JAKARTA-(IDB) : Dewan Analis Badan Intelijen Negara (DAS BIN) mengajak
masyarakat untuk mengawal dan ikut memikirkan masa depan bangsa
Indonesia. Itu perlu dilakukan menjelang pergantian pemimpin nasional
yang tinggal beberapa bulan lagi.
Hal tersebut terungkap dalam acara bedah buku 'Menyongsong 2014-2019 Memperkuat Indonesia dalam Dunia yang Berubah' yang dihelat LKBN Antara bersama dengan DAS BIN di Raflesia Grand Ballroom, Balai Kartini, Jakarta Pusat.
“Yang menarik dari buku ini adalah keberanian untuk mengkritik praktik-praktik yang bertentangan dengan konstitusi, jarang ada lembaga pemerintah yang kritis,” ujar dosen Hubungan Internasional Unpad Bandung, Teuku Rezasyah, di Jakarta, Kamis (22/5).
Buku setebal 460 halaman ini diprakarsai oleh Kepala Badan Intelijen Negara RI (BIN) Letnan Jenderal (Purn) Marciano Norman, yang memandang perlu dibuatnya sebuah kajian forecasting atau prakiraan ke depan kondisi Negara Kesatuan Republik (NKRI).
“Buku ini layak menjadi panduan bagi pemerintah baru terkait dengan kemandirian dan rencana strategis 2014-2019. Serta bagaimana langkah-langkah antisipasi dan pemecahannya,” katanya.
Materi yang dibedah dalam buku ini meliputi tujuh bidang strategis, yakni lingkungan strategis global dan regional, ideologi, politik dan pemerintahan, sosial budaya, ekonomi, sumber daya alam dan Kebijakan energi nasional, pertahanan dan keamanan terkait dengan Indonesia lima tahun ke depan.
“Judul buku ini seharusnya diganti menjadi Rencana Stategis Indonesia dalam Lima Tahun Mendatang. Buku ini bisa dilihat sebagai naskah akademik," ujar mantan kepala komandan Paspampres itu.
Hadir sebagai pembedah buku ini adalah pengamat politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Ikrar Nusa Bhakti, pengamat ekonomi Universitas Indonesia (UI) Ninasapti Triaswati, dan dosen pada Hubungan Internasional Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung, Teuku Rezasyah.
Buku ini disusun DAS BIN. Sebuah lembaga nonstruktural di ini merupakan think tank bagi pimpinan BIN. Menteri negara riset dan teknologi pada era Abdurahman Wahid, Muhammad AS Hikam, didaulat menjadi editor buku ini.
Sejumlah ilmuwan, seperti cendikiawan Anies Baswedan dan Kurtubi, dilibatkan dalam pembuatan buku ini. Sebanyak 18 focused discussion group dan dua seminar nasional digelar dalam proses penulisan.
Sumber : Republika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar