Pages

Senin, April 14, 2014

Malaysia Incar Buk-M2E Dan Pantsir Rusia

Buk-M2E-TELAR ( Miroslav Gyurosi)
Buk-M2E-TELAR

KUALA LUMPUR-(IDB) : Malaysia menyatakan keseriusannya untuk mengakuisisi sistem rudal pertahanan udara terbaru Rusia, sekaligus meningkatkan kerjasama teknis-militer antar kedua negara, ujar perwakilan Rosoboronexport.

Menurut Rosoboronexport Malaysia berminat dengan rudal jarak menengah permukaan-ke-udara Buk-M2E serta sistem pertahanan udara jarak pendek-menengah Pantsir-C1, sistem rudal anti-tank Kornet-E/EM, Metis-M1, Mirazh, Sobol, serta kapal patroli Mangust Class,” ujar juru Rosoboronexport jelang DSA-2014 Asian International arms expo.

Rosoboronexport akan membahas proyek-proyek ini dengan Malaysia selama pameran Senjata DSA-2014 di Kuala Lumpur, yang berlangsung dari Senin hingga Kamis.
Sistem Pertahanan rudal/senjata jarak pendek mobile,Pantsir-S1 Rusia (SA-8 Greyhound
Sistem Pertahanan rudal/senjata jarak pendek mobile,Pantsir-S1 Rusia
“Kerja sama teknis-militer yang saling menguntungkan dengan Malaysia berkembang cukup dinamis. Rusia memiliki prospek yang baik dalam penjualan: jet tempur, helikopter kargo militer, sistem pertahanan udara, senjata serbu dan kapal patroli,” ujar Nikolai Dimidyuk, Direktur Khusus yang memimpin delegasi Rusia dalam pameran di Malaysia .

Selain itu, Rusia juga akan mempresentasikan helikopter tempur Mi-171Sh yang dipesan bagi transportasi pejabat Malaysia. Rusia dan Malaysia akan membahas operasi layanan dan pusat perbaikan untuk pesawat tempur Sukhoi Su-30MKM. 




Sumber : JKGR

Menuju Kemandirian Radar Nasional

JKGR-(IDB) : Sejak ditemukan oleh Sir Robert Watson Wat (the Father of Radar) pada tahun 1932 sampai saat ini, radar telah mengalami perkembangan yang sangat cepat dibidang teknologinya. Perkembangan ini ditujukan pada penambahan efektifitas penggunaan dan penambahan efisiensi penggelaran dan perawatan serta peningkatan keandalan sistemnya.

Sebagai ilustrasi, radar pertama hanya mampu menangkap sasaran dan hanya mampu menunjukkan sektor dimana sasaran itu berada. Sedangkan radar generasi modern mampu menangkap sasaran dengan menentukan koordinat sasaran secara akurat serta keuntungan lainnya.

Pesatnya perkembangan teknologi komponen elektronika, perkembangan teknologi gelombang mikro dan perkembangan teknologi komputer mendorong lajunya perkembangan teknologi radar. Pengaruh teknologi lain sangatlah kecil apabila dibandingkan dengan perkembangan teknologi tersebut di atas, dalam perkembangan teknologi radar. Oleh karena itu hanya pengaruh dari yang ketiga di atas yang akan ditinjau.

Radar Produksi Nasioanal Bukanlah Sebuah Mimpi

Untuk mengurangi ketergantungan terhadap luar negeri sekaligus membantu memaksimalkan pengawasan dan pengamanan negara, Indonesia memerlukan suatu sistem pengamanan terintegrasi yang diaplikasikan ke dalam bentuk radar. Selama ini teknologi radar dikuasai oleh pihak asing.

Pada tanggal 24 Oktober 2008, SOLUSI247 bersama dengan divisi radar RCS-247 (Radar & Communication Systems) untuk pertama kalinya berhasil meluncurkan sebuah karya anak bangsa di bidang teknologi radar.

Radar buatan anak bangsa ini diberi nama INDRA. Radar Maritim INDRA dibangun dengan kemampuan mendeteksi dan mengukur jarak sebuah kapal di lautan dengan penggunaan teknologi Frequency Modulated Continuous Wave (FMCW) yang mampu menghasilkan radar canggih dengan daya pancar sangat rendah. Karena daya pancarnya yang sangat rendah itu INDRA dapat dioperasikan dimana saja dan tidak akan menggangu perangkat-perangkat lain di sekitarnya.

INDRA telah diujicobakan di pantai Cilegon, Banten yang juga disaksikan juga oleh Kepala Dinas Litbang TNI-AL. Dalam penampilan perdananya, INDRA mengukuhkan eksistensinya sebagai radar maritim. Hal ini dibuktikan dengan kemampuannya mendeteksi dan mengukur jarak sebuah kapal yang sedang berlayar di laut dengan akurat. Selain itu masih banyak produk-produk dalam negeri lainnya seperti Coastal Surveillance, Air Surveillance, Ground-controlled interception (GCI), dll. Agar bisa menghasilkan radar terbaik, pemerintah merangkum menjadi konsorsium radar nasional.

“Sudah saatnya kita mulai membangun kemandirian secara bertahap. Perlu upaya-upaya kreatif, kebersamaan dan keberpihakan untuk membangun kemampuan teknologi pertahanan dan keamanan. Harus disadari, begitu kita menjadi pengguna senjata produksi suatu negara itu sama dengan menyerahkan rahasia dan informasi kita kepada negara pembuat senjata, hal ini karena negara produsen alutsista tidak akan memberikan seluruh rahasia teknologi kepada negara pembeli.” Begitulah pengarahan Menristek yang dibacakan Teguh Raharjo pada acara Seminar Radar Nasional IV, yang diadakan di gedung GSM, Akademi Angkatan Udara pada tahun 2010 di Yogyakarta.


 
Pada era 2000-an penggelaran radar lebih memilih type Master T untuk melengkapi kesiapan radar di tanah air dalam rangka memperkuat sistem pertahanan udara dan menutup seluruh wilayah udara NKRI. Untuk dapat mengcover seluruh wilayah udara nasional memerlukan dana yang tidak kecil maka dibangunlah beberapa MCC (Military and Civil Coordination) yang berfungsi untuk mengintegrsikan Radar-Radar Hanud dengan Radar sipil. Dalam hal ini peranan TDAS (Trasmission Data Air Situation) juga sangat membantu proses integrasi tersebut. 

Dengan adanya TDAS ini situasi wilayah udara dapat di kirim ke Posek (Pusat Operasi Sektor) dan Popunas (Pusat Operasi Pertahanan Udara Nasional) secara real time. Dalam Pertahanan Negara Nasional seutuhnya yang ber-konsep pada trimatra terpadu dan disinergikan pada Komando, Kendali, Komunikasi, Komputer, Intelijen, Pengamatan Dan Pengintaian (K4IPP) dimana seluruh kekuatan darat, laut dan udara memiliki peran yang sejajar dalam K4IPP untuk menghadapi segala ancaman yang dapat mengganggu kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Luasnya wilayah dirgantara, makin meratanya hasil-hasil pembangunan dan tersebarnya obyek vital yang harus diamankan, menuntut keberadaan Sista yang handal dan memadai, juga menuntut para personil yang mengawaki secara profesional dan disiplin, sehingga diperlukan suatu piranti yang dapat beroperasi terus menerus secara mantap, terpadu, responsive, efektif dan efisien dalam menjaga kedaulatan negara sepanjang tahun.

Sejak tahun 1962 (secara resmi Kohanudnas dibentuk), seluruh radar yang tergelar di wilayah Indonesia beroperasi di bawah komando Kohanudnas. Jenis radar yang pernah dan masih digelar di wilayah Indonesia adalah :

★ Radar Tipe NYSA – A dan NYSA – B (Polandia tahun 1960). Lokasi penempatannya adalah di Jakarta (JKT), Cikarang (CKR), Cibalimbing (CBL), Morotai (MRT), Ambon (ABN), Supadio (SPA), Makassar (MKS), Bula/Seram (BLL), Biak (BIK), Medan (MDN), Ploso (PLO), Ranai (RNI).
★ Radar Tipe P – 30 (Rusia tahun 1961). Lokasi penempatannya adalah di Palembang (PLB), Pekanbaru (PBU), Tanjung Pandan (TDN), Banjarmasin (BJM), Kalijati (KJT), dan Polek 02 (SLO).
★ Radar Tipe DECCA PLESSEY HF 200 (Inggris tahun 1962). Lokasi penempatannya sebagian mengganti stasiun yang sudah ada di Ploso (PLO) dan penempatan baru di Tanjung Kait (TKT).
★ Radar Tipe DECCA PLESSEY FR (Inggris tahun 1962). Lokasi penempatannya sebagian mengganti starion yang sudah ada di Ploso (PLO) dan penempatan baru di Cisalak (CSL). Fungsi radar ini untuk membantu penerbang menemukan landasan pacu yang di tuju (fighter recovery).
★ Radar Tipe DECCA PLESSEY HYDRA (Inggris tahun 1962). Lokasi penempatannya menyempurnakan kondisi radar di Tanjungkait (TKT).
★ Radar Tipe DECCA PLESSEY LC (Inggris tahun 1962). Lokasi penempatannya di Pemalang (PML) dan penempatan baru di Ngiyep (NLI).
★ Radar Tipe THOMSON THD – 047 (CSF Perancis tahun 1978). Lokasi penempatannya di Tanjung Pinang (TPI).
★ Radar Tipe THOMSON TRS – 2215 (CSF Perancis tahun 1981). Lokasi penempatannya di Ranai (RNI), Kupang (KPN), Dumai (DMI) Lhokseumawe (LSE).
★ Radar Tipe THOMSON TRS 2215 D (CSF Perancis tahun 1986). Lokasi penempatannya di Cibalimbing (CBL), Sabang (SBG), dan Sibolga (SBG).
★ Radar Tipe THOMSON TRS – 2230 (CSF Perancis tahun 1987). Lokasi penempatannya di Tanjungkait (TKT).
★ Radar Tipe Plessey AR – 325 Commander (Inggris tahun 1991). Lokasi penempatannya di Tarakan (TRK), Balikpapan (BPP) dan Kwandang (KWD). Meski masih menggunakan sistem tabung (TWT), sistem yang digunakan lebih praktis, sehingga tidak memerlukan pembesaran power secara bertingkat seperti yang digunakan Thomson TRS 2230 (CFA I dan CFA II).
★ Radar Tipe MASTER – T (Thales Perancis tahun 2005). Lokasi penempatannya di Biak (BIK) dan Tanjung Pinang (TPI). Radar tipe ini sudah menggunakan full solid state, sistem yang digunakan lebih simple tanpa mengurangi kemampuan deteksi radar itu sendiri. Dengan menggunakan sistem modul, proses pemeliharaan dapat dilaksanakan lebih mudah.
★ Radar tambahan Renstra kedua , Jayapura, Tambolaka, Singkawang, Ploso. Dan pada Renstra ketiga, Morotai, Ambon, Kendari, Tanjung Pandan, Bengkulu dan Nliyep Malang.

Rencana Pengembangan kedepan…

Kemhan Pantau Kesiapan PT. LEN Bangun Industri Radar Nasional

Wakil Manteri Pertahanan (Wamenhan) melakukan pantauan progres kesiapan PT Len Industri dalam membangun industri radar nasional.

“Kementerian Pertahanan mendorong Len untuk menjadi pemasok alutsista khususnya mendukung sistem radar nasional yang handal,” kata Wamenhan Sjafrie Syamsudin di Bandung, Rabu (26/3).

Menurut menteri dibangunnya industri radar nasional itu untuk menciptakan sistem pertahanan radar nasional (Sistemhanudnas) yang handal. Sishanudnas yang handal menjamin kerahasiaan sistem rudal spek teknik tidak dapat didikte oleh negara lain sparepart yang mudah, selalu mengikuti perkembangan teknologi dan biaya harian murah.

“Len memiliki peran strategis untuk memenuhi kebutuhan sistem radar nasional, salah satunya combat manajemen sistem yang saat ini sudah dikembangkan,” katanya.

Selain untuk melakukan deteksi, juga diperlukan sistem penembakan dengan panduan radar. Produk radar nasional juga, kata dia diharapkan bisa meningkatkan optimalisasi radar, khususnya untuk mengatasi kerenggangan jangkauan radar di wilayah timur Indonesia.

“Kapasitas radar di wilayah barat sudah cukup rapat, kita fokuskan penambahan radar di wilayah timur,” katanya.




Sumber : JKGR

Test Tembak AMX-13 Retrofit Pindad

BANDUNG-(IDB) : Sedikit menjauhkan diri dari hiruk pikuk ibukota yang tengah mempersiapkan diri dalam menghadapi Pemilu Legislatif 2014, ARC memperoleh kesempatan untuk ikut dalam uji tembak first article tank AMX-13 hasil retrofit yang dikerjakan Pindad. Setelah pada minggu sebelumnya diuji kemampuan olah otomotifnya, pada tanggal 7-8 April 2014 AMX-13/105 diuji kemampuannya dalam melontarkan munisi 105mm Perancis dari kanon CN105-57G1 yang terpasang di kubah FL-12 buatan perusahaan Perancis Fives Babcock Cail.

Karena berkesempatan langsung melongok AMX-13/105 tersebut, ARC dari dekat dapat menyaksikan bahwa retrofit yang dijalankan tersebut bersifat menyeluruh. Tidak hanya mesinnya yang diganti dan hull dimodifikasi, ternyata sistem kubahnya pun dicangkokkan sistem kendali penembakan (FCS: Fire Control System) modern yang sudah memasukkan input dari sistem Laser Range finder (LRF) untuk memastikan jarak antara tank ke sasaran. Dan berbeda dengan dugaan banyak orang, sistem FCS yang digunakan bukanlah standar kubah FL-12 yaitu SOPTAC-18 buatan firma Sopelem, tetapi merupakan FCS modern buatan salah satu negara Eropa Barat. Bahkan untuk pengemudi pun disediakan sistem pengemudian berbasis LCD yang menginkorporasikan kamera FLIR/ Thermal untuk melancarkan navigasi pada kondisi gelap malam.

Pada pengujian kali ini, dites dua macam amunisi yaitu munisi HE buatan firma Hinterberger dan OCC105G1 yang merupakan amunisi APFSDS (Armor Piercing Fin Stabilised Discarding Sabot) untuk menjebol tank lawan. Berdasarkan data pabrikan, amunisi OCC105G1 mampu menembus lapisan baja RHA setebal 250mm pada kemiringan 30o dari jarak 1.000m, atau kurang lebih cukup untuk melalap ranpur/ tank medium dari segala sudut.

Pengujian dengan munisi hidup tersebut dilakukan sebanyak dua kali pada sasaran yang terletak 1.000 meter jauhnya di puncak bukit. Pengujian disaksikan oleh perwakilan Pindad dan TNI AD. Tanpa perlu berbasa-basi, kita simak kedahsyatan aksi Pindad AMX-13/105 melalui serangkaian foto berikut ini.





Sumber : ARC

Moeldoko : Kiblat Prajurit Hanya Satu, Panglima TNI

JAKARTA-(IDB) : Panglima TNI Jenderal Moeldoko menegaskan, tak ada pengelompokan di tubuh militer. Apalagi terkait dengan pemilu 2014.

"Satu hal yang perlu saya respons. Saya dengar di berita, bahwa di TNI ada kelompok-kelompok. Seluruh prajurit kiblatnya satu, yaitu Panglima TNI. Tidak ada TNI a berkiblat pada B, TNI B berkiblat ke C," katanya di Jakarta, Senin (14/4).


Dalam kesempatan tersebut, ia meminta seluruh prajurit agar aktif dan tidak termakan isu yang bisa menyudutkan institusi TNI. "Saya perintahkan agar tidak termakan oleh isu-isu tersebut," ucap dia.


Moeldoko mengaku, tidak memiliki kapasitas untuk mengomentari blok yang telah dibentuk oleh purnawirawan TNI.


"Bukan kapasitas saya untuk mengomentari blok-blok senior saya. Mereka sudah tidak punya garis komando. Semua adalah dinamika politik," ucapnya.


Ia juga berulang kali disebut sejumlah partai politik. Malah, sempat digadang untuk maju sebagai cawapres salah satu tokoh yang maju dalam bursa pilpres. "Saya masih fokus pada tugas pokok TNI," kata Moeldoko.


Menurutnya, pengamanan pileg berjalan aman dan lancar. Meski pun TNI akan meningkatkan pengamanan pilpres.


"Saya lihat pengamanan ke depan akan ditingkatkan lagi. Karena dinamika politiknya pasti lebih tinggi lagi," kata Moeldoko.




Sumber : Republika

Harapan Kopassuss Kedepan

"Prajurit Kopassus saat ini harus mahir bahasa inggris dan bahasa daerah tempatnya bertugas, mahir menyelam, mahir menembak dan melek teknologi," kata Mayjend TNI Agus Sutomo selaku Danjen Kopassus pada pelitaonline Sabtu (12/4/2014). 

JAKARTA-(IDB) : Sebagai salah satu pasukan elit yang terkenal di dunia, Komando Pasukan Khusus Angkatan Darat (Kopassus) terus memperbaiki kerja dan kinerja prajuritnya. Di usianya yang menginjak 62 tahun Kopasus harus lebih mengedepankan profesionalitas diatas segalanya.

"Prajurit Kopassus saat ini harus mahir bahasa inggris dan bahasa daerah tempatnya bertugas, mahir menyelam, mahir menembak dan melek teknologi," kata Mayjend TNI Agus Sutomo selaku Danjen Kopassus pada pelitaonline Sabtu (12/4/2014).

Latihan dan disiplin keras yang diterapkan pada prajurit Kopassus kali ini makin keras saja. "Namun ini semua untuk kebaikan dan kesejahteraan prajurit. Saya sangat senang jika anak buah kami berprestasi secara nasional maupun Internasional," tambahnya.

Latihan keras yang diberlakukan oleh Danjen yang tegas ini seperti setiap pagi dimulai jam 5.30 semua anggota Kopassus wajib olahraga dan sarapan sehat. Jam kantor harus sesuai jeb desk tanpa memegang handphone kecuali bagi mereka yang wajib koordinasi. Jam malam harus ditaati serta bagi mereka yang sedang menjalani pendidikan wajib serius dalam diklatnya.

Harapannya, Kopassus akan semakin profesional sehingga rakyat semakin mencintai Kopassus dan begitupun sebaiknya jika Kopassus juga dekat dengan rakyat. 




Sumber : PelitaOnline

Pesawat Asing Yang Disergap Itu Akhirnya Dilepaskan

MEDAN-(IDB) : Setelah menjalani pemeriksaaan, pesawat sipil yang semula dicegat pesawat tempur TNI Angkatan Udara (AU) akhirnya dilepaskan. Pesawat yang dipiloti warga Swiss itu diketahui sedang melaksanakan misi keliling dunia.

Pada Minggu (13/4/2014) pagi, Heinz Peier (65), menerbangkan kembali pesawat jenis Swearingen SX-300 dengan register N54JX miliknya menuju Singapura. Meninggalkan Pangkalan TNI AU Soewondo, Medan, Sumatera Utara (Sumut), tempat pesawat itu ditahan tiga hari terakhir.

Wakil Sementara Komandan Lanud Soewondo Letnan Kolonel (Tek) Yani Prasetyo menyatakan, dari hasil pemeriksaan diketahui pesawat itu sedang dalam misi keliling dunia. Dalam misi itu, Heinz harus melintasi wilayah Indonesia, namun belum memiliki izin.

Vendor yang membantu Heinz mengurus izin, sebelumnya sudah mengurus izin. Namun sebelum izin keluar, dia mendahului terbang. Itu sebabnya pesawat tersebut dicegat pesawat tempur TNI AU.

"Ini diizinkan terbang, setelah mengurus kembali izin dari Kemenlu. Kemenhub dan Mabes TNI. Semuanya sudah, maka diizinkan terbang," kata Yani Prasetyo sesaat setelah pesawat Heinz terbang.

Pesawat sipil yang diterbangkan Heinz sedang dalam perjalanan dari Kolombo, Sri Lanka menuju Malaysia saat dicegat di sekitar Meulaboh, Aceh, Kamis (10/4). Dua pesawat tempur F-16 milik TNI AU memaksa pesawat itu mendarat di Lanud Soewondo, Medan, karena tidak ada izin memasuki wilayah Indonesia.




Sumber : Detik

Penjualan Tank Jerman Ke Arab Saudi Kemungkinan Batal

BERLIN-(IDB) : Penjualan beberapa ratus tank tempur Jerman ke Arab Saudi kemungkinan akan dibatalkan karena ada penentangan dari Menteri Ekonomi Sosial Demokrat Sigmar Gabriel. Soal ini dilaporkan oleh surat kabar Jerman Bild am Sonntag, Ahad 13 April 2014.

Media Jerman itu melaporkan bahwa Arab Saudi tertarik membeli sampai 800 tank Leopard 2 dari Jerman. Laporan tersebut tidak pernah dikonfirmasi karena sensitivitas dari penawaran senjata tersebut.

Bild am Sonntag mengatakan, Arab Saudi telah mencoba selama bertahun-tahun untuk mendapatkan tank dari perusahaan Jerman Krauss Maffei Wegmann-dan Rheinmetall. Negara kerajaan itu sudah menyediakan anggaran sekitar US$ 25 juta untuk pembelian itu.

Tapi, kata sumber di kalangan pemerintah yang dikutip Bild am Sonntag, kemungkinan penjualan itu tak bakal berlangsung. "Pemerintah tidak akan menyetujui ekspor yang dipersoalkan," kata sumber tersebut.

Penjualan senjata merupakan isu sensitif di Jerman karena Nazi di masa lalu dan peran pembuat senjata negara ini memicu perang abad ke-19 dan ke-20 .

Dewan keamanan nasional Jerman, yang mencakup konservatif Kanselir Angela Merkel dan para menteri ekonomi, pertahanan, pembangunan dan urusan luar negeri, harus menyetujui kesepakatan semacam itu, meski keputusannya tidak diumumkan kepada publik.

Sebelumnya Gabriel mengatakan kepada media, adalah "memalukan" bahwa Jerman mengekspor begitu banyak senjata.




Sumber : Tempo

Lanud Adisutjipto Lahirkan 30 Penerbang

YOGYAKARTA–(IDB) :  Pangkalan Udara Adisutjipto Yogyakarta melahirkan 30 penerbang baru yang telah menyelesaikan pendidikan Sekolah Penerbang Angkatan Ke-85.


“Ke-30 penerbang baru itu terdiri atas 29 lulusan Akademi Angkatan Udara (AAU) dan satu orang dari PT Dirgantara Indonesia,” kata Komandan Pangkalan Udara (Lanud) Adisutjipto Marsekal Pertama TNI Agus Munandar di Yogyakarta, Jumat (11/4/2014).


Menurut dia, mereka telah mendapat penyematan Wing Penerbang. Hal itu menandai berakhirnya masa pendidikan dan akan dilantik oleh Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) pada 22 April 2014.


“Penyerahan Wing Penerbang itu dikemas dalam suatu acara tradisi militer. Acara tradisi itu diawali dengan pendadakan di Mess Wirambara menjelang tengah malam,” katanya.


Selanjutnya, mereka dibawa ke Monumen Perjuangan TNI AU Ngoto untuk melaksanakan penghormatan, kemudian digerakkan menuju sekitar Terminal Bus Giwangan dan melaksanakan lari malam menuju Base Camp Sekolah Penerbang.


Mereka kemudian mengikuti upacara penyematan Wing Penerbang yang dipimpin Komandan Lanud Adisutjipto di halaman Base Ops Lanud Adisutjipto.


Agus mengatakan setelah dilantik menjadi penerbang diharapkan tetap giat dan selalu bersemangat untuk belajar. Jangan pernah berhenti mengisi diri dengan menambah wawasan dan pengetahuan.

“Kami mengucapkan terima kasih atas kesungguhan para siswa Sekolah Penerbang Angkatan Ke-85 dalam menyelesaikan pendidikan. Sesungguhnya kami hanya ingin melihat, kalian benar-benar mampu menjadi penerbang yang ulet, andal, dan dapat dibanggakan,” katanya.




Sumber : Solobliz

15 Perusahaan Pertahanan Indonesia Pamer Kekuatan Di DSA 2014 Malaysia

KUALA LUMPUR-(IDB) : 15 Perusahaan Industri pertahana‎n Indonesia pamer kekuatan dalam pameran produk 'Defence Service Asia (DSA) 2014' di Kuala Lumpur, Malaysia. Keikut sertaan mereka dalam rangka mempromosikan industri pertahanan Indonesia.

Dalam siaran pers Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan, Minggu (13/4/2014), DSA Malaysia ini merupakan ajang pameran produk industri pertahanan yang digelar 2 tahun sekali.

Perusahaan Indonesia yang ikut itu terdiri atas 5 perusahaan BUMN yakni PT Dahana, PT Dirgantara Indonesia, PT Pindad, PT LEN Industri, dan PT Dok Kodja Bahari.

Sedang 10 perusahaan swasta yang ikut yakni PT Famatex, PT Lundin Industry Invest, PT Saba Wijaya Persada, PT Sari Bahari, PT Palindo Marine. PT Indo Guardika Cipta Kreasi, PT Infoglobal Teknologi Semesta, PT Garda Persada, PT Persada Aman Sentosa, dan PT Daya Radar Utama.

"Keikutsertaan industri pertahanan Indonesia dalam rangka DSA 2014 ini merupakan implementasi strategi pemerintah dalam memajukan industri pertahanan dalam negeri," tulis Kemenhan dalam siaran persnya.

Ada sejumlah strategi yang digunakan untuk memperkokoh industri pertahanan Indonesia antara lain dengan strategi pengembangan, strategi kerjasama, dan strategi promosi.

"Upaya peningkatan industri pertahanan dilakukan melalui joint research and development maupun joint production dan strategi kerjasama khusus dengan pihak luar melalui transfer of technologi," tulis siaran pers itu.

Untuk strategi promosi, produk industri pertahanan akan memberikan dampak psikologis eksternal dan internal dengan tujuan membangun brand image bahwa Indonesia serius dan memiliki komitmen menjadi negara yang akan menjadi salah satu pemain kunci sebagai produsen peralatan pertahanan di ASEAN.

"Pemasaran industri pertahanan dalam jangka panjang memang ditujukan untuk menopang pertumbuhan ekonomi nasional, mengingat dalam beberapa tahun terakhir dan proyeksi di masa mendatang negara ASEAN merupakan pangsa pasar Alutsista terbesar seiring modernisasi peralatan militer dan pertumbuhan ekonomi ASEAN," demikian penjelasan Kemhan. ‎




Sumber : Detik

140 Personel TNI AU Dipersiapkan Awaki Indonesia Air Force One

JAKARTA-(IDB) : TNI Angkatan Udara mendapatkan kepercayaan tugas operasional pesawat Boeing Business-Jet 2 seri 737-800NG yang akan menjadi alat transportasi udara Presiden dan Wakil Presiden RI dalam melaksanakan tugas negara di dalam dan luar negeri.

TNI AU pun tengah menyiapkan 140 personelnya yang akan menjadi awak pesawat bernilai Rp 842 miliar itu. Mereka dilatih untuk menjadi penerbang/pilot, co-pilot, teknisi dan pramugara/pramugari.

"Berapa personel yang bertugas saat operasional pesawat itu tergantung kebutuhan, tapi kami akan siapkan untuk keseluruhan 140 personel, baik untuk pilot, co-pilot, teknisi dan awak pesawat lainnya," ujar Kepala Dinas Penerangan TNI AU, Marsekal Pertama Hadi Tjahyanto.

Menurutnya, seluruh awak pesawat tersebut adalah hasil seleksi dari Skuadron 17 VIP Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta.

Indonesia Air Force One Dilengkapi Counter Sabotage System

Pesawat kepresidenan Boeing Business Jet 2 hanya memiliki sistem keamanan 'counter sabotage system' atau sistem penangkal sabotase, seperti penangkal serangan peluru kendali atau anti-rudal dan pemancar panas untuk pertahanan.

Pesawat tersebut tidak dipersiapkan untuk melakukan perlawanan saat mendapat serangan dari luar. "Tidak ada yang lain, hanya sistem keamanan itu saja," ujar Kepala Dinas Penerangan TNI AU, Marsekal Pertama Hadi Tjahyanto kepada Tribun.

Menurut Hadi, keempat pilot utama dari TNI AU sudah mendapatkan pelatihan dari pihak Boeing tentang operasional sistem keamanan pertahanan pada pesawat seharga Rp 842 miliar tersebut.

"Mereka sudah dilatih di Amerika Serikat tentang alat tersebut. Tapi, alat itulah yang akan menghindari atau mencegah jika ada peluru kendali," ungkap Hadi.

Sistem keamanan tersebut sangat berbeda jauh dengan sistem pesawat kepresiden Amerika Serikat, Air Force One.

Pesawat Boeing seri 747-200B untuk presiden Amerika Serikat dilengkapi persenjataan canggih seperti Joint direct attack Munition (JDAM), Small Diameter Bomb (SDB), meriam otomatis M61A2 Vulcan 20 mm, hingga anti-rudal.




Sumber : Tribunnews