Pages

Selasa, Juli 19, 2011

Bakti Sosial AL Indonesia-Singapura

JAKARTA-(IDB) : Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL) dan Angkatan Laut Singapura (Republic of Singapore Navy/RSN) mengadakan bakti sosial di Kelurahan Tanjung Piayu, Kecamatan Sie Beduk, Kota Batam.

Bakti sosial itu dibuka Komandan Gugus Keamanan Laut Komando Armada RI Kawasan Barat (Danguskamlabar), Laksamana Pertama TNI D.A. Mamahit, di kantor kelurahan setempat, Senin.

Kegiatan itu merupakan bagian dari latihan rutin bersama AL kedua negara dengan melibatkan sejumlah tenaga medis dan para medis untuk pelayanan kesehatan dan bakti sosial di kelurahan tersebut.

Bakti sosial bertema "Indonesia Singapura Bhakti Sosial" (ISBS) 2011 itu dikoordinasikan oleh Komandan Satuan Tugas (Dansatgas) Kolonel Laut (P) Iwan Isnurwanto yang sehari-harinya menjabat Komandan Pangkalan Angkatan Laut (Lanal) Batam.

"Rencananya, kegiatan dimulai tanggal 18 sampai tanggal 20 Juli 2011 dengan melibatkan tenaga medis dari TNI AL dan RSN yang bekerja sama dengan Pemkot Batam," kata Mamahit.

Ia mengatakan, kegiatan ISBS itu merupakan salah satu tindak lanjut dari kegiatan "patroli terkoordinasi antara Indonesia dengan Singapura" (Patkor Indosin) antara angkatan laut kedua negara.

"Latihan bersama di laut dilaksanakan di perbatasan laut Indonesia-Singapura, sedangkan kegiatan di darat melalui bakti sosial," ujarnya.

Kegiatan bakti sosial meliputi pelayanan kesehatan umum dan gigi serta pemberian bantuan peralatan olah raga, buku paket untuk berapa sekolah dan sejumlah komputer serta peralatan jaket pengaman 100 buah. .

Untuk mendukung kegiatan tersebut, RSN mengikutsertakan satu kapal perangnya yaitu RSS Independence-87 dan 16 personel tenaga medis dan para medis.

Selanjutnya, mereka bergabung dengan tenaga medis dan para medis dari TNI AL dan Pemkot Batam.

Sumber: Antara

Brazil Launches Construction Of Four Scorpene-Class Submarines

BRAZIL-(ISB) : The construction of four Scorpene-class attack submarines for the Brazilian Navy was launched on Saturday at a plant near Rio de Janeiro.

Brazil and France signed a $4.25-billion contract on the construction of the four enlarged S-BR diesel-electric submarines, jointly designed by France and Spain, in 2008. The first submarine is expected to enter service in 2017.

Scorpene-class submarines are equipped with six 533-mm torpedo tubes for 18 torpedoes or SM.39 Exocet anti-ship missiles, or 30 mines in place of torpedoes.

Unlike other modifications of the Scorpene-class submarine, the S-BR submarine is not equipped with an air-independent propulsion (AIP) system which allows a submarine to operate without the need to surface or use a snorkel to access atmospheric oxygen.

Brazilian President Dilma Rousseff, who was present at Saturday's ceremony, said the construction of the submarines was an important step that would help the Brazilian Navy reach a new level of technological development.

Brazil and France have also signed an agreement to develop a French/Brazilian nuclear powered submarine. In line with the deal, Brazil's first nuclear submarine is scheduled to enter service in 2023.

Source: Defencetalk

KSAD Berkomitmen Beli Alutsista Produk Dalam Negeri

Th 2006 10.000 pucuk senjata SS-2 telah perkuat TNI AD
BANDUNG-(IDB) : TNI AD menyatakan mendukung dan akan berkomitmen untuk menggunakan produk dalam negeri untuk alutsista (Alat Utama Sistem Pertahanan) sesuai arahan dan instruksi Presiden RI. Namun ia pun meminta agar industri pertahanan dalam negeri seperti PT Pindad, PT Dirgantara Indonesia dan PT LEN dapat meningkatkan kualitas produknya agar sesuai dengan kebutuhan TNI AD.

"Jadi pokoknya, apa yang bisa kita buat, harus digunakan sendiri. Tetapi untuk produk dalam negeri juga harus meningkatkan kuaitas sesuai dengan yang kita butuhkan. Ya kita bersama-sama penyempurnaan sambil berjalan," ujar KSAD Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo saat ditemui usai Upacara Prasetya Perwira Diktukpa TNI AD di Lapangan Wiradhika Secapa AD, Jalan Hegarmanah, Senin (18/7/2011).

Ia mengatakan, peremajaan alutsista memang diperlukan, namun juga harus diikuti dengan peningkatan kualitas SDM para perwira dan anggota lainnya.

TNI AD berencana mengganti semua panser dengan Anoa Pindad
"Modernisasi tetap kita lakukan, makanya SDM kita siapkan. Kalau ada yang bertanya pada saya mana yang lebih didulukan, dua-duanya seiring sejalan. Manusianya harus disiapkan, peralatan harus ditingkatkan," katanya.

Ia mencontohkan, penggunaan beberapa peralatan di TNI AD sebagian telah menggunakan produk dalam negeri.

"Untuk senjata ringan, kalau dari Pindad sudah memenuhi persyaratan, ya kami akan pakai yang dari Pindad. Karena terus terang saja, senjata dari pindad itu dipakai untuk pertandingan di 10 negara asean, dia juara loh. Bahkan negara-negara asean dan negara tetangga lainnya ingin membeli produk pindad. Jadi mengapa orang lain menggunakan kita tidak. Dan kita harus bangga kalau itu kualitasnya memenuhi syarat," tuturnya.

Bahkan untuk kebutuhan panser, TNI AD pun rencananya akan mengganti seluruh panser yang ada dengan produk PT Pindad.

"Sekarang kita gunakan Panser Anoa, itu secara total nanti panser lama akan kita ganti. Sekarang masih sebagian dari luar. Karena kan anggarannya juga terbatas, jadi bertahap," akunya.

Sumber: Detik

TNI AU Berencana Rekrutmen Penerbang Non-Akademi

JAKARTA-(IDB) : Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara berencana merekrut penerbang militer dari siswa non-Akademi Angkatan Udara. Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Udara Marsekal Pertama Bambang Samoedro mengatakan langkah ini dilakukan karena lulusan Akademi Angkatan Udara yang bisa diseleksi menjadi penerbang sangat terbatas. "Tahun ini TNI Angkatan Udara berencana mengambil lulusan PSDP," katanya kepada Tempo, Senin 18 Juli 2011.

Bambang mengatakan, seiring dengan rencana pembangunan kekuatan TNI Angkatan Udara, maka kebutuhan akan penerbang-penerbang militer semakin bertambah. Namun, tidak semua perwira lulusan AAU otomatis menjadi penerbang.

Setiap tahun TNI AU mendidik calon-calon penerbang militer yang berasal dari lulusan-lulusan AAU yang lolos seleksi calon penerbang. Selain lulusan AAU, juga ada calon penerbang yang direkrut dari lulusan sekolah menengah yang disebut Perwira Siswa Dinas Pendek (PSDP). Lulusan AAU akan menjadi penerbang untuk TNI AU, sedangkan lulusan PSDP bertugas di TNI Angkatan Laut, TNI Angkatan Darat, dan Kepolisian.

Penerbang yang berasal dari AAU akan dilatih kembali menjadi penerbang tempur, penerbang transport, atau penerbang helikopter. Adapun lulusan PSDP hanya diarahkan untuk menjadi penerbang transport dan heli. Menurut Bambang, tahun ini lima orang penerbang dari PSDP akan direkrut untuk bertugas di TNI AU.

Lulusan AAU yang lolos seleksi calon penerbang memang tidak banyak. Bambang mengatakan setiap tahun hanya 20-30 orang perwira AAU yang menjadi calon penerbang. Total rata-rata hanya 50 calon penerbang yang dididik di Komando Pendidikan TNI Angkatan Udara di Lanud Adisutjipto.

Sebelumnya, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengatakan pemerintah berencana terus melengkapi skuadron yang saat ini sudah ada di TNI AU. Saat ini TNI AU sudah memiliki beberapa skuadron tempur seperti Sukhoi, F-16, Tiger, F-5, Tiger, Hawk, serta yang akan datang T-50 dan Super Tucano. "Kami juga akan membangun skuadron transport," katanya.

Menteri mengatakan kebutuhan untuk membangun skuadron transport atau angkut semakin tinggi karena banyaknya bencana alam yang akhir-akhir ini terjadi. Ancaman yang muncul juga tidak lagi dalam bentuk tradisional seperti perang, tetapi ancaman teror, asimetris, dan lainnya. "Dan itu diperlukan pesawat angkut seperti Hercules, pengganti F27, helikopter serbu dan lain sebagainya," katanya.

Sumber: Tempo

First F-35 arrives at Eglin Air Force Base

DT-(IDB) : The Department of Defense's first F-35 Lightning II joint strike fighter touched down at its new home here July 14, marking a major milestone in the nation's military history.
Upon arrival, the jet officially became part of the Air Force inventory. It now belongs to the JSF training unit, the 33rd Fighter Wing.

Flying it in was Lt. Col. Eric Smith of the 58th Fighter Squadron, the first Air Force qualified F-35 pilot.

"It was a smooth ride in," said the colonel of the hour and 40 minute flight. "The jet behaved awesomely. I'm just so proud to bring it home to Eglin (Air Force Base)."

A crowd of 33rd FW people braved the 90 degree heat to watch the fifth-generation fighter touchdown and taxi in. Col. Andrew Toth, the 33rd FW commander, was the first to greet his pilot upon arrival.

"It's an exciting day here at the wing where our joint and integrated team has been preparing for this day since October 2009," Toth said. "I have no doubt the caliber of the Airmen, Sailors, Marines and contractors will provide safe and effective training operations at Eglin (AFB). Now, we look forward to the start of classes later this year."

Now that the aircraft is on station, F-35 maintainers will train and be certified here at home.
"It's pretty exciting," said Tech. Sgt. Brian West, the crew chief for the new aircraft. "We're thrilled to be able to train with one of our own."

As the world's first multi-role stealth fighter, the F-35 is known for its superior range, cutting-edge avionics and next-generation sensor fusion. Each model shares breakthroughs in combat performance, survivability and support, while each is specifically tailored for unique service needs.

Lt. Col. J.D. Wilbourne, the 58th FS commander, said he was thrilled to see his first aircraft arrive, one day before his change of command.

"This is the best week ever," said the commander, who flew chase in an F-16 Fighting Falcon. "This aircraft ensures air dominance for the next 30 years, and today marks the first step toward that goal."

Source: Defencetalk

Pertemuan Menlu ASEAN Diharapkan Bahas Konflik Laut China Selatan

JAKARTA-(IDB) : Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa menyatakan harapan agar pertemuan Menlu ASEAN ke- 44 dan pertemuan Forum Regional ASEAN ke-18 di Bali pada 16-23 Juli di Bali dapat memberi kontribusi positif terhadap penyelesaian konflik Laut China Selatan.

Sebelumnya diberitakan beberapa negara anggota ASEAN, yakni Filipina, Vietnam, Brunei Darussalam, dan Malaysia ditambah China mempersengketakan wilayah Laut China Selatan, termasuk gugus Kepulauan Spratly dan Kepulauan Paracel yang kaya kandungan migas.

"Dalam pertemuan dengan Menlu Brunei Darussalam Mohamed Bolkiah tadi pagi, kami mengatakan perlunya ditindaklanjuti pembahasan tentang panduan untuk implementasi Declaration of Conduct (DOC) yang sudah disepakati negara-negara terkait sejak 10 tahun lalu. Saya berharap dalam pertemuan di Bali kali ini pembuatan panduan untuk DoC bisa dicapai," kata Menlu setelah menghadiri pertemuan Komisi Bersama Kerjasama Indonesia-Brunei Darussalam pada Senin pagi.

Menlu mengingatkan pentingnya negara-negara terkait untuk segera mengimplementasi DoC sebagai langkah antisipasi konflik di kawasan Laut China Selatan ke depannya.

Ditanya mengenai langkah Filipina yang berencana melaporkan masalah laut China Selatan ke PBB, Marty mengatakan tidak mempermasalahkan hal tersebut.

"Memang ada beberapa mekanisme yang tersedia bagi semua negara untuk penyelesaian masalah internasional baik melalui jalur bilateral ataupun multilateral. Saya kira hal tersebut tidak masalah asalkan sifatnya saling komplementer," katanya.

Dia menambahkan yang terpenting bagi negara di kawasan saat ini adalah bagaiman menciptakan suasana kondusif bagi penyelesaian masalah Laut China Selatan.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal ASEAN Surin Pitsuwan yang ditemui di tempat terpisah mengatakan konflik Laut China Selatan selama sembilan tahun terakhir memicu kekahwatiran masyarakat internasional karena kawasan tersebut merupakan jalur perdagangan penting dunia.

Dia mengimbau negara-negara terkait untuk segera menyepakati panduan DoC dan mengimplementasikannya. "Saya yakin kita bisa menyelesaikan isu ini. Mari buktikan kepada dunia bahwa ASEAN dan China bisa menyelesaikan konflik secara damai," katanya 

Sumber: Antara

ASEAN dan Rusia Setuju Perkuat Kerja Sama Keamanan

NUSA DUA-(IDB) : Negara anggota Perhimpunan Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) dan Rusia setuju untuk memperkuat kerja sama di bidang keamanan, kata Perwakilan Tetap Indonesia untuk ASEAN, I Gede Ngurah Swajaya, di Bali, Minggu.

"Dalam pertemuan antar-pejabat tinggi ASEAN dan Rusia kemarin, kedua pihak menegaskan lagi komitmen untuk meningkatkan kerjasama di bidang keamanan terutama mengenai upaya memberantas kejahatan internasional dan terorisme," kata Ngurah disela-sela pertemuan pejabat tinggi ASEAN di Bali jelang pertemuan menteri luar negeri (Menlu) ASEAN ke-44, dan pertemuan Menlu ASEAN dengan negara-negara mitra dalam ASEAN Regional Forum (ARF) pada 18-23 Juli.

Dia mengatakan, komitmen kerja sama di bidang keamanan tersebut akan dituangkan dalam bentuk pernyataan bersama Menlu Indonesia, sebagai pembawa mandat Keketuaan ASEAN, dan Rusia. Ngurah mengemukakan, kedua pihak juga setuju untuk meningkatkan kerja sama di bidang penanganan pasca-bencana, pemberian bantuan kemanusiaan, serta peningkatan hubungan antar-masyarakat.

Duta Besar Republik Indonesia untuk Rusia, Hamid Awaludin, mengatakan bahwa hubungan ASEAN dan Rusia perlu mendapatkan perhatian lebih dan ditingkatkan di waktu mendatang.

"Banyak sektor yang mesti digarap, seperti perdagangan, ilmu pengetahuan serta investasi. Pada tataran permukaan semua tampak mudah, namun dalam detailnya perlu penanganan yang lebih serius," katanya.

Sementara itu, Duta Besar Rusia untuk Republik Indonesia, Alexander Ivanov, mengatakan bahwa tahun 2011 merupakan peringatan 15 tahun kerjasama ASEAN-Rusia. Selama beberapa tahun belakangan ini, Russia-ASEAN telah menghasilkan beberapa dokumen bersejarah. Dokumen kerjasama ini termasuk kerjasama politik, ekonomi perdagangan, kebudayaan, serta bantuan kemanusiaan.

Rusia, menurut dia, menilai ASEAN mampu memegang peranan penting dalam proses integrasi di Asia Pasifik. Untuk itu, Negeri Beruang Merah tersebut siap membantu pembangunan stabilitas Asia Pasifik bersama ASEAN.

Sumber: Antara