JAKARTA-(IDB) : Para pemimpin Asia Tenggara gagal untuk menemukan solusi untuk meredam sengketa perbatasan antara Thailand dan Kamboja yang bisa merusak perdamaian dan stabilitas di kawasan itu seperti mendorong untuk integrasi ekonomi.
Para menteri utama dari kedua negara mengadakan pembicaraan perseteruan Minggu - dimediasi oleh Presiden Indonesia - sebagai bagian dari upaya untuk menuntaskan gencatan senjata yang belakangan kembali merebak.
Tapi keinginan untuk berdamai dan mundur tidak tampak dari para pemimpin yang kemarin mengadakan pertemuan. "Tidak ada kesimpulan," kata Menteri Luar Negeri Thailand Kasit Piromya kepada wartawan setelah pertemuan, Minggu (08/05)."Kami akan membutuhkan pembicaraan lebih lanjut setelah ini." ujarnya.
KTT tahunan seharusnya untuk fokus pada pengembangan zona ekonomi terpadu daerah pada tahun 2015, tapi berulang wabah pertempuran di sepanjang perbatasan Thailand-Kamboja mencuri perhatian dan menjadi salah satu hal yang menjadi topik tambahan untuk dibahas.
Tuan rumah pertemuan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan dalam pernyataan pembukaan , bahwa kecil kemungkinan dapat dicapai stabilitas tanpa perdamaian di antara negara anggota.
Untuk itu, ia setuju untuk menengahi pembicaraan antara perdana menteri Kamboja dan Thailand tentang pertempuran yang telah menewaskan 20 orang dalam dua minggu terakhir dan membuat puluhan ribu warga mengungsi.
Pertikaian mematikan - terfokus di sekitar kuil-kuil kuno diklaim oleh dua negara - telah membangkitkan sentimen nasionalis di kedua sisi. Tapi para analis mengatakan politik domestik mengipasi api konflik, terutama di Thailand, di mana militer yang melancarkan kudeta tahun 2006 dapat sikap menjelang pemilihan diharapkan pada awal bulan depan.
Tidak ada pihak yang tampak siap untuk mengalah, namun selama sidang pleno pada hari Sabtu, Perdana Menteri Kamboja Hun Sen menyebutkan permintaan oleh Thailand untuk menarik pasukan dari wilayah tersebut sebelum memungkinkan untuk penyebaran pengamat militer dari luar sebagai ide yang "irasional dan tidak dapat diterima."
Perdana Menteri Thailand Abhisit Vejjajiva menegaskan, sekali lagi, bahwa perbedaan pendapat harus diselesaikan secara bilateral, bukan di panggung internasional, tampaknya disukai oleh Kamboja."Tujuan akhirnya haruslah untuk mencapai perdamaian abadi," bukan untuk mencetak "poin politik," katanya.Pembicaraan sedianya akan terus dilanjutkan antara menteri luar negeri dari Thailand, Kamboja dan Indonesia pada Senin
Sumber: Seruu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar