menurunkan pesawat canggih Amerika RQ-170 tanpa banyak kerusakan merupakan keberhasilan Iran dan capaian besar. Tentu saja apa didemonstrasikan militer Iran baru sebagian dari kemampuannya. Menurut para pakar masalah strategis, kemajuan di bidang elektronik dan cyber penentu perang militer di masa depan. Kontrol Iran atas pesawat canggih AS, RQ-170 jelas-jelas membuat Amerika dan sekutunya kebingungan.
 
Republik Islam Iran yang selama ini diembargo sedemikian rupa pada akhirnya mampu mengontrol pesawat mata-mata paling canggih AS. Kenyataan ini membuat mereka terbuka matanya betapa Iran telah mengalami kemajuan luar biasa di bidang ini. Hal ini yang membuat para pejabat politik dan militer Washington dan sekutu Amerika menjadi sangat cemas. Sekaitan dengan hal ini, Brigjend Salami, Wakil Pasdaran Iran menjelaskan bagaimana cara mengontrol pesawat RQ-170 dan hal ini menghilangkan banyak ketidakjelasan selama ini. Penjelasan itu menjadi bukti kuat akan kemampuan Iran dalam perang elektronik.
 
Mengenai cara mengontrol pesawat mata-mata Amerika ini, Brigjend Salami mengatakan, " Pesawat ini dikontrol oleh sistem sekunder. Ini sebuah teka-teki yang harus dipikirkan oleh Amerika dan yang lain." Urgensi masalah ini dapat dilihat dari penyusupan terpisah Iran terhadap sistem kontrol pesawat ini di pangkalan militer sebagai contoh nyata kemampuan elektronik Iran. Surat kabar The Nation dalam sebuah laporannya di bidang ini menulis, intelijen Iran mengawasi terbangnya pesawat-pesawat Amerika yang terbang di atas Pakistan dan Afghanistan dengan ketelitian luar biasa. Para pemuda Iran berlatih keras tanpa kenal lelah hingga meraih kemampuan melakukan operasi ini.
 
The Nation menulis, ketika Iran mampu menyusup ke sistem informasi Amerika, dengan mudah mereka menguasainya. Menyusupi sistem software Israel sangat mudah bagi Iran. Terlebih lagi sistem Israel telah berkali-kali disusupi oleh Hizbullah. Ditambahkan lagi, Iran dengan mudah menyusup ke dalam sistem komputer Eropa dan Amerika. Harus dikatakan juga bahwa ketika sistem yang dipakai pada satelit, radar dan rudal lebih mudah ketimbang yang dipakai pesawat RQ-170, maka dengan mudah Iran akan menguasai semua itu. Kepada pemerintah Pakistan, penulis koran The Nation menulis, Pakistan harus belajar dari Iran bagaimana menghadapi musuh dan memperlakukannya. Iran mengontrol pesawat mata-mata Amerika dalam waktu yang tepat.

Sumber : Irib

Iran Telah Buktikan Keseriusannya Melawan Agresi

TEHRAN-(IDB) : Menteri Pertahanan dan Dukungan Angkatan Bersenjata Republik Islam Iran, Brigjen Ahmad Vahedi mengatakan, "Dengan merebut pesawat pengintai moderen Amerika Serikat, Republik Islam Iran telah membuktikan kepada dunia bahwa Tehran serius di medan perang nyata."  
 
IRNA (17/12) melaporkan, Vahedi menilai penyusupan pesawat pengintai Amerika Serikat ke zona udara Republik Islam Iran sebagai terjunnya Amerika ke medan perang, seraya mengatakan, "Dan Iran telah membuktikan keseriusannya di medan tersebut."
 
Dikatakannya, "Di saat negara-negara kuat dunia tidak mampu bertahan menghadapi tekanan dan ancaman Amerika Serikat, Iran berhasil melawan seluruh ancaman Amerika Serikat dan ini merupakan sebuah keberhasilan besar."
 
Menurutnya, resistensi tersebut muncul dari semangat kuat, kokoh, dan tekad baja yang tertanam dalam Angkatan Bersenjata Republik Islam, khususnya pasukan Angkatan Darat Iran.
 
"Dewasa ini, kita menghadapi kancah pertempuran baru dan melihat pada pengalaman selama delapan tahun dalam Perang Pertahanan Suci, kita memiliki kesiapan tinggi di medan pertempuran mendatang," tutur Vahedi.

Sumber : Irib

Update : Kemlu Perlu Klarifikasi Penempatan Kapal Perang AS di Singapura

JAKARTA-(IDB) : Setelah menempatkan 2.500 anggota pasukan marinir di Darwin, Australia, pemerintah Amerika Serikat dikabarkan akan segera menempatkan kapal perangnya di Singapura. Anggota Komisi I DPR Teguh Juwarno menilai, rencana kehadiran kapal perang angkatan laut AS di salah satu negara di kawasan ASEAN itu dapat menimbukan permasalahan serius dan ketegangan baru di kawasan Asia, apapun alasan dari penempatan kapal perang tersebut.

"Kementerian Luar Negeri RI harus segera memanggil Duta Besar AS di Jakarta untuk segera mengklarifikasi kebenaran informasi ini," ujar Teguh di sela-sela menghadiri sidang paripurna DPR, Jumat (16/12).

Teguh mengatakan, jika benar AS akan menempatkan kapal perangnya di Singapura, maka pemerintah Indonesia perlu mengajukan keberatan dan protes keras. Sebab, kondisi ini akan menyeret posisi Asia menjadi sulit terkait ketegangan soal tapal batas antara China dengan sejumlah negara ASEAN, seperti Filipina dan Taiwan. Di mana AS tampaknya akan mengambil peran dengan atas nama menjaga stabilitas kawasan Asia, menempatkan kapal perangnya tersebut.

"Ini semakin menunjukkan bahwa sesungguhnya AS tengah dalam kondisi panik menghadapi China. Dengan berusaha mengambil peran menjaga stabiltas kawasan Asia. Kita khawatir kalau sampai terjadi gesekan, jelas hal ini akan menempatkan kondisi ASEAN menjadi sulit dan terancam," tegas sekretaris Fraksi PAN DPR ini.

Menurut Teguh, pemerintah Indonesia perlu membahas persoalan ini di tingkat ASEAN. Negara-negara ASEAN sejak lama telah terjalin kerjasama dan komitmen bersama untuk melakukan pengamanan bersama di wilayah ASEAN dengan tidak melibatkan kekuatan militer negara lain.

"Kehadiran kapal perang AS di Singapura itu jelas hanya akan berusak hubungan kerjasama yang sudah terjalin dengan baik di tinggkat sesama negara ASEAN. Untuk itu pihak Singapura perlu juga mengklarifikasi hal ini," tegasnya.

Seperti diketahu, dalam kumpulan makalah ilmiah yang diterbitkan US Naval Institute terbaru menyebutkan bahwa Panglima Operasi Angkatan Laut AS Laksamana Jonathan Greenert mengatakan rencana itu merupakan bagian dari pemfokusan strategi militer AS di kawasan 'persimpangan jalur maritim' Asia Pasifik.

AS berencana menempatkan beberapa kapal tempur pantai (littoral combat ships/LCS) di fasilitas AL Singapura. LCS adalah jenis kapal perang terbaru yang dikembangkan US Navy yang dirancang khusus untuk beroperasi di kawasan perairan dangkal dekat pantai. Kapal ini mampu menghadapi berbagai ancaman, seperti ranjau laut, kapal selam diesel, dan perahu cepat bersenjata.

Selain menempatkan kapal-kapal LCS di Singapura, AS juga akan menempatkan pesawat patroli P-8A Poseidon atau pesawat pengintai tak berawak pada 2025. Pesawat-pesawat itu secara rutin akan diterbangkan di atas wilayah Filipina dan Thailand untuk membantu negara-negara itu meningkatkan kewaspadaan wilayah maritim.

Sumber : Jurnamen

Update : Cina Marah Dengan Rencana Penempatan Kapal Perang AS DI Singapura

BEIJING-(IDB) : Angkatan Laut Amerika Serikat mengatakan ia akan menempatkan beberapa kapal perang baru di Singapura dan mungkin di Filipina pada waktu yang akan datang, langkah yang mungkin meningkatkan kekhawatiran Cina yang akan merasa ditekan dengan perselisihan merebut wilayah Laut Cina Selatan.

Analis pertahanan regional berkata, walaupun kapal itu kecil tetapi tindakan itu, yang dibuat setelah Washington mengumumkan akan menambahkan kehadirannya di Asia, akan mengecewakan dan membuat kemarahan Cina.

Bulan lalu, Amerika dan Australia mengumumkan rencana meningkatkan kehadiran militer Amerika di kawasan Asia Pasifik, dengan menempatkan 2.500 personil angkatan laut Amerika yang beroperasi di Darwin di utara Australia.

Dalam beberapa tahun ini, Angkatan Laut Amerika semakin fokus pada wilayah maritim strategis di kawasan Asia Pasifik, kata Kepala Operasi Angkatan Laut, Laksamana Jonathan Greenert, dalam tulisan beliau majalah Proceedings, yang diterbitkan oleh Institut Angkatan Laut Amerika.

Beliau berkata, tentara angkatan laut berencana menempatkan beberapa kapal perang terbarunya bersama dengan tentara laut Singapura, sebagai tambahan pada rencana yang diumumkan Presiden Barack Obama agar pasukan AL ditempatkan di Darwin mulai tahun depan.

Sumber : Sabili

Waspada Indonesai : AS Akan Tempatkan Kapal Perang di Singapura

WASHINGTON DC-(IDB) : Belum habis kehebohan yang ditimbulkan dari rencana penempatan 2.500 pasukan marinir AS di Darwin, Australia, sudah muncul kabar terbaru bahwa Angkatan Laut AS akan menempatkan beberapa kapal perang tergresnya di Singapura, dan di masa depan kemungkinan juga di Filipina.

Rencana itu terungkap dalam makalah yang ditulis Panglima Operasi Angkatan Laut AS Laksamana Jonathan Greenert dalam kumpulan makalah ilmiah yang diterbitkan US Naval Institute edisi Desember dan dirilis Reuters, Kamis (15/12/2011) waktu AS.

Menurut Greenert, rencana itu merupakan bagian dari pemfokusan strategi militer AS di kawasan "persimpangan jalur maritim" Asia Pasifik. "Kami berencana menempatkan beberapa kapal tempur pantai (littoral combat ships/LCS) kami di fasilitas AL Singapura. Ini akan membantu AL (AS) mempertahankan postur kekuatan garis depan global kami dengan jumlah kapal dan pesawat yang lebih kecil daripada saat ini," tulis Greenert.

LCS adalah jenis kapal perang terbaru yang dikembangkan AL AS yang dirancang khusus untuk beroperasi di kawasan perairan dangkal dekat pantai. Kapal ini mampu menghadapi berbagai ancaman, seperti ranjau laut, kapal selam diesel, dan perahu cepat bersenjata.

Pengembangan kapal perang yang cocok untuk operasi di kawasan kepulauan ini sedang digarap Lockheed Martin, General Dynamics Corp, dan Austal dari Australia. Salah satu kapal buatan Lockheed Martin yang sudah jadi, USS Freedom, sedang menjalani uji coba di pangkalan US Navy di San Diego, AS.

Menurut Greenert, kapal-kapal yang akan ditempatkan di Singapura akan menjalankan operasi militer bersama untuk menghadapi bajak laut dan perdagangan ilegal di kawasan Laut China Selatan. Dengan menyebut Laut China Selatan, Greenert secara tidak langsung menyentuh isu sensitif di kawasan ini, terutama terkait klaim teritorial China yang meliputi hampir seluruh wilayah laut tersebut.

Rencana penempatan pasukan marinir AS di Darwin tahun depan pun sempat diduga berkaitan dengan usaha menandingi pertumbuhan pesat militer China meski para pejabat Departemen Pertahanan AS membantah hal itu.

Selain menempatkan kapal-kapal LCS di Singapura, AS juga akan menempatkan pesawat patroli P-8A Poseidon atau pesawat pengintai tak berawak pada 2025. Pesawat-pesawat itu secara rutin akan diterbangkan di atas wilayah Filipina dan Thailand untuk "membantu negara-negara itu meningkatkan kewaspadaan wilayah maritim".

Sumber lain yang diminta tanggapannya tentang rencana Greenert ini juga menambahkan, ada rencana untuk menempatkan kapal-kapal perang AS di Filipina.

Menurut Greenert, langkah penempatan perlengkapan militer di negara-negara sekutu itu karena untuk sementara AS kemungkinan tidak akan sanggup menanggung ongkos finansial dan diplomatik untuk membuka pangkalan utama baru di negara lain, seperti yang ada di Jepang atau Korea Selatan.

"Armada tahun 2025 akan mengandalkan pelabuhan-pelabuhan dan fasilitas lain di negara-negara penerima, tempat kapal-kapal, pesawat, dan para kru kami bisa mengisi ulang bahan bakar, beristirahat, mengambil suplai, dan menjalani reparasi saat ditugaskan," tandas Greenert.   

Sumber : Kompas

AS Tempatkan Kapal Perangnya Di Singapura Dan Filipina
 
WASHINGTON-(IDB) : Angkatan Laut (AL) Amerika Serikat (AS) bakal menempatkan beberapa kapal perang baru di Singapura dan mungkin di Filipina dalam beberapa tahun ke depan.

Rencana ini tampaknya bakal memicu kekhawatiran China yang merasa dikepung dan ditekan atas perselisihan di Laut China Selatan.Analis pertahanan regional menyebut, kapal-kapal itu kecil,tapi mereka menyepakati simbolisme langkah itu. Pengumuman penempatan kapal muncul setelah Washington memaparkan menambah kekuatan militer mereka di Asia.


Bulan lalu AS dan Australia mengumumkan rencana memperdalam kehadiran AS di kawasan Asia-Pasifik.Washington bakal menempatkan 2.500 marinir AS yang beroperasi di basis de facto mereka di Darwin, kawasan utara Australia. Dalam tulisannya di Proceedings yang dipublikasikan di US Naval Institute bulan ini, Kepala Operasi AL AS Laksamana Jonathan Greenert memaparkan, dalam beberapa tahun ke depan AL AS bakal meningkatkan fokus mereka di “persimpangan maritim” strategis di kawasan Asia-Pasifik.

Dia menuturkan,AL berencana menempatkan beberapa kapal pesisir terbaru mereka di fasilitas AL Singapura sebagai tambahan rencana penempatan marinir di Darwin tahun depan yang diumumkan Presiden AS Barack Obama.“Ini akan membantu AL mempertahankan posisi global dengan sekelompok kapal dan pesawat yang lebihkecildibandingsekarang,” tulis Greenert dikutip Reuters.

Kapal perang pesisir adalah kapal tipis yang beroperasi di perairan pesisir pantai dan bisa melawan ranjau pantai, kapal selam diesel,dan kapal bersenjata yang kecil dan cepat. “Kalau kita membawanya ke konteks,ini adalah skala pasukan yang relatif kecil dan kapal perang itu adalah kapal yang relatif kecil,” ujar Euan Graham, mahasiswa senior S-3 di Maritime Security Program di S Rajaratnam School of International Studies, di Singapura.

“Pengepungan adalah frase yang muncul dalam debat China mengenai strategi AS. Mereka tidak akan suka, tapi mereka tak bisa apa-apa untuk menghentikannya.” Greenert menulis, kapal itu bakal berfokus di Laut China Selatan, melakukan operasi untuk melawan pembajak dan penyelundupan yang merupakan dua hal endemik di area itu.

“Pada 2025 pesawat P-8A Poseidon atau kendaraan udara pengintai maritim area luas tak berawak secara periodik ditempatkan di Filipina atau Thailand untuk membantu negara- negara itu dalam meningkatkan kesadaran maritim,” tulis Greenert. Sebuah sumber yang mengikuti briefing mengenai rencana AL itu memaparkan, ada juga pembahasan mengenai penempatan kapal di Filipina.

Kapal perang pesisir (LCS) yang bakal ditempatkan itu sedang dikembangkan dengan pengawasan Lockheed Martin Corp,Austal dari Australia,General Dynamics Corp,dan pembuat senjata yang sedang mengembangkan dua model baru kapal perang untuk AL AS yang juga berharap bisa menjualnya ke negara lain.

“Karena kami mungkin tidak akan mampu menanggung biaya finansial dan diplomatik untuk membuat markas operasi utama baru di luar negeri, armada 2025 akan lebih bergantung pada dermaga dan fasilitas lain di negara itu di mana kapal, pesawat, dan kru kami bisa mengisi bahan bakar, istirahat,mendapatkan suplai, dan melakukan perbaikan saat ditempatkan,”ujar Greenert.

Ernie Bower dari Center for Strategic and International Studies menuturkan, strategi yang muncul untuk Asia Tenggara itu jauh berbeda dari basis AS yang dibangun di Jepang dan Korea Selatan. “Kami mengeksplorasi rencana baru dengan jejak lebih kecil, itu misi spesifik, dan secara budaya dan politik lebih menyenangkan bagi negara lain,” ujarnya.

Dia menambahkan, akan sulit bagi Washington untuk mendapatkan dukungan politik untuk membangun markas besar di kawasan itu. Greenert tidak membeberkan kapan tepatnya LCS itu ditempatkan di Singapura. Di Filipina, sekutu AS yang sudah beberapa kali bersengketa dengan China atas Laut China Selatan, langkah itu disambut baik.

“Kami bersama di Asia-Pasifik dan menghadapi tantangan keamanan yang sama,” ujar juru bicara Kementerian Pertahanan Filipina Peter Paul Galvez.“Kami melihat beberapa tantangan keamanan, di mana kami benar-benar harus saling bisa beroperasi dan melakukan latihan termasuk penanganan bencana, ancaman terorisme, kebebasan navigasi, pembajakan dan perdagangan manusia.

Kami tak bisa membantah bahwa kami butuh bantuan mereka (AS) dalam aspek itu.” Sengketa kepemilikan karang kaya minyak dan pulau di Laut China Selatan adalah salah satu ancaman terbesar di Asia. Laut itu diklaim seutuhnya atau sebagian oleh China, Taiwan, Filipina, Malaysia, Vietnam,dan Brunei.

Pada KTT Asia Timur November lalu, Obama memaparkan kepada Perdana Menteri China Wen Jiabao bahwa AS ingin memastikan bahwa jalur laut itu tetap terbuka dan damai. AS menyebut Wen “menggerutu” ketika negara lain di Asia bersekutu dengan Washington. Menurut Wen,“pasukan asing” tak punya hak terlibat dalam sengketa maritim itu. 

Sumber : Sindo

The Christian Science Monitor: Iran Berhasil Menyusup ke Sistem GPS RQ-170

TEHRAN-(IDB) : Koran The Christian Science Monitor mengklaim Iran berhasil menurunkan pesawat mata-mata AS RQ170 dengan menembus sistem GPS.
 
Dalam laporannya mengenai cara Iran menjinakkan pesawat RQ170, Koran The Christian Science Monitor mengaku bahwa Tehran berhasil merebut kendali pesawat ini dan menurunkannya tanpa kerusakan berarti. Demikian dilaporkan Fars News Jum'at (16/12).
 
Menurut sumber ini, Iran berhasil menembus kelemahan militer AS yang telah disadari sepenuhnya oleh Washington. Para ahli perang lunak Iran mampu memutus komunikasi RQ170 dengan pusat dan saat ini Tehran tengah berupaya menyelidiki rahasia pesawat ini.
 
Poin penting yang diungkap Koran The Christian Science Monitor adalah kemampuan teknisi Iran masuk ke sistem GPS dan menipu RQ170 serta membuat pesawat mata-mata ini mengira pangkalan Iran sebagai pangkalannya di Afghanistan, sehingga berhasil diturunkan oleh militer Iran. 

Sumber : Irib

Malaysia Berencana Beli 18 Jet Tempur Rusia

MOSKOW-(IDB) : Kementerian Pertahanan Malaysia berencana untuk membeli 18 jet tempur Sukhoi Su-30MKM Rusia yang cocok untuk mengangkut rudal-rudal jelajah supersonik BrahMos buatan Rusia-India, kata harian Izvestia, Selasa (15/11/2011), seperti dikutip kantor berita berita Rusia, Ria Novosti, di laman internetnya.

Harian itu, yang mengutip sumber-sumber militer, mengatakan, Menteri Pertahanan Malaysia, Ahmad Zahid Hamidi, pada Selasa ini berencana akan mengunjungi pabrik pesawat Irkut, yang memproduksi jet tempur Sukhoi Su-30MKI untuk India. Menurut Izvestia, sebuah jet tempur seperti itu dibeli Malaysia dengan harga sekitar 50 juta dollar AS (Rp 610 miliar), termasuk biaya pemeliharaan di masa depan.

Dalam kunjungan tersebut, menurut harian itu, Hamidi "mungkin menandatangani sebuah kontrak untuk membeli 18 unit jet tempur Sukhoi Su-30MKM".

Menteri Pertahanan Malaysia itu juga berencana untuk mendiskusikan pemasangan rudal-rudal baru, termasuk Brahmos, pada 18 jet tempur Su-30MKM itu. Rudal-rudal tersebut telah diterima Malaysia pada Agustus 2009 berdasarkan kontrak senilai 900 juta dollar AS yang ditandatangani tahun 2003.

Armada pesawat tempur Malaysia saat ini juga mencakup pesawat MiG-29N Fulcrum buatan Rusia serta jet tempur F/A-18D Hornet dan F-5 Tiger buatan AS. Sukhoi Su-30MKM merupakan jet tempur versi Flanker yang multiperan berbasiskan model Sukhoi Su-30MKI dan paket fitur avionik yang dibangun sesuai untuk spesifikasi Malaysia. Jet tempur jenis Sukhoi merupakan bagian terbesar dari ekspor senjata Rusia. 

Sumber : Kompas

Rusia Setuju Pasok 42 Unit Su-30 ke India

MOSKOW-(IDB) : Kementerian Pertahanan Malaysia berencana untuk membeli 18 jet tempur Sukhoi Su-30MKM Rusia yang cocok untuk mengangkut rudal-rudal jelajah supersonik BrahMos buatan Rusia-India, kata harian Izvestia, Selasa (15/11/2011), seperti dikutip kantor berita berita Rusia, Ria Novosti, di laman internetnya.

Harian itu, yang mengutip sumber-sumber militer, mengatakan, Menteri Pertahanan Malaysia, Ahmad Zahid Hamidi, pada Selasa ini berencana akan mengunjungi pabrik pesawat Irkut, yang memproduksi jet tempur Sukhoi Su-30MKI untuk India. Menurut Izvestia, sebuah jet tempur seperti itu dibeli Malaysia dengan harga sekitar 50 juta dollar AS (Rp 610 miliar), termasuk biaya pemeliharaan di masa depan.

Dalam kunjungan tersebut, menurut harian itu, Hamidi "mungkin menandatangani sebuah kontrak untuk membeli 18 unit jet tempur Sukhoi Su-30MKM".

Menteri Pertahanan Malaysia itu juga berencana untuk mendiskusikan pemasangan rudal-rudal baru, termasuk Brahmos, pada 18 jet tempur Su-30MKM itu. Rudal-rudal tersebut telah diterima Malaysia pada Agustus 2009 berdasarkan kontrak senilai 900 juta dollar AS yang ditandatangani tahun 2003.

Armada pesawat tempur Malaysia saat ini juga mencakup pesawat MiG-29N Fulcrum buatan Rusia serta jet tempur F/A-18D Hornet dan F-5 Tiger buatan AS. Sukhoi Su-30MKM merupakan jet tempur versi Flanker yang multiperan berbasiskan model Sukhoi Su-30MKI dan paket fitur avionik yang dibangun sesuai untuk spesifikasi Malaysia. Jet tempur jenis Sukhoi merupakan bagian terbesar dari ekspor senjata Rusia. 

Sumber : Kompas

Panglima TNI lepas Kontingen Garuda XX-I/MONUSCO

JAKARTA-(IDB) : Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono melepas Satuan Tugas Zeni (Kizi) TNI Kontingen Garuda (Konga) XX-I/MONUSCO (Mission de I-Organisation de republic des Nation Unies Pour la Stabilisation en Republique Democratique du Congo), di Plaza Mabes TNI Cilangkap Jakarta Timur, Jumat.

Satgas Kizi TNI Konga XX-I/Monusco sendiri dikomandani oleh Letnan Kolonel Czi Sapto Widhi Nugroho dan terdiri atas TNI AD 142 orang dari Yon Zipur-4/TK, TNI AL 20 orang, TNI AU lima orang dan Mabes TNI delapan orang.

Satgas ini telah mengikuti latihan penyiapan tugas selama satu bulan dari tanggal 15 November hingga 15 Desember 2011 di kantor PMPP TNI Mabes TNI Cilangkap dan Sentul.

Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono, mengatakan, penugasan yang akan diemban nanti merupakan tugas yang bersifat khusus di bidang konstruksi, logistik dan "mine clearance" (jihandak) di wilayah yang serba kekurangan akibat konflik bersenjata yang berkepanjangan.

Oleh karena itu, para prajurit TNI yang akan bertugas diharapkan dapat menjunjung tinggi kehormatan dan kepercayaan dunia internasional dengan menunjukkan prestasi, kinerja dan dedikasi yang tinggi dengan senantiasa memperhatikan aturan yang berlaku sebagaimana telah ditunjukkan oleh satgas-satgas Kompi Zeni TNI sebelumnya.

Keberhasilan TNI dalam membangun dan merehabilitasi jalan di Kongo sangat membanggakan, karena jalan antara Dungu- Faradje sepanjang kurang lebih 147 km dibangun dengan menembus banyak rintangan dan hutan belantara. Dibukanya jalan tersebut dapat menggerakkan roda perekonomian yang bermuara kepada kesejahteraan masyarakat setempat.

Keberhasilan lain prajurit TNI yang patut mendapatkan pujian adalah tugas dalam mengatasi ancaman kelompok bersenjata yang akan merampok masyarakat di jalan lintas Dungu- Faradje pada tanggal 25 dan 26 April 2011. Hal ini berkaitan bahwa sesungguhnya kesejahteraan serta rasa aman dan adil merupakan salah satu alternatif penyelesaian konflik yang utama.

TNI maupun Bangsa Indonesia berharap bahwa prestasi, kinerja dan dedikasi yang akan ditunjukkan oleh para prajurit itu dapat memperbesar posisi tawar Indonesia di forum internasional dan akan meningkatkan peran dan kapasitas TNI yang tidak hanya pada lingkup operasional.

Keikutsertaan Satgas Zeni TNI di Kongo pertama kali dimulai pada tahun 2003, saat itu misi di Kongo masih bernama MONUC (Mission de I?Organisation des Nations Unies en Republique Democratique du Congo) dan kemudian pada tahun 2010 berubah menjadi MONUSCO sampai dengan saat ini.

Satgas Kizi TNI Konga XX-I/Monusco ini akan menggantikan Satgas Konga XX-H/Monusco yang masa tugasnya berakhir pada bulan Desember 2011.

Direncanakan Satgas akan berangkat dari Bandara Halim Perdanakusuma Jakarta pada tanggal 19 Desember 2011.

Sumber : Antara

TNI AL Bersama US Navy Bahas "CARAT 2012"

JAKARTA-(IDB) : Angkatan Laut Republik Indonesia dan Amerika Serikat membahas skenario latihan bersama TNI AL dan US Navy bersandi "Cooperation Afloat Readiness and Training" yang direncanakan pada pertengahan 2012.

"Rencana (skenario) latma (latihan bersama) CARAT-2012 itu telah dibahas secara intensif oleh kedua pihak selama tiga hari di Surabaya pada 13-15 Desember 2011 melalui rapat Initial Planning Conference (IPC)," kata Paban III Sopsal Mabesal Kolonel Laut (P) Jan Rahir Simamora di Surabaya, Jumat.

Didampingi ketua kontingen US Navy Lieutenant Commander Robert A. Hochstedler, ia menjelaskan, hasil rapat tersebut akan dibahas kembali dalam rapat keputusan Final Planning Conference (FPC) pada Februari 2012.

"Beberapa poin kesepakatan secara garis besar antara lain bentuk latihan Sea Phase berupa manuvra dan peperangan laut oleh unsur-unsur Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) dan kapal perang milik US Navy," katanya.

Tahap "Sea Phase" meliputi beberapa latihan di antaranya penanggulangan aksi kejahatan dan terorisme di laut "Visit Boarding Search And Seizure" (VBSS), droping pasukan dengan cepat melalui heli "Fast Ropping", dan pencarian korban kecelakaan di laut dengan "Search and Rescue" (SAR).

Selanjutnya, pembekalan di laut Replanisment at Sea (RAS), menembak artileri menggunakan meriam kapal "Gunnery Exercise" (GUNEX) dan peperangan antikapal selam ("Anti-Submarine Warfare"), latihan pertempuran bahaya udara serta pendaratan heli di atas geladak kapal perang (Cross Deck).

Untuk kegiatan di darat yaitu latihan pendaratan Marinir (Amphibious Operations) di Pantai Banongan, Tanjung Jangkar Situbondo, Jawa Timur dan latihan pertempuran kota (Urban Warfare) serta pertempuran di hutan (Jungle Warfare) oleh Marinir kedua negara.

"Selain menggelar latihan tempur, Latma CARAT-2012 juga akan melaksanakan kegiatan sosial berupa renovasi sarana umum oleh prajurit Zeni Marinir TNI AL dan US Marine Corp (US MC)," katanya.

Mereka juga akan melakukan pertunjukan seni dan kebudayaan dengan menampilkan grup musik dari (AL) kedua negara serta simposium ke beberapa sekolah di sekitar kota Surabaya.

IPC Latma CARAT-2012 ditutup dengan penandatanganan kesepahaman hasil pelaksanaan IPC oleh ketua kontingen dari TNI AL yaitu Paban III Lat Sopsal Mabesal Kolonel Laut (P) Jan Rahir Simamora, didampingi Komandan Task Group Latma CARAT-2012 Kolonel Laut (P) Rahmat Eko Rahardjo.

Dalam IPC yang juga diwarnai dengan penyerahan cendera mata dari Paban III Sopsal kepada ketua kontingen dari US Navy Lieutenant Commander Robert A. Hochstedler itu, kedua pihak juga berencana melakukan survei lokasi bersama.

Sumber : Antara