Pages

Kamis, Mei 19, 2011

4 Sukhoi TNI AU Pantau AMbalat

BATAM-(IDB) : Seringnya kapal-kapal angkatan laut Malaysia melanggar batas wilayah perairan Indonesia di Ambalat, membuat pemerintah RI kian waspada. Bahkan, empat pesawat tempur milik TNI AU jenis Sukhoi dikerahkan untuk mengamankan wilayah Ambalat dan perbatasan utara Kalimantan Timur.

Empat jet tempur baru buatan Rusia itu, tiba di Bandara Kelas I Khusus Juwata Tarakan, sekitar pukul 10.20 Wita, Rabu (17/5) kemarin. Keempat pesawat tempur ini direncanakan akan melakukan operasi di perbatasan selama empat hari, mulai kemarin hingga Sabtu (21/5).

Selain empat pesawat tempur Sukhoi, dukungan operasi lainnya adalah satu unit pesawat angkut Hercules dan satu helikopter Puma untuk SAR.

Komandan Skadron Udara XI Wing 5 Lanud Sultan Hasanuddin Makassar, Letkol Pnb Tonny Haryono, membenarkan, kedatangan pesawat-pesawat tempur milik TNI AU ini dalam rangka melaksanakan operasi pengamanan pulau-pulau terluar yang berbatasan dengan negara tetangga Malaysia dan mengamankan wilayah alur laut kepulauan.

”Selain itu, kita juga melaksanakan profisiensi untuk mendukung pengoperasian sistem di Tarakan,” kata Tonny, kepada Radar Tarakan (Batam Pos Group) kemarin.

Kedatangan pesawat-pesawat tempur ini juga bagian dari operasi rutin yang dilakukan TNI AU. ”Tentunya semua sesuai perintah pimpinan. Kalau ada eskalasi (oleh pesawat Malaysia di perbatasan) di luar kewenangan kita. Pesawat Sukhoi apabila diperlukan dan diberi perintah untuk melaksanakan penindakan kami siap,” tegasnya.

Dijelaskannya, dalam operasi ini meski pihaknya membawa serta pesawat tempur Sukhoi, bukan berarti pihak TNI AU mencoba untuk menakut-nakuti Malaysia di perbatasan.

”Pelaksanaan operasi akan menyesuaikan perintah pimpinan. Kami (pilot Sukhoi) hanya unsur penindak, jika ada perintah atau penindakan kami siap,” tuturnya.

Sebelum mendarat di Tarakan kemarin, dirinya mengaku sudah memantau wilayah perbatasan Ambalat secara visual dari udara. ”Tadi hanya melaksanakan dan memantau secara visual saja, dan Alhamdulilah tidak ada masalah,” ungkap Tonny.

Pesawat Sukhoi ini mampu terbang sampai dengan 4,5 jam dengan ketinggian tertentu sesuai ancaman yang dihadapi. Empat pesawat Sukhoi yang menginap di Tarakan selama empat hari ini terdiri dari dua Sukhoi 30 yang diterima TNI AU tahun 2009 dan dua Sukhoi 27 SKM yang diterima bulan September 2010 lalu.

”Semuanya pesawat baru dan memiliki kelebihan yang baik. Avionic baru dan sudah standardisasi barat, mempunyai kemampuan air to ground gaet yang bisa diatur, termasuk radar yang bisa men-scanner target di atas permukaan laut,” jelasnya.

Lalu apakah Sukhoi akan melakukan patrol rutin selama empat hari di perbatasan? ”Tergantung perintah pimpinan, yang jelas TNI AU tidak akan memprovokasi, tapi kalau diprovokasi kita siap bertindak kalau komandan memerintahkan,” sebutnya.

Dijelaskannya, pulau Tarakan ini termasuk wilayah alur laut ALKI (alur laut kepulauan Indonesia) dua. Di Indonesia, ada tiga pembagian ALKI. Mulai Selat Malaka sampai Selat Sunda masuk dalam wilayah ALKI 1, Selat Lombok, Selat Bali, sampai pulau Tarakan masuk dalam ALKI 2 dan ALKI 3 meliputi Indonesia Timur sekitar Flores.

Meski baru pertama kali mendarat di Tarakan, diakui Tony sebenarnya pesawat-pesawat Sukhoi ini pernah terbang di atas Pulau Tarakan saat melakukan operasi perbatasan. Namun memang tidak diketahui oleh masyarakat luas karena hanya bersifat patroli dan pesawat langsung kembali ke Makassar.

”Tahun lalu kita sudah pernah melintas di Tarakan, tapi tidak landing hanya patroli,” akunya.

Lanud Tarakan, termasuk salah satu pangkalan yang sangat strategis posisinya, terutama untuk melakukan operasi perbatasan akan sangat efektif. Dengan adanya pangkalan satu ini, TNI AU bisa menjangkau operasi ke mana saja. ”Kalau dari Makassar langsung ke Ambalat kan serba terbatas, apalagi kalau ada ancaman yang segera harus ditindak,” ujarnya.

Untuk diketahui, dari Makassar ke Tarakan waktu tempuh yang dibutuhkan pesawat Sukhoi ini adalah 1 jam 5 menit, dengan kecepatan sekitar 800 km perjam.

Sumber: BatamPos

ASEAN Komitmen Selesaikan Konflik Keamanan Kawasan

JAKARTA-(IDB) : Forum kerja sama menteri pertahanan negara anggota Perhimpunan Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) diharapkan berperan aktif dalam menyelesaikan persoalan keamanan yang dapat mengganggu stabilitas dan kepentingan ASEAN di masa datang.

"Ke depan, forum Asean Defence Minister Meeting akan semakin berperan dalam menopang sentralitas dan peran aktif ASEAN dalam tataran global," kata Menteri Pertahanan (Menhan) RI, Purnomo Yusgiantoro, di Jakarta, Kamis.

Berbicara pada pembukaan pertemuan ke-5 Menteri Pertahanan se-ASEAN (ADMM), ia mengatakan, terkait itu forum menhan ASEAN harus dapat mempererat kerja sama pertahanan yang lebih nyata untuk mewujudkan pilar komunitas politik keamanan ASEAN (political security community ASEAN).

"Selain mempererat kerja sama forum menhan ASEAN harus dapat berperan aktif menyelesaikan persoalan-persoalan keamanan kawasan yang diperkirakan dapat mengganggu stabilitas dan kepentingan ASEAN di masa datang," kata Purnomo.

Dengan begitu, lanjut dia, terwujud komunitas politik keamanan ASEAN yang solid dan bersinerji aktif dalam merespon tantangan global yang berimplikasi terhadap kepentingan stabilitas si kawasan Asia Tenggara.

Purnomo mengemukakan, ASEAN tidak terlepas dari dinamika lingkungan strategis baik global maupun regional yang menghadirkan tantangan kompleks sekaligus menjanjikan berbagai peluang.

"Dewasa ini masyarakat internasional dihadapkan pada isu-isu keamanan baru yang berimplikasi terhadap stabilitas keamanan kawasan dan global, baik isu keamanan tradisional maupun non tradisional," tutur Purnomo.

Isu keamanan non tradisional antara lain, terorisme, perompakan, imigran gelap, keamanan maritim, perubahan iklim, ketahanan pangan, energi, dan air, kelangkaan sumber daya alam, yang semuanya berimplikasi pada peningkatan peran sektor pertahanan di masa datang, katanya.

Tak hanya itu, konflik-konflik yang terjadi di sejumlah kawasan masih menjadi tantangan bagi terwujudnya dunia yang damai, aman, dan stabil.

"Menyikapi beragam tantangan itu, maka ADMM selaku forum tertinggi di bidang pertahanan ASEAN dituntut untuk meningkatkan kerja sama yang lebih konkrit untuk mewujudkan komunitas politik keamanan ASEAN tiga tahun mendatang," kata Menhan Purnomo.

Pertemuan ke-5 Menhan se-ASEAN mengambil tajuk "Memperkuat Kerja Sama Pertahanan ASEAN dalam Komunitas Global Menghadapi Tantangan Baru", dan dihadiri seluruh menteri pertahanan negara-negara ASEAN.

Sumber: Antara

LHD Mistral Berkunjung Ke Singapura Dan Indonesia

SINGAPURA-(IDB) : Kapal Landing Helicopter Dock Mistral saat ini sedang melakukan kunjungan ke Singapura dalam acara IMDEX Asia yang berlansung dari 20 - 28 mei.

Pada kesempatan ini kapal buatan Perancis menyambut pengujung sebagai duta diplomatik, tetapi juga DCNS PCB sebagai pembuat kapal Mistral ingin melakukan promosi untuk menjual produknya di beberapa negara khususnya di Asia.

Setelah berlayar dari Brest pada tanggal 1 Maret bersama kapal fregat Leyguest Georges, kapal LHD Mistral mengemban misi Jeanne d'Arc yang mengangkut 125 perwira, siswa EWG dari AD Perancis serta membawa 250 personel, 30 ranpur, mortir, 4 helikopter.

Selain mengunjungi Singapura, PCB juga melakukan kunjungan ke Indonesia.



Sumber: Meretmarine

Indobatt Kendalikan Massa Pasca Bentrok Palestina-Israel

SURABAYA-(IDB) : Satgas Yonmek Kontingen Garuda (Konga) XXIII-E/UNIFIL atau Indonesia Battalion (INDOBATT) akhirnya dapat mengendalikan assa pasca-bentrok antara warga sipil Palestina dengan tentara Israel (Israel Defence Force/IDF).

Perwira Penerangan (Papen) INDOBATT Mayor Pasukan Banu Kusworo kepada ANTARA melalui surat elektronik dari Lebanon, Kamis, melaporkan bentrok itu sendiri terjadi di area operasi Kontingen Perancis (FCR) pada 14-15 Mei lalu saat Peringatan Nakba (Hari Kelahiran Israel pada 14 Mei 1948).

"Komandan Satgas Yonif Mekanis Konga XXIII-E/UNIFIL Letkol Inf Hendy Antariksa sudah mengantisipasi situasi itu dengan menempatkan pasukan BMR (Battalion Mobile Reserve) di wilayah Flag Point (wilayah sensitive area blue line)," katanya.

Selain anggota Kompi Alfa yang setiap hari bertugas di sana, katanya, kerja sama antara pasukan INDOBATT dengan tentara Lebanon (Lebanese Armad Forces/LAF) dan kepolisian Lebanon juga mampu mengendalikan konsentrasi massa dari mahasiswa American University Beirut.

"Unjuk rasa berhasil diredam oleh pasukan INDOBATT hingga massa mulai membubarkan diri pada pukul 21.00 waktu setempat," katanya.

Sejak tanggal 11 Mei 1948, warga Palestina kehilangan tanah kelahirannya karena wilayahnya telah didaku (diklaim) sebagai wilayah Israel, sehingga Peringatan Nakba itulah yang memicu warga Palestina berunjuk rasa menentangnya, karena Hari Nakba merupakan Hari Bencana bagi warga Palestina.

Selain di perbatasan Syria yaitu di wilayah ketinggian Bukit Golan, unjuk rasa juga terjadi di sepanjang wilayah "sensitive area blue line" yang merupakan perbatasan antara Israel dengan Lebanon.

"Kasiops INDOBATT Mayor Inf Hendriawan Senjaya melaporkan peristiwa unjuk rasa terjadi mulai tanggal 14 Mei 2011 pukul 19.00 waktu setempat dan massa mulai membubarkan diri pada pukul 21.00 waktu setempat," katanya.

Peristiwa unjuk rasa kembali terjadi keesokan harinya yaitu pada tanggal 15 Mei, namun konsentrasi massa terbesar terjadi di luar wilayah operasi INDOBATT, yaitu di wilayah area operasi Sektor Barat atau tepatnya di daerah Marun Ar `Ras yang merupakan wilayah Kontingen Perancis (Force Commander Reserve/FCR).

"Unjuk rasa di wilayah itu berlanjut menjadi sebuah bentrokan antara warga sipil Palestina dengan IDF yang memakan korban di pihak sipil Palestina sebanyak 10 orang meninggal dunia, tiga luka parah, dan 118 luka-luka," katanya.

Informasinya, hal itu dipicu warga Palestina yang mencoba menyeberang "technical fence" (pagar pembatas wilayah Israel-Lebanon) dan ditanggapi secara represif oleh Israel dengan mengeluarkan tembakan ke arah warga sipil Palestina.

"INDOBATT telah meningkatkan penjagaan di sepanjang blue line dengan cara menempatkan TMOP (Temporary Observation Post) dan setiap saat pasukannya selalu memantau perkembangan situasi yang terjadi," katanya.

Selain itu, INDOBATT bekerja sama dengan LAF juga menerapkan konsep pagar betis di sepanjang "sensitive area blue line" untuk mengantisipasi pembubaran massa yang melintasi dua jalur utama wilayah operasi INDOBATT yaitu Ganduriyah dan El Addaisse.

"Dengan langkah antisipasi yang diterapkan oleh INDOBATT di bawah komando Letkol Inf Hendy Antariksa itu, massa akhirnya tidak melanjutkan kegiatan unjuk rasa di wilayah ini dan secara berangsur-angsur mereka kembali dan membubarkan diri," katanya.

Sumber: Antara

Wakasal Kunjungi Kapal Perang India

JAKARTA-(IDB) : Wakil Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana Madya TNI Marsetio,M.M mengunjungi kapal Angkatan Laut India INS Ranvijay D55 yang berlabuh di JICT  II Dermaga Tanjung Priok Jakarta Utara, Rabu (18/5). Kunjungan tersebut dalam rangka memenuhi undangan ramah tamah di atas kapal perang India dari Flag Officer In Commanding In Chief, Eastern Naval Command (Panglima Armada Timur India) Vice Admiral Anup Singh, PVSM, AVSM, NM, ADC.
Hadir dalam acara tersebut pejabat Markas Besar Angkatan Laut (Mabesal), pejabat Komando Utama TNI AL, para pejabat kedutaan negara sahabat, dan para atase pertahanan militer negara sahabat. 

Kunjungan Angkatan Laut India ini dalam rangka Goodwill Visit yang dilaksanakan selama 3 hari di Indonesia mulai  tanggal 17 sampai dengan 20 Mei 2011, selain kapal INS Ranvijay-D55, AL India juga menyertakan dua kapal lainnya yaitu INS Ranvir-D54, dan INS Jyoti-A58.
Tampak gambar Wakasal Laksdya TNI Marsetio,M.M saat memasuki Kapal Perang India INS Ranvijay-D55 dan disambut oleh perwira kapal.

Sumber: TNI AL

Pakistan Perluas Persenjataan Nuklir

NEW YORK-(IDB) : Sebuah laporan jurnal Amerika Serikat mengatakan, Pakistan telah memperluas program nuklirnya dengan kecepatan tinggi untuk mempertahankan posisinya di kawasan yang bermasalah.  

Sebuah laporan terbaru yang diterbitkan oleh majalah terkemuka AS, Newsweek, menunjukkan bahwa Pakistan secara agresif mempercepat pembangunan reaktor di situs nuklir Khushab, sekitar 140 kilometer selatan Islamabad.

Pakar nuklir Amerika mengatakan, Pakistan juga tengah memperluas produksi plutonium untuk program senjata nuklirnya. Mereka juga mengklaim bahwa produksi nuklir Pakistan bahkan mungkin melebihi stok nuklir Perancis.

Eric Edelman, wakil menteri pertahanan AS selama pemerintahan George W Bush, baru-baru ini berkata, "Anda bicara tentang Pakistan yang bahkan berpotensi melewati Perancis di beberapa titik. Itu luar biasa."

Perancis menduduki peringkat keempat tenaga nuklir di dunia dengan 290 hulu ledak nuklir.

Para pejabat Pakistan mengkonfirmasikan bahwa sekitar 70.000 orang kini terlibat dalam industri nuklir negara itu. Sumber Pakistan menyatakan bahwa saat ini, sekitar 2.000 orang di negara itu menyadari rahasia nuklir sensitif Islamabad.

Selama ini, Pakistan dan India terlibat persaingan intens dalam persenjataan nuklir. Kedua negara terkadang melakukan uji coba senjata konvensional dan non-konvensional selama beberapa tahun terakhir.

New Delhi melakukan tes nuklir pertama pada tahun 1974, diikuti oleh lebih dari lima uji coba pada tahun 1998. Islamabad melakukan enam tes nuklir pada tahun 1998.

Kedua negara bertetangga itu menolak menandatangani Traktat Non-Proliferasi Nuklir (NPT) dan perjanjian internasional lainnya, yang membatasi pengembangan atau pengujian senjata nuklir.

Sumber: Irib

Rusia Peringatkan Perang Dingin Baru

MOSKOW-(IDB) : Rusia memperingatkan Barat tentang Perang Dingin baru jika gagal untuk menjawab keprihatinan Moskow mengenai sistem rudal yang direncanakan berbasis di Eropa.
 
Pada hari Rabu (18/5), Presiden Rusia Dmitry Medvedev memperingatkan bahwa negaranya akan mengambil tindakan balasan, jika Amerika Serikat akan melanjutkan pembangunan sistem perisai rudal di Eropa, AFP melaporkan.

"Kami akan berbicara tentang berkembangnya potensi ofensif terhadap kemampuan nuklir Rusia. Ini akan menjadi skenario yang sangat buruk. Ini akan menjadi skenario yang melemparkan kita kembali ke era Perang Dingin," tegas Medvedev selama konferensi pers.

Sejak awal, Medvedev mengancam akan keluar dari Perjanjian Pengurangan Senjata Strategis (START), jika program penempatan perisai rudal dilanjutkan tanpa melibatkan Rusia.

Perhatian utama Moskow adalah sistem rudal akan digunakan untuk melawan Rusia ketimbang melawan rudal yang mengancam Eropa, seperti yang diklaim Amerika Serikat.

"Kami ingin melihat program perisai rudal berkembang di bawah aturan yang jelas," kata Medvedev.

Moskow telah lama menentang pengerahan fasilitas rudal NATO dan menyebutnya sebagai ancaman keamanan Rusia.

Meski demikian, Rusia setuju untuk mempertimbangkan proposal NATO terkait kerjasama dalam program tersebut, tetapi bersikeras bahwa sistem itu harus dijalankan bersama-sama. Namun, NATO menolak permintaan Rusia.

START baru telah membantu meningkatkan hubungan antara Moskow dan Washington, tetapi Rusia masih menaruh rasa curiga terhadap program perisai rudal AS.

Sumber: Irib

Jerman Perpanjang Misi di Lebanon

JERMAN-(IDB) : Pemerintah Jerman pada hari Rabu (18/5) menyetujui perpanjangan mandat PBB bagi unit Angkatan Laut Jerman di lepas pantai Lebanon untuk satu tahun lagi, IRNA melaporkan.
 
Namun, parlemen Jerman belum menyetujui perpanjangan misi kontroversial di Lebanon, yang ditujukan untuk menjaga kepentingan rezim Zionis Israel.

Militer Jerman berwenang mengerahkan hingga 300 pasukan sebagai bagian dari misi UNIFIL. Sekarang ada tiga kapal patroli Jerman di pantai Lebanon. Jerman juga terlibat dalam pelatihan polisi Lebanon dan petugas bea cukai.

Pasukan penjaga perdamaian PBB ditempatkan di perbatasan Lebanon-Israel untuk memantau gencatan senjata pasca perang tahun 2006.

Sumber: Irib

Rusia Usir Atase Militer Israel

MOSKOW-(IDB) : Rusia telah mengusir atase militer rezim Zionis Israel dari Moskow atas tuduhan spionase dan mengatakan ia telah menyerahkan informasi sensitif ke Tel Aviv.
 
Kolonel Vadim Leiderman ditangkap selama pertemuan 12 Mei dengan pejabat Rusia, surat kabar Israel, Haaretz melaporkan pada hari Rabu (18/5).

Dia kemudian diinterogasi dan diperintahkan untuk segera meninggalkan negara itu. Haaretz menyebut penangkapan itu sebagai pelanggaran kekebalan diplomatik. Sebuah perlindungan yang mencegah Moskow untuk menjatuhkan dakwaan terhadap dirinya.

Militer Israel mengklaim bahwa Leiderman telah menjadi obyek pemeriksaan menyeluruh dan tuduhan spionase tidak berdasar.

"Beberapa hari terakhir terlihat kerja keras Tel Aviv untuk meredakan Moskow dan menghentikan insiden diplomatik dari eskalasi lebih lanjut, namun Rusia tampaknya bersikukuh untuk menyelesaikan semua tindakan hukum terhadap kasus pengusiran itu," situs Ynetnews melaporkan.

"Israel punya kepentingan politik dan keamanan yang besar di Rusia dan sekarang berkonsentrasi pada pengendalian kerusakan," kata laporan itu.

Sumber: Irib

F-35C Exceeding Test & Evaluation Goals

AMERIKA-(IDB) : US Naval Air Systems Command announced that the test aircraft for the carrier variant of the F-35 Joint Strike Fighter have exceeded test and evaluation program goals so far this year.

According to the announcement, the F-35C test aircraft, 'CF-1,' currently at Naval Air Station Patuxent River has completed 36 test flights as of May 11, nearly half the program's goal for the year of 85.

"CF-1's been flying well, even with a number of planned and unplanned maintenance periods," said U.S. Marine Corps Col. Roger Cordell, military site director. "It's a great sign for the fleet that the aircraft is doing well so early in the test program."

In April, CF-1 completed 13 flights, tying a record for the number of test flights for any aircraft at Naval Air Station Patuxent River. Additionally, the integrated test team has completed seven CF-1 test flights this month.

"The team has been doing a great job staying on top of maintenance requirements," said Jim McClendon, Lockheed Martin site director vice president. "Just last week, CF-1 flew six flights in six days, which is a great accomplishment in any test program, let alone test and evaluation for a brand new aircraft."

Coupled with this week's arrival of the second carrier variant, CF-2, and arrival of CF-3 later this year, the F-35C test program is making rapid progress toward initial carrier suitability testing this year at Joint Base Lakehurst-McGuire-Dix in New Jersey.

First carrier suitability testing this summer is scheduled to include the first catapult launches, and the F-35C is scheduled to commence shipboard testing in 2013.

The F-35C is the carrier variant of the F-35 Joint Strike Fighter, with larger wing control surfaces and reinforced landing gear to operate in the maritime environment. The F-35C is undergoing test and evaluation to evaluate flutter, loads and mission systems at NAS Patuxent River prior to eventual delivery to the fleet. 

Airbus Military Lifts Veil on C-295 AEW Study


C295 in AEW version
 AMERIKA-(IDB) : Airbus Military is to perform a three-month test campaign aimed at demonstrating the C-295 transport’s suitability as an airborne early warning aircraft, the company has revealed.

A C-295 development aircraft had a dummy rotodome installed above its fuselage at Airbus Military’s San Pablo final assembly site near Seville, Spain, on 17 May. Roughly 6m (19.7ft) in diameter, this will be assessed during flight tests to commence later this month, said Miguel-Angel Morell Fuentes, senior vice-president engineering.

“We want to see the aerodynamic effects of carrying the rotodome and identify any requirements for fuselage and cooling power changes,” he said. Study work on the concept started in the second half of 2010, with the rotodome design having been selected due to its ability to provide 360° surveillance coverage.

Windtunnel testing has already been conducted at DNW in the Netherlands using a 1/12th-scale model in two configurations: with and without winglets also installed (below). This followed computational fluid dynamics work intended to find the optimal position and angle for the rotodome to minimise its effect on the transport’s vertical fin.


If advanced, the AEW programme could deliver an aircraft with between four and six onboard operator consoles and an unrefuelled mission endurance of 7-8h, according to the company’s early estimates. The engineering work so far has not considered possible candidate radar systems for the C-295, however.

Assessment of the rotodome design could also have utility for any future AEW adaptation of the Airbus A319 or A320, said Airbus Military.

Source: Flightglobal

Singapore Proves Vigilant in USV Strategy

Zyvex Technologies' Vigilant/Piranha USVs

SINGAPORE-(IDB) : The Republic of Singapore Navy (RSN) will receive an undisclosed number of Zyvex Technologies' Vigilant USVs ahead of a proposed year-long evaluation, company officials have revealed.


According to Russell Belden, VP Advanced Composite Solutions at Zyvex, the RSN will kickstart an evaluation of the lightweight patrol vessel in October. However, he was unable to provide additional details due to a disclosure agreement with the navy.


Known as Piranha in the US, Vigilant is being marketed in Singapore by Zyvex's sister company ZyCraft. The 54-ft vessel weighs 8,400lbs, and is capable of carrying a 7.5-ton payload, Belden told Shephard. 'It is the Predator [UAV] on the water,' he said while highlighting potential missions such as counter-piracy, convoy protection, mine warfare and surveillance.


Currently, the RSN operates Rafael's Protector, Singapore Technologies Engineering's Venus and Spartan USVs- the latter comprising a collaboration between the US Naval Undersea Warfare Center, Northrop Grumman, Raytheon and Radix Marine.


The USV completed a six-month programme of sea trials earlier in the year and made a debut at the Navy League Sea Air Space exposition in Washington, DC in April. According to Zyvex, the USV can operate for 2.5nm per gallon, allowing it to travel 2,800nm without refuelling.


Built using 'carbon fibre infused with carbon nanotubes', the vessel is capable of travelling up to a maximum speed of some 45kts and has also operated with L-3's Wescam MX-10 EO/IR payload.
 
Comprising over 16m in length, an 11m variant is also in development which would make it compatible with the US Navy's Littoral Combat Ship programme. In addition, an 18ft version is also be considered for riverine operations, the company said.


However, it is expected that the USV will initially appear as a remotely piloted vehicle before progressing onto becoming a fully autonomous system, complete with obstacle avoidance technology.


To date, Piranha has been shown to various border patrol and customs organisations and the company said it was in discussions with 'market leaders in the USV world' for potential tie-ups in the future.
Source: Shephard

Lockheed Martin Team Ligths Off Diesel Generators Onboard Third Littoral Combat Ship

AMERIKA-(IDB) : A Lockheed Martin led industry team reached a key milestone with the 'light off' of the ship service diesel generators onboard the nation's third Littoral Combat Ship (LCS), Fort Worth.

The generator light off signifies the ship is capable of creating its own power and this milestone included the successful light off of the ship's four 750-kilowatt Fincantieri IsottaFraschini diesel generators. Fort Worth will undergo a series of light offs in coming months in preparation for sea trials, scheduled for later this year. During this time, the Lockheed Martin team will continue its dock-side testing of the ship's systems at Marinette Marine. Fort Worth will be delivered to the U.S. Navy in 2012.

'The generator light off is an important milestone in preparing Fort Worth to complete testing and set sail, bringing us one step closer to delivering the Navy its next ship in this class,' said Joe North, vice president of Lockheed Martin's Littoral Ship Systems business. 'Throughout this process, the team has remained focused on building on our experience while remaining on schedule and on budget.'

The Lockheed Martin industry team designed and constructed the nation's first LCS, USS Freedom, which has sailed more than 50,000 nautical miles and demonstrated its capabilities since its commissioning in 2008. Based in its homeport of San Diego, Calif., the ship completed a highly successful maiden deployment in 2010 and is now fully integrated into the fleet.

In addition to Marinette Marine Corporation, a Fincantieri company, the Lockheed Martin-led team for LCS 3 includes naval architect Gibbs & Cox as well as best-of-industry domestic and international companies.

Thales Lightweight Multirole Misille To Enter Production

ASIAN-(IDB) : Following three years of development, Thales UK's Lightweight Multirole Missile (LMM) will now move forward into full development, qualification and initial production following contract award by the UK Ministry of Defence (MoD).
Qualification testing will take place during 2012 with production starting at the end of the year, and deliveries scheduled to commence in 2013. LMM will first enter service with the UK Armed Forces aboard the new Wildcat Lynx helicopter.
Specific activities covered under the MoD contract include the design, development and qualification of the laser beam rider version of LMM, together with production of an initial quantity of 1,000 missiles.

LMM is a low-cost, lightweight missile, the development of which began in 2008. It has been designed to be launched from a variety of naval, air and land platforms against a wide range of threats. LMM's ability to engage a wide spectrum of targets with precision reduces collateral damage and it is suitable for asymmetric littoral operations.

The LMM programme has made significant progress since its launch. Development is at an advanced stage and Thales has conducted successful guidance control firings in recent months, including for the first time a semi-active laser (SAL) version.

In parallel with the UK MoD programme, Thales plans to continue the development of the LMM suite of missiles for land, sea and air launched applications.

A full-scale model of the LMM can be seen at IMDEX on the Thales Stand (number
K13).

Thales has a long association with air defence missiles, such as Javelin, Starburst and Starstreak, and LMM is part of the company's plan to enter in other lightweight missile sectors.

Second F-35A Production Jet Arrives At Edwards AFB


AMERIKA-(IDB) :The second Lockheed Martin F-35A Lightning II production aircraft flies above the compass rose of Rogers Dry Lakebed at Edwards Air Force Base, Calif., May 13. The aircraft, designated AF-6, ferried to Edwards AFB from Naval Air Station Fort Worth Joint Reserve Base following the Air Force formally accepting the fighter into its inventory May 12. The first production jet, AF-7, was delivered to Edwards AFB May 6.

Kapal Perang Indonesia Ikuti IMDEX ASIA 2011

SINGAPORE-(IDB) :  Sekitar 20 kapal perang dari seluruh dunia, termasuk frigate stealth terbaru, korvet dan kapal perusak, telah tiba di Singapura untuk pameran bertema IMDEX Asia 2011 yang dimulai hari rabu ini (18/5) hingga Jumat (20/5) di Changi Exhibition Centre.

Kapal perang dari beberapa negara yang ikut berpartisipasi seperti Australia, Perancis, India, Indonesia, Republik Korea, Rusia, Inggris dan Amerika Serikat berlabuh di Changi Naval Base selama tiga hari.

Jimmy Lau, Managing Director "Experia Events" penyelenggara IMDEX Asia, mengatakan event ini penting dan strategis untuk kawasan Asia terutama bagi industri pertahanan maritim untuk membangun kemitraan baru dan memperkuat yang sudah ada. Dia mengatakan:; Dukungan yang kuat dari negara-negara mitra dan perwakilan industri adalah bukti keberhasilan dan reputasi.

IMDEX Asia 2011 akan menjadi tuan rumah lebih dari 70 delegasi VIP dari 42 negara dengan lebih dari 160 perusahaan yang ikut serta, serta Angkatan Laut dan Coast Guard dari 40 negara.

Fasilitasi Revitalisasi Industri Pertahanan Membutuhkan Payung Hukum

JAKARTA-(IDB) : Wakil Ketua Komisi I DPR TB Hasanuddin mengatakan, Rancangan Undang Undang tentang Pengembangan dan Pemanfaatan Industri Strategis untuk pertahanan (RUU PPISP) akan memfasilitasi revitalisasi industri strategis pertahanan.

"Saat ini, RUU tersebut yang merupakan inisiatif DPR tengah dibahas di tingkat panitia kerja di Komisi I. Kami harapkan ada masukan dari masyarakat dan instansi terkait," kata Hasanuddin saat seminar "Revitalisasi Industri Strategis untuk Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi" di Wisma ANTARA, Jakarta, Rabu.

Menurut dia, RUU Pengembangan dan Pemanfaatan Industri Strategis untuk pertahanan mewujudkan industri strategis pertahanan yang profesional, efektif, efisien, terintegrasi; mewujudkan kemandirian pemenuhan alat peralatan pertahanan dan keamanan.

Selain itu, meningkatkan kemampuan memproduksi alat peralatan pertahanan dan keamanan, serta mewujudkan kemandirian industri strategis pertahanan, yakni Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) sebagai ujung tombak revitalisasi.

Selama ini, lanjut dia, alutsista yang dimiliki oleh TNI dan Polri masih ada ketergantungan pada pasokan dari pasal luar negeri. Akibatnya, industri strategis tidak dapat berkontribusi secara maksimal dalam pengembangan alutsista dalam negeri.

Selain itu, belum ada aturan mengenai prosentase minimum kebijakan offset (pembuatan/perakitan komponen) dari luar negeri ke industri strategis nasional, masih kurangnya perhatian/insentif terhadap aspek research and development dalam konteks teknologi alutsista inkonsistensi pemerintah (Kemhan/Polri) untuk membeli produk BUMNIS.

Oleh karena itu, pemerintah harus menunjukkan keseriusannya dalam konteks implementasi, sehingga revitalisasi industri strategis tidak hanya menjadi wacana belaka.

"Industri strategis nasional memerlukan landasan hukum, pengembangan organisasi dan SDM, dukungan modal dan komitmen pemerintah secara maksimal," katanya.

Ia menambahkan, dengan adanya RUU itu revitalisasi industri strategis diharapkan dapat melindungi kepentingan nasional, kemandirian, dan ketersediaan alutsista yang relatif murah.

Bahkan, ada kesempatan bagi industri strategis nasional untuk memperluas pasar ke luar negeri (export-oriented) namun tetap dalam prinsip bebas aktif.

Sementara itu, peneliti dari Pusat Penelitian Politik (P2P) LIPI, Riefqi Muna, mengatakan, untuk pengembangan industri pertahanan perlu mempertimbangkan beberapa aspek, yakni mengintegrasikan rencana industri pertahanan dalam negeri dengan pemetaan kebijakan pengembangan sains, teknologi dan industri nasional.

Kedua, perlu ada pengembangan kebijakan yang terintegrasi dari pendidikan (training), kajian teoritik dan inovasi secara objektif. Dan ketiga, industri pertahanan harus memusatkan kepada kebutuhan peralatan yang semestinya, sehingga perlu kajian yang objektif sebagai dasar pengembangan kapabilitas pertahanan.

Sumber: Antara

TNI Berhasil Amankan Kapal Pakistan dari Kejaran Perompak

TEMPO-(IDB) : Siapa bilang, setelah menyelesaikan tugas mengawal kapal Sinar Kudus, pasukan TNI yang tergabung dalam Satuan Tugas “Merah Putih”--nama satuan operasi pembebasan sandera kapal Sinar Kudus di Somalia--sudah tak perlu lagi menghadapi kawanan perompak?

Ratusan anggota TNI yang menumpang dua kapal perang TNI Angkatan Laut ini ternyata masih harus berhadapan dengan kawanan lanun saat dalam perjalanan pulang ke Tanah Air dari Pelabuhan Salalah, Oman, awal Mei lalu. Satgas TNI bahkan sempat menyelamatkan kapal tanker milik Pakistan yang akan dibajak kawanan perompak.

Saat itu, dua kapal perang TNI AL, yakni KRI Yos Sudarso dan KRI Banjarmasin, tengah dalam perjalanan melintasi Laut Arab. Dua kapal ini pulang ke Tanah Air setelah melakukan operasi pembebasan kapal dan awak Sinar Kudus dari tangan pembajak di perairan Somalia. Dalam operasi pembebasan itu pemerintah mengirim tiga kapal, yakni KRI Yos Sudarso, KRI Halim Perdana Kusuma (diberangkatkan lebih awal), dan KRI Banjarmasin yang menyusul kemudian.

Nah, saat di Laut Arab itulah dua kapal perang TNI ini mendengar panggilan radio “may day, may day” dari sebuah kapal tanker Pakistan. “Mereka meminta pertolongan, karena mau dirompak,” kata Komandan Korps Marinir TNI AL, Mayor Jenderal (Mar) Alfan Baharudin kepada Tempo, Jumat pekan lalu. “Di-intercept-lah (perompak) ini oleh KRI Yos Sudarso dan KRI Banjarmasin.”

Alfan yang ditunjuk sebagai Komandan satgas operasi pembebasan sandera Sinar Kudus ini bahkan sempat meminta izin kepada Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono untuk menembakkan peluru suar (flare armed) guna menghalau para perompak itu.

“Komandan KRI Banjarmasin telepon saya karena ada panggilan mayday, saya lapor Panglima, Pak, ini KRI Banjarmasin dan Yos Sudarso merespon panggilan mayday, mereka minta izin tembakkan peluru,” ujar Alfan. “Panglima setuju.”

Tapi, peluru tak jadi ditembakkan karena di saat hampir bersamaan Task Force (Satgas) dari Korea Selatan yang menumpang sebuah helikopter juga menghampiri tanker tersebut dan terbang di atasnya. Kapal perompak pun berhasil dihalau.

Kapal perang di bawah kendali Komandan Gugus Tempur Laut Armada Barat TNI AL, Kolonel Taufikurrahman, itu kemudian mengawal tanker Pakistan tersebut hingga keluar dari zona merah yang rawan perompakan. “Mereka akhirnya selamat,” ujar Alfan.

Dua kapal perang yang membawa ratusan pasukan Marinir TNI AL dan Komando Pasukan Khusus TNI Angkatan Darat itu kini sedang dalam perjalanan kembali ke Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Dijadwalkan, kapal-kapal tersebut akan tiba pada 22 Mei mendatang. 

Sumber: Tempo

Iran Bantah Pertukaran Teknologi Rudal Dengan Korea Utara

TEHRAN-(IDB) : Iran Selasa (17/5) membantah pertukaran informasi teknologi rudal balistik dengan Korea Utara dan informasi mengenai laporan yang dirilis baru-baru ini oleh PBB merupakan "propaganda politik."

AFP melaporkan, Juru bicara Departemen Luar Negeri Iran, Ramin Mehmanparast mengatakan "Kita selalu membantah (...) propaganda politik terkait dengan kerja sama antara Iran dan Korea Utara tentang transfer teknologi rudal balistik."

Para delegasi PBB mengatakan hari Minggu menduga bahwa Korea Utara dan Iran telah bertukar teknologi informasi di bidang rudal balistik, menurut laporan PBB dan Cina sedang berusaha untuk mencegah publikasi.

Mehmanparast Selasa menegaskan bahwa "informasi ini tidak akurat. Tingkat teknologi yang kita miliki menjadikan kita tidah butuh teknologi atau bagian penting dari teknologi dari negara lain di bidang rudal.."

Korea Utara dan Iran menjadi sasaran sanksi PBB karena program nuklir mereka.

Laporan yang disusun oleh tujuh ahli mengungkapkan bahwa peralatan terlarang dibawa melalui "negara ketiga di dekatnya," dengan tidak menyebutkan namanya.

Menurut diplomat, mungkin sekutu negeri ini Cina paling dekat ke Korea Utara.

Pengamat Militer Barat mengatakan bahwa beberapa teknologi rudal Iran  berbasis pembuatan teknologi rudal Korea Utara, khususnya rudal Shahab-3 rudal balistik dengan kisaran jangkauan sekitar dua ribu kilometer, yang mungkin jiplakan rudal Nodong, Korea Utara.

Negara-negara Barat mencurigai Iran berusaha memperoleh senjata nuklir di belakang program nuklirnya dan ruang angkasa yang menimbulkan kekhawatiran di kalangan masyarakat internasional, yang selalu dibantah Teheran.

Sumber: Wartanews

Kapal Penjemput TKI Sempat Mau Dirompak

JAKARTA-(IDB) : Para bajak laut Somalia memang tidak pilih-pilih sasaran. Tak hanya “menyikat” kapal kargo seperti halnya Sinar Kudus, kapal penumpang pun mau diembat. Kapal Motor (KM) Labobar milik PT Pelayaran Nasional Indonesia (Pelni) misalnya, juga tak luput dari incaran mereka.

Saat kapal Sinar Kudus masih dikuasai perompak, pertengahan April lalu, Labobar juga sempat melintasi Perairan Somalia. Pada 10 April 2011, Labobar bertolak dari Pelabuhan Tanjung Priok,  Jakarta, untuk menjemput 2.928 tenaga kerja Indonesia (TKI) yang terlantar di Arab Saudi. 
 
Berangkat dari Tanjung Priok dengan kecepatan 20 knot perjam, Labobar dijadwalkan tiba di Jeddah, Arab Saudi, dalam waktu 10 hari. Lebih dari separuh waktu yang direncanakan, kapal penumpang yang dilengkapi berbagai fasilitas ini mulai memasuki perairan Somalia, daerah yang ditandai sebagai zona merah perompakan. 
Nah, saat melintasi zona merah inilah, empat speedboat kawanan perompak tertangkap radar sedang membuntuti Labobar. Satu speedboat perompak bahkan sudah sempat memepet kapal berkapasitas 3.000-an penumpang itu pada jarak yang cukup dekat. 
Untungnya, sebelum para bajak laut ini melompat ke atas kapal Labobar, puluhan pasukan TNI yang ikut di kapal tersebut sudah lebih dulu menghambur ke haluan, memperlihatkan diri pada perompak. "Melihat ada kekuatan di atas kapal, mereka (perompak) kabur lagi," kata Komandan Detasemen Jala Mangkara Marinir, Kolonel (Mar) Suhartono, yang memimpin operasi pembebasan Sinar Kudus.

Sejak berangkat dari Jakarta, KM Labobar memang sudah dikawal oleh sekitar 75 orang tim pengamanan dan petugas pendukung yang ikut di dalam kapal. Asisten Operasi Korps Marinir, Kolonel (Mar) Eddy Setiawan mengatakan, setidaknya ada 20 anggota pasukan khusus TNI yang ikut di kapal Labobar. Pasukan Marinir 16 orang dan empat anggota Komando Pasukan Khusus TNI AD,” kata perancang operasi militer pembebasan sandera Sinar Kudus ini kepada Tempo, Jumat pekan lalu.

Meski kawanan perompak berhasil dihalau, tak berarti Labobar benar-benar aman melintasi zona merah. Dua kapal perang TNI Angkatan Laut yang sudah berada di Perairan Somalia untuk membebaskan Sinar Kudus, yakni KRI Yos Sudarso dan KRI Halim Perdana Kusuma, akhirnya harus mengawal kapal penumpang tersebut. Dua kapal jenis fregat yang berangkat ke Somalia sejak 23 Maret 2011 lalu itu sudah berada dalam posisi siaga tak kurang 3 mil dari Perairan Somalia.

KM Labobar melaporkan posisinya pada dua KRI itu dan meminta dukungan pengawalan. Laporan bahwa Labobar sempat dibuntuti bajak laut ini kemudian diterima Komandan Korps Marinir Mayor Jenderal (Mar) Alfan Baharudin yang ditunjuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Komandan Satuan Tugas Merah Putih, satuan operasi pembebasan sandera Sinar Kudus. Saat itu Alfan masih berada di Jakarta, belum menyusul pasukannya ke Somalia menggunakan KRI Banjarmasin. Laporan soal Labobar ini kemudian disampaikannya ke Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono.

Alhasil, tugas yang diemban pasukannya pun bertambah, tak cuma membebaskan Sinar Kudus dari tangan perompak. "Ada tugas tambahan dari komando atas, dalam hal ini Panglima TNI untuk menjemput dan mengawal Labobar," kata Alfan kepada Tempo. Ia pun melanjutkan perintah Panglima TNI itu kepada pimpinan dua kapal perang TNI AL yang sudah berada di Somalia, Komandan Gugus Tempur Laut Armada Barat TNI AL, Kolonel (Laut) Taufikurrahman.

KRI Yos Sudarso dan KRI Halim Perdana Kusuma akhirnya berlayar meninggalkan daerah operasi pembebasan Sinar kudus di perairan El Dhanan, Somalia, dan berbalik arah untuk menjemput Labobar. Empat hari menyisir Perairan Arab, ketiga kapal akhirnya bertemu di tengah laut. "Lalu di escort-lah Labobar oleh dua kapal ini," kata Alfan.

Dua KRI yang mengangkut berbagai perlengkapan tempur, seperti tank BMP 3F, artileri howitzer, Sea Rider (speedboat Marinir) serta helikopter ini kemudian mengawal Labobar hingga memasuki zona aman di Teluk Aden yang diapit Arab Saudi dan Ethiopia. Para perompak memang hanya beroperasi sampai mulut teluk yang berbatasan dengan Somalia itu. Setelah memastikan Labobar aman, KRI Yos Sudarso dan Halim Perdana Kusuma kembali berlayar selama empat hari menuju daerah operasi Sinar Kudus yang sepekan lebih ditinggalkan. 

Sumber: Tempo

Industri Pertahanan Asean Harus Miliki Standar

JAKARTA-(IDB) : Menteri Pertahanan Malaysia Ahmad Zahid Hamidi mengatakan harus ada standar yang jelas bagi negara-negara Asean agar industri pertahanan masing-masing negara menguat. "Negara-negara Asean memang punya kebutuhan yang berbeda, tapi tetap diperlukan standar Asean untuk meningkatkan kerja sama," kata dia dalam Seminar Industri Pertahanan di Gedung Antara, Jakarta, Rabu 18 Mei 2011.

Menurut dia, banyak masalah yang dihadapi negara Asean untuk meningkatkan industri pertahanan baik di negaranya maupun di Asean. Selain belum ada standar yang sama, juga masih ada masalah dalam hal pemasaran. Pemasarannya sejauh ini hanya terbatas di negara tetangga saja. Kerja sama kolaborasi antar negara-negara yang memiliki industri pertahanan, seperti Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Thailand pun belum maksimal. "Harusnya negara-negara ini bekerja sama dengan tujuan mendukung negara lainnya yang tidak punya kekuatan ini," ujarnya.

Hamid menyebut beberapa langkah ke depan yang harus dilakukan Asean, di antaranya dengan memaksimalkan peluang, promosi perdagangan intra-Asean, mengelola risiko yang berbasis hubungan yang kuat, dan pendekatan yang fleksibel. "Membuat strategi baru," ujarnya.

Dengan langkah-langkah seperti ini, Hamid optimistis nilai impor negara Asean atas produk pertahanan berkurang cukup signifikan. "Jika sekarang impor mencapai US$ 25 miliar, tahun 2030 ditargetnya hanya US$ 12,5 miliar," kata dia. 

Sumber: Tempo

180 Insinyur Terbaik Indonesia Dilibatkan Proyek KF-X

JAKARTA-(IDB) : Pemerintah Indonesia akan mengirimkan 30 insinyur terbaik dalam bidang industri pertahanan ke Korea Selatan dalam rangka kerjasama pembuatan jet tempur Indonesia-Korea Selatan. "Ada 30 insinyur Indonesia yang akan terlibat dalam poyek ini," kata
Direktur Teknologi Industri Pertahanan, Ditjen Potensi Pertahanan Kementerian Pertahanan, Agus Suyarso, usai Seminar Industri Pertahanan di Gedung Antara, Jakarta, Rabu 18 Mei 2011.

Menurut dia, kerjasama ini melibatkan 150 tenaga ahli/insinyur termasuk dari Korea. Karena Indonesia berpartisipasi sebesar 20 persen dalam proyek ini, maka 30 orang berasal dari Indonesia. 30 orang ini akan diambil dari PT Dirgantara Indonesia (DI), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), dan dari Institut Teknologi Bandung (ITB). "Sedang dikumpulkan. Paling lambat Juli nanti dikirim," ujarnya.

Namun tak hanya satu kelompok ini saja yang akan mempelajari cara, riset
dan pengembangan pembuatan lima prototype pesawat tempur multi-mission generasi 4,5 yang disebut Jet Fighter KF-X/IF-X ini. masih ada lima kelompok lain yang nantinya akan terlibat secara bergiliran. "Ada enam kelompok, jadi 30 kali 6 artinya ada sekitar 180 orang," kata Agus.

Rencananya sekelompok insinyur tersebut akan bergiliran setiap empat bulan sekali. 

Sumber: Tempo

Permintaan Pesawat CN235 Terus Meningkat

PENGECEKAN. Kru PT Dirgantara Indonesia mengetes salah satu pesawat CN 235. Gambar direkam Kamis, 12 Mei lalu.
FAJAR-(IDB) : Pesawat Merpati jenis MA-60 jatuh. Perhatian publik banyak tertuju ke kondisi penerbangan dalam negeri. Namun, tak banyak yang mau tahu lagi tentang PT Drigantara Indonesia yang merupakan industri pesawat terbang satu-satunya dalam negeri. Apa, bagaimana, dan mengapa?

Laporan: Samsudar Syam, Bandung

PTDI memang tak seperti dulu lagi. Yang sempat menjadi kebanggaan besar, dan hampir mengangkat martabat bangsa menjadi negara maju seperti Amerika Serikat, Rusia, Jepang dan lainnya melalui kebangkitan teknologi yang ditandai dengan berhasil diselesaikannya jenis peswat turboprop N250.

Berbagai negara di dunia pada saat itu, mengalihkan perhatiannya ke Indonesia. Bahkan, tawaran kerja sama dari negara yang sebelumnya enggan bekerja sama dengan Indonesia mulai berdatangan untuk menawarkan kontrak.

Tapi itu dulu. Kini, PTDI dirundung masalah pelik. Namun, tetap mencoba untuk bertahan dengan menjalankan peran sebagai global supplier ke beberapa perusahaan penerbangan besar luar negeri seperti Airbus dan Boeing.

Juga, PTDI masih terus memproduksi beberapa jenis pesawat, salah satunya CN-235 yang bekerja sama dengan CASA Spanyol. Dan permintaan untuk peswat CN-235 itu sendiri hingga saat ini masih banyak dari negara-negara luar seperti Malaysia, Brunei Darussalam, Uni Emirat Arab dan juga Korea Selatan.

Kamis, 12 Mei baru-baru ini. Satu pesawat pesanan Korea Selatan kembali diberangkatkan. Itu dilakukan pada pukul 7.00 WIB. Pemberangkatannya sendiri disaksikan sejumlah direksi PTDI dan juga para insinyur pembuat peswat itu.

Pesawat CN-235 pesanan korea itu keluar dari hanggar satu jam sebelum take-off dari Bandara Husein Sastranegara. Pemeriksaan dilakukan, begitu pun pengisian bahan bakar untuk mencapai bandara tempat dilakukan transit sebelum mencapai Korea Selatan.

Pukul 6.30 WIB, kru berkumpul. Yang menjadi pilot yakni Capt Esther dan QA Supriadi. Sedikit terlihat seremony kecil-kecilan. Yang kemudian kru menuju ke posisi masing-masing.

CN-235 pesanan Korsel itu sendiri diperuntukkan sebagai pesawat Search and Resque (SAR). Yang di dalamnya telah dilengkapi peralatan untuk melakukan evakuasi oleh petugas SAR.

Pilot Esther mengangkat tangan. Mesin kemudian dinyalakan dengan suara yang bergemuruh. Semua yang menyaksikan keberangkatan pesawat itu melambaikan tangan setelah pesawat menuju ke landasan untuk take off.

Tak membutuhkan waktu yang lama. Pesawat ke 2 dari 4 pesawat CN-235 pesanan Korea Selatan itu take-off dengan mulus. Semua yang menyaksikan keberangkatan itu kembali ke lokasi kerja masing-masing, ada yang menuju hanggar untuk melakukan perakitan, ada juga yang menuju ke bengkel produksi dan tampak sebagian baru berdatangan.

Sebelum meninggalkan tempat, Direktur Aircraft, Budiman Saleh kepada FAJAR MEDIA CENTER (FMC) mengatakan kalau pesawat CN-235 Korea Coast Guard itu merupakan seri ke 57. Dan kembali akan dikirim ke Korea seri 58 dan 59.

Juga pada Mei 2011 ini, CN-235 seri 54 dan 55 diterbangkan ke Senegal. Sebelum itu, negara-negara lain sudah banyak yang membeli dari PTDI.

Negara-negara yang telah menggunakan CN-235 sendiri sudah banyak, seperti Malaysia 8 unit, Brunei Darussalam 1 unit, Thailand 2 unit, Pakistan 4 unit, Korea Selatan 12 unit, Uni Emirat Arab 7 unit, Burkina Faso 1 unit dan Senegal 2 unit.

Sementara penggunaan dalam negeri sendiri oleh Angkatan Udara 9 unit yang mana 7 di antaranya sudah grounded karena keterbatasan dana maintenence. Juga Merpati menggunakan 15 unit, namun juga sebagian besarnya dikembalikan.

CN-235 sendiri di Pakistan digunakan untuk Military Transport, Malaysia menggunakannya juga sebagai Military Transport dan 2 VVIP untuk Perdana Menteri dan Rajanya. "Pesawat ini bukan hanya bisa untuk penumpang, tapi berbagai fungsi dan bahkan menjadi pesawat kepresidenan," ujar Budiman Saleh yang juga menjabat sebagai Direktur Keuangan PTDI.

CN-235 sendiri banyak dibutuhkan untuk kepentingan negara yang mengkhawatirkan permasalahan bajak laut, penyelundupan, atau imigran gelap, khususnya karena pesawat setipenya seperti Buffalo tidak diproduksi lagi. Bahkan, untuk mengawasi Kepulauan Spratly di Laut China Selatan yang dipersengketakan sejumlah negara, baik Tentera Diraja Malaysia maupun Brunei sama-sama mengerahkan pesawat CN-235 buatan PT DI.

Saat ini masih beroperasi sekitar 50 pesawat CN-235 di berbagai negara buatan PT DI dan sekitar 150 unit CN-235 buatan Casa Spanyol. CN-235 versi Patroli Maritim sendiri dilengkapi dengan sistem navigasi, komunikasi dan misi serta mengakomodasi rudal.

Sementara itu, Manager of Corporate Communication PTDI, Rakhendi Triyatna menyebutkan sejarah CN-235 merupakan pesawat terbang hasil kerja sama antara IPTN atau Industri Pesawat Terbang Indonesia (sekarang PT.DI) dengan CASA dari Spanyol. Kerja sama kedua negara dimulai sejak tahun 1980 dan purwarupa milik Spanyol pertama kali terbang pada tanggal 11 November 1983, sedangkan purwarupa milik Indonesia  terbang pertama kali pada tanggal 30 Desember 1983.

Produksi di kedua negara di mulai pada tanggal Desember 1986. Varian pertama adalah CN-235 Series 10 dan varian peningkatan CN-235 Seri 100/110 yang menggunakan dua mesin General Electric CT7-9C berdaya 1750 shp bukan jenis CT7-7A berdaya 1700 shp pada model sebelumnya.

Karakteristik umum CN-235 berkapasitas sampai 45 penumpang, panjang 21.40 m (70 ft 3 in), bentang sayap 25.81 m (84 ft 8 in), tinggi 8.18 m (26 ft 10 in), area sayap 59.1 m² (636 ft²), berat kosong 9,800 kg (21,605 lb), berat isi 15,500 kg (16,500 kg Military load), maksimum takeoff 15,100 kg (33,290 lb), tenaga penggerak 2× General Electric CT79C turboprops, 1,395 kW 1,850 bhp) each. 

Sumber: Fajar