Pages

Sabtu, April 19, 2014

Peluru Frangible Hasil Karya Mahasiswa ITS

SURABAYA-(IDB) : Vicko Gentantyo Anugraha, mahasiswa Jurusan Teknik Material dan Metalurgi ITS yang memberanikan diri mengikutsertakan hasil riset tugas akhirnya berupa peluru frangible berhasil menjadi juara dalam lomba karya tulis bertemakan pertahanan nasional yang diadakan oleh TNI AD.

Vicko mengenalkan peluru frangible yang belum pernah diproduksi di Asia. Tak disangka, Vicko berhasil menyabet juara pertama dari 134 peserta yang berasal dari berbagai kalangan.


Bermula dari ajakan senior tiga tahun lalu untuk mengikuti Pekan Kreatifitas Mahasiswa (PKM), Vicko dikenalkan tentang peluru frangible yang memiliki berbagai keunggulan. Ia mengangkat riset tersebut dalam tugas akhirnya.


Di tengah Vicko melakukan riset, salah seorang temannya memberitahukan lomba yang diadakan TNI AD. “Kebetulan sekali saya sedang melakukan riset mengenai itu. Temanya pun mengenai sistem pertahanan nasional,” ujar Vicko.


Dalam pengerjaan peluru frangible, ia mengaku banyak dibantu oleh teman dalam tim riset tugas akhirnya, Paiman Joni. “Kami banyak berdiskusi dan terkadang mengerjakan bersama,” ujar Vicko. Selain itu, Vicko mendapat arahan dari dosen pembimbing risetnya, Dr Widyastuti SSi MSi yang telah terlebih dulu menekuni sistem pertahanan.


Vicko menjelaskan berbagai keunggulan peluru frangible, salah satunya adalah komposisi penyusun serbuk peluru. Jika biasanya timbal yang menjadi penyusunnya, Vicko menggantinya dengan tembaga. Pasalnya, timbal merupakan zat berbahaya jika sampai kontak langsung dengan manusia.


Menurut Vicko, peluru frangible lebih membahayakan daripada peluru biasa, tapi lebih aman. ”Sebab, peluru biasa akan menimbulkan back-splash ketika membentur benda keras dan membahayakan orang sekitar,” ujar Vicko.


Peluru biasa akan mempunyai 2 kemungkinan, kalau tidak back-splash, maka akan menembus tubuh. Sedangkan peluru frangible mampu hancur ketika mengenai permukaan keras atau mengenai tubuh, sehingga disinyalir akan lebih merusak ketika mengenai tubuh sasaran.


”Pelurunya akan mancep dan akan pecah dalam tubuh,” tambahnya. Karenanya, peluru frangible ini akan diaplikasikan dalam ruangan tertutup, misalnya evakuasi terorisme.


Dalam perlombaan itu sendiri, awalnya, Vicko tak mengetahui bahwa dirinya lolos menjadi 12 besar dari 134 peserta dengan kategori umum. Melalui info dari salah seorang temannya seminggu sebelum pengumpulan terakhir, ia baru mengetahuinya sehingga harus membuat produk jadi sesuai persyaratan lomba dalam waktu yang sebentar.


Merasa tidak sanggup, Vicko pun menghubungi pihak TNI AD bahwa Ia tidak siap mengikuti tahap selanjutnya. “Saya sudah pasrah kala itu. Hingga H-3 saya dihubungi pihak TNI AD bahwa saya harus mengikuti tahap selanjutnya di Jakarta 3 hari lagi,” ujar Vicko.


Tak ayal, dalam waktu yang singkat, Vicko hanya mampu membuat pellet peluru saja. Tak hanya itu, ketika akan melakukan presentasi, Vicko terjebak macet parah di Jakarta.


“Ketika saya datang, semua juri sudah bergegas pulang. Yang semula saya adalah kontestan pertama yang maju presentasi, akhirnya saya menjadi kontestan terakhir yang presentasi ketika itu,” kenang Vicko.


Namun, usahanya pun membuahkan hasil, Vicko menyabet juara pertama dalam ajang tersebut. Ia mengalahkan para kontestan lain yang lebih ahli. Para kontestan itu diantaranya mahasiswa S2, dosen, dan para ahli dalam bidang persenjataan.


Vicko pun berharap pemerintah dapat mengapresiasi karya-karya pemuda di Indonesia yang ia yakini sangat hebat. “Sayang sekali kalau tidak diapresiasi oleh negara sendiri. Kalau negara lain mengetahui kemampuan pemuda kita, pasti ditarik ke luar negeri,” ujar Vicko.


Diminati Pindad


Usai menjadi juara pertama dalam ajang yang berkaitan pertahanan dan keamanan nasional, hasil riset Vicko dilirik oleh perusahaan persenjataan milik Indonesia, PT Pindad (persero). Menurut Pindad, peluru yang sangat langka di Indonesia tersebut akan menjadi sesuatu yang baru dan unik dalam industri pertahanan dan keamanan di Indonesia. Perusahaan ini menjanjikan untuk mengadakan uji tembak dalam waktu dekat.


Usai uji tembak, PT Pindad mencanangkan untuk produksi masal, tetapi hanya untuk case yang spesial. “Masih ada bimbingan lanjutan dari TNI AD. Jika terjalin kontrak kerjasama, akan dilakukan dengan persetujuan dari TNI AD dahulu,” ujar Vicko.




Sumber : IP

4 komentar:

  1. Otak pintar org2 indonesia ini yg sebenarnya ditakuti oleh negara lain..militan dan otak cerdas org indonesia , duet maut yg menyeramkan..

    BalasHapus
  2. perluru frangible sudah cukup umum digunakan di dunia militer, sama dengan peluru seperti hollow point dan soft point, tapi patut diapresiasi ada mahasiswa yang bisa membuat peluru frangible untuk TNI. oh ya cuma berbagi info nih, sebenarnya tidak perlu jenis peluru frangible untuk mendapatkan efek desintegrasi dalam tubuh. peluru pdw macam 5.7mm FN, didesain untuk menembus lapisan armor CRISAT dan berdisentegrasi ketika berada dalam tubuh manusia. begitu pula dengan tipe peluru 5.56mm dan 7.62mm, terdapat beberapa desain peluru yang bertujuan untuk pecah ketika berada dalam tubuh. tapi mantap lah mahasiswa bisa ngalahin dosen S2 dan pakar senjata hehe

    BalasHapus
  3. MASIH KELU KALAU BICARA ORANG PINTER DI INDONESIA. Mereka tidak diberdayakan oleh negara.

    BalasHapus