YOGYAKARTA-(IDB) : Pertemuan para pejabat tinggi bidang pertahanan negara-negara anggota ASEAN Plus di Yogyakarta, 27-29 April 2011 di antaranya membahas salah satu isu besar yaitu ancaman terorisme.
Draf yang dibahas dalam ASEAN Defence Senior Officials Meeting (ADSOM) Plus itu adalah konsep kerja sama pencegahan terorisme yang dipimpin Indonesia dan Amerika Serikat. "Indonesia dan Amerika Serikat (AS), bahkan diminta menjadi leading sector untuk memformulasikan program dan kebijakan dalam pencegahan terorisme," kata Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro di sela ADSOM Plus di Yogyakarta, Jumat (29/4).
ADSOM Plus adalah pertemuan para pejabat tinggi bidang pertahanan negara-negara yang tergabung dalam ASEAN ditambah delapan negara yang menjadi mitra dialog yaitu AS, Australia, Selandia Baru, India, China, Rusia, Jepang, dan Korea Selatan.
ASEAN adalah Perhimpunan Bangsa Bangsa Asia Tenggara beranggotakan sepuluh negara yakni Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Filipina, Thailand, Vietnam, Laos, Kamboja, dan Myanmar.
Purnomo Yusgiantoro mengatakan, serangkaian teror bom yang terjadi di Tanah Air mengingatkan Bangsa Indonesia bahwa terorisme masih menjadi ancaman. "Teror itu dapat terjadi sewaktu-waktu, di mana saja, kapan saja dengan pola dan strategi yang terus berubah," katanya.
Bom Bali I yang luar biasa mematikan. |
Di Indonesia, menurut dia, telah terjadi serangkaian peristiwa teror bom dengan pola yang berbeda, dari bom buku, bom bunuh diri, hingga rencana peledakan salah satu rumah ibadah di Serpong menjelang Paskah 2011. "Berbagai isu menyangkut keamanan, itu menandakan bahwa upaya meningkatkan kerja sama pertahanan antara Indonesia dengan negara-negara lain di kawasan regional, khususnya ASEAN dan internasional, harus terus-menerus menjadi fokus perhatian," katanya.
Selain membahas draf kerja sama di bidang pencegahan terorisme, empat isu besar yang juga menjadi fokus pembahasan dalam sidang tersebut adalah keamanan maritim, misi perdamaian, penanganan bencana, dan misi kemanusiaan serta kesehatan militer.
Purnomo mengatakan isu seperti misi kemanusiaan dan penanganan bencana perlu dibahas dalam sebuah konsep kerja sama, karena saat terjadi bencana alam, bidang pertahanan khususnya militer, menjadi pihak yang paling cepat digerakkan untuk menanganinya.
"Sedangkan di bidang keamanan maritim, Indonesia dan negara anggota ASEAN lainnya memiliki kepentingan besar, karena letak geografis negara-negara itu dipisahkan oleh lautan yang juga menjadi jalur pelayaran internasional," katanya.
Indonesia dilalui tiga jalur pelayaran internasional, yaitu di Selat Sunda untuk menuju laut China Selatan, di Selat Lombok, dan di wilayah Indonesia Timur. Keamanan maritim itu, menurut dia juga sangat erat kaitannya dengan penanganan perompakan. "Sejak ada kerja sama antara Indonesia, Malaysia dan Singapura, perompakan di Selat Malaka berkurang drastis," katanya.
Sedangkan di bidang kesehatan militer, kata dia diperlukan kerja sama, misalnya melalui bakti sosial bagi masyarakat. Pembahasan konsep kerja sama di bidang keamanan maritim dipimpin Malaysia dan Australia, konsep kerja sama di bidang pengobatan militer dipimpin Singapura dan Jepang, konsep operasi dan misi perdamaian dipimpin Filipina dan Selandia Baru. Sedangkan misi keamanan dan penanganan bencana dipimpin Vietnam dan China.
Negara-negara lain peserta dialog berhak berpartisipasi aktif memberikan masukan dan saran pada setiap isu yang dibahas dalam pertemuan tersebut. Seluruh hasil pembahasan dalam sidang ADSOM Plus yang baru pertama kali digelar di Yogyakarta ini, akan dilaporkan dalam pertemuan tingkat Menteri Pertahanan seluruh negara anggota ASEAN yang dijadwalkan berlangsung di Jakarta, 19-21 Mei 2011.
"Seluruh hasil pembahasan dalam ADSOM Plus terkait kelima kerja sama tersebut diharapkan dapat diimplementasikan," kata Purnomo Yusgiantoro.
Sumber: Media Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar