Pages

Minggu, September 11, 2011

PT.DI Berharap Pemerintah Menegaskan Komitmennya Dalam Pembelian Alutsista Dalam Negeri

JAKARTA-(IDB) : Pemerintah diharapkan menegaskan komitmennya dalam mendorong penggunaan produk dalam negeri pada semua lini, termasuk pada produk pesawat militer.

Jika pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pertahanan, mengalihkan pembelian seluruh anggaran pesawat militernya ke dalam negeri, PT Dirgantara Indonesia (Persero) yakin dapat menyabet peluang pasar domestik senilai Rp 9,23 triliun.

"Target itu bisa dipenuhi jika pemerintah punya komitmen memakai produk dalam negeri," demikian kutipan isi dokumen Supplement Business Plan PT DI Tahun 2011-2015 halaman 44 yang diterima Kompas di Jakarta, Minggu (11/9/2011).

Dokumen ini secara resmi telah dipublikasikan dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi XI DPR di Jakarta pada 8 September 2011.

Kebutuhan alat utama sistem persenjataan yang dapat dipenuhi PT DI dibagi dalam empat jenis. Pertama, produk pesawat terbang militer tipe CN235 MPA sebanyak 1 unit senilai Rp 350 miliar per unit pada 2012 untuk TNI Angkatan Udara.

Selain itu, juga bisa dibuatkan CN235 Patroli Maritim sebanyak tiga unit seharga masing-masing 30 juta dollar AS untuk TNI Angkatan Laut. Terakhir, pesawat pengganti F-27 dan NC-212 sebanyak 8 unit senilai 325 juta dollar AS untuk TNI Angkatan Udara tahun 2011.

Kedua, kelompok helikopter jenis BELL 412 EP tipe serbu sebanyak delapan unit bernilai 85 juta dollar AS pada tahun 2011 dan 2012 lalu BELL 412 EP tipe angkut delapan unit senilai 85 juta dollar AS. Selain itu, bisa juga dibuatkan helikopter jenis Fennec AS-550 sebanyak delapan unit seharga 90 juta dollar AS pada tahun 2011. Ketiganya ditawarkan kepada TNI Angkatan Darat.

Adapun helikopter yang ditawarkan ke TNI Angkatan Udara adalah helikopter jenis EC-725 Cougar Combat SAR sebanyak enam unit bernilai 200 juta dollar AS dan helikopter NAS-332 Super Puma sebanyak dua unit senilai Rp 370 miliar.

Sementara helikopter yang ditawarkan kepada TNI Angkatan Laut adalah tiga unit BELL 412 EP angkut sedang senilai 30 juta dollar AS dan satu unit AS-565 Panther AKS sebesar Rp 200 miliar.

Ketiga, PT DI juga siap menyediakan dua unit SUT Torpedo tipe 364 MKO untuk TNI Angkatan Laut senilai Rp 60 miliar (untuk penjualan tahun 2013-2014). Keempat, PT DI juga bisa menyediakan satu paket simulator terjun payung untuk TNI Angkatan Darat senilai Rp 76 miliar.

Dengan demikian, total potensi pasar dalam negeri yang ingin digaet PT DI antara 2011-2014 adalah 905 juta dollar AS plus Rp 1,087 triliun. Itu setara Rp 9,23 triliun.

Sumber: Kompas

Update : Pembelian Alutsista Harus Tepat Sasaran

JAKARTA-(IDB) : Ketua Komisi I DPR RI Mahfudz Siddiq mengingatkan agar penggunaan dana untuk pembelian alat utama sistem persenjataan agar tepat sasaran.

"Meningkatnya anggaran alutista TNI harus digunakan secara tepat, cermat dan hemat. Tepat mengacu kepada skala prioritas kebutuhan jangaan sampai alutsista yang diadakan tidak sesuai dengan kondisi dan peran prioritas," kata Mahfudz di Jakarta, Minggu (11/9).

Politisi PKS itu menyebutkan, misalnya pembelian alutsista untuk kontrol wilayah laut dan perbatasan.

"Harus cermat dalam hal prosedur dan efesiensi harga. Orientasi kredit ekspor  dan ajuan vendor harus diminimalkan semaksimal mungkin dan harus sesuai betul dengan spec yang direncanakan," kata Mahfudz.

Ditambahkan, penghemat dalam arti semaksimal mungkin dipakai untuk belanja dalam negeri, terutama ke BUMNIP karena banyak yang sudah mereka mampu buat.

"Presiden SBY dalam pengantar nota keuangan tangga 16 Agustus 2011 sudah tegaskan bahwa kita harus bangga dengan produk alutsista BUMNIP  nasional," kata Mahfudz.

Sumber: Antara

Perbatasan Dengan Papua Nugini Dan Malaysia Paling Rawan

Perbatasan Indonesia Malaysia
BANJARMASIN-(IDB) : Anggota Komisi I DPR-RI dari Partai Keadilan Sejahtera, Hidayat Nur Wahid, menilai perbatasan Indonesia dengan Malaysia dan Papua Nugini (PNG) adalah yang paling rawan dan mengancam disintegrasi bangsa.

"Namun kerawanan perbatasan Indonesia dengan dua negara tetangga tersebut berbeda," katanya menjawab ANTARA, usai halal bihalal keluarga besar PKS se Kalimantan Selatan, di Banjarmasin.

Ia menerangkan, kalau yang menonjol dari perbatasan Indonesia dengan Malaysia adalah soal sosial ekonomi di mann tingkat kesejahteraan rakyat negeri jiran terlebih lebih baik, maka kerawanan perbatasan Indonesia dengan PNG terletak pada segi keamanan.

Oleh sebab itu, pemerintah Indonesia harus terus berupaya menghilangkan kerawanan-kerawanan itu, diantaranya lewat pembinaan melalui pemberitaan.

Dia menilai pemerintah Indonesia harus menambah jaringan dan siaran radioa dan televisi agar daerah-daerah perbatasan bisa menerimanya.
 
Perbatasan Indonesia Papua Nugini
"Dengan mendengar atau mengetahui siaran radio dan pemberitaan televisi Indonesia, warga perbatasan dapat pula mengetahui bagaimana perhatian serta upaya-upaya pemerintahnya," kata dia.

Sedangkan pembinaan teritorial dilakukan dengan membuat tentara di daerah-daerah perbatasan menyatu dengan masyarakat setempat.

Sumber: Antara

Sistem Pengadaan Alutsista Harus Diperbaiki

JAKARTA-(IDB) : DPR meminta Pemerintah dalam hal ini Kementerian Pertahanan untuk terus membenahi sistem pengadaan Alat Utama Sistem Persenjataan (alutsista) TNI dalam rangka peremajaan dan modernisasi, yang berasal dari impor. Pasalnya, hingga kini Komisi I DPR masih menemukan kasus-kasus pengadaan alutsista tidak sesuai perencanaan awal.

“Di dalam pengadaan alutsista, kami masih menemukan perangkat mutahir yang tidak lengkap,” ujar Ketua Komisi I DPR Mahfudz Siddiq kepada Jurnalparlemen.com di Jakarta, Sabtu (10/9).

Sebagai contoh, kata Politisi PKS ini, dalam hal pengadaan pesawat latih T-50 asal Korea Selatan, ternyata belum dilengkapi dengan teknologi canggih seperti radar dan JPS sebagai penunjang dan pelengkapnya.

“Seharusnya hal ini tidak boleh terjadi. Kasus pembelian pesawat tempur Sukhoi dari Rusia yang dibeli Indonesia pertama kali, tanpa dilengkapi senjata tidak seharusnya terulang kembali. DPR maunya pengadaan alutsista yang dilengkapi dengan perangkat tempur standar,” tegas Mahfudz.

Dalam waktu dekat ini, Indonesia berencana membeli 16 pesawat T-50 dari Korsel. Menurut laman aircraftcompare.com, harga satuan pesawat ini mencapai US $ 21 juta atau sekitar Rp 179,9 miliar.

Mahfudz mengatakan, bahwa DPR tetap menekankan bahwa dalam penggunaan peningkatan anggaran Kemenhan 2012 sebesar Rp 61 trilun tetap mengedepannya produksi Alutsista dari dalam negeri. Kalaupun terpaksa harus dari luar negeri, Pemerintah harus menggandeng negara produsen Alutsista yang bersedia mentrasfer teknologinya.

“Karena itu, sebagian Alutsista yang dibeli, sebaiknyai diproduksi di dalam negeri,” ucapnya.

Sumber: Jurnamen

Indonesia Australia Gelar Latihan Bersama di Selat Malaka

SELAT MALAKA-(IDB) : Pasukan khusus militer Indonesia dan Australia menggelar latihan bersama selama dua pekan di perairan sebelah utara Jakarta.
 
Letak geografi Indonesia dengan negara tetangganya, Australia menjadi faktor erat hubungan kedua negara di bidang ekonomi dan militer. Walaupun hubungan erat tersebut pernah terganggu karena intervensi Australia terhadap masalah dalam negeri Indonesia, khususnya masalah terpisahnya Timor-timur dari wilayah NKRI. 

Namun Canberra dan Jakarta merasa saling membutuhkan, sehingga keduanya membangun kembali hubungan kerjasama yang lebih luas. Hubungan maju kedua negara tersebut dapat terlihat dengan meningkatnya 14 persen kerjasama ekonomi dan ditandatanganinya kesepakatan-kesepakatan militer antarkedua negara.

Para pengamat politik menilai, pengadaan latihan militer bersama akan menjadi momen meningkatnya kerjasama antara pemerintah Canberra dan Jakarta. Walaupun sebenarnya, Indonesia sejak tahun 2002 berusaha membangun kerjasama luas dengan Canberra untuk memerangi terorisme. Hal tu dilakukan Jakarta pasca kejadian teror di Bali yang menewaskan lebih 200 orang. Kebanyakan korban dalam peristiwa tersebut adalah para wisatawan Australia.

Menurut laporan Antara, sebagian tujuan latihan militer bersama antara Canberra dan Jakarta adalah untuk saling tukar kemampuan dan pengalaman guna memerangi terorisme.
Posisi khusus Indonesia sebagai penghubung samudera Hindia dengan samudera Pasifik melalui selat Malaka selalu menimbulkan keraguan bagi kekuatan-kekuatan trans-regional untuk datang ke wilyah itu dan menjalin kerjasama militer dengan Indonesia. Sebagai contoh, berulang kali Washington meminta Jakarta untuk mengirim pasukan ke selat Malaka dengan dalih menjaga keamanan jalur internasional di perairan tersebut. Namun Jakarta dengan tegas menolak permintaan itu.

Atas dasar itu, pemerintah Indonesia meningkatkan kemampuan pertahanan pasukan maritimnya dengan menggelar latihan bersama dengan pasukan Australia. Hal tersebut dilakukan pemerintah Jakarta supaya dapat meningkatkan kemampuan pasukan maritimnya guna menciptakan keamanan selat Malaka dan mencegah aksi terorisme di perairan tersebut.

Beberapa langkah dan kebijakan Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono untuk mengamankan zona perairan selat Malaka adalah memanfaatkan pengalaman Australia dalam menciptakan keamanan laut dan meningkatkan kemampuan persenjataan militer Indonesia. Sikap itu amat penting bagi indonesia, mengingat Indonesia sebagai ketua bergilir persatuan ekonomi ASEAN. Walaupun ada kekhawatiran bagi rakyat Indonesia terhadap kerjasama militer Jakarta dengan Canberra, karena Autralia adalah sekutu dekat Amerika. 

Namun yang terpenting dari itu adalah pemerintah Jakarta berusaha mencegah intervensi Amerika di tenggara Asia. Usaha itu dilakukan dengan cara me-link Australia dan memperluas kerjasama dengan negara-negara di kawasan tersebut. 

Sumber: Irib

Senjata Canggih Buatan AS

NEW YORK-(IDB) : Sebagai negara adidaya, dominasi AS di bidang teknologi memang tak terbantahkan. Mereka punya berbagai jenis teknologi canggih yang tak dimiliki oleh negara lain 

Beberapa di antaranya menggunakan sistem yang mungkin tak pernah Anda bayangkan sebelumnya. Situs Silicon Alley Insider mengungkap beberapa teknologi unik yang dipunyai oleh pemerintah AS. Ini dia.

1. Senapan PHASR 

Senapan ini tak akan melukai siapapun. Senapan PHASR atau singkatan dari (The Personnel Halting and Simulation Response) ini adalah sistem laser yang didesain untuk hanya membuat target mengalami disorientasi dan tak bisa melihat.

Senjata sejenis yang menggunakan teknologi ini juga sempat digunakan AS di perang Irak untuk melumpuhkan musuh yang tak mau berhenti di pos pemeriksaan.

#10 PHASR Rifle

2. Active Denial System

Senjata ini menembakkan gelombang elektromagnet langsung kepada permukaan kulit seseorang, sehingga orang itu akan merasa lemah dan kesakitan.
#9 Active Denial System
Orang yang terkena akan merasa seperti terbakar sinar matahari. Militer AS menyebutnya sebagai 'Goodbye Weapon'.

3. Railgun 

Senjata ini memanfaatkan medan magnet untuk melontarkan proyektil dengan kecepatan yang sangat cepat, hingga 7 kali kecepatan suara. Senjata ini awalnya hanya ada di cerita fiksi.

Namun kemudian militer AS mengembangkannya dan pada 2008 sempat mengujikannya. Rencananya senjata ini akan benar-benar siap antara 2020-2025.

4. Serangga Hybrida MEMS

Senjata ini lebih canggih daripada sekadar mobil-mobilan yang dikendarai oleh remote control.
#6 Hybrid Insect MEMS
Dengan mengganti otak serangga dengan chip komputer yang bisa mengendalikan sistem syaraf mereka, peneliti bisa mengendalikan serangga-serangga, atau kupu-kupu ke manapun diinginkan.

Dengan menambahkan mereka dengan kamera video dan mikrofon, serangga-serangga ini menjadi alat mata-mata yang sangat ampuh.

5. Mikorofon Laser 

Ini adalah teknologi yang sudah ada di pasaran. Dengan teknologi ini, seseorang bisa menyadap pembicaraan di sebuah ruangan dari jarak jauh.
#5 Laser microphones
Caranya: Ketika dua orang berbicara di sebuah ruangan, maka gelombang suara mereka akan tertangkap getarannya di benda padat yang terhubung dengan ruangan, seperti jendela ruangan.

Nah, dengan senjata laser yang tak terlihat mata bisa diarahkan ke jendela, sehingga ia akan  menerima pantulan laser dari jendela. Dari pengolahan terhadap gelombang laser hasil pantulan dari jendela, senjata akan menerjemahkannya kembali menjadi sebuah bentuk percakapan suara yang ada di ruangan tadi. 

Sumber: Vivanews

Pangsa Pasar Pesawat Militer Ukuran Sedang Sangat Besar

C-295
JAKARTA-(IDB) : Pasar internasional membutuhkan sekitar 300 unit pesawat angkut militer kelas menengah hingga tahun 2019. PT Dirgantara Indonesia (Persero) bisa memenuhi kebutuhan dunia itu dengan dua jenis pesawat yang sudah dapat mereka produksi, yakni tipe C295 dan kelas CN235.

Demikian isi dokumen Supplement Business Plan PT DI Tahun 2011-2015 yang diterima Kompas di Jakarta, Minggu (11/9/2011). Dokumen ini secara resmi telah dipublikasikan dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi XI DPR di Jakarta pada 8 September 2011.

Perkiraan tentang kebutuhan pesawat militer yang dihitung Douglas Royce menunjukkan bahwa produksi pesawat angkut militer ukuran medium pada satu dekade ke depan diperkirakan mencapai 9 miliar dollar AS atau sekitar Rp 76,5 triliun. Pesawat yang masuk ke dalam kelas medium ini, antara lain, Alenia Aeronautica C27J, EADS CASA CN235, dan C-295.

Douglas Royce juga memperkirakan produksi pesawat C-295 hingga 2019 akan mencapai 110 unit. Selain itu, untuk tipe CN-235 diperkirakan akan diproduksi 65-70 unit. Selain untuk alat transportasi, konsumen juga memanfaatkan kedua jenis pesawat tersebut untuk kebutuhan patroli laut.

CN 235
Jenis-jenis pesawat dibagi atas tiga kelas. Pertama, kelas alat angkut ringan atau yang memiliki bobot pada saat lepas landas (MTOW) di bawah 20.000 lbs. Kedua, alat angkut medium dengan MTOW 20.000-80.000 lbs. Ketiga, pesawat pengangkut kelas berat dengan MTOW di atas 80.000 lbs. (1 lbs setara 453 gram).

Perkiraan yang dibuat tahun 2010 menunjukkan bahwa hingga 2019 akan ada 510 pesawat militar kelas berat yang akan diproduksi. Adapun pesawat militer kelas medium akan dihasilkan 300 unit, sedangkan pesawat angkut militer kelas ringan mencapai 90 unit. 

Sumber: Kompas

The Global Naval Vessels and Surface Combatants Market 2011-2021

DT-(IDB) : This report offers detailed analysis of the global Naval Vessels and Surface Combatants market over the next ten years, and provides extensive market size forecasts by country and sub sector.

It covers the key technological and market trends in the Naval Vessels and Surface Combatants market. It further lays out an analysis of the factors influencing the demand for Naval Vessels and Surface Combatants, and the challenges faced by industry participants.

In particular, it provides an in-depth analysis of the following:
  • Global Naval Vessels and Surface Combatants market size and drivers: comprehensive analysis of the Naval Vessels and Surface Combatants market through 2011–2021, including highlights of the demand drivers and growth stimulators for Naval Vessels and Surface Combatants. It also provides an insight on the spending pattern and modernization pattern in different regions around the world.
  • Recent development and industry challenges: insights into technological developments in the Naval Vessels and Surface Combatants market, and an extensive analysis of the changing preferences of naval forces around the world. It also provides the current consolidation trends in the industry and the challenges faced by industry participants.
  • SWOT analysis of the Naval Vessels and Surface Combatants market: exhaustive analysis of industry characteristics, determining the strengths, weaknesses, opportunities and threats faced by the Naval Vessels and Surface Combatants market.
  • Global Naval Vessels and Surface Combatants market-country analysis: analysis of the key markets in each region, providing an analysis of the top segments of Naval Vessels and Surface Combatants expected to be in demand.
  • Major programs: details of the major programs in each segment expected to be executed during the forecast period.
  • Competitive landscape and strategic insights: detailed analysis of competitive landscape of the Naval Vessels and Surface Combatants industry. It provides an overview of key naval shipbuilders catering to the Naval Vessels and Surface Combatants sector, together with insights such as key alliances, strategic initiatives and a brief financial analysis.

BUY THIS REPORT NOW

Key Highlights
The global naval vessels and surface combatants market is expected to grow at a CAGR of XX.XX%. The global naval vessels and surface combatants market is estimated to value US$XX.X billion in 2011. The market consists of corvettes, frigates, destroyers, cruisers, amphibious ships and aircraft carriers, and is expected to increase during the forecast period. This is because the main markets, including the US and some countries in Europe and Latin America, are expected to modernize their naval fleets which were neglected during the Afghanistan and Iraq wars. The market is expected to increase at a CAGR of XX.XX% during the forecast period, to reach US$XX.X billion by 2021; destroyers are expected to account for the majority of the global naval and surface combatants market, followed by frigates and aircraft carriers. During the forecast period, cumulative global expenditure on naval vessels and surface combatants is expected to reach US$XX.X billion.
Scope
  • Analysis of the global Naval Vessels and Surface Combatants market size from 2011 through 2021
  • Analysis of defense budget spending pattern by region
  • Insights on regional defense modernization initiatives
  • Sub-sector analysis of the Naval Vessels and Surface Combatants market
  • Analysis of key global Naval Vessels and Surface Combatants markets by country
  • Key competitor profiling
Reasons to Buy
  • Gain insight into the Naval Vessels and Surface Combatants market with current and forecast market values
  • Gain insight into the key drivers and attractiveness parameters of the global Naval Vessels and Surface Combatants market
  • Provides you with a detailed analysis of defense spending patterns including forecasts of military spending till 2021 by region
  • Gain insight into various defense modernization initiatives around the world
  • Gain insight into various factors impacting the growth of the Naval Vessels and Surface Combatants market
  • Gain insight into sub-sector markets with comprehensive market values and forecasts of the leading defense spending nations
  • Provides you with knowledge on recent developments in the global Naval Vessels and Surface Combatants market including technological trends and key challenges
  • Provides detailed information on leading Naval Vessels and Surface Combatants programs of major defense spenders across the world
  • Provides detailed company profiles of 20 leading Naval Vessels and Surface Combatants companies and related systems manufacturing companies across the world
Source: Defencetalk

Retrofit Tank AMX-13 Oleh Pindad Menuju Kemandirian Pembuatan Tank

BANDUNG-(IDB) : Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin, Jum’at (9/9) berkunjung ke PT. Pindad (Persero) untuk melihat secara langsung kemajuan retrofit Tank AMX-13. Dalam peninjauannya Wamenhan berharap PT. Pindad melihat kontrak retrofit ini sebagai bagian dari grand strategi menuju kemandirian industri pertahanan, khususnya dalam pembuatan tank.

“Retrofit tank ini perlu dilihat dari suatu kerangka yang makro sebagai bagian grand strategi dalam rangka menuju kemandirian industri pertahanan, oleh karena itu tidak menutup kemungkinan ini adalah bagian dari pembuatan tank oleh indonesia” ungkap Wamenhan dalam arahannya.

Lebih lanjut Wamenhan menekankan kepada seluruh jajaran PT. Pindad mulai jajaran direksi sampai pada jajaran operasional teknis untuk mampu menjawab tantangan dan tuntutan ini maka akan terjadi suatu trust building yang tinggi. Oleh karena itu, trust building quality dan trush building prosuksi hendaknya menjadi cacatan utama.

Dalam peninjauannya, Wamenhan juga didampingi sejumlah Tim Asistensi Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP). Rombongan Wamenhan diterima oleh Direktur Utama PT. Pindad (Persero) Adik Avianto Soedarsono.

Sementara itu, menanggapi penekanan dan arahan dari Wamenhan, Dirut PT. Pindad mengatakan akan berusaha menggunakan segala sumber daya yang ada untuk melaksanakan dengan sebaik-baiknya dan semaksimal mungkin proyek retrofit tank AMX-13 ini.

Sumber: DMC

Indonesia Mantapkan Kerja Sama Pertahanan Dengan Jerman, Perancis Dan Spanyol

JAKARTA-(IDB) : Indonesia akan memantapkan kerja sama pertahanan dengan tiga negara Eropa, yakni Jerman, Prancis, dan Spanyol, kata Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin.

Selama ini Indonesia telah memiliki kerja sama pertahanan dengan tiga negara itu, meski masih berjalan parsial, katanya kepada ANTARA News di Jakarta, Sabtu.

Oleh karena itu, Indonesia dan tiga negara tersebut akan mengakselerasi kesepakatan kerja sama pertahanan agar menjadi payung hukum politik bagi keempat negara dalam kerangka kerja sama pertahanan termasuk di dalamnya kerja sama industri pertahanan.

"Indonesia dan Jerman serta Indonesia dengan Spanyol, rancangan kesepakatan kerja sama pertahanannya sudah pada tahap pematangan untuk menjadi nota kesepahaman yang akan ditandatangani menteri pertahanan masing-masing negara," ujarnya.

Rancangan kesepakatan kerja sama antara Indonesia dengan Prancis, menurut dia, masih dalam tahap konsep awal dan akan didalami terus.

Ia mengatakan dengan nota kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU), maka kerja sama antara Indonesia dengan masing-masing negara Eropa itu dapat meningkatkan dan memperluas kerja sama yang sudah berjalan selama ini yang masih parsial.

Dalam kaitan itulah, Wamenhan akan melakukan kunjungan kerja ke Berlin dan Stuttgard (Jerman), Madrid (Spanyol), kemudian Paris dan Marseille (Prancis) selama sepekan mulai 11 September 2011.

"Yang jelas, kerja sama yang dijalin tersebut harus didasarkan saling menghormati, menghargai, dan menguntungkan kepentingan nasional," kata Sjafrie.

Selain memantapkan payung hukum politik kerja sama pertahanan, ia mengemukakan, akan dibahas pula pengembangan kerja sama indsutri pertahanan antara Indonesia dengan tiga negara itu.

"Kerja sama industri pertahanan yang telah berjalan antara Badan Usaha Milik Negara Industri Pertahanan Indonesia dan tiga negara itu akan kami mantapkan pula, agar dapat mendukung kemandirian industri pertahanan nasional sekaligus memacu pertumbuhan ekonomi nasional," demikian Sjafrie Sjamsoeddin.

Sumber: Antara