Pages

Sabtu, Desember 17, 2011

Waspada Indonesai : AS Akan Tempatkan Kapal Perang di Singapura

WASHINGTON DC-(IDB) : Belum habis kehebohan yang ditimbulkan dari rencana penempatan 2.500 pasukan marinir AS di Darwin, Australia, sudah muncul kabar terbaru bahwa Angkatan Laut AS akan menempatkan beberapa kapal perang tergresnya di Singapura, dan di masa depan kemungkinan juga di Filipina.

Rencana itu terungkap dalam makalah yang ditulis Panglima Operasi Angkatan Laut AS Laksamana Jonathan Greenert dalam kumpulan makalah ilmiah yang diterbitkan US Naval Institute edisi Desember dan dirilis Reuters, Kamis (15/12/2011) waktu AS.

Menurut Greenert, rencana itu merupakan bagian dari pemfokusan strategi militer AS di kawasan "persimpangan jalur maritim" Asia Pasifik. "Kami berencana menempatkan beberapa kapal tempur pantai (littoral combat ships/LCS) kami di fasilitas AL Singapura. Ini akan membantu AL (AS) mempertahankan postur kekuatan garis depan global kami dengan jumlah kapal dan pesawat yang lebih kecil daripada saat ini," tulis Greenert.

LCS adalah jenis kapal perang terbaru yang dikembangkan AL AS yang dirancang khusus untuk beroperasi di kawasan perairan dangkal dekat pantai. Kapal ini mampu menghadapi berbagai ancaman, seperti ranjau laut, kapal selam diesel, dan perahu cepat bersenjata.

Pengembangan kapal perang yang cocok untuk operasi di kawasan kepulauan ini sedang digarap Lockheed Martin, General Dynamics Corp, dan Austal dari Australia. Salah satu kapal buatan Lockheed Martin yang sudah jadi, USS Freedom, sedang menjalani uji coba di pangkalan US Navy di San Diego, AS.

Menurut Greenert, kapal-kapal yang akan ditempatkan di Singapura akan menjalankan operasi militer bersama untuk menghadapi bajak laut dan perdagangan ilegal di kawasan Laut China Selatan. Dengan menyebut Laut China Selatan, Greenert secara tidak langsung menyentuh isu sensitif di kawasan ini, terutama terkait klaim teritorial China yang meliputi hampir seluruh wilayah laut tersebut.

Rencana penempatan pasukan marinir AS di Darwin tahun depan pun sempat diduga berkaitan dengan usaha menandingi pertumbuhan pesat militer China meski para pejabat Departemen Pertahanan AS membantah hal itu.

Selain menempatkan kapal-kapal LCS di Singapura, AS juga akan menempatkan pesawat patroli P-8A Poseidon atau pesawat pengintai tak berawak pada 2025. Pesawat-pesawat itu secara rutin akan diterbangkan di atas wilayah Filipina dan Thailand untuk "membantu negara-negara itu meningkatkan kewaspadaan wilayah maritim".

Sumber lain yang diminta tanggapannya tentang rencana Greenert ini juga menambahkan, ada rencana untuk menempatkan kapal-kapal perang AS di Filipina.

Menurut Greenert, langkah penempatan perlengkapan militer di negara-negara sekutu itu karena untuk sementara AS kemungkinan tidak akan sanggup menanggung ongkos finansial dan diplomatik untuk membuka pangkalan utama baru di negara lain, seperti yang ada di Jepang atau Korea Selatan.

"Armada tahun 2025 akan mengandalkan pelabuhan-pelabuhan dan fasilitas lain di negara-negara penerima, tempat kapal-kapal, pesawat, dan para kru kami bisa mengisi ulang bahan bakar, beristirahat, mengambil suplai, dan menjalani reparasi saat ditugaskan," tandas Greenert.   

Sumber : Kompas

AS Tempatkan Kapal Perangnya Di Singapura Dan Filipina
 
WASHINGTON-(IDB) : Angkatan Laut (AL) Amerika Serikat (AS) bakal menempatkan beberapa kapal perang baru di Singapura dan mungkin di Filipina dalam beberapa tahun ke depan.

Rencana ini tampaknya bakal memicu kekhawatiran China yang merasa dikepung dan ditekan atas perselisihan di Laut China Selatan.Analis pertahanan regional menyebut, kapal-kapal itu kecil,tapi mereka menyepakati simbolisme langkah itu. Pengumuman penempatan kapal muncul setelah Washington memaparkan menambah kekuatan militer mereka di Asia.


Bulan lalu AS dan Australia mengumumkan rencana memperdalam kehadiran AS di kawasan Asia-Pasifik.Washington bakal menempatkan 2.500 marinir AS yang beroperasi di basis de facto mereka di Darwin, kawasan utara Australia. Dalam tulisannya di Proceedings yang dipublikasikan di US Naval Institute bulan ini, Kepala Operasi AL AS Laksamana Jonathan Greenert memaparkan, dalam beberapa tahun ke depan AL AS bakal meningkatkan fokus mereka di “persimpangan maritim” strategis di kawasan Asia-Pasifik.

Dia menuturkan,AL berencana menempatkan beberapa kapal pesisir terbaru mereka di fasilitas AL Singapura sebagai tambahan rencana penempatan marinir di Darwin tahun depan yang diumumkan Presiden AS Barack Obama.“Ini akan membantu AL mempertahankan posisi global dengan sekelompok kapal dan pesawat yang lebihkecildibandingsekarang,” tulis Greenert dikutip Reuters.

Kapal perang pesisir adalah kapal tipis yang beroperasi di perairan pesisir pantai dan bisa melawan ranjau pantai, kapal selam diesel,dan kapal bersenjata yang kecil dan cepat. “Kalau kita membawanya ke konteks,ini adalah skala pasukan yang relatif kecil dan kapal perang itu adalah kapal yang relatif kecil,” ujar Euan Graham, mahasiswa senior S-3 di Maritime Security Program di S Rajaratnam School of International Studies, di Singapura.

“Pengepungan adalah frase yang muncul dalam debat China mengenai strategi AS. Mereka tidak akan suka, tapi mereka tak bisa apa-apa untuk menghentikannya.” Greenert menulis, kapal itu bakal berfokus di Laut China Selatan, melakukan operasi untuk melawan pembajak dan penyelundupan yang merupakan dua hal endemik di area itu.

“Pada 2025 pesawat P-8A Poseidon atau kendaraan udara pengintai maritim area luas tak berawak secara periodik ditempatkan di Filipina atau Thailand untuk membantu negara- negara itu dalam meningkatkan kesadaran maritim,” tulis Greenert. Sebuah sumber yang mengikuti briefing mengenai rencana AL itu memaparkan, ada juga pembahasan mengenai penempatan kapal di Filipina.

Kapal perang pesisir (LCS) yang bakal ditempatkan itu sedang dikembangkan dengan pengawasan Lockheed Martin Corp,Austal dari Australia,General Dynamics Corp,dan pembuat senjata yang sedang mengembangkan dua model baru kapal perang untuk AL AS yang juga berharap bisa menjualnya ke negara lain.

“Karena kami mungkin tidak akan mampu menanggung biaya finansial dan diplomatik untuk membuat markas operasi utama baru di luar negeri, armada 2025 akan lebih bergantung pada dermaga dan fasilitas lain di negara itu di mana kapal, pesawat, dan kru kami bisa mengisi bahan bakar, istirahat,mendapatkan suplai, dan melakukan perbaikan saat ditempatkan,”ujar Greenert.

Ernie Bower dari Center for Strategic and International Studies menuturkan, strategi yang muncul untuk Asia Tenggara itu jauh berbeda dari basis AS yang dibangun di Jepang dan Korea Selatan. “Kami mengeksplorasi rencana baru dengan jejak lebih kecil, itu misi spesifik, dan secara budaya dan politik lebih menyenangkan bagi negara lain,” ujarnya.

Dia menambahkan, akan sulit bagi Washington untuk mendapatkan dukungan politik untuk membangun markas besar di kawasan itu. Greenert tidak membeberkan kapan tepatnya LCS itu ditempatkan di Singapura. Di Filipina, sekutu AS yang sudah beberapa kali bersengketa dengan China atas Laut China Selatan, langkah itu disambut baik.

“Kami bersama di Asia-Pasifik dan menghadapi tantangan keamanan yang sama,” ujar juru bicara Kementerian Pertahanan Filipina Peter Paul Galvez.“Kami melihat beberapa tantangan keamanan, di mana kami benar-benar harus saling bisa beroperasi dan melakukan latihan termasuk penanganan bencana, ancaman terorisme, kebebasan navigasi, pembajakan dan perdagangan manusia.

Kami tak bisa membantah bahwa kami butuh bantuan mereka (AS) dalam aspek itu.” Sengketa kepemilikan karang kaya minyak dan pulau di Laut China Selatan adalah salah satu ancaman terbesar di Asia. Laut itu diklaim seutuhnya atau sebagian oleh China, Taiwan, Filipina, Malaysia, Vietnam,dan Brunei.

Pada KTT Asia Timur November lalu, Obama memaparkan kepada Perdana Menteri China Wen Jiabao bahwa AS ingin memastikan bahwa jalur laut itu tetap terbuka dan damai. AS menyebut Wen “menggerutu” ketika negara lain di Asia bersekutu dengan Washington. Menurut Wen,“pasukan asing” tak punya hak terlibat dalam sengketa maritim itu. 

Sumber : Sindo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar