JAKARTA-(IDB) : Setelah menempatkan 2.500 anggota pasukan marinir di Darwin, Australia, pemerintah Amerika Serikat dikabarkan akan segera menempatkan kapal perangnya di Singapura. Anggota Komisi I DPR Teguh Juwarno menilai, rencana kehadiran kapal perang angkatan laut AS di salah satu negara di kawasan ASEAN itu dapat menimbukan permasalahan serius dan ketegangan baru di kawasan Asia, apapun alasan dari penempatan kapal perang tersebut.
"Kementerian Luar Negeri RI harus segera memanggil Duta Besar AS di Jakarta untuk segera mengklarifikasi kebenaran informasi ini," ujar Teguh di sela-sela menghadiri sidang paripurna DPR, Jumat (16/12).
Teguh mengatakan, jika benar AS akan menempatkan kapal perangnya di Singapura, maka pemerintah Indonesia perlu mengajukan keberatan dan protes keras. Sebab, kondisi ini akan menyeret posisi Asia menjadi sulit terkait ketegangan soal tapal batas antara China dengan sejumlah negara ASEAN, seperti Filipina dan Taiwan. Di mana AS tampaknya akan mengambil peran dengan atas nama menjaga stabilitas kawasan Asia, menempatkan kapal perangnya tersebut.
"Ini semakin menunjukkan bahwa sesungguhnya AS tengah dalam kondisi panik menghadapi China. Dengan berusaha mengambil peran menjaga stabiltas kawasan Asia. Kita khawatir kalau sampai terjadi gesekan, jelas hal ini akan menempatkan kondisi ASEAN menjadi sulit dan terancam," tegas sekretaris Fraksi PAN DPR ini.
Menurut Teguh, pemerintah Indonesia perlu membahas persoalan ini di tingkat ASEAN. Negara-negara ASEAN sejak lama telah terjalin kerjasama dan komitmen bersama untuk melakukan pengamanan bersama di wilayah ASEAN dengan tidak melibatkan kekuatan militer negara lain.
"Kehadiran kapal perang AS di Singapura itu jelas hanya akan berusak hubungan kerjasama yang sudah terjalin dengan baik di tinggkat sesama negara ASEAN. Untuk itu pihak Singapura perlu juga mengklarifikasi hal ini," tegasnya.
Seperti diketahu, dalam kumpulan makalah ilmiah yang diterbitkan US Naval Institute terbaru menyebutkan bahwa Panglima Operasi Angkatan Laut AS Laksamana Jonathan Greenert mengatakan rencana itu merupakan bagian dari pemfokusan strategi militer AS di kawasan 'persimpangan jalur maritim' Asia Pasifik.
AS berencana menempatkan beberapa kapal tempur pantai (littoral combat ships/LCS) di fasilitas AL Singapura. LCS adalah jenis kapal perang terbaru yang dikembangkan US Navy yang dirancang khusus untuk beroperasi di kawasan perairan dangkal dekat pantai. Kapal ini mampu menghadapi berbagai ancaman, seperti ranjau laut, kapal selam diesel, dan perahu cepat bersenjata.
Selain menempatkan kapal-kapal LCS di Singapura, AS juga akan menempatkan pesawat patroli P-8A Poseidon atau pesawat pengintai tak berawak pada 2025. Pesawat-pesawat itu secara rutin akan diterbangkan di atas wilayah Filipina dan Thailand untuk membantu negara-negara itu meningkatkan kewaspadaan wilayah maritim.
"Kementerian Luar Negeri RI harus segera memanggil Duta Besar AS di Jakarta untuk segera mengklarifikasi kebenaran informasi ini," ujar Teguh di sela-sela menghadiri sidang paripurna DPR, Jumat (16/12).
Teguh mengatakan, jika benar AS akan menempatkan kapal perangnya di Singapura, maka pemerintah Indonesia perlu mengajukan keberatan dan protes keras. Sebab, kondisi ini akan menyeret posisi Asia menjadi sulit terkait ketegangan soal tapal batas antara China dengan sejumlah negara ASEAN, seperti Filipina dan Taiwan. Di mana AS tampaknya akan mengambil peran dengan atas nama menjaga stabilitas kawasan Asia, menempatkan kapal perangnya tersebut.
"Ini semakin menunjukkan bahwa sesungguhnya AS tengah dalam kondisi panik menghadapi China. Dengan berusaha mengambil peran menjaga stabiltas kawasan Asia. Kita khawatir kalau sampai terjadi gesekan, jelas hal ini akan menempatkan kondisi ASEAN menjadi sulit dan terancam," tegas sekretaris Fraksi PAN DPR ini.
Menurut Teguh, pemerintah Indonesia perlu membahas persoalan ini di tingkat ASEAN. Negara-negara ASEAN sejak lama telah terjalin kerjasama dan komitmen bersama untuk melakukan pengamanan bersama di wilayah ASEAN dengan tidak melibatkan kekuatan militer negara lain.
"Kehadiran kapal perang AS di Singapura itu jelas hanya akan berusak hubungan kerjasama yang sudah terjalin dengan baik di tinggkat sesama negara ASEAN. Untuk itu pihak Singapura perlu juga mengklarifikasi hal ini," tegasnya.
Seperti diketahu, dalam kumpulan makalah ilmiah yang diterbitkan US Naval Institute terbaru menyebutkan bahwa Panglima Operasi Angkatan Laut AS Laksamana Jonathan Greenert mengatakan rencana itu merupakan bagian dari pemfokusan strategi militer AS di kawasan 'persimpangan jalur maritim' Asia Pasifik.
AS berencana menempatkan beberapa kapal tempur pantai (littoral combat ships/LCS) di fasilitas AL Singapura. LCS adalah jenis kapal perang terbaru yang dikembangkan US Navy yang dirancang khusus untuk beroperasi di kawasan perairan dangkal dekat pantai. Kapal ini mampu menghadapi berbagai ancaman, seperti ranjau laut, kapal selam diesel, dan perahu cepat bersenjata.
Selain menempatkan kapal-kapal LCS di Singapura, AS juga akan menempatkan pesawat patroli P-8A Poseidon atau pesawat pengintai tak berawak pada 2025. Pesawat-pesawat itu secara rutin akan diterbangkan di atas wilayah Filipina dan Thailand untuk membantu negara-negara itu meningkatkan kewaspadaan wilayah maritim.
Sumber : Jurnamen
Tidak ada komentar:
Posting Komentar