Pages

Senin, Februari 17, 2014

Analisis : Di Balik Sikap Provokatif Negara Tetangga

ANALISIS-(IDB) : Aksi provokativ tiga negara tetangga pada Indonesia adalah terstruktur dengan rapi dan satu komando. Tujuan ketiga negara itu dalam satu koridor kerjasama pertahanan yang saling mendukung sesuai piagam Commonwealth atau persemakmuran. 

Memang ada teori “kebetulan” dalam pandangan awam ketika Australia menggebah pencari suaka ke wilayah Indonesia. Atau munculnya sekoci berwarna oranye di perairan selatan, kemudian Singapura tiba tiba melakukan protes penamaan KRI Usman Harun. Bersahutan kemudian dengan pembakaran kapal nelayan asal Papua di perairan Papua New Guinea (PNG).


Setelah Malaysia gagal melakukan tugasnya dengan baik, tiga negara lain yang sesama bertuan pada Ratu Elisabeth di Buckingham mengambil alih. Yang menjadi pertanyaan dan seolah tidak terpikirkan oleh masyarakat Indonesia adalah,


” Apakah ada skenario kebetulan - kebetulan yang bukan merupakan sebuah kebetulan? “


Pertama, pemberian nama Kapal Perang Indonesia sebagai KRI Usman - Harun sebenarnya tidak seketika, perlu waktu dan sejak awal pembangunan kapal sudah dirumuskan. Lalu diputuskan tepatnya pada 12 Desember 2012 setelah melalui diskusi yang panjang. Singapura sebenarnya sejak awal juga sudah tahu, lalu mengapa mempermasalahkannya saat ini?


Kedua, Australia yang mengalami pergantian tampuk pimpinan, sejak Tony Abbott menjadi Perdana Menteri memang terlihat bertolak belakang dengan Kevin Rudd atau Julia Gillard. Namun Abbott tidak punya pilihan selain memainkan perannya, setidaknya sampai misi terselesaikan. Sampai jelas siapa yang menjadi koleganya di Jakarta.


Ketiga, PNG yang selama ini nyaris tidak pernah tercetak dalam berita di koran koran Indonesia, yang tidak ingin belahan barat Cendrawasih lebih makmur, hanya memainkan peran yang jadi bagian mereka. Kenapa mereka melakukan aksi yang sadis disaat sekarang?


Keempat, Indonesia sedang menjalani proses pergantian kepala negara dan akan menghadapi pemilu parlemen dalam tahun ini. Ini adalah tahun yang krusial dan menentukan bagi Indonesia dan kawasan. Pemimpin Indonesia terpilih adalah yang paling “berkuasa dan menentukan” di Asia Tenggara serta berpengaruh di Asia Pasifik, situasi politik Indonesia akan menjadi hitungan kebijakan politik luar negeri setiap pemerintahan, khususnya kawasan Pasifik. Sekali lagi… ini bukan narsisme, ini adalah kenyataan tentang bagaimana dunia memandang posisi Indonesia sejak jaman Bung Karno.


Sekali dayung, dua tiga pulau terlampaui.


Amat disayangkan jika nama Usman - Harun dipandang sebagai masalah ketidaknyamanan Singapura pada Indonesia. Demikian pula dengan pelecehan oleh Australia atas teritorial Indonesia hanya sebatas Aussie versus RI karena imigran gelap semata. Atau aksi barbar PNG pada nelayan kita hanyalah pelanggaran batas laut dalam kebetulan yang bersamaan?. Tidak..!


Ada pola yang tidak terdeteksi umum, sebab kita diarahkan agar melihat masalah dengan setiap negara itu adalah hitam putih, berdiri sendiri dan masing masing. Padahal, kita harusnya bersikap kritis dan jeli dalam memantau perkembangan negara ini dan kaitannya dengan hubungan antarbangsa. Kepentingan blok blok global atas keberadaan Indonesia sering tidak menjadi bagian analisis awal, sehingga kita hampir selalu terlambat bereaksi dan menentukan posisi.


Singapura, Australia dan PNG serta Malaysia bekerja dalam irama yang sama dan terpola dengan baik dalam satu dirigen orkestra. Tujuannya adalah memastikan beberapa hal yang ingin diketahui dan dipastikan sesuai keinginan dengan memanfaatkan momentum poin keempat tadi ( pemilu 2014 ). Apa saja tujuannya?


1. Memancing informasi kekuatan Militer Indonesia sesunggunya.


Data yang dikumpulkan secara berkesimbungan oleh AS, Singapura, Malaysia hingga Australia NewZealand (ANZ) dianggap tidak presisi. Ada perbedaan antara anggaran yang minim, jumlah Alutsista dengan daya tempur TNI yang dipantau. Dukungan dana dan teknologi persenjataan yang minimal berbanding terbalik dengan daya pukul TNI. Militer Indonesia selama ini dianggap masih misterius oleh kekuatan utama dunia.


Seperti juga militer negara lain, memang seperti itulah seharusnya TNI menjaga kerahasiaan kekuatannya. Namun, misteri kekuatan militer Indonesia dianggap lebih penting untuk diukur karena faktor sejarah penggagas Non Blok yang disandangnya.


Australia yang selalu mengarahkan matanya pada militer Indonesia sering merasa tertipu ketika melihat kemampuan para prajurit TNI. Malaysia sendiri harus merasakan malu ketika manuver kapal TLDM di laut Ambalat terusir bukan saja oleh KRI yang lebih kecil, tetapi oleh keberadaan dua prajurit marinir di anjungan kapal mereka. Entah bagaimana keduanya bisa naik dan entah sejak kapan, tetapi keduanya sukses memaksa kapal TLDM berbalik arah meninggalkan Ambalat.


Dengan provokasi ini diharapkan akan muncul banyak informasi tentang jumlah kekuatan tentara indonesia dan persenjataannya secara resmi baik di media media terpercaya maupun dari pihak Indonesia sendiri. Daya gertak TNI tidak sehebat China atau Iran , namun disinilah letak rasa penasaran para tetangga kita.


2. Memancing reaksi sahabat lama.


Singapura sukses jalankan misinya, setidaknya saat ini karena Rusia muncul ke permukaan dalam memandang masalah yang dianggap cukup hangat. Indonesia mungkin tidak berminat berperang dengan Singapura, namun Rusia memandang perlu memberi sinyal bantuan jika sesuatu berjalan tidak kondusif. Kemunculan Rusia ini tidak biasa dan bukan hal gegabah, karena si beruang merah cenderung menjauh selama Orde Baru dan menjaga jarak selama SBY berkuasa. Moskow sengaja menanggapi keusilan Singapura, namun mereka juga memberi pesan jelas akan posisinya yang melihat pola satu komando pada kelakuan PNG dan Australia.


Bukan berarti Rusia terjebak pada permainan Singapura, melainkan permainan selanjutnya, yang lebih panas sedang menjadi sasaran Rusia, yaitu Indonesia tidak akan dibiarkan seperti Mesir atau Suriah. Artinya, pesan jelas Rusia ditujukan bagi “dirigen” kuartet (Malaysia, Singapura, PNG dan Australia), agar tidak mencoba memaksakan pemimpin sesuai pilihan mereka di Indonesia seperti yang sudah mereka lakukan di Mesir atau coba paksakan di Suriah.


3. Pemimpin pesanan sang Dirijen.


Indonesia diharapkan memilih pemimpin yang sesuai selera adidaya, seseorang yang berpihak pada kelangsungan hidup sekutunya di kawasan. Singapura yang kecil tidak akan bisa hidup makmur jika Indonesia tidak memberi keistimewaan, demikian pula Australia apalagi hegemoni Amerika akan jauh surut tanpa Indonesia. Penting juga diketahui posisi tentara indonesia akan berpihak kemana kepada siapa dalam hal sengketa dengan China soal Laut China Selatan.


Semua kepentingan di atas butuh seseorang yang sesuai keinginan dan menguntungkan sang Adidaya, dan itu adalah seseorang yang sebaiknya mirip SBY atau Pak Harto. Meski dari kalangan militer, bahkan keduanya adalah Jenderal, namun mereka adalah anak emas yang tidak segan tunduk pada Amerika. Amerika sangat tidak menyukai pemimpin yang idealis seperti Gusdur atau Megawati apalagi Soekarno yang Non Blok.


Kriteria presiden Indonesia yang diinginkan oleh Washington adalah latar belakang pengusaha atau militer, idealisme liberal, dan bukan nasionalis Sukarnois atau Islamis. Singapura sangat inginkan sosok Prabowo atau Wiranto yang memimpin Indonesia, keduanya adalah sahabat dekat Singapura.


Gangguan gangguan yang bernuansa kekerasan dan militer tiga negara tetangga itu ditujukan untuk memberi gambaran potensi perang Indonesia. Dalam keadaan kondisi geopolitik kawasan yang tegang, diharapkan rakyat Indonesia memilih pemimpin dari kalangan militer. Apa yang dilakukan oleh Singapura, PNG dan Australia adalah provokasi untuk menggiring opini bahwa Indonesia kini dan kedepan masih butuh presiden dari kalangan militer.


4.  Laut China Selatan.


Beberapa hari yang lalu, China melakukan latihan perang di wilayah perairan internasional yang dekat dengan Pulau Christmas setelah melintasi Selat Sunda. Pihak Australia pun mengakui hal tersebut seperti diberitakan Sidney Morning Herald, Kamis (13/2/2014).

13924319521829184441

Apa yang dilakukan China di laut selatan Jawa itu adalah legal menurut hukum Internasional karena latihan berlangsung di perairan internasional. Selain itu latihan mereka hanya bentuk manuver dan membidik tetapi tidak menggunakan amunisi persenjataan. Namun tindakan China ini disinyalir untuk menunjukkan kekuatan angkatan lautnya kepada dunia internasional. Dan itu semua dilakukan di tengah kebijakan pertahanan Australia lebih banyak berfokus kepada Indonesia dan kekuatan lain di Asia Timur.


Hal ini semakin menarik ketika posisi Indonesia yang tidak memihak pada konflik laut sengketa di Laut China Selatan, sementara China selalu mengingatkan dukungannya pada Indonesia terkait Papua. Kampanye kekuatan armada China memang tidak hanya ditujukan kepada Australia tetapi juga kepada wilayah Asia Pasifik secara keseluruhan. Ini juga termasuk memberikan pesan kepada Amerika Serikat (AS) dan India, bahwa kedua negara itu tidak bisa memblokir jalur laut yang vital melalui Selat Malaka.


Langkah China dianggap mendapat ijin restu dari Indonesia sebagai pemilik alur laut [ALKI] menuju perairan Samudera Hindia yang menjadi prioritas strategis baru mereka. Hal ini sekaligus menunjukkan kesiapan China dalam mengerahkan militer untuk melindungi kepentingannya di wilayah tenggara bila dibutuhkan. Termasuk membantu kepentingan geopolitik bersama Rusia di Indonesia khususnya.


China sebagai pemain utama baru yang menandingi dominasi Amerika perlu terus meningkatkan kekuatan di Asia dan secara global. Indonesia perlu melihat tindakan China, tanggapan Dubes Rusia dan provokasi tiga negara sebagai bentuk tarik menarik “perhatian” Indonesia sebagai negara seksi nan besar. Keberpihakan pemimpin yang akan dipilih, menakar kekuatan militer sesungguhnya, siapa pembela Indonesia selain Rusia hingga mengarahkan opini pemilih adalah “sekali dayung, dua tiga pula terlampaui”. Itulah tujuan keusilan tiga negara tetangga tadi.


Mentalitas kita yang inferior sering menghambat rasa percaya diri, sehingga terjebak pada pemikiran bahwa masalah yang terjadi dengan negara tetangga hanyalah masalah antar dua negara (bilateral). Kita tidak terbiasa berpikir dan mencantumkan analisa betapa kita disegani dan ditakuti oleh pihak asing. Ini bukan bentuk narsisme, bukan pula superioritas, tetapi bentuk penghargaan dan rasa percaya pada diri sendiri.


Adakah kita mau terjebak permainan negara tetangga itu dengan mengumbar keinginan perang karena amarah? Atau kita mengikuti keinginan mereka dengan tergiring opini agar memilih pemimpin dari kalangan militer karena menganggap situasi tidak kondusif? Itu semua ditangan anda .




Sumber : Kompasiana

31 komentar:

  1. andaikan bangsa dan negara ini kuat bisa membuat pesawat tempur, kapal perang distroyyer, kapal selam sekelas LADA CLAS, tank, rudal DAN bom nuklir. KITA TIDAK MEMBUTUHKAN BELAS KASIHAN DAN BANTUAN SIAPAPUN,...karena kita adalah NEGARA YG MEMPUNYAI HARKAT DERAJAT DAN MARTABAT SEBAGAI NEGARA DAN BANGSA YG BESAR, MILITANSI YG PANTANG MENYERAH yg diwariskan PARA PAHLAWAN KITA,. . . tapi semua itu kembali lagi ke pemimpi negri ini "ikhlas kah mereka membangun negara dan bangsa nya tanpa KORUPSI KOLUSI DAN NEPOTISME alias mencari untung tuk isi perut nya dalam setiap mengambil keputusan,..... JAYALAH INDONESIAKUUUU ;(

    BalasHapus
  2. Inti kekuatan kita bukan militer yang kuat dan canggih, tapi bersatunya TNI dan rakyat.

    BalasHapus
  3. intinya jangan pilih presiden x militer karena generasi x Jenderal" skrg didikan barat & pro amrik

    BalasHapus
    Balasan
    1. oooh terus musti milih Oma Irama gituuuu???

      Pilihlah Presiden yang gagah,,, nasionalis,,,memegang teguh Pacasila dan UUD 45 tetapi bisa bergaul secara internasional,,, dapat dibanggakan ,,,, yang bisa membawa Indonesia ke abad 22 sebagai negara utama di kawasan ,,, jangan pilih Presiden ketoprak ,,, bisa pecah nih NKRI nanti ,,,,, akakakakakakakakakk

      Hapus
    2. Memang yang tersisa tinggal Domba Irama, Suharto kecil (Ical), dan Sukarno kecil (Jokowi)..

      Hapus
    3. Dahlan Iskan bro !!!

      Hapus
  4. Seberapapun kuatnya lawan asal kita bersatu kita pasti menang, tapi meski militer kita terkuat di dunia sampe mengalahkan USA sekalipun tanpa persatuan kita akan hancur, jadi musuh yg paling membahayakan bukan dari luar justru dari dalam dan dari kalangan kita sendiri yg menginginkan kita bercerai berai......

    BalasHapus
  5. Ada 1 analisa yg bertentangan dengan informasi yg berkembang saat ini, yaitu singngapur menginginkan pemimpin dari kalangan militer seperti yg disampaikan di atas. Informasi yg berkembang saat ini adalah bahwa US tidak menyukai atau dengan kata lain menolak 5 jenderal purnawirawan termasuk 2 org yg disampaikan di atas dengan alasan sebagai pelanggar ham. Bagaimana mungkin Singngapur menginginkan kedua org dari militer tersebut kalau majikannya menolaknya???

    BalasHapus
  6. Nilai D utk artikelnya!
    1. Membawa pesan rendahnya martabat bangsa. Bhw kita dilindungi 2 neg. Kiri...
    2. Apa itu soekarnois!
    3. Tendensi ke kiri dg menghina Jendral TNI didikan barat, dan ini persis model PKI.
    4. Soekarnois dan Islamis... bentuk oposisi biner ini menunjukkan siapa penulisnya... yaitu mengutamakan yg pertama...
    5. Tdk obyektif menilai SBY, dan keberhasilan2 pemerintahannya... dibanding pemerintahan Megawati dan PDInya, ya jaaauuuh... apa itu partai keturunan... oon jg jd ketua... oon smua anak buahnya... ingin bangsa ini jd oon jg... dan artikel oon spt ini yg menghasut bangsa biar oon smua...
    PKI mo bangkit!... memanfaatkan soekarnois yg sombong dan tertipu dg isme.nya... bkn memanfaatkan kiri utk nggebuk barat tp dimannafaatkan.
    Yg benar adlh Non-Blok, Pancasila, berketuhanan YME, dst... bermartabat tinggi, tdk malah bangga diketiak kiri, Bung!..

    BalasHapus
    Balasan
    1. jd tolak calon dari PDI =))

      Hapus
    2. Dengan datang nya demokrasi indonesia raya bakal makmur penjilat beyee...prabowo perampok negara bakal di adili .
      Siapa pelaku century ?.... minyak di cepu ?.... hanya saran para jendral anda di penuhi dosa tangan tangan kotor hanya mewakili barat harus di ahiri . Sebelom terlambat dari pada di adili rakyat nya sendiri . Keamanan NKRI tampa dukungan rakyat hanya di pikul para jendral bakal percuma .

      Hapus
    3. Setuju kayaknya ada momentum kebangkitan laten komunisme melalui partai yang menganggungkan sokarno seolah dizolimi lahir batin dan saat ini pemerintahan dikuasai oleh kekuatan liberalisme dan kapitalisme (istilah mereka). Ngga percaya???datang aja ke toko buku Gra**d*a ada lebih dari 10 buku seperti itu yg muncul menjelang pemilu ini.WASPADALAH

      Hapus
  7. artikel ini menyudutkan 1 pihak saja. mungkin mata kita terbuka untuk AS dan commonwealth. tp mata kita masih tertutup untuk rusia dan china. mengapa rusia dan china ingin baik ke kita ?. jawabannya : bukan karena kita kawan lama, tp mereka ingin menyeimbangkan geopolitik kawasan, dan juga investasi di indonesia. kalo mereka ga dapet jatah di indonesia, situasi keamanan mereka terancam.
    makanya pasti bakal timbul orangorang Pro Rusia dan anti Amerika. setelah membaca artikel artikel ini. muncul asumsi bodoh Sukhoi Pak FA, S 400, Su 35, Mi28 blablabla all about rusia pokonya. ini awal runtuhnya mental bangsa yang pemahaman politiknya sangat rendah..

    BalasHapus
  8. Anonim 23.37
    anda jeli dan smart.

    BalasHapus
  9. Sudah ku bilang prabowo beyee...dan ibu negara lahir dari tangan tangan dektator bezutan barat yg terkennal rakus . Kita liat siapa prabowo ?.... dari bapaknya prabowo freport hanya bikin lubang mengaga . Itu kebijakan harto kroni bases di singapura , semua sudah berakhir semenjak kita berdemokrasi yg sesungguh nya barat tidak sennang . Lupakan para antek antek barat di indonesia
    Kita fokus ke jalan ajaran bungkarno matilah singapore kalau sampai proo rakyat itu jadi peminpin , natuna harus di.bamgun dengan biyaya ...10% dari minyak ,pelabuhan air port internasional karna letak natuna strategis dan makmurnya nkri keliatan jellas . Dengan sarat meliter antek barat jangan terpilih lagi indonesia sudah keliatan makmur . !!!

    BalasHapus
  10. Apa yang kalian ano-ano bilang terserah deh !!!
    Pokoknya keluarga gua yang jumlahnya lebih dari 700 orang udah sepakat tidak akan milih Presiden dangdut! Presiden Ketoprak! Presiden Rockn Roll! apalagi Presiden Gambus ,,,, yang kami pilih adalah Presiden Garuda Pancasila !!!!! akakaakakakakakakakak
    Jayalah NKRI !

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yapto dari pemuda pancasila maksudnya? :p

      Hapus
  11. Aku pilih Jenderal TNI Wiranto. Beliau pembawaannya pendiam tp sangat tegas. Singapura dkk pasti dilibas! Buktikan saja nanti.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aoa wiranto pluss orsng gila itu?.... tim tim lepas diam sajaa...kok sekarang mau jadi presiden anehh..? ....siapa tandem wiranto itu ?.... prabowo gak beda jauh perampok tim tim lepas sibuk mau kudeta , mereka bellom di adili sebagai tukang libas rakyat ...ke turan iblis . Aneh nya kok kita di giring negara kutu tai singapore . Bisa apa anjingg singapore anehh ....gak masuk akal negara tanah asli orang melayu di tamasek gatur gatur indonesia anehh...gak masuk akal anehh tapi yata ...negara kutu bisa gatur nkri akibat media .

      Hapus
    2. Pilih Dahlan Iskan bro !!! kerja ! kerja! Kerja !
      bukan iklan ! iklan ! iklan ! & omongan-omongan doang hahaha

      oke!!!

      Hapus
  12. Kawan2 jangan pilih prabowo.. si pra dari jaman pak harto.dia antek amerika.... katakan tidak pada prabowo.... jokowi lebih baik

    BalasHapus
  13. Lah kok pada rame geneh. Pokoknya pilihlah presiden yang bisa membuat Indonesia bersatu dan kuat. Ini artinya mampu merangkul semua suku bangsa di Indonesia, dicintai dan mencintai rakyat, dan berani sebagai panglima tertinggi (karena presiden adalah panglima tertinggi).

    BalasHapus
  14. Nkri semenjak di kendalikan orde baru yaris jadi negara bangkai ...liat alur laut main tanda tangani demi kekuasaan hanya bikin laut indonesia amblas jadi laut internasional . Liat cina gak mau main tanda tangan aman ajaaa keutuhan cina raksasa demi anak cucu mereka . Para jendral besutan sekutu mudah mudahan sadar dah ....stop jadi budak untuk menghakimi rakyat sendiri di bantai tqmpa bisa...di adilii ...lebih cilaka di setiap perbatasan tni malah jadi wasit di motori angkatan darat contoh di kupang otaknya kemana mereka malah rakyat di kupang bahu membahu bella nkri dari setan antekk sekutu . Liat peta selat melaka perbatasan laut malaysia lebih menjorokk ke indonesia . Itu binatang hantu nkri kapan punah penakut dan sialan .

    BalasHapus
  15. terserah pada mau ngomong apa saja....kan katanya negara demokrasi....katanya....

    BalasHapus
  16. Gua lbh milih Jokowi,pertama dia orang nya sederhana ,tudak ada beban dosa masa lalu,merakyat,mau menjadi pelayan rakyat ,bukan rakyat yg menjadi pelayan bagi nya.Jokowi kalau jadi presiden RI 2014 mobil dinas nya kijang innova ,kira kira pejabat sekelas gubernur atau bupati,walikota naik alphard,mercy ,bmw,bisa malu kagak urat saraf nya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya milih Dahlan Iskan ( Menteri BUMN), gak terima gaji Menteri BUMN, gak terima rumah dinas, gak terima mobil dinas, orangnya sederhana dan sudah cukup terkenal di dunia Internasional, ruang kerjanya seluruh Indonesia di seluruh BUMN , dan prestasinya dimana-mana,mottonya : kerja kerja kerja !!! bukan rapat rapat rapat, dan disini adakah yg belum kenal beliau???

      Hapus
  17. mnrut gw jokowi yg keliatanny klemar klemer gtu tp tindakan dia yg paling nyata dan paling tegas,lyt aj smnjak jakarta dipimpin dy ud brp banyak bawahanny yg kna pecat,,itu membuktikan klo ketegasanny itu ketegasan seorang pemimpin, apalagi klo bsk dy jd presiden,negara2 asing usil sm indonesia pasti lsg digebuk,hehe..

    BalasHapus
  18. di sinyalir analisis ini berbau provokatif.

    BalasHapus
  19. komennya pada PROVOKATIF semua...
    Yang penting NKRI ajah..
    Mw dukung sapa kek mw dlindungi negara lain kek yg penting kepentingan rakyat itu yg harus selalu dipenuhi....

    BalasHapus
  20. Situasi hari ini mirip tahun 60-an. Asset yg diributkan: Emas Papua. Indonesia berteman sama Cina dan Rusia, nambah senjata, berhasil rebut Papua. Presiden (Pribumi) Indonesia berani nantang Anglo-Saxxon, sampai berani ngebom Singapore (Usman-Harun 1965). Her Majesty Queen of England marah, Sukarno dianggap ancaman serius, perlu disingkirkan. Terjadilah insiden berdarah September 1965. Akhirnya Presiden Indonesia, arek Suroboyo yg berani melawan Kekuasaan Ratu Ingris berhasil dilengserkan, bukan oleh kekuatan militernya Inggris, tapi oleh kepiawaian intelejennya . Endingnya: Papua secara de Jure jadi milik Indonesia, tapi de Facto kekayaan alamnya jatuh ke Inggris, Australia (Emas) dan Singapore (minyak).

    Apakah ending dari ribut2 Singapore dan Australia ini akan sama seperti tahun 1965? Kita lihat saja... Kalau sama, ya berarti setelah 50 tahun... Ratu yang sama dari Kerajaan yg sama masih terlalu kuat untuk dilawan bangsa primitif macam pribumi Indonesia...

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya rasa tidak akan sama seperti 1965 konspirasi 30s itu,tetapi endingnya adalah perang dunia ketiga yang akan terjadi,dunia sudah tidak bisa lagi menahan hasrat perangnya,,dan sebenarnya triggernya ada di dindonesia,makanya timur dan barat mengawasi betul perkembangan kita lewat pemilu ini,menanti-nanti siapa pemimpin bangsa yang berpihak kepada "paman sam" atau "beruang merah"

      Hapus