Pages

Minggu, Mei 08, 2011

Demi Keselamatan ABK Indonesia Yang Masih Ditahan PT.SI Rahasiakan Jumlah Uang Tebusan

TANGERANG-(IDB) : Pihak PT Samudera Indonesia tidak mau menyebutkan besaran tebusan untuk membebaskan 20 ABK Sinar Kudus yang ditahan oleh perompak Somalia dengan alasan hal itu akan menguntungkan pihak perompak.  "Itu tidak bisa disebutkan, karena itu akan menguntungkan para  perompak," ungkap Direktur Utama PT Samudera Indonesia Masli Mulia, di ruang pertemuan hotel Sheraton, Sabtu (7/5) malam.

Ditambahkan Mulia, dampak buruk lainnya jika angka tebusan itu disebutkan adalah semakin tinggi dan terancamnya nyawa warga negara Indonesia lainnya yang ditahan. "Kalau nanti sampai terdengar kasihan warga negara kita yang masih ditahan di sana," paparnya. 

"Karena itu akan menjadi preseden yang menguntungkan perompak," lanjutnya.

Seperti yang telah diketahui, pemerintah Indonesia berhasil membebaskan MV Sinar Kudus pekan lalu setelah menyerahkan uang tebusan yang diminta oleh perompak

Sumber: Seruu

Kapal Sinar Kudus Sempat Dihadang Oleh Perompak Lain

JAKARTA-(IDB) : Kapal Sinar Kudus miliki PT Samudera Indonesia sempat akan kembali dibajak oleh perompak Somalia lainnya, namun hal tersebut dapat dicegah lantaran kawanan perompak tersebut mengaku haram membajak kapal apabila awaknya kebanyakan beragama Islam.  

"Kami juga sempat dihadang oleh perompak lain selain yang 30 orang itu (perompak pertama - red) tapi lalu dia tanya kami muslim bukan, kami jawab kami muslim," ujar Mualim I Kapal Sinar Kudus, Masbukin ketika ditemui di hotel Sheraton Bandara Internasional Soekarno Hatta, Cengkareng, Tangerang, Sabtu (7/5) malam.

Sebanyak 20 anak buah kapal Sinar Kudus akhirnya tiba di tanah air setelah berhasil dibebaskan pasukan khusus TNI dari sanderaan perompak Somalia selama 46 hari. Mereka tiba di bandara sekitar pukul 21.30 Wib dengan menumpang pesawat Qatar Airways dari Doha.

Misbakun juga mengatakan, si perompak hanya mau merampok kapal yang awak kapalnya bukan muslim. Mereka juga menolak merampok jika asal negara kapal adalah dari negara yang masyarakatnya mayoritas beragama Islam.

Sumber: Seruu

Tangis Haru Menyambut Kedatangan 20 ABK Sinar Kudus

TANGERANG-(IDB) : Dua Puluh awal MV Sinar Kudus yang sempat ditahan selama 46 hari oleh Perompak Somalia akhirnya tiba di tanah air dengan selamat.  Rombongan ABK MV Sinar Kudus tiba di Terminal II D Bandara Internasional Soekarno-Hatta (Soetta), sekira pukul 21.45 WIB, dengan menggunakan pesawat Qatar Air 670 tujuan Doha, Katar-Indonesia.

Sesampainya di Bandara, para awak Sinar Kudus itu langsung dibawa ke Hotel Sheraton, Bandara Soekarno Hatta untuk bertemu keluarga yang telah lama menunggu kedatangan mereka. 

Tangis bahagia penuh keharuan pun akhirnya pecah, Kapten Kapal MV Sinar Kudus, Slamet Juhari misalnya, langsung dipeluk oleh anggota keluarga.

Selain itu, tangis bahagia juga ditunjukkan oleh Slamet Riyadi, satu di antara awak kapal MV Sinar Kudus. Ia malah tampak tak mampu berkata apa-apa saat Leli istrinya memeluknya dengan erat. 

"Bersyukur kepada Allah SWT. Senang, rindu, semua campur jadi satu. Ini yang ditunggu-tunggu," ungkap Leli. 

Sebelumnya diberitakan, para awak kapal MV Sinar Kudus tersebut akhirnya dibebaskan setelah pihak pengelola kapal memberikan uang tebusan yang diminta oleh perompak, namun dalam proses penyerahan uang tebusan tersebut, pihak TNI juga sempat menembak mati empat orang perompak. 

Sumber: Seruu

NATO Gagal Menghentikan Serangan Militer Gaddafi

LIBYA-(IDB) : Pasukan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dinilai gagal menghentikan serangan militer pro-diktator Libya, Muammar Gaddafi, terhadap empat tangki raksasa penyimpanan minyak di dekat kota Misratah. 
 
Militer pro-Gaddafi bahkan mampu mengerahkan pesawat tempurnya membombardir empat tangki penyimpan minyak dan merusak sejumlah tangki lainnya. Padahal berdasarkan resolusi Dewan Keamanan PBB, misi NATO di Libya adalah memberlakukan zona larangan terbang di negeri yang dilanda krisis itu. 

Sebelum serangan, pasukan revolusioner telah memberikan peringatan kepada NATO atas rencana serangan pesawat militer pro-Gaddafi, namun tidak ada respon dari NATO. 

Militer pro-Gaddafi menggunakan pesawat kecil dalam serangan Sabtu malam (7/5) ke wilayah Qasr Ahmed di dekat pelabuhan Misratah.

Seorang juru bicara pasukan revolusioner di Misratah, Ahmed Hassan mengatakan, "Empat tangki hancur total dan terjadi kebakaran besar yang merusak empat tangki lainnya. Kami tidak mampu memadamkan api itu karena kami tidak memiliki perlengkapan." Demikian dilaporkan Reuters. 

Militer pro-Gaddafi pada pekan ini semakin meningkatkan volume bombardirnya ke kota Misratah dalam rangka mencegah masuknya suplai bantuan melalui pelabuhan.

Bulan lalu, pemipin pasukan revolusioner Libya, Jenderal Abdul Fattah Younis, kepada wartawan di Benghazi menuding NATO tidak serius dan hal ini memberikan peluang kepada pasukan pro-Gaddafi untuk melanjutkan serangan dan pembantaian terhadap warga sipil di Misratah dan di berbagai kota Libya.

Aksi terbaru NATO mengabaikan peringatan dari pasukan revolusioner itu semakin meningkatkan kecurigaan terhadap tujuan utama misi NATO di Libya.

Sumber: Antara

Kapal Perang Iran Sergap Perompak Laut

TEHRAN-(IDB) : Angkatan Laut Republik Islam Iran telah menyelamatkan sebuah kapal tanker minyak milik Uni Emirat Arab dari serangan perompak laut.
 
IRNA, Sabtu (7/5) mengutip keterangan Humas Angkatan Laut Iran melaporkan, kapal tanker yang tengah mengankut minyak mentah dari Bahrain menuju Laut Merah, diserang oleh dua perahu cepat perompak laut.

Kapal perusak Shahid Naqdi langsung bergerak cepat menuju sasaran setelah menerima permintaan bantuan dari kapal tanker Emirat. Menyusul reaksi cepat kapal perang Iran, perahu-perahu perompak laut melarikan diri dan kapal tanker Emirat juga kembali melanjutkan perjalanannya dengan selamat.

Laporan itu menambahkan, ini merupakan aksi ketujuh kapal perang Iran dalam melawan perompak laut selama beberapa bulan terakhir. 

Sumber: Irib

Rusia Masih Curiga Sistem Rudal AS

MOSKOW-(IDB) : Kepala Staf Angkatan Bersenjata Rusia mengatakan, Moskow dan Washington masih berselisih atas rencana Amerika Serikat untuk menggelar sistem anti-rudal di Eropa.
 
Jenderal Nikolai Makarov menuturkan dalam pertemuan Jumat (6/5) dengan timpalannya dari AS, Laksamana Mike Mullen di Saint Petersburg bahwa kedua belah pihak harus bekerja keras untuk mempersempit perbedaan atas isu-isu yang dipertentangkan, Press TV melaporkan.
Dia membuat pernyataan itu menyusul kesepakatan antara Washington dan Bucharest untuk menyebarkan situs sistem rudal AS di sebuah pangkalan Soviet, yang dibangun di kota Deveselu, selatan Rumania.
Rusia telah memperingatkan sebelumnya bahwa mereka akan mengambil "langkah-langkah yang memadai" jika AS dan NATO memilih untuk membangun sistem rudal Eropa tanpa partisipasi Moskow.
Pada kesempatan itu, Jenderal Makarov berharap Moskow dan Washington bisa mencapai kesepakatan meski adanya perbedaan besar antara Rusia dan AS terkait masalah tersebut. 
"Kita perlu mencari pendekatan umum dan terobosan tentang masalah ini," ujarnya seusai pertemuan itu.
Sementara itu, Laksamana Mike Mullen berusaha untuk meredam spekulasi yang berkembang bahwa AS mengabaikan Rusia dalam penyebaran jaringan anti-rudal di Eropa dan selanjutnya meyakinkan Moskow bahwa sistem rudal tidak menimbulkan ancaman bagi keamanan Rusia. 
"Sistem ini sama sekali tidak ditujukan terhadap Rusia dan rakyatnya," kata Mullen. Ditambahkannya, pemerintahan Presiden Barack Obama yakin sistem tersebut murni untuk tujuan defensif.
Pada tahun 2009, Obama membatalkan rencana era pemerintahan George W. Bush untuk memasang sistem anti-rudal di Polandia dan sebuah radar di Republik Ceko. 
Sumber: Irib

Cahaya Perdamaian Konflik Thai-Kamboja Semakin Jelas

IRIB-(IDB) : Kabar baik muncul dari rangkaian pertemuan 10 negara Asia Tenggara Jumat kemarin. Harapan terciptanya perdamaian di perbatasan Thailand-Kamboja yang bergolak dan bersimbah darah selama tiga tahun terakhir bersemi kembali.
 
Kedua negara akhirnya menyetujui kerangka acuan (TOR) yang diajukan Indonesia mengenai pengiriman peninjau ke daerah perbatasan dua negara yang disengketakan.

Dalam beberapa bulan terakhir ini, selaku Ketua ASEAN, Indonesia berusaha memediasi konflik yang telah merenggut belasan prajurit tewas dan ratusan rakyat diungsikan itu. Namun, upaya tersebut beberapa kali menemui jalan buntu salah satu pihak menolaknya.

"Kamboja sudah mengirimkan pernyataan formal melalui nota diplomatik bahwa mereka menyetujui TOR yang diajukan Indonesia. Thailand juga menyatakan setuju namun belum secara formal," kata Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa setelah mengadakan pertemuan bilateral dengan Menteri Luar Negeri Thailand Kasit Piromya di sela-sela KTT ASEAN di Balai Sidang Jakarta.

Yang menjadi fokus sekarang, demikian Marty, adalah bagaimana merealisasikan komitmen Thailand dan Kamboja mengenai pengiriman peninjau ke daerah perbatasan.

"Seperti yang Anda tahu, Thailand memiliki pemahaman sendiri mengenai suasana kondusif yang diinginkan, begitu juga dengan Kamboja. Jadi dalam dua hari ini, saya mungkin akan bertemu dengan menlu dua negara untuk mencoba menemukan titik temu mengenai pengiriman tim peninjau Indonesia ke perbatasan," ujarnya seraya menyatakan penghargaannya kepada Thailand dan Kamboja yang berkomitmen untuk meneruskan jalan diplomasi guna memecahkan masalah perbatasan.

Selama ini negara-negara Asia Tenggara sepakat menyelesaikan persengketaan perbatasan di antara mereka secara bilateral, namun perseteruan Thailand-Kamboja telah berubah menjadi konflik terbuka yang berujung pada jatuhnya korban tewas.

Tahun ini saja, setelah saling baku tembak secara hebat pada Febuari 2011, kedua negara mengulanginya kembali pada penghujung April 2011.

Lalu, setiap kali baku tembak terjadi kedua belah pihak saling tuding mengenai siapa yang memulai aksi pamer senjata itu. Hal itu setidaknya yang memberi Indonesia ide untuk menempatkan tim peninjau di perbatasan.

Perseteruan perbatasan di antara 10 negara ASEAN --Brunei, Kamboja, Indonesia, Filipina, Myanmar, Laos, Thailand, Vietnam, Singapura dan Malaysia-- memang bukan hanya Thailand dan Kamboja. Bahkan beberapa waktu lalu Indonesia berseteru sengit dengan Malaysia akibat masuknya kapal aparat Malaysia ke perairan Indonesia untuk menangkap petugas Kementerian Kelautan dan Perikanan Indonesia.

Namun, perseteruan perbatasan yang berujung dengan pertumpahan darah sejak penandatanganan Traktat Persahabatan dan Kerjasama (TAC) ASEAN baru terjadi antara Thailand dan Kamboja dalam tiga tahun terakhir.

Insiden itu cukup mencoreng citra ASEAN yang selalu mempromosikan TAC mereka ke dunia sebagai traktat yang mengikat 10 negara Asia Tenggara dalam suatu persahabatan dan niat bersama menjaga kedamaian kawasan sehingga membedakan dari sejumlah kawasan. ASEAN mengklaim dalam 40 tahun terakhir kawasannya relatif damai, tidak digoncang konflik terbuka, apalagi peperangan.

Pada 24 Febuari 1976, TAC ditandatangani oleh para pemimpin ASEAN saat itu yaitu Soeharto (Indonesia), Lee Kuan Yew (Singapura), Ferdinand Marcos (Filipina), Datuk Hussein Onn (Malaysia) dan Kukrit Pramoj (Thailand). Anggota ASEAN yang lain yaitu Kamboja, Vietnam, Laos dan Myanmar bergabung pada 25 Juli 2998.

Lalu pada Juli 2009, TAC ditandatangani pula oleh sekitar 16 negara mitra ASEAN, termasuk penandatanganan TAC pada 22 Juli 2009 oleh Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton.

Berdasarkan TAC, negara-negara bertekad menyelesaikan segala bentuk perselisihan dengan cara damai demi menjaga perdamaian dan persahabatan di antara rakyat Asia Tenggara, selaras dengan Piagam PBB.

Suara Sipil

Kelompok masyarakat sipil Thailand dan Kamboja yang hadir dalam Konferensi Masyarakat Sipil ASEAN (ACSC)/Forum Rakyat ASEAN (APF) menginginkan ASEAN lebih berperan dalam mengatasi sengketa perbatasan diantara negara-negara mereka.

Ketua Badan Adhoc Hak Asasi Manusia dan Pembangunan Kamboja Thun Saray berharap ASEAN, khususnya Indonesia ikut menemukan solusi atau minimal menciptakan gencatan senjata di perbatasan.

"Konflik sudah terjadi mulai 2008, kemudian berhenti dan pecah lagi dan kali ini semakin buruk, sejauh yang kami ketahui ada ini sekitar 6.000 orang dari kedua negara harus mengungsi," ungkapnya.

Menurut Saray, konflik perbatasan itu telah membuat anak-anak tidak bisa bersekolah, warga tidak lagi bebas beraktivitas, kesulitan mendapat pangan dan sangat membutuhkan bantuan kemanusiaan.

Seorang aktivis lain dari Yayasan Sukarelawan untuk Generasi Muda di Wilayah Mekong Supawadee Petrat mengungkapkan, masyarakat di perbatasan hidup dalam kondisi ketakutan. Pemerintah kedua negara, katanya, harus mendengar pihak lain demi menyelesaikan masalah itu. Ia bahkan menilai akar masalah konflik itu adalah politik internasl di dua negara.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Komite Pendukung Hak Asasi Manusia Thailand Somsri Hananustasuk mengatakan perbatasan seharusnya tidak lagi menjadi masalah karena ASEAN akan menjadi satu komunitas.

"Dari sudut pandang masyarakat sipil, perbatasan seharusnya tidak lagi menjadi masalah karena kita nantinya akan menjadi satu komunitas dan perbatasan akan kehilangan artinya," ucapnya.

Kelompok masyarakat sipil tersebut mengeluarkan tiga rekomendasi untuk ASEAN.

Pertama, meminta pemerintah Thailand dan Kamboja memberikan perhatian lebih kepada kesulitan yang dialami rakyat kedua negara di perbatasan dan sesegera mungkin memberi mereka bantuan.

Kedua, mendesak gencatan senjata permanen dan meminta pemantau dari ASEAN diturunkan di sepanjang perbatasan demi menjaga gencatan senjata itu. 

Ketiga, ASEAN harus mendukung tindakan masyarakat sipil kawasan untuk membawa perdamaian di wilayah sengketa itu.

Peninjau
 
TOR ajuan Indonesia mengenai pengiriman peninjau ke daerah perbatasan dua negara yang disengketakan akhirnya disepakati kedua pihak bersengketa. Marty berharap TOR segera dilaksanakan.

Ia menilai penundaan pengiriman tim peninjau Indonesia ke perbatasan Thailand-Kamboja akan berdampak negatif pada upaya perdamaian dua negara tersebut.

"Penundaan akan memunculkan kemungkinan untuk terjadinya konflik lagi di perbatasan. Ini yang kita ingin hindari. Maka dari itu perlu ada tim peninjau independen di perbatasan," kata Marty.

Menurutnya, jumlah personel tim peninjau tidak akan terlalu banyak, hanya 15 orang di sisi wilayah Thailand dan 15 orang di wilayah Kamboja.

Penempatan tim peninjau, tambahnya, juga membantu menumbuhkan kesalingpercayaan Thailand dan Kamboja.

Mengenai penolakan Kamboja atas permintaan Thailand agar Kamboja menarik pasukannya dari wilayah sengketa sebelum tim peninjau Indonesia diterjunkan ke sana, Marty mengatakan "Thailand dan Kamboja memiliki pandangannya masing-masing mengenai hal tersebut".

Thailand, menurut Marty, akan secara resmi mengundang tim peninjau dari Indonesia jika beberapa syarat disetujui, antara lain meminta Kamboja menarik pasukannya dari beberapa wilayah tertentu.
'
Marty menjelaskan, isu penarikan pasukan bisa dibicarakan di tingkat Komite Jenderal Perbatasan Thailand-Kamboja (GBC).

"Mungkin tidak bisa diselesaikan dalam dua hari KTT ASEAN disini. Tapi saya yakin ada titik temu asalkan ada kemauan politik," ujarnya.

Sengketa perbatasan itu berawal dari satu peta yang dikeluarkan pada 1908 oleh kartografer Prancis untuk menetapkan perbatasan Thailand-Kamboja, ketika Kamboja masih di bawah koloni Prancis.

Prancis mengatakan, perbatasan harus diputuskan menurut garis batas air di sepanjang jarak Gunung Dongrak, dalam peta mereka candi Preah Vihear terletak di ketinggian 525 meter, dengan jalan turun berada di wilayah Kamboja, dan sebagian lainnya di wilayah Thailand.

Thailand kehilangan candi itu pada 1962 ketika sengketa kepemilikan candi itu dibawa ke Pengadilan Internasional di Den Haag. Pengadilan memutuskan candi itu milik Kamboja, namun sengketa garis perbatasan masih terus berlangsung hingga sekarang.

Sengketa itu merebak kembali pada 2008 ketika Kamboja mengusulkan candi yang terletak dalam kompleks seluas 4,6 kilometer itu sebagai Warisan Dunia kepada UNESCO. Meskipun ditentang Thailand, usulan tersebut disetujui UNESCO pada 7 Juli 2008.

Saat ini, tentara kedua negara saling berhadapan di seberang perbatasan mereka di sekitar candi Prear yang berada di antara provinsi Si Sa Khet dan Phrea Vihear, sekitar 400 kilometer timur laut Bangkok.

Sumber: Irib

Kemana Indonesia Membawa ASEAN

IRIB-(IDB) : "Bersatu lebih dalam kata-kata, ketimbang realitasnya," tulis Japan Times dalam editorialnya seminggu setelah KTT ASEAN di Hua Hin, Thailand, dua tahun silam.
Analis media Jepang itu masih relevan hingga kini.

Buktinya, Thailand dan Kamboja terus saja jual beli peluru demi mempersengketakan Kuil Preah Vihear di perbatasan kedua negara.

Bilveer Singh dari S. Rajaratman School of International Studies, Universitas Teknologi Nanyang, menyebut konflik perbatasan Thailand-Kamboja menjadi pertaruhan dan kredibilitas ASEAN.

Tak hanya Thailand dan Kamboja, Indonesia dan Malaysia juga acap bersitegang soal perbatasan laut mereka. Hanya karena Indonesia menahan diri, maka keisengan Malaysia tak berujung menjadi konflik terbuka seperti Thailand-Kamboja.

Hampir semua anggota ASEAN menghadapi konflik perbatasan dengan sesama anggota ASEAN, termasuk Malaysia dan Thailand, Myanmar dengan Thailand, Laos dengan Vietnam, dan banyak lagi.

Sementara Singapura acap dikeluhkan, termasuk Indonesia, karena menjadi "pelabuhan" modal-modal domestik skala besar yang seharusnya diparkir di dalam negeri. Negeri ini juga acap menjadi "tempat suaka" dana-dana hasil penyimpangan keuangan.

Joe Studwell dalam "Asian Godfather" menyebut Singapura telah mengganti peran Swiss sebagai tempat penampungan modal-modal tak jelas dan uang panas.

Di matra ekonomi, sejumlah negara ASEAN merintih oleh ekspansi ekonomi China dalam selubung ACFTA (Kesepakatan Perdagangan Bebas ASEAN-China), namun nyaris tidak ada upaya bersama yang signifikan guna menghadapinya. Sebaliknya, ASEAN mengundang kekuatan pengimbang lain seperti AS, Jepang dan Uni Eropa, bukan menguatkan langkah bersama.

Tak hanya Indonesia, Vietnam dikabarkan mengaduh oleh membanjirnya produk China. "Sekitar 90 persen defisit perdagangan Vietnam berasal dari perdagangan yang senjang dengan China," kata Tran Dinh Thien, Kepala Vietnam Institute of Economics pada Agustus 2010.

Menurut Anh Le Tran, analis ekonomi dari Institut Teknologi Massachusetts, kekhawatiran membanjirnya produk China membuat industri domestik Vietnam terpukul. Dua tahun lalu, ketika CAFTA belumlah diaplikasikan, defisit perdagangan dengan China mencapai 11 miliar dolar AS atau 91 persen dari total defisit Vietnam.

"Produk impor China mengancam perkembangan industri dalam negeri Vietnam," tulis Anh Le Tran dalam Asia Times.

Demikian pula Filipina, apalagi Indonesia. Dari data terakhir, kendati neraca perdagangan Filipina surplus, namun negara kepulauan itu juga diserbu masif oleh barang-barang luar, mesti belum tentu dari China.

ASEAN juga didera sejumlah persoalan intra-ASEAN lain, termasuk perlombaan senjata dan ketidaksatuan sikap dalam sengketa di Laut China Selatan.

Respons Bersama

Pada semua gambaran masalah yang dikemukakan di atas, nyaris tak ada kata `bersatu` dalam ASEAN, bahkan Thailand menolak mekanisme ASEAN untuk konfliknya dengan Kamboja.

Hubungan intra-ASEAN memang terlihat dekat secara emosional, namun ASEAN tak memiliki kekuatan memaksa atau mekanisme bersama dalam menyelesaikan persoalan-persoalan antarmereka.

Mendiang profesor politik dari London School of Economics and Political Sciences (LSE), Michael Leifer, pernah mengatakan ASEAN menghadapi masalah dalam memberi respons bersama karena organisasi ini tak membangun mekanisme penyelesaian sengketa secara formal. Organisasi kawasan ini, katanya, lebih tertarik menciptakan milieu (lingkungan) kawasan yang bisa mengelola dan mencegah konflik.

Pernyataan Liefer 14 tahun silam itu masih relevan, terutama ketika memotret dimensi keamanan ASEAN.

Tak heran jika analis Thailand, Kavi Chongkittavorn, dalam The Nation Februari lalu, ASEAN memerlukan kerangka pikir baru dalam menyelesaikan konflik intra-ASEAN.

"ASEAN mesti membentuk mekanisme penyelesaian sengketa di dalam tubuhnya sendiri. Mekanisme penyelesaikan sengketa ekonomi memang sudah lama terbentuk, tapi tidak pernah ada mekanisme yang menyangkut sengketa-sengketa yang dapat menciptakan bentrok senjata," kata Chongkittavorn.

Khusus sengketa Kamboja-Thailand, ASEAN --tak hanya Indonesia yang kedapatan giliran memimpin--, mesti proaktif mendamaikan kedua negara, setidaknya menciptakan gencatan senjata. Itu semata demi kredibilitas dan bentuk baru ASEAN yang lebih reponsif dan proaktif.

"Ini lebih kepada peran keamanan ASEAN di kawasan ini, di mana kekeliruan melangkah akan bermakna kemungkinan kembalinya kawasan ini ke kebiasaan lama menggunakan senjata dalam mengatasi perbedaan," kata Bilveer Singh.

Sejumlah kalangan lainnya bahkan bersisian dengan editorial Japan Times atau asumsi Michael Leifer mengenai karakteristik dasar ASEAN seperti telah disebut tadi.

Salah satu yang bersetuju dengan itu --dan mungkin salah satu yang paling skeptis-- adalah pakar dari Singapura, Narayanan Ganesan, yang sekarang profesor politik pada Universitas Hiroshima, Jepang.

"ASEAN bukanlah komunitas keamanan, dan bukan pula komunitas ekonomi," katanya pedas.
Disebut bukan komunitas keamanan karena organisasi ini tak mengenal persepsi ancaman bersama sebagaimana biasa ada pada komunitas keamanan, padahal ini fundamental. Ketegangan bilateral di antara anggota-anggotanya telah mencegah ASEAN dalam mendapatkan fundamental itu.

Tapi, masih mengutip Ganesan, ASEAN juga bukan komunitas ekonomi karena agenda ekonomi semua anggota ASEAN lebih didasari nasionalisme ekonomi, ketimbang insentif kawasan. Sejumlah anggota ASEAN malah belakangan mengkapitalisasi nasionalisme ekonominya itu demi memperkuat legitimasi rezim.

Indonesia Tambatan ASEAN

Pada isu termutakhir, yaitu aspirasi memasyarakatkan ASEAN dalam sekitar 500 juta penduduk ASEAN, lewat `people to people`, juga baru pada tahap "omong-omong." Sejumlah kalangan malah menilainya elitis.

Sejumlah tokoh di negara-negara ASEAN mengungkapkan keprihatinan itu, diantaranya seperti dirangkum Kepala Riset AMIC, Singapura, Kalinga Seneviratne November tahun lalu di satu jurnal online. Beberapa kalangan di ASEAN mengkritik fakta di balik konsep `people to people` itu.

"Adalah mengecewakan rakyat di kawasan ini tidak saling mengetahui negara-negara (ASEAN) lainnya," kata Pham Thuy Trang, produser berita internasional VTV Vietnam.

Trang menyingkap kekhawatiran publik mengenai kemampuan ASEAN membumikan konsep-konsep tingkat tinggi yang kadang membuat masyarakat kawasan tidak bisa merabanya.

"Kita perlu menggelar kegiatan-kegiatan spontan bilaman kita serius ingin membangun sebuah masyarakat, kita perlu bergerak jauh dari sekedar pemerintah ke pemerintah," kata Viswa Sadasivam, seorang eksekutif media Singapura.

Seorang pakar media dari Malaysia menambahkan cerita berikut, "Kita selama ini berbagai sejarah dan asal usul, namun pertanyaannya adalah mengapa tiba-tiba sekarnag kita merasa tidak berkaitan satu sama lain."

Seluruh gambaran di atas adalah dimensi-dimensi masalah yang menantang Indonesia guna dipecahkan. Apalagi, diam-diam Indonesia sebenarnya menjadi tumpuan harapan negara-negara ASEAN lain dalam menyelesaikan sengketa.

Indonesia, kata Kavi, memahami dengan amat baik realitas ASEAN, bahkan sebelum gerakan reformasi yang menumbangkan Soeharto, Indonesia selalu bisa membawa semua skema ekonomi dan politik ke dalam kerjasama.

Indonesia sekarang semestinya tertantang oleh klaim ini, sekaligus menjawab skeptisme intra-ASEAN sendiri sebagai organisasi yang lebih banyak menawarkan konsep, ketimbang resolusi konflik dan mempromosikan langkah bersama.

"Tak ada ketua ASEAN yang memiliki rencana komprehensif dan ambisius demi ASEAN, kecuali Indonesia," kata Kavi Chongkittavorn.

Indonesia mesti membuktikan pernyataan, harapan dan tantangan Kavi ini, karena inilah aspirasi umum ASEAN tentang posisi Indonesia. Dan jawaban Indonesia itu akan ditunggu pekan ini di KTT ASEAN. 

Sumber: Irib

Kilas Balik : 5 Operasi Penyelamatan Sandera Terbaik di Dunia

SERUU-(IDB) : Penyanderaan dan pembajakan ternyata sudah ada sejak lama. Dalam menghadapi pembajakan pemerintah berbagai negara kerapkali menggunakan sebuah operasi militer sebagai upaya untuk membebaskan para sandera dari cengkeraman pembajak. Kadang sukses dan kadang harus menimbulkan korban, baik di pihak sandera maupun di pihak pasukan penyerbu.

Setiap negara biasanya memiliki unit khusus untuk menangani kasus ini. Operasi rahasia dan penuh dengan berbagai perhitungan membuat unit khusus ini merupakan pasukan spesial yang sengaja dibentuk dan banyak yang perekrutannya dilakukan secara rahasia untuk menjaga keefektifan pasukan.

Berikut 10 operasi pembebasan sandera terbaik di dunia yang tercatat dalam sejarah.

1. Operasi Nimrod / Penyanderaan Kedubes Iran di London (5 April 1980)

58Embassy_8Operasi ini dilakukan oleh Pasukan Khusus Inggris yang terkenal di dunia, SAS. Merupakan misi penyelamatan sandera di Kedutaan Besar Iran di London. Operasi dilakukan pada siang hari dan dibawah liputan televisi serta di siarkan langsung. SAS berhasil melumpuhkan penyanderaan selama 6 hari dalam waktu hanya 11 menit saja. Aksi SAS ini menjadi contoh bagi pasukan khusus dan pasukan elite antiteror lainya di seluruh dunia.

11:30 Rabu 30 April 1980: Enam orang bersenjata Iran memaksa masuk ke Kedutaan Besar Iran di Princes Gate, London. Mereka mengalahkan pasukan penjaga kedutaan dan menyandera 26 sandera.
Para teroris, yang menyebut diri mereka 'Front Demokratik Revolusioner Arabistan' memprotes penindasan etnis Khuzestan oleh pemimpin Iran - Ayatollah Khomeini. Mereka menuntut pembebasan 91 tahanan politik yang ditahan di Iran. Mereka juga menuntut pesawat terbang sendiri dan membawa sandera keluar dari Inggris.

Para teroris yang dipimpin oleh Ali Mohammed, 27, alias 'Salim' selama beberapa hari pertama pengepungan, melepaskan beberapa sandera perempuan dan seorang karyawan BBC yang pura-pura kram perut. Pada hari Senin, dan tanpa tanda tuntutannya terpenuhi, suasana hati Salim berubah menjadi ketegangan buruk. Salim mengancam akan menembak sandera. Lavasani Abbas, seorang Iran ditembak mati dan menjadi sandera pertama yang tewas. Tubuhnya didorong keluar oleh teroris dari Kedubes.

Penembakan membuat SAS memutuskan untuk memaksa masuk. Lima penyandera bersenjata asal Iran tewas ditembak dan seorang lagi berhasil ditangkap. Dalam operasi itu, pasukan SAS membebaskan 19 sandera, namun seorang lagi tewas dan dua lainnya cedera selama baku tembak berlangsung.

2. Operasi  Jonathan / Operasi Entebbe / Operasi Thunderbolt (3-4 Juli 1976)

operasi_entebbe-7Operasi ini dilakukan oleh Pasukan Khusus Israel Sayeret Matkal di Bandara Entebbe Uganda.  Bandara Entebbe di Uganda merupakan tempat operasi penyelamatan sandera oleh Pasukan Khusus Israel Sayeret Matkal saat pesawat Air France flight139 dengan rute Perancis ke Tel Aviv dibajak oleh teroris Palestina.

Misi menyelamatan yang dilakukan oleh Pasukan Khusus Sayeret Matkal ( salah satu unit terbaik yang dimiliki oleh Israel Defense Force atau IDF ) difokuskan untuk membebaskan para sandera.

Peristiwa ini berlangsung pada malam 3 Juli dan awal pagi 4 Juli 1976. Operasi telah dirancang secara rahasia dan dilakukan menentang negara Uganda, dimana pemimpinnya, Idi Amin mendukung pembajakan tersebut.

Operasi Entebbe berhasil membebaskan 100 orang tawanan yang ada didalam pesawat Air France.  Satu-satunya tentara Israel yang tewas dalam operasi itu adalah Jonathan Netanyahu (kakak dari PM Israel Benjamin Netanyahu) , yang saat itu justru menjadi Komandan Penyelamatan dalam misi yang sepenting itu. Saat kejadian itu terjadi, Yoni Netanyahu berpangkat Letnan Kolonel. Operasi ini juga menewaskan ke-enam orang pembajak, tiga sandera dan 45 orang tentara Uganda.

3. Operasi Pembebasan Pembajakan Boeing 737 Luthfansa

Operasi dilakukan oleh pasukan elite Jerman Gremzschutzgruppe 9, atau populer disebut GSG 9. Komando ini berhasil membebaskan pesawat Boeing 737 Lufthansa dengan kode penerbangan 181, pada Oktober 1977.

Lufthansa Penerbangan 181 (juga diketahui sebagai Landshut) dibajak oleh teroris Palestina dalam penerbangan dari Palma de Mallorca menuju Frankfurt.

Pembajak yang berjumlah empat orang itu termasuk beken dalam dunia terorisme internasional. Mereka adalah anggota Tentara Merah yang terkenal amat sadistis, pimpinan Hader Mahmoud, diduga seorang Palestina. Selain meminta tebusan sembilan juta Poundsterling, mereka juga menuntut sebelas anggota Baader-Meinhof dibebaskan dari penjara Jerman termasuk Andreas Baader sang pemimpin.

Setelah berkeliling dari Palma, akhirnya pesawat mendarat di Mogadishu, Somalia. Di sinilah akhirnya GSG 9 melakukan penyerbuan, 3 pembajak tewas dan 86 sandera dibebaskan. Sayangnya, pilot pesawat, Jurgen Schuman, tewas ditembak sebelum penyerbuan dilakukan.

4. Operasi Pembebasan Pembajakan Pesawat Garuda DC 9 / Operasi Woyla / Operasi Donmuang (31 Maret 1981)

woylaOperasi dilakukan oleh pasukan elite Indonesia yang tergabung dalam Komando Pasukan Sandi Yudha (Kopassandha) , sebelum akhirnya menjadi Komando Pasukan Khusus (Kopassus).

Peristiwa Woyla adalah sebuah penerbangan maskapai Garuda Indonesia dari pelabuhan udara sipil Talangbetutu, Palembang ke Bandara Polonia, Medan yang mengalami insiden pembajakan pesawat pada 28 Maret 1981 oleh lima orang teroris yang dipimpin Imran bin Muhammad Zein, dan mengidentifikasi diri sebagai anggota kelompok Islam ekstremis "Komando Jihad".

Penerbangan dengan pesawat DC-9 Woyla tersebut berangkat dari Jakarta pada pukul 08.00 pagi, transit di Palembang, dan akan terbang ke Medan dengan perkiraan sampai pada pukul 10.55. Dalam penerbangan, pesawat tersebut tiba-tiba dibajak oleh lima orang teroris Komando Jihad yang menyamar sebagai penumpang.

Setelah mendarat sementara untuk mengisi bahan bakar di Bandara Penang, Malaysia, akhirnya pesawat tersebut terbang dan mengalami drama puncaknya di Bandara Don Mueang di Bangkok, Muang Thai tanggal 31 Maret.

Operasi pembebasan pesawat DC-9 dikenal dengan sebutan Operasi Woyla yang dimulai sehari setelah tersiarnya kabar pembajakan tersebut. Pada pukul 21.00, 29 Maret, 35 anggota Kopassandha meninggalkan Indonesia dalam sebuah DC-10, mengenakan pakaian sipil. Pemimpin CIA di Thailand menawarkan pinjaman jaket anti peluru, namun ditolak karena pasukan Kopassandha Indonesia telah membawa perlengkapan mereka sendiri dari Jakarta.

Pukul 02.30 tanggal 31 Maret, prajurit bersenjata mendekati pesawat secara diam-diam. Mereka merencanakan agar Tim Merah dan Tim Biru memanjat ke sayap pesawat dan menunggu di pintu samping. Semua jendela pesawat telah ditutup. Tim Hijau akan masuk lewat pintu belakang. Semua tim akan masuk ketika kode diberikan. Pada pukul 02.43, Tim Thailand ikut bergerak ke landasan, menunggu di landasan agar tidak ada teroris yang lolos. Kode untuk masuk diberikan, ketiga tim masuk, dengan Tim Hijau terlebih dahulu, mereka berpapasan dengan seorang teroris yang berjaga di pintu belakang.

Teroris tersebut menembak dan mengenai Achmad Kirang, salah seorang anggota Tim Hijau di bagian bawah perut yang tidak terlindungi. Teroris tersebut kemudian ditembak dan tewas di tempat. Tim Biru dan Tim Merah masuk, menembak dua teroris lain, sementara penumpang menunduk. Para penumpang kemudian disuruh keluar. Seorang teroris dengan granat tangan tiba-tiba keluar dan mencoba melemparkannya tetapi gagal meledak. Lalu anggota tim menembak dan melukainya sebelum dia sempat keluar. Teroris terakhir dinetralisir di luar pesawat.

Imran bin Muhammad Zein
pemimpin pembajak selamat dalam peristiwa baku tembak tersebut dan ditangkap oleh Satuan Para Komando Kopassandha.

Tim medis kemudian datang untuk menyelamatkan pilot pesawat DC-9 Woyla, Kapten Herman Rante, yang ditembak salah satu teroris dalam serangan tersebut. Namun Kapten Herman Rante meninggal di Rumah Sakit di Bangkok beberapa hari setelah kejadian tersebut. Kedua korban peristiwa terorisme ini kemudian dimakamkan di TMP Kalibata.

Operasi kontra terorisme ini dilakukan oleh Grup-1 Para-Komando dibawah pimpinan Letnan Kolonel Infanteri Sintong Panjaitan yang kemudian beserta tim-nya dianugerahi Bintang Sakti dan dinaikkan pangkatnya satu tingkat, kecuali Achmad Kirang yang gugur di dalam operasi terebut dinaikkan pangkatnya dua tingkat secara anumerta.

Peristiwa pembajakan pesawat Garuda DC-9 Woyla ini menjadi peristiwa terorisme bermotif "jihad" pertama yang menimpa Indonesia dan satu-satunya dalam sejarah maskapai penerbangan Indonesia.

5. Operasi Pembebasan Pembajakan Kereta Api De Punt di Belanda (11 Juni 1997) 

Operasi pembebasan dilakukan oleh pasukan khusus Belanda dengan menggunakan pesawat dan memuntahkan ribuan peluru. Pembebasan berlangsung sangat dramatis dan dilakukan setelah 482 jam penyanderaan.

Tanggal 23 Mei 1997 teroris yang telah ada diatas kereta menarik rem emergency dan kemudian membajaknya kereta di areal desa terpencil deket De Punt. Total ada 54 sandera.Sementara masinis kereta dibunuh. Motif penyanderaan ini karena para teroris yang berasal dari gerakan RMS (Republik Maluku Sealatan) merasa tidak diperlakukan dengan baik oleh pemerintah sejak penyanderaan pertama 2 tahun sebelumnya.

Tanggal 11 Juni, pagi hari yang tenang dikagetkan dengan suara keras dari dua F104 yang terbang rendah dengan afterburner penuh! Tiga atau empatkali jet-jet tempur tersebut terbang redah. Tujuannya ada tiga, pertama, sonic boom yang akan ditembakan untuk menghancurkan jendela sehingga akses masuk lebih mudah. Kedua, sonic boom akan membuat para sandera menunduk dan berlindung. Dan terakhir, tentu akan membuat bingung para teroris.

Langsung setelah pesawat tempur melakukan manuver terakhir, berondongan tembakan di arahkan ke gerbong kelas pertama dan kompartemen. Gerbong kelas pertama diyakini adalah posisi para teroris. Mereka sengaja membagi kereta menjadi 3 bagian. Yaitu gerbong untuk sandera wanita, gerbong untuk sandera pria, dan gerbong untuk para teroris.

Ini tentu mempermudah kerja pasukan khusus anti teror dari marinir belanda. Sedikitnya 15000 peluru di muntahkan ke gerbong tempat teroris. Akibatnya sebagian besar teroris tewas. Namun ada 1 sandera tewas karena kebetulan sandera tersebut berada di gerbong tempat teroris.

Pasukan juga melakukan penyerbuan ke dalam kereta. Mereka membawa bingkai kayu yang ukurannya sesuai dengan ukuran pintu kereta. Bingkai kayu tersebut dipasangkan peledak sehingga pintu-pintu kereta tersebut dapat di ledakkan dan pasukan menyerbu masuk untuk membebaskan sandera. 

Sumber: Seruu