Pages

Selasa, September 30, 2014

Gripen E, Pesawat Tempur Terbaik

Biaya Operasional Per Jam 

JKGR-(IDB) : Indonesia bisa menerbangkan 4 Gripen E dengan biaya per jam yang sama untuk menerbangkan Su-27/30/35. Biaya operasional Gripen per jam hanya $4800 per jam, ini berarti juga hanya 59% dibanding biaya F-16.


MBDA Meteor

Gripen adalah pesawat pertama yang dipersenjatai missile jarak jauh ini. Meteor dengan teknologi Ramjet dianggap lebih baik / lebih modern dibanding AMRAAM C7 tipe terbaru yang bisa di ekspor Amerika (kalau kita bisa dapat izinnya). Meteor juga lebih unggul dibanding R77 tipe konvensional Russia (kecuali tipe R-77PD, tapi ini belum operasional).


Logistik/Fleksibilitas
 

Gripen dirancang untuk bisa operasional di landasan “darurat” di masa perang. Dia bisa mendarat di jalan raya, asalkan ada cukup 800 meter jalan yang lurus. Gripen juga dirancang untuk bisa dipersenjatai/ diisi bahan bakar (dalam keadaan perang) hanya dengan 5 orang yang terlatih dan 1 truk pengangkut.


Di masa perang, Indonesia dengan puluhan ribu pulau, berpotensi bisa “menyembunyikan” Gripen E mereka di jutaan tempat. Sekarang ini, kalau Lanud Sultan Hassanudin, Pekan Baru, dan Iswayudhi berhasil di bom di hari pertama, TNI-AU kita mungkin sudah akan berantakan.


Supercruise
 

Gripen E ada salah satu tipe yg bisa melebihi kecepatan suara tanpa menggunakan afterburner. Su-27/30/35 dan F-16 mungkin bisa melaju lebih cepat, tapi tidak bisa lama-lama karena afterburner memboroskan bensin. Ini artinya, Gripen lebih mudah untuk melakukan “interception” (penyergapan). Mereka juga bisa menembakan Meteor dari jarak yang lebih jauh dibanding negara lain yang punya F-35, F-18E, atau F-15SG.


Radar
 

Gripen E sudah membawa Selex AESA radar, dan juga memiliki IRST (Infra-Red Search&Tracking) – ini memudahkan utk bisa mencari pesawat tipe F-35 (yang akan dibeli Singapore/Australia) di udara. Jika TNI-AU membeli Gripen E, ini untuk pertama kalinya kita bisa memiliki akses ke radar AESA yang akan menjadi standar untuk 50 tahun ke depan.


Networking
 

Gripen E is a Networked fighter. Sampai sekarang, hanya Su-27/30 di Indonesia yang mempunyai airborne Network (TSK-2), ini pun tidak compatible dengan transfer data dari radar-radar TNI-AU di darat. Dengan membeli Gripen-E, kita bisa mengintegrasi pesawat ini dengan semua radar di darat, dan juga kita bisa membuka kemungkinan pembelian pesawat AWACS.


Support
 

Dengan teknologi transfer 100%, kedaulatan Indonesia lebih terjamin dibanding sekarang, yang mengandalkan F-16 buatan Amerika (yang tukang blokade spare part). Mesin F414 memang masih buatan Amerika, tapi dari segi support akan mirip dengan tipe F404 yang sekarang dipakai dengan T-50i TNI-AU. Kita bisa berinvestasi utk mensupport dua mesin ini dengan lebih lancar terlepas dari support Amerika.


Pengganti F-5E
 

Gripen E  (airforce-technology.com)Biaya operasional sama-sama murah, jarang jangkau jauh lebih baik, Gripen juga jauh lebih modern dan lebih cepat. Pembaca juga harus memperhatikan, sebentar lagi Hawk 209 / 109 yang dibeli TNI-AU di tahun 1990-an juga akan memasuki usia uzur. Ini membuka kemungkinan bahwa setelah membeli 16 pesawat (menggantikan F-5E), Indonesia bisa membeli 32 pesawat lagi utk menggantikan Hawk 209 di Skuadron 1 dan 12.


Terakhir, proyek KF-X dengan Korea, saya rasa masa depannya sangat diragukan. Sekarangg ini Korea sudah berkomitmen untuk membeli F-35 (harga selangit & memakan biaya anggaran AU Korea). Banyak orang di Korea juga menyatakan bahwa kemungkinan besar KF-X akan menelan biaya yang sama dibanding membeli F-15SE. Korea juga belum cukup punya kemampuan/pengalaman untuk mengembangkan pesawat dengan target ambisius seperti ini.


Gripen E adalah pilihan terbaik utk TNI-AU saat ini utk menjaga kedaulatan bangsa di saat krisis. Pesawat ini akan memiliki keunggulan secara tehnologi, network, support, kinematis, dan ongkos operasional dibanding potensial lawan2 regional seperti F-15SG dan F-16C/D Block 52 Singapore, F-18E Super Hornet Australia, dan Su-30MKM Malaysia.



Sumber : JKGR

7 komentar:

  1. Jangan mementahkan apa sudah dijalankan sehingga mulai dari Nol, lagi. KFX/IFX harus berlanjut. adapun bila memang memiliki dana sebaiknya beli dengan tujuan memperkaya wawasan pembuatan pesawat tempur kemudian gabungakan keunggulan masing masing antara IFX dan Gripen sehingga jadi produk baru , yaitu produk Indonesia. Kalau Indonesia sudah bisa rancang bangun, maka seharusnya langkah berikutnya pembuatan mesinya sehingga Indonesia benar benar bisa mandiri.

    BalasHapus
  2. Halah mak, sudah biasa kita itu cuman muter2 gak pasti doang. Kmrin punya rencana beli rafale, sekarang beli gripen, dan hari berikutnya beli awan2 alias gak beli. Beli sekalian Pak Fa 50 yg stealth dari Rusia itu. Kalau beli Gripen kan Thailand juga sudah punya. kita harus lebih kedepan lagi lah.

    BalasHapus
  3. Lbh mantap kalo Indonesia beli 6 F 35 & 6 Pak Fa 50, yg ditempatkan di Madiun utk tujuan kesetaraan dan keseimbangan politik.

    BalasHapus
  4. Berdasarkan pengalaman membeli alutsista strategis seperti Rudal Yakhont hingga malaysia surut sendiri dari Ambalat, dan Su-27/30 hingga 'black-flight' di Indonesia berkurang drastis, pilihannya tinggal:
    - Alutsista dgn Efek Deterens sprti Su-35/ Rafale/ Eurofighter, tetapi Efek Ekonomis Strategis berkurang.
    - Alutsista dgn Efek Ekonomis Strategis sprti Gripen family atau F-16 family, tetapi kekurangan Efek Deterens.
    Kemenhan RI tinggal pilih......

    BalasHapus
  5. ......dicampur aja yg efect detterent 6 buah Su-35 +efek ekonomis 10 buah Gripen..... pengoperasiannya lbh condong banyak ke gripen krn lbh murah disamping su35 telah siap dipangkalannya jika gripen tak mampu mengatasi....toh ancaman datang tak setiap hari....untuk lebih ekonomis lagi manfaatkan UAV atau drone diaplikasikan dg radar pasif plus batre dan rudal S300/S400 disepanjang perbatasan, termasuk buat jaga2 dari aktivitas pangkalan AS di selatan Jawa/pulo chrismast ausi

    BalasHapus
  6. tapi hati2 juga perlu dikalkulasi krn takutnya tawaran Gripen adalah siasat untuk menggagalkan IFX yg kemampuannya sepadan dg gripen..... jika sampai RI berpaling dan membatalkan KFX maka kemungkinan RI akan kembali ke 0 dari awal lagi dg gripen, keluar uang bnyak lagi duit yg hasilnya jg tanda tanya seperti KFX/IFX krn semua anggota NATO dibawah AS....dan AS tentu tdk ingin indonesia mandiri....krn jika mandiri berpotensi membahayakan proyek papua laa.hehehe... makanya tentara bayarannya di DPR mati2an ingin menghapus pilkada lngsung krn hasil pilihan rakyat susah dikontrol asing krn pasokan uang melimpah untuk oknum kacungnya tdk menjamin mereka akan jadi/terpilih di legislatif maupun pilihan capres...

    BalasHapus
  7. Teknolemper masih menunggu armada terbaru Rafale yang dibeli dari Prancis. Kayaknya bakal tambah keren

    BalasHapus