Pages

Sabtu, Juli 30, 2011

Berselisih dengan Pemerintah, Seluruh Pemimpin Militer Turki Mundur

Jenderal Isik Kosaner
ANKARA-(IDB) : Kepala staf militer Turki dan seluruh komando militernya mundur akibat perselisihan dengan pemerintah soal promosi bagi para jenderal yang ditahan karena diduga komplotan anti-pemerintah, menurut laporan media, Jumat.  

Jenderal Isik Kosaner mundur setelah beberapa pertemuan dalam beberapa hari belakangan ini dengan Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan, sebelum pertemuan pada awal Agustus dari komando tinggi militer yang akan memutuskan mengenai promosi bagi para perwira senior negara itu.

Seperti halnya Kosaner, komandan angkatan darat, angkatan udara dan angkatan laut juga mundur, NTV dan CNN Turki melaporkan, hal yang belum pernah terjadi sebelumnya di Turki, negara anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).

Pemerintah Turki sekarang ini menahan 43 perwira, sebagai bagian dari penyelidikan terhadap yang diduga komplotan untuk menjatuhkan Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP), cabang moderat dari gerakan Islam yang dilarang, yang kini berkuasa di negara itu.

Beberapa dari para perwira senior yang ditahan itu telah pensiun. Tapi beberapa pejabat senior dalam militer telah berupaya agar para perwira yang masih berdinas dipromosikan, meskipun mereka dalam tahanan. Pemerintah bersikeras bahwa mereka akan dipaksa untuk pensiun.

Sekarang sejumlah anggota komando tinggi yang mundur Jumat mendapati diri mereka diminta untuk pensiun dini, kantor berita Anatolia melaporkan. Pengunduran diri massal yang dramatis itu memiliki gaung khusus di Turki, yang kudeta militernya yang acap kali terjadi diikuti periode represi pada 1960, 1971 dan 1980.

Pada 1967, kampanye yang dipimpin militer, yang sejak awal menganggap diri mereka sebagai pengawal sekularisme Turki, telah mamaksa pengunduran diri pemerintah yang dipimpin partai Islam pertama di negara sekutu Amerika Serikat itu. Partai berakar Islam AKP yang kini memerintah Turki, negara sekuler yang sebagian besar penduduknya Muslim, telah berkuasa sejak 2002.

Sumber: Republika

Kalau Sudah Disetujui Kongres Amerika, F16 Hibah Diperkirakan Perkuat TNI AU Agustus 2012

YOGYAKARTA-(IDB) : Rencana hibah pesawat F-16 dari Amerika akan segera direalisasikan. Menurut Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Imam Sufaat pesawat hibah tersebut maksimal tiba di Indonesia pada Agustus 2012.

"Saat ini sedang menunggu keputusan Kongres Amerika. Dananya sudah dialokasikan, paling telat Agustus tahun depan bisa terealisasi," kata KSAU usai mengikuti upacara wisuda purnawira perwira tinggi (pati) TNI AU di Gedung Andrawina Akademi Angkatan Udara (AAU) di Yogyakarta, Jumat (29/7).

Dikatakan KSAU, hibah 24 unit pesawat tempur F-16 ini akan melengkapi pesawat F-16 yang telah dimiliki TNI AU, sehingga totalnya menjadi 34. KSAU menjelaskan, hibah pesawat F-16 ini sudah melalui pengkajian TNI AU.

Menurutnya, pengadaan melalui hibah ini lebih efisien daripada pembelian pesawat baru. "Kalau membeli pesawat baru harganya sampai US$1.600 juta untuk 16 unit. Sedangkan pengadaan melalui hibah ini maksimum hanya US$600 juta," katanya.

Ditambahkan Imam, pesawat-pesawat ini akan di-upgrade untuk meningkatkan kemampuannya. "Bloknya dinaikkan dari 25 menjadi 32," kata Imam.

Sebelumnya, hibah pesawat F-16 ini sempat menjadi perdebatan karena dikawatirkan akan sulit mendapatkan suku cadangnya. Namun begitu, TNI meyakinkan tidak akan terjadi kesulitan pengadaan suku cadang.

Sumber: Jurnas

F-22 Grounding: Propane, Anti-Freeze, And Other Toxins Found in Pilots’ Blood

DT-(IDB) : First it was oxygen problems. Then there was treatment for "physiological symptoms." And now the news is that toxins are keeping the F-22s down.

But that doesn't mean we have definitive answers yet. Toxins in the cockpit? Yes. Where are they coming from? There is still debate over that.

According to the Air Force Times, blood tests of F-22 pilots showed a host of chemicals, including anti-freeze, propane and burned polyalphaolefin, a synthetic oil, after flights where they reported experiencing cognitive problems.

These toxins, along with carbon monoxide, may be causing hypoxia, which is a lack of oxygen. Hypoxia can cause reduced brain function and memory loss. F-22 pilots reported being unable to remember how to change radio frequencies and scraping treetops when approaching the runway.

In November 2010, an F-22 crashed in Alaska and the pilot, Capt. Jeffrey Haney, was killed. Sources told the Air Force Times that in his final radio calls he sounded drunk, a symptom of hypoxia.

Back in May, we wrote about the grounding of the F-22 fleet and asked why these widespread problems were not detected in testing. It may be that the problem is still with the On-Board Oxygen Generating System (OBOGS), but the source of the toxins is unclear.

As one POGO commenter recently mentioned, one possibility is that what’s happening here “isn’t too different from running your car engine while the garage door is closed.”

From the Air Force Times:

“Part of the problem, at least for pilots flying from Joint Base Elmendorf-Richardson, Alaska, where many of the known incidents have occurred, may be the startup procedures used in winter, one source said.

“Because of the harsh climate, pilots often start their jet engines inside a hangar before taking off. That could allow exhaust gases to be trapped in the building, sucked back into the engines, and ingested into the bleed air intakes that are located within the engines’ compressor sections that supply the OBOGS, sources said.

“On the other hand, a different source told the Air Force Times that “many of the hypoxia incidents have occurred well into flights or even during a day’s second mission, long after the plane has left the Elmendorf hangar.”

“Either way, considering that, on average, one F-22 costs $350 million and each hour of flight costs $44,000, ensuring that they can fly is both a safety and a budgetary concern.

The F-22 fleet was grounded 86 days ago. If the oxygen problems are not solved in the next 124 days, all F-22 pilots will have to be re-qualified. That process could take four to six weeks, according to the Air Force Times. And since all of the pilots would need to be re-qualified, non-current pilots would be qualifying each other, which would add to the delays.

If that happens, the F-22s and their pilots might not be ready to fly until January 2012.

For now, pilots are putting in more time at the gym, practicing in simulators, and taxiing to the end of the runway and then returning to the hangar.

But the questions POGO's Director of Investigations Nick Schwellenbach had about the program two weeks ago are still unanswered.

What did the Air Force know before the recent groundings? As Bloomberg noted, there were nine instances from June 2008 and February of this year that triggered an earlier safety investigation into the Honeywell oxygen system. Then five more since February leading to the latest investigation and groundings.

Plus, there is the possibility that the November 2010 crash and death were related to the oxygen system, although we do not know if the accident investigation is pointing that way or not yet.

Were there inklings of oxygen system problems before June 2008? What did the earlier oxygen safety investigation find? Why are problems in this critical life support system only now coming to light?
Source: Defencetalk

Turki-Israel; Ketegangan yang Tak Kunjung Padam

ANKARA-(IDB) : Sebagian sumber pemberitaan mengkonfirmasikan keputusan rezim Zionis Israel yang ingin mengeluarkan warga Turki yang tinggal di Palestina pendudukan. Kementerian Luar Negeri Zionis Israel mengumumkan bahwa sejak saat ini mereka tidak akan memperpanjang izin tinggal 350 warga Turki.
 
Tampaknya penyebab pengambilan keputusan itu oleh Zionis Israel adalah aktivitas.

Turki yang anti Israel. Tapi sebagian kalangan politik menilai keputusan Israel meningkatkan tensi ketegangan dengan Turki merupakan perkara biasa.

Hubungan dingin Turki-Israel bermula dari perang mulut antara Perdana Menteri Turki, Recep Tayyip Erdogan dengan Presiden Zionis Israel, Simon Perez di ajang Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss. Ketegangan semakin meningkat pasca aksi brutal komando Israel yang menyerang dan membunuh sejumlah aktivis perdamaian Turki yang ikut dalam konvoi kapal bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza. Tuntutan Ankara yang berulang-ulang disampaikan agar Tel Aviv mengeluarkan pernyataan maaf secara terbuka kepada Turki, ternyata tidak digubris oleh para pejabat Zionis Israel.

Sekalipun secara lahiriah tampak ada dua cara pandang berbeda baik di Turki dan Israel mengenai hubungan keduanya, namun tidak ada landasan ideologis terutama dari pihak Turki yang menuntut terciptanya hubungan harmonis. Para pendukung pemikiran ini mayoritas dari para politikus Turki yang berasal dari Partai Pembangunan dan Keadilan (AKP). Mereka percaya bahwa tidak ada raihan positif bila Turki bersikeras menjalin hubungan dengan Israel.

Sekaitan dengan hal ini, Menteri Luar Negeri Turki, Ahmet Dovutoglu mengatakan, "Kami tidak pernah membayangkan ada keuntungan pasca perbaikan hubungan Turki dengan Israel. Karena keberlanjutan hubungan ini hanya akan menciptakan kemarahan dunia Islam kepada kami."

Tapi yang lebih penting lagi, syarat Ankara agar Tel Aviv mengeluarkan pernyataan permintaan maaf sudah menjadi masalah harga diri bangsa dan pemerintah Turki. Oleh karenanya, sangat sulit bagi Ankara untuk mundur dari syarat yang telah ditetapkannya dalam menormalisasi hubunganya dengan Israel.

Sementara sebagian kelompok yang kebanyakan dari pihak militer Turki dan Israel melihat ketegangan hubungan keduanya akan berdampak negatif pada kepentingan, militer dan bahkan ekonomi. Itulah mengapa Kementerian Peperangan Israel dan sebagian petinggi militer Turki sangat mencemaskan semakin dalamnya ketegangan yang terjadi. 

Terlebih setelah surat kabar Turki, Hurriyet menulis bahwa bila rezim Zionis Israel tidak menyampaikan permintaan maafnya kepada pemerintah Ankara, maka ada kemungkinan terjadi penurunan tingkat hubungan diplomatik dengan Israel. Masih satu paket dengan ini adalah rencana lawatan PM Erdogan ke Gaza semakin mempertajam friksi Ankara dan Tel Aviv.

Namun pertanyaan paling penting adalah, bila Israel benar-benar meminta maaf kepada Turki, apakah hubungan keduanya akan membaik?

Sumber: Irib

Russian Fifth-Generation Fighter To Make First Public Flight At Moscow Air Show

MOSKOW-(IDB) : Russia's Sukhoi T-50 fifth-generation fighter, also known as PAK-FA, will perform its first public flight at the MAKS-2011 air show near Moscow in August, Nikolai Zanegin, Deputy General Director of Russia's Aviasalon company, said on Wednesday.

“Numerous visitors will see the fifth-generation fighter in the sky for the first time ever at the air show,” Zanegin said in an interview with Russian magazine National Defense.

The Sukhoi T-50 fighter is being developed by the Sukhoi design bureau and built at a plant in Komsomolsk-on-Amur, in Russia's Far East.

The first prototype conducted its maiden flight in January 2010 and has so far carried out over 40 test flights. Two more prototypes are at various stages of testing. The Russian Air Force has said it had plans to acquire over 60 T-50 fighters after 2015.

Although the T-50’s specifications remain classified, reports indicate that the design incorporates the latest fighter jet developments, including advanced stealth capability, supersonic cruising speed, and integrated control and avionics systems.

Military experts say that the T-50 will compete with the Lockheed Martin F-22, the Lockheed Martin F-35 Lightning II and the Eurofighter Typhoon from the European Aeronautic Defense and Space Company (EADS).

The MAKS-2011 air show will be held at Zhukovsky outside Moscow on August 16-21. In all, 627 companies, including 473 Russian and 154 foreign, have registered to take part in the air show as of June 1.
Source: Defencetalk

Lagi-lagi AL Iran Berhasil Usir Perompak Somalia

TEHRAN-(IDB) : Angkatan Laut Iran kembali berhasil menyelamatkan kapal tanker minyak, Hoda, dari serangan sekelompok bajak laut di Selat Bab el-Mandeb.
 
Para bajak laut menaiki speedboat yang dilengkapi dengan roket berpeluncur granat (RPG) dan sejumlah senjata dan menyerang kapal tanker milik Iran. Demikian disampaikan juru bicara Angkatan Laut Iran dalam siaran pers, hari Juamt (29/72011)

Menurut laporan tersebut, para pembajak laut menyerang kapal tanker minyak Iran yang bernama Hoda. Ketika mereka mencoba membajak kapal tersebut, Angkatan Laut Iran bertindak cepat yang kemudian memaksa para perompak melarikan diri dari tempat kejadian.

Teluk Aden yang menghubungkan Samudera Hindia dengan Terusan Suez dan Laut Mediterania adalah rute tercepat untuk perjalanan antara Asia, Eropa dan Amerika . Rute ini dilewati sekitar 20.000 kapal dalam setiap tahunnya.

Namun, serangan perompak Somalia yang dilengkapi senjata berat dan speedboat mendorong sejumlah perusahaan besar di dunia beralih rute dari Terusan Suez. Namun rute lain tentunya akan menyedot dana yang lebih besar.

Sumber: Irib

F-35C Launches to New Milestone

DT-(IDB) : The F-35C Joint Strike Fighter (JSF) completed its first steam catapult launch July 27 marking another milestone toward initial ship trials in 2013.

A TC-13 Mod 2 test steam catapult was used to launch F-35C test aircraft CF-3 into the sky. Steam catapults are currently used on board U.S. Navy aircraft carriers to launch various aircraft.

The F-35C carrier variant of the Joint Strike Fighter is distinct from the F-35A and F-35B variants. It has larger wing surfaces and reinforced landing gear for slower catapult launch and landing approach speeds and deck impacts associated with the demanding carrier take-off and landing environment.

Assigned to the F-35 integrated test facility on board Naval Air Station Patuxent River, CF-3 is the designated carrier suitability testing aircraft.

"It was great to be able to be a part of this milestone in the F-35C test program," said Navy test pilot Lt. Chris Tabert. "Due to the hard work of the entire test team, the event went very well and I look forward to seeing the airplane operate from the carrier."

Tabert is the most junior test pilots to fly any variant of the F-35, which reflects a deliberate shaping of the test force which balances experienced military and contractor test pilots with more newly- qualified test pilots with more recent experience.

"Our first trip here to Lakehurst went very smoothly because of the true collaboration and hard work from the integrated team," said Tom Briggs, government air vehicle engineering manager. "We look forward to another productive visit and staying on track for initial ship trials."

In addition to the catapult launches at varying power levels, the integrated test team will execute a test plan over three weeks to include dual-aircraft jet blast deflector testing and catapult launches using a degraded catapult configuration to measure the effects of steam ingestion on the aircraft.

The ability to degrade the catapult is unique to the test facilities at Lakehurst.

"We are pleased to have NAVAIR Lakehurst support the first F-35C steam catapult launch," said Kathleen Donnelly, senior executive for Support Equipment and Aircraft, Launch and Recovery Equipment(ALRE). "Our dedicated personnel, along with our shipboard representative steam catapult, enable the Navy to have accurate and timely test data necessary to evaluate the compatibility of this critical weapons system with ALRE systems."
The F-35C is undergoing test and evaluation at NAS Patuxent River prior to eventual delivery to the fleet.

Source: Defencetalk1

Bahasa Malaysia/Indonesia Diusulkan Sebagai Bahasa Resmi ASEAN

JAKARTA-(IDB) : Forum "Roundtable Conference Indonesia-Malaysia" merekomendasikan penggunaan bahasa Malaysia/Indonesia sebagai bahasa resmi di lingkungan Perhimpunan Bangsa di Asia Tenggara (ASEAN) seperti yang diterima ASEAN Inter Parliamentary Association (AIPA), kata seorang pakar hubungan internasional.

"Forum itu telah mengeluarkan rekomendasi, salah satu di antaranya, penggunaan bahasa Malaysia/Indonesia sebagai bahasa resmi di lingkungan ASEAN," kata Direktur Institut Kajian Internasional FISIP UIN Syarif Hidayatullah, Nazaruddin Nasution SH, MA, kepada ANTARA News di Jakarta, Kamis.

Ia mengatakan pihak-pihak terkait dalam forum itu akan menyampaikan rekomendasi tersebut dan berharap para kepala negara anggota ASEAN dapat menyetujuinya dalam konferensi tingkat tinggi mereka nanti.

Roundtable Conference Indonesia-Malaysia, yang berlangsung pada 25-26 Juli 2011 di Kuala Lumpur, diprakarsai Foreign Policy Study Group (FPSG)-Malaysia bersama dengan Eminent Person Group (EPG)-Indonesia, the Indonesian Council on World Affairs (ICWA) dan Institut Kajian Internasional/FISIP UIN Syarif Hidayatullah.

Forum itu dihadiri berbagai wakil organisasi-organisasi masyarakat madani seperti akademisi, kalangan parlemen, LSM dan mantan diplomat kedua negara, yang lebih memfokuskan bagaimana mengembangkan kerja sama antarrakyat kedua negara (P-to-P) dalam kerangka "second track diplomacy" untuk memperkuat hubungan dan kerja sama antar- pemerintah (G-to-G) kedua negara.

Nazaruddin, mantan duta besar RI untuk Kamboja, mengatakan diperlukan komitmen dari Indonesia-Malaysia untuk memperjuangkannya pada saat keketuaan dipegang oleh Indonesia saat ini.

Ia memberikan contoh bahwa di lingkungan organisasi regional kawasan Amerika (OAS) sejak lama telah digunakan bahasa Spanyol di samping bahasa Inggris. Bahkan ASEAN Inter Parliamentary Association (AIPA) baru-baru ini juga telah menerima bahasa Malaysia/Indonesia selain bahasa Inggris sebagai bahasa resmi organisasi tersebut.

ASEAN beranggota Brunei Darussalam, Filipina, Indonesia, Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar, Singapura, Thailand dan Vietnam, dengan penduduk hampir 600 juta jiwa.

Indonesia mendapat giliran untuk menjadi ketua ASEAN tahun 2011 dan menjadi tuan rumah KTT ASEAN ke-18 Mei lalu di Jakarta.

Sumber: Antara

Update : Tim UNIFIL Inspeksi Gudang Amunisi INDOBATT


Unifil Periksa Gudang Amunisi Indobatt

LEBANON-(IDB) : Satgas Batalyon Mekanis Kontingen Garuda XXIII-E/UNIFIL atau Indonesian Battalion (Indobatt) menerima Tim Inspeksi UNIFIL yang berjumlah tiga orang, dipimpin oleh Captain Tahiru Issah. 

Inspeksi dilaksanakan di seluruh gudang penyimpanan amunisi Indobatt yang berada di area UN POSN 7-1 Adshit Al Qusayr, UN POSN 9-2 Az Ziqqiyah, UN POSN 9-63 El Addaisse dan UN POSN 7-3 Marjayoun.

Pelaksanaan inspeksi gudang amunisi Indobatt oleh UNIFIL dimaksudkan untuk mengecek dan memastikan bahwa sistem penyimpanan amunisi yang dilakukan oleh Indobatt dalam kondisi aman dan sesuai prosedur yang diberikan oleh UNIFIL serta tertib administrasi.

Pemeriksaan berlangsung selama 2 hari (27 s/d 28 Juli 2011). Pada hari pertama, Tim Inspeksi UNIFIL memeriksa gudang amunisi Kompi Delta, Kompi Echo, Kompi Bantuan dan Markas Batalyon yang terletak di satu tempat yaitu di area UN POSN 7-1, Adshit Al Qusayr, dilanjutkan ke Kompi Charlie yang terletak di area UN POSN 9-2 Az Ziqqiyah. Memasuki hari kedua, pemeriksaan dilanjutkan di gudang amunisi Kompi Alfa yang berada di area UN POSN 9-63 El Addaisse, dilanjutkan mengecek gudang amunisi Kompi Bravo yang berkedudukan di UN POSN 7-3 Marjayoun.

Usai pelaksanaan pemeriksaan, Tim Inspeksi UNIFIL melaksanakan debriefing dengan perwira pendamping dari Indobatt yaitu Kasilog Mayor Pasukan Deni Ramdani dan Kapten Inf Davit Sirait. Dari hasil pemeriksaan, Captain Tahiru Issah menyatakan gudang penyimpanan amunisi Indobatt sudah memenuhi standar UNIFIL dan menilai sistem administrasinya berjalan dengan tertib. 

“Hasil tersebut terus dipertahankan, mengingat amunisi adalah salah satu bekal pokok prajurit yang harus disimpan dengan aman, tertib dan berada pada lingkungan yang steril dari benda-benda yang mudah terbakar”, kata Captain Tahiru.

Sumber: Poskota