MADIUN-(IDB) : Komandan Batalyon Infanteri (Yonif) Lintas Udara (Linud) 501/Bajra Yudha Madiun, Letkol Infanteri Bambang S menyatakan Tentara Nasional Indonesia (TNI) tidak boleh menyerah dengan alat utama sistem persenjataan (alutsista) yang ada, tapi justru harus mampu memaksimalkan pemanfaatannya.
"Dengan alutsista yang ada, TNI harus bisa meningkatkan kemampuan dan profesionalitas dalam mengamankan negara," katanya usai pelaksanaan upacara HUT TNI ke-66 di alun-alun Kota Madiun, Rabu.
Menurut dia, kesatuannya harus mampu memaksimalkan alutsista yang ada. Sebagai kesatuan tempur di lini depan, kemampuan dalam berpatroli dan bertempur harus terus ditingkatkan meski alutsista yang ada terbatas.
"Senjata bukan segala-galanya, namun kemampuan yang kami miliki, baik dalam hal perorangan maupun kesatuan harus terus ditingkatkan," katanya.
Kemampuan yang dimaksud Lektol Infanteri Bambang S adalah tingkat kehandalan, solid, serta naluri dan kecepatan di lapangan. Hal-hal tersebut dapat dilatih melalui pelatihan-pelatihan seperti simulasi dan latihan menembak secara berkala.
"Meski amunisi dalam keadaan terbatas, jika latihan dilakukan dengan teratur, maka semuanya akan dapat digunakan dan tepat sasaran," ucapnya.
Ditanya tentang kemungkinan wajib militer dalam mengatasi ancaman terhadap kedaulatan negara dari luar maupun dari dalam, ia hanya menyatakan bahwa pihaknya hanya sebagai pihak pelaksana saja.
"Saat ini Departemen Pertahanan sedang membahas tentang komponen cadangan sebagai wajib militer setelah TNI. Kami sebagai TNI hanya tinggal menjalankannya saja setelah ada ketentuan pasti," katanya.
Karena itu, jika suatu saat kondisi negara dalam keadaan darurat, TNI merupakan lapis pertama untuk mengamankan negara, sedangkan lapis keduanya adalah komponen cadangan ini. Komponen cadangan ini antara lain meliputi Polri, Forum Komunikasi Putra Putri Purnawirawan/TNI-Polri (FKPPI), pramuka, dan lainnya.
Terhadap komponen cadangan ini akan terus dilakukan pemantauan. Pemantauan ini dilakukan oleh kesatuan masing-masing wilayah.
Ia menambahkan, bertepatan dengan HUT TNI ke-66 tahun ini, diharapkan kinerja TNI semakin baik dalam mengamankan negara.
"Dengan alutsista yang ada, TNI harus bisa meningkatkan kemampuan dan profesionalitas dalam mengamankan negara," katanya usai pelaksanaan upacara HUT TNI ke-66 di alun-alun Kota Madiun, Rabu.
Menurut dia, kesatuannya harus mampu memaksimalkan alutsista yang ada. Sebagai kesatuan tempur di lini depan, kemampuan dalam berpatroli dan bertempur harus terus ditingkatkan meski alutsista yang ada terbatas.
"Senjata bukan segala-galanya, namun kemampuan yang kami miliki, baik dalam hal perorangan maupun kesatuan harus terus ditingkatkan," katanya.
Kemampuan yang dimaksud Lektol Infanteri Bambang S adalah tingkat kehandalan, solid, serta naluri dan kecepatan di lapangan. Hal-hal tersebut dapat dilatih melalui pelatihan-pelatihan seperti simulasi dan latihan menembak secara berkala.
"Meski amunisi dalam keadaan terbatas, jika latihan dilakukan dengan teratur, maka semuanya akan dapat digunakan dan tepat sasaran," ucapnya.
Ditanya tentang kemungkinan wajib militer dalam mengatasi ancaman terhadap kedaulatan negara dari luar maupun dari dalam, ia hanya menyatakan bahwa pihaknya hanya sebagai pihak pelaksana saja.
"Saat ini Departemen Pertahanan sedang membahas tentang komponen cadangan sebagai wajib militer setelah TNI. Kami sebagai TNI hanya tinggal menjalankannya saja setelah ada ketentuan pasti," katanya.
Karena itu, jika suatu saat kondisi negara dalam keadaan darurat, TNI merupakan lapis pertama untuk mengamankan negara, sedangkan lapis keduanya adalah komponen cadangan ini. Komponen cadangan ini antara lain meliputi Polri, Forum Komunikasi Putra Putri Purnawirawan/TNI-Polri (FKPPI), pramuka, dan lainnya.
Terhadap komponen cadangan ini akan terus dilakukan pemantauan. Pemantauan ini dilakukan oleh kesatuan masing-masing wilayah.
Ia menambahkan, bertepatan dengan HUT TNI ke-66 tahun ini, diharapkan kinerja TNI semakin baik dalam mengamankan negara.
Sumber : Antara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar