JAKARTA-(IDB): Pemerintah Indonesia terus mengupayakan proses negosiasi untuk membebaskan 22 WNI awak kapal "Sinar Kudus" yang disandera di perairan Somalia bersama-sama dengan PT Samudera Indonesia sebagai pemilik kapal yang berkomunikasi dengan pimpinan pembajak.
Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan Djoko Suyanto dalam keterangan pers di kantor Presiden Jakarta, Senin sore, mengatakan, pemerintah sejak mendapat informasi pertama mengenai adanya insiden pembajakan langsung menyiapkan sejumlah langkah sebagai upaya pembebasan sandera dengan mengutamakan keselamatan WNI yang disandera.
"Sejak adanya laporan terjadinya pembajakan tersebut, pemerintah sudah kelola dan tangani dengan baik, sejak ada kejadian, Presiden pimpin rapat dengan undang menteri terkait yaitu Menko Polhukam, menlu, kepala BIN dan kepolisian," kata Djoko.
Kesimpulan rapat yang dipimpin oleh Presiden itu, menurut Djoko, pemerintah terus berkomunikasi dengan pemilik kapal dan terus memantau kondisi awak kapal yang disandera untuk memastikan kesehatan dan keselamatan mereka.
"Saat ini terakhir kami lakukan komunikasi dua hari lalu, dengan pemilik kapal, pematangan proses negosiasi, pemilik kapal berjanji akan penuhi tuntutan pembajak namun perlu kejelasan dan negosiasi tentang kontak person siapa dan proses delivery serta jaminan keselamatan kapal dan awaknya nanti," kata Djoko.
Ia mengakui perundingan tidak bisa dibatasi oleh waktu atau tenggat waktu tertentu karena dinamika proses negosiasi dengan berbagai faktor yang mempengaruhi termasuk kondisi psikologi para pembajak itu sendiri.
"Sejak awal kami sudah lihat dinamika semula tuntutannya 9 juta dolar AS kemudian 2,5 juta dolar AS, naik menjadi 6 juta dolar AS dan akhirnya turun menjadi 3,5 juta dolar AS. Dinamika ini terus berjalan, komunikasi jalan terus hingga nanti diperoleh kesepakatan itu opsi pertama sejak hari pertama hingga kemarin malam," tuturnya.
Pengalaman
Pemerintah juga menjalin komunikasi dengan maskapai pelayaran internasional yang pernah mengalami pembajakan kapal serupa di perairan Somalia untuk mengetahui kebiasaan atau apa yang terjadi selama proses penyanderaan terjadi.
"Kami juga koordinasi dengan maskapai kapal yang pernah dibajak, berdasarkan pengalaman apa yang dirasakan. Awak asal Indonesia yang pernah mengalami itu dihadirkan di depan keluarga dan diceritakan apa yang dialami. Pada umumnya diperlakukan baik karena pembajak ingin awak kapal sehat karena ini daya tawar, pertemuan terus dilakukan agar ada komunikasi," katanya.
Mengenai adanya opsi lain untuk membebaskan sandera, Djoko mengatakan hal itu tidak bisa dijelaskan secara rinci namun pemerintah sudah menyiapkan berbagai opsi untuk menyelamatkan awak kapal. "Prioritas kita penyelamatan awak kapal, yang kita utamakan sekarang negosiasi agar kita pada titik di mana kita sepakat, itu yang dilakukan maskapai pelayaran China, Malaysia, selain opsi itu ada yang kita kerjakan sekarang ini, kita utamakan keselamatan, keberhasilan kita lihat, dengan opsi yang sekarang kita tempuh, itu lebih visible dan aman akan kita tepuh, ini perlu komunikasi dan waktu," katanya.
Djoko menyadari kekhawatiran keluarga WNI yang disandera adalah hal yang wajar, maka pemerintah, menurut Djoko, selalu mengusahakan upaya yang terbaik bagi penyelamatan warga negaranya.
Saat ini posisi kapal "Sinar Kudus", menurut Djoko berada di perairan Somalia berjarak setengah mil dari garis pantai wilayah itu.
Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan Djoko Suyanto dalam keterangan pers di kantor Presiden Jakarta, Senin sore, mengatakan, pemerintah sejak mendapat informasi pertama mengenai adanya insiden pembajakan langsung menyiapkan sejumlah langkah sebagai upaya pembebasan sandera dengan mengutamakan keselamatan WNI yang disandera.
"Sejak adanya laporan terjadinya pembajakan tersebut, pemerintah sudah kelola dan tangani dengan baik, sejak ada kejadian, Presiden pimpin rapat dengan undang menteri terkait yaitu Menko Polhukam, menlu, kepala BIN dan kepolisian," kata Djoko.
Kesimpulan rapat yang dipimpin oleh Presiden itu, menurut Djoko, pemerintah terus berkomunikasi dengan pemilik kapal dan terus memantau kondisi awak kapal yang disandera untuk memastikan kesehatan dan keselamatan mereka.
"Saat ini terakhir kami lakukan komunikasi dua hari lalu, dengan pemilik kapal, pematangan proses negosiasi, pemilik kapal berjanji akan penuhi tuntutan pembajak namun perlu kejelasan dan negosiasi tentang kontak person siapa dan proses delivery serta jaminan keselamatan kapal dan awaknya nanti," kata Djoko.
Ia mengakui perundingan tidak bisa dibatasi oleh waktu atau tenggat waktu tertentu karena dinamika proses negosiasi dengan berbagai faktor yang mempengaruhi termasuk kondisi psikologi para pembajak itu sendiri.
"Sejak awal kami sudah lihat dinamika semula tuntutannya 9 juta dolar AS kemudian 2,5 juta dolar AS, naik menjadi 6 juta dolar AS dan akhirnya turun menjadi 3,5 juta dolar AS. Dinamika ini terus berjalan, komunikasi jalan terus hingga nanti diperoleh kesepakatan itu opsi pertama sejak hari pertama hingga kemarin malam," tuturnya.
Pengalaman
Pemerintah juga menjalin komunikasi dengan maskapai pelayaran internasional yang pernah mengalami pembajakan kapal serupa di perairan Somalia untuk mengetahui kebiasaan atau apa yang terjadi selama proses penyanderaan terjadi.
"Kami juga koordinasi dengan maskapai kapal yang pernah dibajak, berdasarkan pengalaman apa yang dirasakan. Awak asal Indonesia yang pernah mengalami itu dihadirkan di depan keluarga dan diceritakan apa yang dialami. Pada umumnya diperlakukan baik karena pembajak ingin awak kapal sehat karena ini daya tawar, pertemuan terus dilakukan agar ada komunikasi," katanya.
Mengenai adanya opsi lain untuk membebaskan sandera, Djoko mengatakan hal itu tidak bisa dijelaskan secara rinci namun pemerintah sudah menyiapkan berbagai opsi untuk menyelamatkan awak kapal. "Prioritas kita penyelamatan awak kapal, yang kita utamakan sekarang negosiasi agar kita pada titik di mana kita sepakat, itu yang dilakukan maskapai pelayaran China, Malaysia, selain opsi itu ada yang kita kerjakan sekarang ini, kita utamakan keselamatan, keberhasilan kita lihat, dengan opsi yang sekarang kita tempuh, itu lebih visible dan aman akan kita tepuh, ini perlu komunikasi dan waktu," katanya.
Djoko menyadari kekhawatiran keluarga WNI yang disandera adalah hal yang wajar, maka pemerintah, menurut Djoko, selalu mengusahakan upaya yang terbaik bagi penyelamatan warga negaranya.
Saat ini posisi kapal "Sinar Kudus", menurut Djoko berada di perairan Somalia berjarak setengah mil dari garis pantai wilayah itu.
Sumber: Analisa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar