JAKARTA-(IDB) : TNI-AL akhirnya mengeluarkan sikap terkait dengan
pengerahan sejumlah kapal perang ke kawasan perbatasan laut di Indonesia
Timur belakangan ini. Pihak TNI-AL menegaskan, penambahan kapal perang
itu tidak memiliki alasan khusus karena menyesuaikan dengan kebutuhan di
wilayah yang memang sangat luas.
Kadispenal Laksamana Pertama Untung Suropati saat dikonfirmasi membenarkan bahwa pihaknya menambah sejumlah kapal perang ke wilayah perbatasan dengan Australia. Meski begitu, Untung menolak jika penambahan tersebut dikhususkan untuk merespons kasus pelanggaran batas wilayah yang dilakukan Angkatan Laut Australia.
Menurut Untung, pihaknya tidak pernah membuat skala prioritas dalam pengerahan armada. Pengerahan armada dilakukan setelah ada analisis mengenai situasi di lapangan. Jika memang diperlukan adanya tambahan, armada akan ditambah. “Intensitas patroli memang kami tingkatkan, namun itu hal biasa untuk menjaga wilayah perbatasan kita,” ujar Untung kemarin (31/1).
Alumnus US Naval War College 2009 itu mengibaratkan menjaga perbatasan negara seperti menjaga rumah sendiri. “Kalau ketua RT mengingatkan kampung kita rawan kejahatan, otomatis kita juga akan meningkatkan kewaspadaan,” lanjutnya. Untung juga tidak menyebutkan berapa jumlah armada yang dikerahkan ke kawasan yang langsung berbatasan dengan perairan Australia itu.
Menyikapi pelanggaran yang dilakukan AL Australia, Untung memilih berhati-hati. Pihaknya mengikuti langkah yang diambil pemerintah Indonesia, dalam hal ini presiden dan panglima TNI. “Umumnya di berbagai negara, sepanjang (pelanggaran) tidak provokatif, tidak mendramatisasi, saya rasa masih oke,” tambahnya. Terlebih, secara khusus Australia sudah meminta maaf kepada pemerintah Indonesia.
Sebelumnya muncul informasi bahwa TNI-AL merespons pelanggaran AL Australia dengan mengerahkan sejumlah kapal perang ke Laut Timor dan Arafuru. Kapal yang dikirim, antara lain, fregat, kapal cepat torpedo (KCT), kapal cepat rudal, (KCR), dan korvet. Juga, pesawat patroli perairan.
Sumber : Kaltimpost
TNI AL sebaiknya juga menempatkan kapal-kapal patroli di Selat Torres terutama didekat Amamapare pelabuhannya Freeport ,,, akakakakakakakak
BalasHapusLha iyalah, kalau nggak gitu mau nunggak BBM lagi ke Pertamina.?
BalasHapusMaka siapkan rudal dan radar serta Komunikasi terpadu yg interkoneksi dan canggih (real time).
Rudal minim perawatan, Radar & Komunikasi juga demikian dibanding gelar kapal perang.
Siapkan pesawat penyergap atau multi role yang cukup, pasti negara lain akan segan.
Mau tanya siapa sih sebenarnya musuh kita?
Bagaimana bentuk ancaman
Kapan mereka mempunyai rencana menyerang wilayah kita?
Kekuatan mereka seperti apa? Apa sekelas China, AS atau Russia atau Australia atau Timoer Leste atau Singapura atau Malaysia? Siapa yg dapat menjawab pertanyaan diatas? Terima kasih, Tabik.!!!
Selain penegakan kedaulatan atas negara yg mengancam negara, perlu juga penegakkan hukum laut atas kriminal internasional:illegal logging/fishing/human tafficking n ing2 yg lain, lsg tenggelamkan saja kapal kriminal tsb shg ada dampak jera.Yg terjadi skr penanganan kita terlalu lembek n potensi ekonomi miliaran dollar amblas, beri insentif aparat n armada mumpuni u kejar pencoleng laut, disamping penghargaan tinggi aparat perlu pengawasan ketat atas kerja mereka n jgn biarkan ada main mata aparat pencoleng. Jgn ada kapal kencing bbm dilaut, cincai hasil laut ditengah lautan, cincai kayu2 merbau papua yg nilai ekonominya tinggi n butuh puluhan/ratusan tahun untuk dipanen. Ini modus korupsi sda yg hrs ditegakkan..!!
BalasHapusKalo itu mah tugasna. Bakokamla, bukan tugas TNI.
HapusBelum tahu ya, tanya dulu sama juragan oncom jangan asal nulis tapi salah.
Salam dari Juragan Oncom.