ANKARA-(IDB) : Sebagian sumber pemberitaan mengkonfirmasikan keputusan rezim Zionis Israel yang ingin mengeluarkan warga Turki yang tinggal di Palestina pendudukan. Kementerian Luar Negeri Zionis Israel mengumumkan bahwa sejak saat ini mereka tidak akan memperpanjang izin tinggal 350 warga Turki.
Tampaknya penyebab pengambilan keputusan itu oleh Zionis Israel adalah aktivitas.
Turki yang anti Israel. Tapi sebagian kalangan politik menilai keputusan Israel meningkatkan tensi ketegangan dengan Turki merupakan perkara biasa.
Hubungan dingin Turki-Israel bermula dari perang mulut antara Perdana Menteri Turki, Recep Tayyip Erdogan dengan Presiden Zionis Israel, Simon Perez di ajang Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss. Ketegangan semakin meningkat pasca aksi brutal komando Israel yang menyerang dan membunuh sejumlah aktivis perdamaian Turki yang ikut dalam konvoi kapal bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza. Tuntutan Ankara yang berulang-ulang disampaikan agar Tel Aviv mengeluarkan pernyataan maaf secara terbuka kepada Turki, ternyata tidak digubris oleh para pejabat Zionis Israel.
Sekalipun secara lahiriah tampak ada dua cara pandang berbeda baik di Turki dan Israel mengenai hubungan keduanya, namun tidak ada landasan ideologis terutama dari pihak Turki yang menuntut terciptanya hubungan harmonis. Para pendukung pemikiran ini mayoritas dari para politikus Turki yang berasal dari Partai Pembangunan dan Keadilan (AKP). Mereka percaya bahwa tidak ada raihan positif bila Turki bersikeras menjalin hubungan dengan Israel.
Sekaitan dengan hal ini, Menteri Luar Negeri Turki, Ahmet Dovutoglu mengatakan, "Kami tidak pernah membayangkan ada keuntungan pasca perbaikan hubungan Turki dengan Israel. Karena keberlanjutan hubungan ini hanya akan menciptakan kemarahan dunia Islam kepada kami."
Tapi yang lebih penting lagi, syarat Ankara agar Tel Aviv mengeluarkan pernyataan permintaan maaf sudah menjadi masalah harga diri bangsa dan pemerintah Turki. Oleh karenanya, sangat sulit bagi Ankara untuk mundur dari syarat yang telah ditetapkannya dalam menormalisasi hubunganya dengan Israel.
Sementara sebagian kelompok yang kebanyakan dari pihak militer Turki dan Israel melihat ketegangan hubungan keduanya akan berdampak negatif pada kepentingan, militer dan bahkan ekonomi. Itulah mengapa Kementerian Peperangan Israel dan sebagian petinggi militer Turki sangat mencemaskan semakin dalamnya ketegangan yang terjadi.
Terlebih setelah surat kabar Turki, Hurriyet menulis bahwa bila rezim Zionis Israel tidak menyampaikan permintaan maafnya kepada pemerintah Ankara, maka ada kemungkinan terjadi penurunan tingkat hubungan diplomatik dengan Israel. Masih satu paket dengan ini adalah rencana lawatan PM Erdogan ke Gaza semakin mempertajam friksi Ankara dan Tel Aviv.
Namun pertanyaan paling penting adalah, bila Israel benar-benar meminta maaf kepada Turki, apakah hubungan keduanya akan membaik?
Sumber: Irib
Tidak ada komentar:
Posting Komentar