JAKARTA-(IDB) : Indonesia melalui Kementerian Pertahanan akan memulai kerja samanya dengan pemerintah Korea Selatan dalam rangka pengembangan pesawat jet tempur Korea Fighter Xperiment (KFX) atau jet tempur generasi 4,5 dengan nilai proyek sekitar US$ 8 milliar. Untuk proyek ini, Indonesia mendapatkan porsi anggaran 20 persen dari total keseluruhan atau sekitar US$ 1,6 miliar.
"Total proyek ini secara keseluruhan yang telah disepakati bersama Korsel mencapai US$ 8 miliar, dimana 20 persennya yaitu sekitar US$ 1,6 milliar dari Indonesia dan sisanya dari Korsel. Nilai US$ 1,6 miliar itu akan dikucurkan bertahap," ujar Sekjen Kemhan, Eris Hariawan, dalam jumpa pers.
Jumpa pers digelar usai acara Pengarahan Menhan Kepada Tim Engineering Program Pengembangan KF-X/IF-X Indonesia-Korsel di Gedung Kemhan, Jl Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Senin (11/7/2011). Hadir pula dalam kesempatan ini Menhan Purnomo Yusgiantro.
Proyek ini ditargetkan rampung pada tahun 2024. Ada tiga tahapan dalam proyek ini yaitu Technical and Development Phase yang akan dimulai akhir Juli 2011, lalu Engineering Development Phase
"Untuk tahap awal tahun 2011 ini, atau tahap Technical and Development alokasi anggaran dibutuhkan lebih kurang Rp 48 milliar di mana Rp 8 milliarnya berasal dari Balitbang Kemhan khusus untuk pengadaan software," katanya
"Dan perkiraan anggaran yang kita butuhkan untuk 4 tahun ke depan yaitu tahun 2012 sekitar Rp 100 milliar, dan tahun 2013, 2014, 2015 masing-masing Rp 1,2 triliunan," tambah Eris.
Eris menambahkan, kerja sama ini tentunya sangat penting dalam rangka memenuhi kebutuhan alutsista di Indonesia. Apalagi Indonesia menargetkan, sampai tahun 2025 bisa menambah 3 skuadron atau sekitar 50 an pesawat jet tempur.
"Dan kenapa kita memilih Korsel untuk bekerja sama, karena kami lihat Korsel mempunyai kemampuan untuk memproduksi pesawat jet tempur, dan kita anggap juga Korsel mampu untuk mengembangkan pesawat KFX ini ke depan," kata Errys.
"Kita juga lihat dari Korsel ada niat baik," tambahnya.
Purnomo dalam sambutannya juga berharap proyek ini tuntas pada waktu yang disepakati. "Kita tentunya harus memodernisasi alutsista kita, kita akan kejar dan komit dengan modernisasi alutsista sesuai blue print yang sudah kita sepakati dan kita patok tahun 2024," harap Purnomo.
Purnomo sempat menceritakan, tentang adanya pertanyaan yang timbul kenapa dalam pengadaan proyek ini Indonesia harus bekerja sama dengan negara lain. Menurutnya, meskipun menggandeng negara lain bukan berarti pemerintah tidak mengoptimalkan industri dalam negeri.
"Saya katakan, kalau kita mengembangkan ini pilihannya ada tiga, satu maksimalkan industri dalam negeri kemudian sisanya bisa minta bantuan luar negeri agar tercapai target tahun 2024 (punya 3 skuadron-red), kedua kita tunggu sampai industri nasional mampu menyuplai alusista kita tapi nggak tercapai tujuan yang tahun 2024 atau ketiga kita akan selalu terlambat karena industri dalam negara nggak berkembang, padahal kebutuhan alusista kita terus meningkat," ujarnya.
"Dan akhirnya kita memilih kejar semakimal mungkin untuk mengoptimalkan industri dalam negeri, dan selebihnya kita mengadakaan join agreement dengan negara lain," ungkapnya.
Dalam kesempatan ini pula, Purnomo sekaligus melepas tim engineering yang berjumlah 37 orang yang terdiri TNI AU, ITB, Kemhan dan PT DI ke Korsel. Tim ini nantinya akan bergabung bersama dengan tim dari Korsel dalam rangka untuk memulai tahap awal kerja sama ini.
Pesawat tempur KFX nantinya akan berkursi tunggal dan disokong oleh mesin kembar setara dengan kelas General Electric F414 atau SNECMA M88 yang digunakan pada F/A-18E/F Boeing dan Dassault Rafale. Jika proyek ini berhasil maka kode pesawat tempur KFX ini akan berganti menjadi F33 dan diharapkan mampu mendongkrak kekuatan TNI dalam menjaga kedaulatan Indonesia yang mulai 2013 sampai 2020, dan tahap terakhir adalah persiapan produki pesawat jet tempur tersebut.
"Total proyek ini secara keseluruhan yang telah disepakati bersama Korsel mencapai US$ 8 miliar, dimana 20 persennya yaitu sekitar US$ 1,6 milliar dari Indonesia dan sisanya dari Korsel. Nilai US$ 1,6 miliar itu akan dikucurkan bertahap," ujar Sekjen Kemhan, Eris Hariawan, dalam jumpa pers.
Jumpa pers digelar usai acara Pengarahan Menhan Kepada Tim Engineering Program Pengembangan KF-X/IF-X Indonesia-Korsel di Gedung Kemhan, Jl Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Senin (11/7/2011). Hadir pula dalam kesempatan ini Menhan Purnomo Yusgiantro.
Proyek ini ditargetkan rampung pada tahun 2024. Ada tiga tahapan dalam proyek ini yaitu Technical and Development Phase yang akan dimulai akhir Juli 2011, lalu Engineering Development Phase
"Untuk tahap awal tahun 2011 ini, atau tahap Technical and Development alokasi anggaran dibutuhkan lebih kurang Rp 48 milliar di mana Rp 8 milliarnya berasal dari Balitbang Kemhan khusus untuk pengadaan software," katanya
"Dan perkiraan anggaran yang kita butuhkan untuk 4 tahun ke depan yaitu tahun 2012 sekitar Rp 100 milliar, dan tahun 2013, 2014, 2015 masing-masing Rp 1,2 triliunan," tambah Eris.
Eris menambahkan, kerja sama ini tentunya sangat penting dalam rangka memenuhi kebutuhan alutsista di Indonesia. Apalagi Indonesia menargetkan, sampai tahun 2025 bisa menambah 3 skuadron atau sekitar 50 an pesawat jet tempur.
"Dan kenapa kita memilih Korsel untuk bekerja sama, karena kami lihat Korsel mempunyai kemampuan untuk memproduksi pesawat jet tempur, dan kita anggap juga Korsel mampu untuk mengembangkan pesawat KFX ini ke depan," kata Errys.
"Kita juga lihat dari Korsel ada niat baik," tambahnya.
Purnomo dalam sambutannya juga berharap proyek ini tuntas pada waktu yang disepakati. "Kita tentunya harus memodernisasi alutsista kita, kita akan kejar dan komit dengan modernisasi alutsista sesuai blue print yang sudah kita sepakati dan kita patok tahun 2024," harap Purnomo.
Purnomo sempat menceritakan, tentang adanya pertanyaan yang timbul kenapa dalam pengadaan proyek ini Indonesia harus bekerja sama dengan negara lain. Menurutnya, meskipun menggandeng negara lain bukan berarti pemerintah tidak mengoptimalkan industri dalam negeri.
"Saya katakan, kalau kita mengembangkan ini pilihannya ada tiga, satu maksimalkan industri dalam negeri kemudian sisanya bisa minta bantuan luar negeri agar tercapai target tahun 2024 (punya 3 skuadron-red), kedua kita tunggu sampai industri nasional mampu menyuplai alusista kita tapi nggak tercapai tujuan yang tahun 2024 atau ketiga kita akan selalu terlambat karena industri dalam negara nggak berkembang, padahal kebutuhan alusista kita terus meningkat," ujarnya.
"Dan akhirnya kita memilih kejar semakimal mungkin untuk mengoptimalkan industri dalam negeri, dan selebihnya kita mengadakaan join agreement dengan negara lain," ungkapnya.
Dalam kesempatan ini pula, Purnomo sekaligus melepas tim engineering yang berjumlah 37 orang yang terdiri TNI AU, ITB, Kemhan dan PT DI ke Korsel. Tim ini nantinya akan bergabung bersama dengan tim dari Korsel dalam rangka untuk memulai tahap awal kerja sama ini.
Pesawat tempur KFX nantinya akan berkursi tunggal dan disokong oleh mesin kembar setara dengan kelas General Electric F414 atau SNECMA M88 yang digunakan pada F/A-18E/F Boeing dan Dassault Rafale. Jika proyek ini berhasil maka kode pesawat tempur KFX ini akan berganti menjadi F33 dan diharapkan mampu mendongkrak kekuatan TNI dalam menjaga kedaulatan Indonesia yang mulai 2013 sampai 2020, dan tahap terakhir adalah persiapan produki pesawat jet tempur tersebut.
Sumber: Detik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar