BANTUL-(IDB) : Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) menjadi kampiun dalam Kompetisi Muatan Roket Indonesia (Komurindo) tingkat Nasional 2011
Kompetisi bertema Attitude Monitoring and Surveillance tersebut bertujuan untuk menyiapkan generasi muda yang unggul di bidang teknologi kedirgantaraan, khususnya peroketan. Komurindo 2011 diselenggarakan oleh DP2M Ditjen Dikti bekerja sama dengan UGM, Lapan, Pemkab Bantul, dan Akademi Angkatan Udara.
Dalam kompetisi ini, peserta harus merancang bangun payload (muatan roket). Payload tersebut harus mampu kembali atau menuju sasaran yang ditentukan (homing) setelah terlepas dari roket peluncur. Muatan yang diuji yaitu perangkat telemetri untuk meteorologi, video, dan alat pemandu arah terbang muatan menuju sasaran secara otonom dan mampu berkomunikasi dengan ground segment.
Seleksi awal pada 15 Januari 2011 terpilih 40 tim dari 75 proposal yang masuk. Seleksi kedua, sabtu (25/06), meloloskan 23 tim pada uji fungsional dan integrasi muatan. Dalam seleksi ini peserta menguji muatan roket dengan tes koneksi komunikasi dari ground station dengan muatan roket. Muatan juga diuji keandalannya dengan alat uji g-force, g-shock, dan alat uji vibrasi. Seleksi ketiga, Minggu (26/06), muatan roket diujiterbangkan dengan roket seri RUM70-100 berdaya jangkau 600 m di Pantai Pandansimo, Srandakan, Bantul, DIY. Uji Terbang Muatan ini meloloskan 21 tim.
Puncak seleksi adalah presentasi data hasil uji terbang payload oleh 21 tim peserta yang lolos tersebut, Senin (27/06). Tim peserta memresentasikan hasil analisisnya di hadapan dewan juri di gedung Parasamya, Pemkab Bantul, Bantul. Dewan juri terdiri dari Dr. Endra Pitowarno (PENS-ITS), Dr. Rika Andiarti (LAPAN), Dr. Indrawanto (ITB), Dr. Wahidin Wahab (UI), Dr. Heru Santosa B.R., M. Eng., Ph.D. (UGM).
Menurut Kepala Lapan, Drs. Bambang Tejasukamana, Dipl. Ing., kompetisi kali ini memiliki tantangan yang lebih besar dari sebelumnya. Para peserta harus mampu menjawab tantangan tersebut mulai dari getaran roket, gravitasi, dan faktor cuaca. Ia menilai kompetisi ini merupakan sebuah proses, yakni proses dari mendidik, membimbing, dan melatih para generasi muda akan teknologi dirgantara.
Setelah seleksi akhir, dewan juri mengumumkan pemenang Komurindo tingkat Nasional tahun 2011. Tim EEPISky G-02 dari PENS-ITS memperoleh peringkat I. Peringkat kedua diraih tim EagleOne dari Polteknik Negeri Bandung. Peringkat ketiga diraih oleh tim Starpens-01 dari PENS-ITS. Pemenang berikutnya yaitu Juara Harapan I, tim RTS-X2 (Universitas Komputer Indonesia Bandung), Juara Harapan II, tim Barelang Sky-01 (Politeknik Negeri Batam), dan Juaran Harapan III, tim MDP Ring (STMIK MDP Palembang).
Kompetisi ini juga menjaring juara dengan kategori desain terbaik yang diraih oleh tim Gama-Sat 1 (UGM). Tim Elektron Legacy (ITB) memperoleh juara kategori kreativitas terbaik. Dan untuk kategori juara favorit, diraih oleh tim Mata Dewa dari Universitas Negeri Surabaya.
Dari kompetisi ini diharapkan generasi muda terus tumbuh minatnya dalam kecintaan terhadap kedirgantaraan. Menurut Dirjen DIKTI Kemendiknas, Prof. Dr. Joko Santosa, tidak ada satupun bangsa di dunia ini yang maju tanpa menguasai teknologi. Dan tidak ada bangsa yang bisa membangun atau meneruskan bangsanya tanpa menyiapkan generasi muda. “Menumbuhkan minat dan mengembangkan rasa ingin tahu akan menumbuhkan riset ilmu pengetahuan. Pada akhirnya diharapkan bangsa Indonesia bisa menguasai teknologi,” ujarnya.
Senada dengan Joko, Bupati Bantul, Hj. Sri Suryawidati mengungkapkan apresiasinya terhadap kompetisi muatan roket ini. Ia mengatakan, pengembangan teknologi kedirgantaraan merupakan teknologi yang strategis. Selain teknologi untuk penelitian, teknologi dirgantara juga bermanfaat untuk keamanan. Kemandirian bangsa akan bidang teknologi dirgantara ini maka bangsa akan disegani. Selain itu, bangsa akan mampu bersaing menuju persaiangan global, salah satunya AFTA.
Komurindo memiliki berbagai makna bagi bangsa. Direktur Penelitian, Pengembangan, dan Pengabdian kepada Masyarakat Dikti, Suryo Hapsoro Triutomo, mengimbau agar peserta dapat mengambil makna dari kompetisi ini, tidak hanya melihat sisi roketnya saja. Dari kompetisi ini dapat diperoleh makna resourcing sharing, integrasi, serta pengetahuan teknologi informasi dan komputer. “Jika peserta mampu melaksanakan lebih baik, kerjasama yang semakin baik, dan tentunya dilakukan dengan karakter yang baik, maka semakin banyak yang bisa melakukan teknologi dirgantara. Dengan demikian, bangsa ini akan menjadi bangsa yang maju,” ia berpesan.