Pages

Sabtu, April 30, 2011

Pesawat Tempur Canggih Bertumbangan Dalam Tender AU India

Pesawat tempur Mig-35 Rusia
MOSKOW-(IDB) : Rusia mengumumkan India mengeluarkan jet tempur MiG-35 dari kontestan tender pengadaan 126 jet tempur senilai 12 milyar dolar dalam program Indian Medium Multi-Role Combat Aircraft (MMRCA), Jumat (29/4).

Juru bicara Rosoboronexport mengatakan India telah menginformasikan pada Rusia mengenai keputusan tersebut awal minggu ini. Ditambahkannya, India tidak menyebutkan alasan tersingkirnya MiG-35 dari kontes.

Pesawat tempur F-16 Fighting Falcon Amerika
Duta Besa Amerika Serikat untuk India Timothy J. Roemer mengatakan Washington sangat kecewa dimana Lockheed Martin F-16 dan Boeing F/A-18 Super Hornet ditolak, Kamis (28/4).

Saab AB mengumumkan juga telah menerima pemberitahuaan dari India, Gripen tidak tercatat lagi sebagai kontestan MMRCA, Rabu (27/4).

India tidak mengeluarkan pengumuman resmi peserta tender MMRCA yang masih bertahan. Pemerintah Amerika Serikat dan Rusia memperkirakan Dassault Rafale dan Eurofighter Typhoon masih tercatat peserta tender.

Pesawat tempur F-18 Super Hornet Amerika
Rusia berharap India membeli MiG-35, merupakan versi mutakhir MiG-29 yang dirancang pada era Sovyet. India telah membeli MiG-29 versi maritim, akan ditempatkan di kapal induk INS Vikramaditya (eks RFS Admiral Gorshkov).

Rusia dan India meneken kontrak produksi bersama jet tempur siluman generasi kelima hampir senilai 30 milyar dolar pada Desember lalu. 


Pesawat tempur Gripen Swedia















Dan diperkirakan pesawat tempur yang masih dalam daftar tender : 
Pesawat tempur Dassault Rafale Perancis
Pesawat tempur Eurofighter Typhoon

Pasukan Thailand dan Kamboja Langgar Gencatan Senjata

PRASAT-(IDB) : Tentara Thailand bergerak menuju perbatasan pasca bentrokan senjata antara pasukan Thailand dengan Kamboja di propinsi Surin, Thailand, Jumat (29/4).  

Pasukan Thailand dan Kamboja sama-sama melanggar gencatan senjata dan kembali terlibat bentrok untuk hari kedelapan, Jumat (29/4). 

Pelanggaran gencatan senjata tadi memupus harapan untuk secepatnya mengakhiri konflik perbatasan yang sudah berlangsung lama. Angka korban tewas naik menjadi 16. 

Baku tembak mereda tidak lama setelah dinihari dan tidak terdengar sepanjang hari disaat hampir 100.000 penduduk terlantar pada kedua negara itu menunggu kabar apakah bentrokan kecil selama bertahun-tahun antara kedua negara tetangga Asia Tenggara itu akhirnya akan berakhir.

"Saya berharap kedua belah pihak bisa berunding, sehingga tidak terjadi lagi baku tembak," ucap Boonteung Somsed, 58 tahun, seorang pekerja kontruksi Thailand yang lari ke desa Prasat, 30 km dari perbatasan.

Sementara itu, seorang tentara Thailand tewas dan empat lainnya cedera dalam bentrokan Kamis malam berkaitan sengketa di sepanjang perbatasan antara Thailand dan Kamboja, kata seorang jurubicara militer Thailand Jumat. Hal itu terjadi pada saat gencatan senjata yang disepakati sehari sebelumnya gagal dipegang.

Komandan Tentara Regional Thailand, Thawatchat Samutsakorn mengatakan kepada Reuters, empat tentara Thailand juga cedera selama dua bentrokan senjata yang melibatkan senjata dan granat, yang katanya telah dimulai oleh pihak Kamboja.

Menurut laporan AFP, pertempuran sengit itu terjadi beberapa jam setelah persetujuan gencatan senjata disepakati pada Kamis dan berlanjut selama satu malam, kata juru bicara militer daerah timurlaut, Kolonel Prawit Hookaew.

"Kondisi saat ini mereda namun masih tegang," tambah Prawit.

Pertempuran di sekitar dua candi di perbatasan hutan antara kedua negara yang saat ini mencapai hari kedelapan telah merenggut nyawa sebanyak 16 jiwa termasuk satu warga sipil selain menyebabkan puluhan ribu warga mengungsi dari rumah mereka.


Sumber: Analisa

Australia China Tingkatkan Hubungan Militer

SYDNEY-(IDB) : Australia akan menjamu lebih banyak kapal perang China dan memperbanyak latihan pertahanan bersama negara tirai bambu itu guna meningkatkan hubungan militer kedua negara, kata Perdana Menteri Australia, Julia Gillard.

Berbicara kepada media Australia ketika dia mengakhiri kunjungan ke Asia Utara, termasuk kunjungan puncaknya ke Beijing, Gillard mengatakan ia telah membahas peningkatan kerja sama militer dalam pembicaraan "bersahabat" dengan Presiden Hu Jintao.

"Kami menyatakan kesiapan untuk tetap membahas kerja sama pertahanan," katanya kepada Sydney Morning Herald.

"Kami juga menyatakan keterbukaan kami terhadap kunjungan kapal ke pelabuhan Australia dan ada sejumlah prospek tentang kunjungan itu sebelum akhir tahun ini," kata Gillard.

"Hal itu merupakan langkah kecil untuk sebuah perjalanan menuju kesepahaman yang lebih baik dalam sudut pandang militer," katanya.

Amerika Serikat dan sekutunya telah menyampaikan kekhawatiran terkait motivasi peningkatan kapasitas militer China serta menuntut adanya transparasi yang lebih nyata dari program tersebut.

Rencana Pertahanan Australia 20 Tahun, yang dirilis pada 2009, melihat China akan menjadi kekuatan militer dominan di Asia dengan jarak yang masih dapat diperhitungkan, namun kecepatan, cakupan, serta struktur dari perluasan tersebut dapat memicu ketegangan.

Beijing bermasalah dengan beberapa penilaian, senada dengan jajak pendapat kebijakan luar negeri di Australia pekan ini yang menyebutkan 44 persen responden meyakini China akan menjadi ancaman militer dalam dua dekade ke depan.

Dari jumlah tersebut, 87 persen berpendapat bahwa hal itu karena Australia akan terseret dalam konflik dengan China sebagai sekutu Amerika Serikat.

Gillard mengatakan meningkatkan transparansi militer merupakan kunci untuk memerangi ketegangan dengan membantu membangun kesepahaman antara metode militer rakyat dan protokol militer.

"Kerja sama pertahanan sesungguhnya telah meningkat, yang membawa kepada bentuk dialog antara mitra. Juga beberapa bentuk latihan militer bersama, termasuk yang melibatkan peluru hidup," kata Gillard.

"Cara terbaik untuk menyelesaikan isu tersebut adalah, sebagai langkah awalnya, terlibat dalam kerja sama dan hubungan," kata Gillard dalam pernyataan terpisah kepada harian Australia.

China merupakan mitra dagang terbesar Australia, yang membeli sebagian besar bahan mentah seperti batu bara dan bijih besi guna menopang industrialisasi mereka yang cepat. 

Sumber: Analisa

Indonesia China Perpanjang Kerjasama Teknologi Kelautan

JAKARTA-(IDB) : Sebagai upaya dalam meningkatkan pengembangan di bidang teknologi kelautan dan perikanan di Indonesia, ‘Administrator State Oceanic Administration’ (SOA) Republik Rakyat Tiongkok, Mr. Liu Cigui bersama delegasi melakukan kunjungan kehormatan ke Kantor Kementerian Kelautan dan Perikanan, hari ini (28/4) untuk menandatangai perpanjangan Memorandum of Understanding (MoU) di bidang kelautan antara Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dan SOA RRT. Demikian diungkapakan Sekretaris Jenderal Kelautan dan Gellwynn Jusuf saat menerima kunjungan resmi tersebut.

Menurut Gellwyn, melalui kerjasama ini dapat mengangkat kepentingan RI dalam mengusung penelitian dan pengembangan kelautan dan perikanan untuk menguatkan posisi geopolitis Indonesia sebagai negara bahari yang diakui dunia dalam World Ocean Conference (WOC) di Manado tahun 2009 yang lalu.

"Kerjasama antara Indonesia dengan RRT telah dirintis oleh kedua Negara sejak tahun 1994 lalu. Implementasi kerjasama antara kedua negara tersebut sangat signifikan dengan pendirian ICCOC (Indonesia China Ocean and Climate Center) dan Marine Station di Bungus, Sumatera Barat," tambah Gellwyn.

Melalui ICCOC kedua negara terus berupaya memberikan kontribusi melaluipenelitianyangterkait dengan perubahan iklim. Melalui penelitian-penelitian di bidang oseanografi terkait dengan aspek perubahan iklim ini maka secara langsung RRT telah mendukung peran Indonesia sebagai negara inisiator WOC dan Coral Triangle Initiative (CTI). Terkait dengan pengembangan *Marine Station* Bungus, pihak RRT teleah memberikan komitmennya dalam membantu penyediaan teknologi dan peralatan sensor-sensor oceanografi serta pengiriman ahli dan pertukaran informasi dengan peneliti Indonesia.

Sumber: Analisa

Asean Bersatu Hadapi Ancaman Terorisme

YOGYAKARTA-(IDB) :  Pertemuan para pejabat tinggi bidang pertahanan negara-negara anggota ASEAN Plus di Yogyakarta, 27-29 April 2011 di antaranya membahas salah satu isu besar yaitu ancaman terorisme.

Draf yang dibahas dalam ASEAN Defence Senior Officials Meeting (ADSOM) Plus itu adalah konsep kerja sama pencegahan terorisme yang dipimpin Indonesia dan Amerika Serikat. "Indonesia dan Amerika Serikat (AS), bahkan diminta menjadi leading sector untuk memformulasikan program dan kebijakan dalam pencegahan terorisme," kata Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro di sela ADSOM Plus di Yogyakarta, Jumat (29/4).

ADSOM Plus adalah pertemuan para pejabat tinggi bidang pertahanan negara-negara yang tergabung dalam ASEAN ditambah delapan negara yang menjadi mitra dialog yaitu AS, Australia, Selandia Baru, India, China, Rusia, Jepang, dan Korea Selatan.

ASEAN adalah Perhimpunan Bangsa Bangsa Asia Tenggara beranggotakan sepuluh negara yakni Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Filipina, Thailand, Vietnam, Laos, Kamboja, dan Myanmar.

Purnomo Yusgiantoro mengatakan, serangkaian teror bom yang terjadi di Tanah Air mengingatkan Bangsa Indonesia bahwa terorisme masih menjadi ancaman. "Teror itu dapat terjadi sewaktu-waktu, di mana saja, kapan saja dengan pola dan strategi yang terus berubah," katanya.

Bom Bali I yang luar biasa mematikan.
Di Indonesia, menurut dia, telah terjadi serangkaian peristiwa teror bom dengan pola yang berbeda, dari bom buku, bom bunuh diri, hingga rencana peledakan salah satu rumah ibadah di Serpong menjelang Paskah 2011. "Berbagai isu menyangkut keamanan, itu menandakan bahwa upaya meningkatkan kerja sama pertahanan antara Indonesia dengan negara-negara lain di kawasan regional, khususnya ASEAN dan internasional, harus terus-menerus menjadi fokus perhatian," katanya.

Selain membahas draf kerja sama di bidang pencegahan terorisme, empat isu besar yang juga menjadi fokus pembahasan dalam sidang tersebut adalah keamanan maritim, misi perdamaian, penanganan bencana, dan misi kemanusiaan serta kesehatan militer.

Purnomo mengatakan isu seperti misi kemanusiaan dan penanganan bencana perlu dibahas dalam sebuah konsep kerja sama, karena saat terjadi bencana alam, bidang pertahanan khususnya militer, menjadi pihak yang paling cepat digerakkan untuk menanganinya.

"Sedangkan di bidang keamanan maritim, Indonesia dan negara anggota ASEAN lainnya memiliki kepentingan besar, karena letak geografis negara-negara itu dipisahkan oleh lautan yang juga menjadi jalur pelayaran internasional," katanya.

Indonesia dilalui tiga jalur pelayaran internasional, yaitu di Selat Sunda untuk menuju laut China Selatan, di Selat Lombok, dan di wilayah Indonesia Timur. Keamanan maritim itu, menurut dia juga sangat erat kaitannya dengan penanganan perompakan. "Sejak ada kerja sama antara Indonesia, Malaysia dan Singapura, perompakan di Selat Malaka berkurang drastis," katanya.

Sedangkan di bidang kesehatan militer, kata dia diperlukan kerja sama, misalnya melalui bakti sosial bagi masyarakat. Pembahasan konsep kerja sama di bidang keamanan maritim dipimpin Malaysia dan Australia, konsep kerja sama di bidang pengobatan militer dipimpin Singapura dan Jepang, konsep operasi dan misi perdamaian dipimpin Filipina dan Selandia Baru. Sedangkan misi keamanan dan penanganan bencana dipimpin Vietnam dan China.

Negara-negara lain peserta dialog berhak berpartisipasi aktif memberikan masukan dan saran pada setiap isu yang dibahas dalam pertemuan tersebut. Seluruh hasil pembahasan dalam sidang ADSOM Plus yang baru pertama kali digelar di Yogyakarta ini, akan dilaporkan dalam pertemuan tingkat Menteri Pertahanan seluruh negara anggota ASEAN yang dijadwalkan berlangsung di Jakarta, 19-21 Mei 2011.

"Seluruh hasil pembahasan dalam ADSOM Plus terkait kelima kerja sama tersebut diharapkan dapat diimplementasikan," kata Purnomo Yusgiantoro.

KSAU : Kecelakaan Pesawat Latih TNI AU kemungkinan Teknis

MALANG-(IDB) : Kepala Staf TNI Angkatan Udara Marsekal Imam Sufaat menyatakan, pihaknya tengah menyelidiki kecelakaan jatuhnya pesawat latih tak bermesin jenis Glider dengan nomor penerbangan G-611 di Sleman, Yogyakarta, Kamis lalu. Untuk sementara, persoalan teknis diduga menjadi penyebab kecelakaan yang menewaskan dua penumpang itu.

”Kami tengah menyelidiki kecelakaan itu apakah karena malfungsi kontrol atau sebab lain. Namun, karena pesawatnya jenis Glider atau tidak bermesin, mungkin saja penyebabnya adalah teknis yang perlu dicari,” kata Imam seusai kunjungan kerja melihat kesiapan Pangkalan Udara Abdulrachman Saleh Malang untuk menyambut kedatangan pesawat EMB-314 Super Tucano, Jumat (29/4).

Penyebab teknis yang dimaksud misalnya kontrol pesawat atau teknis pengoperasian pesawat lainnya. ”TNI AU melakukan penyelidikan internal sendiri, tidak dengan mendatang- kan KNKT (Komite Nasional Keselamatan Transportasi),” ujarnya.

Di Yogyakarta, Menteri Pertahanan (Menhan) Purnomo Yusgiantoro juga meuyatakan telah menerjunkan tim teknis untuk menyelidiki jatuhnya pesawat itu. Tim ini dikomandoi Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan Marsekal Madya Aris Heryanto.

Menhan menyatakan, harus sangat hati-hati menyebutkan penyebab kecelakaan ini. Sebab, kecelakaan bisa terjadi bukan karena alutsista (alat utama sistem persenjataan), tetapi karena faktor lain. ”Seperti human error atau hal lain, misalnya tali Glider yang tak lepas atau karena sayap glider yang patah,” katanya.

Super Tucano

Empat pesawat EMB-314 Super Tucano dari Brasil dipastikan tiba di Indonesia pada Maret 2012. Selanjutnya, kata Imam, jumlahnya akan bertambah secara bertahap hingga 16 unit.

Pesawat-pesawat yang total harganya 260 juta dollar AS itu akan menggantikan pesawat OV-10F Bronco yang tidak diterbangkan lagi sejak pertengahan 2007.

”Kelebihan pesawat ini power-nya lebih besar. Juga taktis untuk operasi lawan udara ofensif dan operasi dukungan udara,” kata Imam. 

Sumber: Kompas

Dipastikan 2012 Super Tucano Perkuat TNI AU

Pesawat tempur sekaligus pesawat latih EMB-314 Super Tucano
MALANG-(IDB) : Sebanyak 16 pesawat tempur jenis Super Tucano EMB-314 buatan Brasil segera tiba pada 2012 untuk melengkapi alutista (alat utama sistem persenjataan) Indonesia. Hal itu dikatakan Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal Imam Syufaat, saat kunjungan kerja ke Pangkalan TNI Angkatan Udara Abdurachman Saleh, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Jumat (29/4).

Kepastian datangnya pesawat itu pada tahun 2012, setelah pihak Markas Besar TNI AU melakukan tanda tangan Letter of Credit untuk pembelian total 16 pesawat jenis itu. "Dalam tanda tangan Letter of Credit itu, sudah termasuk masa pelatihan bagi mekanik dan penerbang kita," katanya.

Ia menjelaskan, kedatangan pesawat Super Tucano akan dilakukan secara bertahap dan dimulai awal 2012. "Nilai kontrak pembeliannya sekitar 260 juta dolar AS dan saat ini tugas kita adalah mempersiapkan sarana dan prasarana, termasuk fasilitas bangunan seperti shelter, hanggar dan ruangan kantor," katanya.

Pesawat itu memiliki kemampuan yang paling unggul dibandingkan dengan jenis pesawat tempur lainnya. "Amerika saja juga memilih Super Tucano untuk memperkuat kekuatan udaranya, namun saat ini masih terkendala kebijakan politik negara tersebut," katanya.

Sebelumnya, dilakukannya pemesanan pesawat itu akibat pesawat jenis OV-10F Bronco yang dimiliki Indonesia dinyatakan grounded (masuk karantina).

"Rencananya, pesawat Super Tucano akan digunakan misi operasi taktis dalam membantu pasukan di darat, sebab pesawat ini memiliki keunggulan close air support udara ke darat dari jarak dekat," katanya.

Sementara itu, pesawat Super Tucano juga memiliki mesin tunggal buatan Empresa Braziliera de Aeronautica, Brasil, dan memiliki kemampuan menembakkan asap ke darat secara cepat untuk menunjukkan posisi musuh. Pesawat tempur itu tidak hanya sebagai pesawat latih, namun juga memiliki kemampuan untuk misi penghancuran oleh pesawat tempur lainnya.