NUSA DUA-(IDB) : Forum Regional ASEAN (ARF) ke 18 di Nusa Dua, Bali, pada Sabtu membahas perkembangan yang terjadi dalam upaya penyelesaian konflik di laut China Selatan dan isu Korea Utara-Korea Selatan, kata pernyataan pers Ketua Penyelenggaraan ARF ke-18 Marty Natalegawa yang dikeluarkan pada Sabtu.
Menurut pernyataan tertulis tersebut, dalam pertemuan ARF di Bali yang diikuti oleh menteri luar negeri dari 27 negara termasuk sepuluh negara ASEAN, Australia, Bangladesh, kanada, China, Korea Selatan, Korea Utara, Uni Eropa, India, Jepang, Mongolia, Selandia Baru, Pakistan, Papua Nugini, Rusia, Sri Lanka, Timor Leste and Amerika Serikat, para menlu mengapresiasi pertemuan perwakilan Korut dan Korsel soal nuklir di Bali pada Jumat (22/7) lalu.
"Para menlu menyatakan harapan agar pertemuan antar dua korea tersebut dapat dipertahankan. Mereka menganggap pertemuan pada Jumat lalu sebagai sebuah langkah positif dalam upaya menciptakan kondisi kondusif untuk memulai lagi Pertemuan Enam Pihak tentang pelucutan senjata nuklir di semenanjung korea," kata Marty dalam pernyataan tertulis tersebut.
Menurut Marty, para menlu dalam pertemuan ARF ke 18 menekankan bahwa pelucutan senjata nuklir di semenanjung korea penting untuk menjaga perdamaian dan stabilitas di kawasan.
Mengenai isu konflik di Laut China Selatan antara beberapa negara ASEAN seperti Filipina, Malaysia, Brunei Darussalam dan Vietnam dengan China, Marty mengatakan semua menlu di pertemuan ARF menyambut baik disetujuinya panduan untuk implementasi Deklarasi Perlakuan Para Pihak Terkait di Laut China Selatan (DoC) pada pertemuan menlu ASEAN dan China Rabu (20/7) lalu.
Para menlu, kata Marty, menegaskan pentingnya kesepakatan yang baru saja dibuat oleh ASEAN dan China bagi terciptanya saling percaya dan perdamaian di kawasan yang disengketakan. "Peserta ARF juga menyatakan harapannya agar semua pihak menjalankan dengan sepenuhnya semua kesepakatan yang sudah dicapai serta segera memulai pembahasan untuk membuat payung hukum yang lebih mengikat tentang perilaku pihak terkait mengenai sengketa di Laut China Selatan,"
Menurut pernyataan tertulis tersebut, dalam pertemuan ARF di Bali yang diikuti oleh menteri luar negeri dari 27 negara termasuk sepuluh negara ASEAN, Australia, Bangladesh, kanada, China, Korea Selatan, Korea Utara, Uni Eropa, India, Jepang, Mongolia, Selandia Baru, Pakistan, Papua Nugini, Rusia, Sri Lanka, Timor Leste and Amerika Serikat, para menlu mengapresiasi pertemuan perwakilan Korut dan Korsel soal nuklir di Bali pada Jumat (22/7) lalu.
"Para menlu menyatakan harapan agar pertemuan antar dua korea tersebut dapat dipertahankan. Mereka menganggap pertemuan pada Jumat lalu sebagai sebuah langkah positif dalam upaya menciptakan kondisi kondusif untuk memulai lagi Pertemuan Enam Pihak tentang pelucutan senjata nuklir di semenanjung korea," kata Marty dalam pernyataan tertulis tersebut.
Menurut Marty, para menlu dalam pertemuan ARF ke 18 menekankan bahwa pelucutan senjata nuklir di semenanjung korea penting untuk menjaga perdamaian dan stabilitas di kawasan.
Mengenai isu konflik di Laut China Selatan antara beberapa negara ASEAN seperti Filipina, Malaysia, Brunei Darussalam dan Vietnam dengan China, Marty mengatakan semua menlu di pertemuan ARF menyambut baik disetujuinya panduan untuk implementasi Deklarasi Perlakuan Para Pihak Terkait di Laut China Selatan (DoC) pada pertemuan menlu ASEAN dan China Rabu (20/7) lalu.
Para menlu, kata Marty, menegaskan pentingnya kesepakatan yang baru saja dibuat oleh ASEAN dan China bagi terciptanya saling percaya dan perdamaian di kawasan yang disengketakan. "Peserta ARF juga menyatakan harapannya agar semua pihak menjalankan dengan sepenuhnya semua kesepakatan yang sudah dicapai serta segera memulai pembahasan untuk membuat payung hukum yang lebih mengikat tentang perilaku pihak terkait mengenai sengketa di Laut China Selatan,"
Sumber: Antara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar