Pages

Kamis, Januari 23, 2014

TNI AL Telah Pesan 3 Kapal Selam Dan 5 Fregat

SURABAYA-(IDB) : TNI Angkatan Laut telah memesan kapal perang yang saat ini tengah dibangun, diantaranya adalah tiga buah kapal selam, di mana dua kapal selam sedang dibangun di Korea Selatan dan satu kapal dibangun di PT PAL Surabaya. Selain itu dua kapal Perusak Kawal Rudal jenis Frigat 105 meter, serta tiga kapal fregat jenis Multi Roll Light Frigate (MRLF) dari Inggris.

Demikian dikatakan Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Dr. Marsetio saat memberikan pengarahan kepada para peserta Apel Komandan Satuan (AKS) Tahun 2014, bertempat di gedung Graha Samudera Bumimoro (GSB), Kobangdikal, Surabaya, Kamis (23/1/2014). “Dua kapal MRLF akan tiba pada bulan April dan September tahun 2014, sehingga pertanggungjawaban TNI Angkatan Laut tentang pembangunan kekuatan yang telah diberikan negara, akan kita tunjukkan kepada rakyat dan bangsa kita, melalui Sailing Pass pada HUT TNI Oktober nanti,” tegas Kasal.

Kasal Laksamana TNI Dr. Marsetio juga menambahkan, selain kapal-kapal tersebut, TNI Angkatan Laut juga akan membangun dua kapal hidrografi dari Prancis, selain itu juga kapal jenis Tall Ship pengganti KRI Dewaruci dengan panjang 92 Meter yang nantinya akan mampu menampung sekitar 200 Kadet Akademi Angkatan Laut (AAL), serta pembelian 11 helikopter antikapal selam. Sedangkan dari dalam negeri,  TNI Angkatan Laut juga telah memesan lagi 16 Kapal Cepat Roket (KCR) 60 Meter, dan 16 Kapal KCR 40 Meter yang dibangun dari berbagai galangan kapal dalam negeri, yakni di Batam dan Banten, kemudian memesan pula Kapal Angkatan Laut (KAL)-28 dan dua kapal perang jenis Landing Ship Tank (LST).

Pada kesempatan tersebut, Kasal Laksamana TNI Dr. Marsetio menyampaikan pula bahwa, untuk menuju World Class Navy salah satunya dibutuhkan komponen kekuatan pertahanan yang besar, apalagi mengingat Indonesia adalah negara maritim terbesar di dunia, maka pada tahun ini TNI AL sedang terfokus pada proses pengadaan  alutsista yang proses pembangunannya disesuaikan dengan Undang-Undang Industri Pertahanan Indonesia. “Ke depan, secara bertahap kita akan bangun alutsista di negeri kita sendiri, sehingga hal ini membangkitkan dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi industri pertahanan negara kita,” ujarnya.

AKS merupakan rangkaian dari kegiatan Rapim TNI AL Tahun 2014 dan Olah Yudha Renstra Tahun Anggaran 2015. Kegiatan ini diikuti oleh 650 peserta, yang terdiri dari: Para Pati Struktural TNI Angkatan Laut, Pati non-Struktural Angkatan Laut, para komandan strata jabatan Kolonel sampai dengan strata jabatan Mayor di seluruh Komando Utama (Kotama) TNI Angkatan Laut, para Kepala Unit Pelaksana Teknis Balakpus, para Asrena, Asintel, Asops, Aspers, Aslog Kotama dan Lantamal, para LO TNI Angkatan Laut yang berada di Kodam, Kostrad, dan Kohanudnas, Seklem Seskoal, Dirrena Kobangdikal, Dirrenbang AAL, serta perwira lainnya.

Dalam kegiatan AKS disampaikan beberapa permasalahan di lingkungan TNI Angkatan Laut sesuai bidang. Paparan disampaikan oleh beberapa asisten Kotama yang ditunjuk, di antaranya Asintel Pangarmabar, Asops Pangarmatim, Aspers Dankormar, Dirlog Kobangdikal, Direnbang AAL, serta paparan tentang evaluasi kecelakaan alutsista oleh Kolonel Laut (P) Antonius W.U.

Kegiatan AKS ini diselenggarakan setiap tahun dan bertujuan menyamakan persepsi dan pemahaman terhadap kebijakan-kebijakan Pemimpin TNI Angkatan Laut, dalam pembinaan dan pembangunan kekuatan ke dalam pelaksanaan tugas yang diemban oleh Komandan Satuan di lapangan. Diharapkan melalui Rapat Pimpinan (Rapim) dan Apel Komandan Satuan (AKS) TNI Angkatan Laut Tahun 2014, serta Olah Yudha Renstra Tahun Anggaran 2015, timbul kesamaan pemahaman seluruh perwira terhadap berbagai kebijakan pemimpin TNI Angkatan Laut, sehingga menjadi faktor pendorong bagi para pelaksana program dan kegiatan untuk lebih bersinergi dalam pembangunan TNI Angkatan Laut yang berkualitas, efektif dan efisien.



Sumber : TNI AL

10 komentar:

  1. Asik...lontong yg dri Rusia gk dicantumkan. Rahasia yah..?

    *Ayam Jantan dari Timur

    BalasHapus
  2. Kalo PKR panjangnya 105meter blom masuk kategori fregat tapi masih korvet. Nahkoda ragam klas panjangnya 89.9meter, juga bukan fregat tp korvet.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Namanya juga light frigate (frigate ringan) broo,,,

      Hapus
    2. soal penamaan memang kalo standar NATO dan Rusia, kapal perang mereka dengan panjang 110m masih dibilang korvet atau light frigate. soal nama Perusak Kawal berasal dari DE atau destroyer escort, spt kelas cloud jones dr amrik, yg arti sebenarnya bukan perusak kawal tp pengawal kapal destroyer, nomenklatur DE dah ngga ada di amrik hilang menjadi frigate.

      tp mulai dekade lalu nomenklatur antara corvette, frigate, dan destroyer mulai rancu krn semua akan dinilai dari kemampuan kapal yg bersangkutan spt brp lama bisa beroperasi di laut, bisa memainkan perang/warfare apa saja, jenis dan kecanggihan
      sensor.

      bbrp negara, sering mendowngrade kan kelas kapalnya krn ngga enak ama tetangganya, spt frigate kelas de Seven Provincien nya belanda yg sangat pantas disebut sgb destroyer.

      untuk Indonesia, ini dah syukur banget2 dapet 5+3 kapal perang baru, walau perlu diingat kekuatan ini masih dibawah thai, singpur, malay, vietnam, apalagi aussie. ayo bangun terus kekuatan TNI yg modern dan efisien.

      Hapus
  3. Masih kurang tu. mana pengganti Kapal destroyer yang segede KRI Irian itu? knapa gak dianggarkan lagi? Negara dengan garis pantai terbesar di dunia kok kapal kecil2. Biar ada efek deterence nya gitu loh.

    BalasHapus
    Balasan
    1. mungkin blm waktu nya beli boss, cos yg saya liat di utama kan KCR & frigate dulu,, utk patroli wilayah indonesia yg sangat luas dan bisa nguber ,
      memang distroyer itu 1 vs 5 frigate
      Logikanya Ibarat satu komplek dijaga 1 org polisi bersenjata pistol (distroyer) dengan tingkat mobilitas yg tinggi dan jangkauan yg luas, akan lebih baik bila di jaga 5 atau 6 orang satpam yg bersenjata pentungan namun tersebar lokasinya. (frigate)
      Dari sisi biaya operasional, memang konsumsi utk 6 org lebih besar biayanya dari pada 1 org. Namun dari sisi efektifitas keamanan, kita bisa tidur nyenyak karena di setiap penjuru komplek ada satpam yg berjaga.
      pilih yg mana.? Tidur nyenyak atau nemenin pak polisi ronda yg lg kucing2an dng malingnya.?

      Hapus
  4. selamat datang bremen class...:)

    BalasHapus
    Balasan
    1. ni gosip, harapan, ato info samar2 tp beneran, bremen class emang dah 3 yg pensiun, kalo saya jd pejabat negara, ni kapal langsung aja dibungkus asal harga cocok. dng panjang 130 meter lumayan bisa utk kapal komando dan leluasa di upgrade. Thailand ama philipine dah ngiler tuh. lumayan tahun nya masih relatif muda apalagi besi buatan jerman terkenal ok,.

      Hapus
  5. Belanja Banyak Alat Utama Senjata Saat Ini seharusnya disyukuri, karena ini baru MEF I blm sampai ke MEF III (2024) dan anggaran pertahanan RI msh dibawah 1% (0,8%) dr PDB belum sampai angka 2% dr PDB seperti negara tetengga kita.
    Coba bayangkan malaysia? kapal perang mereka dr kelas laksamana semua di downgrade dr senjata misile ke canon, bahkan utk perbaikan dan peremajaan satu kapal perang butuh waktu 7 tahun krn alasan kurang dana?! malaysia dulu jumawa sekarang merana!
    Scorpene rusak, Meko ompong.

    BalasHapus
    Balasan
    1. bener bro ini dah syukur2 banget tapi sedikit koreksi yaa, kapal perang malay ngga bisa dianggap enteng juga, mereka pake sistem "fitted but no with" yg artinya dapat dipasang sewaktu-waktu dengan segera krn telah diinstal sebelumnya. kelas laksamana misilnya dah kadaluarsa, tp kalo mo jujur keadaannya sama dengan misil exocet mm38 dan harpoon kita bukan ?, hanya saja kita dah mo coba2 pake c705 dan c802 cina. tp secara keseluruhan dengan perbandingan kapal perang dan luas wilayah malay lebih baik

      Hapus