NEW YORK-(IDB) : Sekjen Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Ban Ki-moon baru-baru ini (Jumat,29/4) mengeluarkan sebuah pernyataan bertepatan dengan hari peringatan tahunan korban senjata kimia.
Tanggal 29 April setiap tahun dikenal sebagai hari PBB memperingati korban senjata kimia. Konvensi Senjata Kimia disetujui pada 29 April 1997 dan bertujuan untuk menghancurkan seluruh kategori senjata pemusnah massal dengan melarang pengembangan, produksi, akuisisi, penyimpanan, retensi, transfer atau penggunaan senjata kimia oleh negara.
Menurut keterangan Ban Ki-moon, kini 188 negara dunia telah bergabung dengan konvensi itu dan lebih dari 65 persen senjata kimia yang sudah diketahui keberadaannya, telah dimusnahkan. Sementara itu, Dirjen Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW), Ahmet Uzumcu dalam sambutannya mengatakan, masyarakat internasional harus belajar dari hasil tragis menggunakan senjata kimia dan mencoba untuk mencegah terulangnya tragedi tersebut.
Meski demikian, bukti-bukti menunjukkan bahwa konvensi itu belum diterapkan di beberapa negara. Berdasarkan Konvensi Senjata Kimia, batas akhir pemusnahan jenis senjata itu pada tanggal 29 April 2012. Namun, kredibilitas kesepakatan itu telah rusak karena sikap Amerika Serikat dan Rusia serta beberapa negara yang tidak mematuhi aturan tersebut.
AS dan Rusia dalam sidang Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW) secara resmi menyatakan kemustahilan memusnahkan seluruh senjata kimianya hingga April 2012. Kendati masyarakat internasional menuntut pemusnahan senjata berbahaya itu, tapi realisasi tuntutan kemanusiaan, moralitas dan internasional ini semakin diabaikan oleh sekelompok kecil, yang membangun keamanannya dengan mengancam keamanan seluruh penduduk bumi.
Pada dasarnya, pelanggar utama konvensi larangan penyebaran senjata pembunuh massal adalah kekuatan-kekuatan yang mengabaikan perjanjian internasional dengan mengembangkan dan menggunakan senjata tersebut. Sementara, Republik Islam Iran sebagai salah satu korban terbesar senjata kimia, berkali-kali menuntut penghancuran penuh senjata pemusnah massal.
Rezim Saddam Hussein dalam perang yang dipaksakan atas Iran, menggunakan senjata kimia hadiah dari Barat dan lebih dari 350 kali menghujani berbagai titik perbatasan dan kota-kota perbatasan Iran. Akibatnya, 100 ribu warga Iran menjadi korban senjata kimia. Menurut sejumlah dokumen, sedikitnya 15 negara Barat telah membantu melengkapi Saddam dengan senjata kimia pada masa perang Irak-Iran.
Oleh karena itu, bangsa Iran sangat memahami bahaya produksi dan penyimpanan jenis senjata tersebut. Mereka juga siap mengerahkan seluruh kemampuannya untuk melawan seluruh jenis senjata pembunuh massal. Seraya menegaskan tuntutan global atas pemusnahan barang berbahaya itu, Iran pada April 2010 telah menggelar pertemuan internasional perlucutan senjata di Tehran. Tahun ini juga akan kembali menggelar konferensi yang sama di ibukota Iran.
Sumber: Irib
Tidak ada komentar:
Posting Komentar