Pages

Jumat, Oktober 25, 2013

Operasi Intelegen : BIN Endus AD Australia Latih Warga Pantai Selatan

JAKARTA-(IDB) : Diam-diam Australia membangun jaringan di Indonesia untuk menghadang laju para imigran gelap. Sebanyak 8 orang dari Angkatan Darat (AD) tentara Australia kini sedang berada di wilayah pantai selatan, di antaranya di perairan Sukabumi, Cianjur, Garut, Tasikmalaya dan Pangandaran.

Sumber mengatakan, aksi diam-diam tentara negeri Kanguru itu telah diendus oleh intelijen Indonesia. Ke-8 tentara Australia itu membuat jaringan, semacam agen khusus yang terdiri dari warga wilayah selatan untuk melaporkan setiap ada pelolosan imigran gelap menuju Pulau Christmas.

"Menurut informasi, masyarakat tersebut akan dibayar atau digaji Rp 6 juta per bulan. Yang menjadi catatan dan perlu diwaspadai dan diantisipasi adalah wilayah Sulawesi Selatan karena merupakan salah satu daerah yang dijadikan pelarian imigran gelap," ujar sumber itu.

Namun ketika dikonfirmasi, Kepala Pusat Penerangan TNI Laksda Iskandar Sitompul mengaku tidak tahu soal pelatihan itu. Alasannya, latihan yang dilakukan AD Australia itu tidak melibatkan TNI.

"Saya baru denger. Kalau orang Australia yang ngadain latihan seharusnya tanya ke Kemenlu (Kementerian Luar Negeri), karena mereka pintu gerbangnya," kata Iskandar , Kamis (24/10).

Namun Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Michael Tene tidak menjawab telepon ketika dikonfirmasi terkait dengan masalah tersebut. Pesan pendek yang dikirim ke nomor telepon pribadinya juga tidak dijawab hingga berita ini diturunkan.

Adapun Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Mabes Polri Irjen Pol Ronny F Sompie mengatakan belum mengetahui bahwa ada pelatihan melibatkan warga di pesisir pantai selatan pulau jawa. "Saya belum dapat informasi. Mau saya cek dulu," ujarnya.



Sumber : Merdeka

KSAD Jenderal Budiman Dan Netralitas Dalam Pemilu

KSAD Jenderal Budiman (photo: Antara)
KSAD Jenderal Budiman

JAKARTA-(IDB) : Salah satu perubahan fundamental dari era reformasi ialah keluarnya TNI dari arena politik praktis di Indonesia. Namun, kerisauan akan netralitas TNI dalam pe­milu masih menghantui perhelatan pesta demokrsi itu di Tanah Air. 

Untuk mengetahui lebih jauh tentang komitmen TNI-AD dalam pemilu, wartawan Media Indonesia Siska Nurifah mewawancarai Kepala Staf Ang­katan Darat (KSAD) Jenderal Budiman, saat berjunjung ke kantor redaksi Media Indone­sia, Jakarta. Berikut petikannya:


Pemilu 2014 sudah didepan mata. Apa­kah Anda bisa menjamin TNI, khususnya Angkatan Darat akan bersikap netral da­lam pemilu mendatang?

Sejak tahun 1998, sistem demokrasi mulai ditegakkan, dan sejak saat itu TNI berkomit­men untuk bersikap netral.Kami sudah membuktikan itu di tahun 2004 dan 2009, kami full netral.Para anggota pun sudah de­wasa dan mengerti demokrasi.Kita tak bisa lagi memihak salah satu calon.Konyol jika berani berpihak.Jelas kita harus netral.

Terus bagaimana dengan anggota keluarga TNI?

Kita (tentara) memang tidak punya hak pilih.Tapi keluarga memiliki kebebasan tanpa pengaruh siapa pun.Keluarga bebas untuk memilih.

Bagaimana kita Anda dalam meningkat­kan profesionalisme TNI-AD?

Kami memiliki kewa­jiban untuk meningkatkan profesionalisme.Mulai dari pening­katan kualitas fisik, rasa tanggung ja­wab, keahlian, kedi­siplinan, dan sebagainya.Saat ini ang­gota Angkatan Darat seba­nyak 315 ribu.Setiap tahun kami memecat 50 anggota yang melakukan pelanggaran.Ini bentuk profe­sionalisme kami.Meskipun kami akui saat ini memang memiliki kesulitan dalam hal rekrutmen.Karena keinginan masyarakat untuk menjadi tentara berkurang.
IMG-20131024-00060

Soal pembelian peralatan perang baru, sering mendapat sorotan…?

Kami telah membeli High Mobility Artilery Rocket System (Himars) untuk dua batalion. Kita pilih Himars karena memiliki efek counter terorisme yang lebih fokus. Kami tidak beli lewat broker, langsung dari pabrik.De­ngan bernego untuk memperoleh harga ter­murah dengan kualitas terbaik dari Eropa.Kami begitu terbuka soal pembelian alat.


Bagaimana perencanaan jangka pan­jang TNI-AD ke depan?


Kami telah menyeleksi 100 lulusan akade­mi militer yang paling aktif dan terbaik dari tahun 1984 hingga 2003. Untuk menyusun konsep lima tahun ke depan. Mereka akan mendesain visi jangka panjang menuju TNI AD yang profesional dan modern.


Dalam pandangan TNI-AD, apa sih an­caman bangsa ini sekarang?


Bebicara soal ancaman, TNI AD lebih berkonsentrasi untuk mempersiapkan an­caman dari luar.Contohnya, Papua ada banyak kepentingan di dalamnya yang sewaktu-waktu bisa pecah.Dan berbicara soal Papua, masalahnya begitu berat dan tidak bisa dianggap enteng.Kami juga melakukan serangkaian ekspedisi dalam upaya pertahanan wilayah Papua.Kami pun mencoba masuk bagaimana rakyat mencintai kita, dan memberikan kemajuan pembangunan di dalamnya.


Bagaimana soal kesejahteraan ang­gota TNI-AD, apakah alokasi anggaran yang ada sudah memadai?


Gaji prajurit lumayan, pangkat terendah bisa mencapai Rp3,9 juta. Cukup ditambah dengan renumerasi.Secara keseluruhan biaya belanja barang di bawah 20%, 80% untuk gaji.

MLRS Himars
MLRS Himars
Ada yang menarik dalam wawancara ini. Di situ disebutkan TNI AD membeli Himars untuk kebutuhan dua batalion. Dulu TNI AD sempat kepincut dengan MLRS Himars buatan AS. Kontestannya adalah Himars VS Astros II. 

 Namun karena Himars dianggap terlalu mahal, akhirnya yang datang MLRS Astros II.  Belum jelas, apakah himars yang dimaksud dalam wwancara itu sistem persenjataan: High Mobility Artilery Rocket System (Himars) atau fisik MLRS Himars buatan AS.




Sumber : JKGR

Pengamanan Jakarta Dan Penempatan Tank Leopard

Tank Leopard 2A4 TNI AD
Tank Leopard 2A4 TNI AD

JKGR-(IDB) : Untuk  mendukung pertahanan Ibu Kota, TNI Angkatan Darat membangun garasi tank tempur utama (main battle tank/MBT) Leopard di bawah tanah dekat Monumen Nasional.  Garasi ini untuk mempermudah pergerakan pasukan dan mendukung pertahanan dalam perang kota.


Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Budiman, mengatakan, garasi tank bawah tanah tersebut akan dibangun dekat kompleks rumah susun TNI AD yang sedang dibangun di Pejambon, Jakarta Pusat. “Batalyon MBT Leopard berpangkalan di Jawa Barat dan Jawa Timur. Untuk melindungi ibu kota Jakarta dibangun pangkalan berupa garasi bawah tanah dekat Istana Negara dan Monas,” kata Jenderal Budiman optimistis.


Garasi bawah tanah tersebut mempermudah pergerakan pasukan dan mendukung pertahanan dalam perang kota. TNI AD belajar dari situasi kekacauan yang pernah terjadi di Ibu Kota sehingga perlu antisipasi.


Operator MBT Leopard dan tank angkut personel (APC) Marder adalah Divisi I Kostrad di Cilodong, Jawa Barat, dan Divisi II Kostrad di Malang, Jawa Timur.


Proyek tersebut, menurut Budiman, akan bersinergi dengan pembangunan pertahanan ruang udara Jakarta.


TNI AD juga menunggu kedatangan sejumlah peluru kendali darat permukaan (surface to air missile/SAM) terbaru yang didatangkan dari Eropa. Sistem rudal itu adalah Mistral buatan Perancis dan Starstreak buatan Inggris.

Rudal Starstreak Monopod
Rudal Starstreak

Koordinasi Dengan Jokowi
 
KSAD mengaku sudah berkoordinasi dengan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo untuk penempatan rudal tersebut di puncak-puncak gedung di kawasan bisnis penting Jakarta kalau suatu saat negara memerlukannya.


“Payung hukumnya adalah Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2006 tentang Rencana Tata Ruang dan Rencana Wilayah yang mengatur tentang Tata Wilayah Pertahanan. Bahkan, disiapkan gorong-gorong (drainase) yang menjadi sarana pertahanan seperti di luar negeri,” kata Budiman.


Dia meyakini Gubernur Joko Widodo bisa berkordinasi dengan para pemilik gedung demi kepentingan pertahanan negara. Penempatan baterai rudal dan unit-unit helipad di atas gedung itu juga akan digunakan untuk pertahanan keadaan darurat.


Pertahanan gorong-gorong tersebut bukan hal baru. Pada abad ke-19 di Kota Batavia sudah dibangun garis Van den Bosch atau jalur pertahanan berupa gorong-gorong yang menghubungkan titik strategis di Kota Batavia.

Tugu Monas Stasiun Gambir - Google Maps
Tugu Monas Stasiun Gambir.

Rusun TNI AD
 
KSAD menambahkan, saat ini ada dua tower rumah susun TNI AD yang selesai dibangun di sebelah selatan Monas. Rumah susun tersebut menampung para perwira TNI AD agar tinggal tidak jauh dari Markas Besar TNI AD.


Setiap hunian yang dibangun itu mampu menampung perwira dengan istri dan dua anak. Satuan rumah susun yang sudah dibangun adalah tipe 70 sebanyak 59 unit dan tipe 47 sebanyak 162 unit. Pembangunan rumah susun empat lantai dengan empat menara tersebut menelan biaya Rp 85 miliar.


Rumah susun tersebut dilengkapi dengan helipad, mess, dan fasilitas seperti apartemen. Biaya pembangunan rumah susun TNI AD tersebut ditekan sedemikian rupa sehingga hanya Rp 2.3 juta per meter persegi.


Wakil Ketua Komisi I DPR Tubagus Hasanudin yang dihubungi terpisah berpendapat langkah itu sangat strategis.


“Namun, harus diingat, penempatan MBT Leopard di garasi bawah tanah tersebut berfungsi sebagai basis operasi dan bukan basecamp. Basis operasi itu dalam keadaan damai bisa digunakan untuk kepentingan sipil,” kata Tubagus Hasanudin.


Dia mencontohkan, di bawah Lapangan Merah (Krasnoyarsk Ploshchad) Moskwa pun terdapat ruangan bawah tanah untuk instalasi militer. Bahkan, ada sarang peluru kendali (silo) di lapangan sebelah Kremlin (secara harfiah berarti ‘benteng’) yang menjadi pusat pemerintahan Rusia.

Tubagus Hasanudin mengingatkan, selain menyimpan tank Leopard di bawah tanah, KSAD juga harus memperhitungkan dengan cermat pengaturan pergerakan tank tersebut di Ibu Kota dalam keadaan darurat. 




Sumber : JKGR

TNI AD Tambah Pasukan Di Perbatasan

SEBATIK-(IDB) : Untuk mengantisipasi penyelundupan narkoba dari jalur perbatasan, TNI Angkatan Darat berencana menambah pasukannya di wilayah terluar republik. Jalur pengamanan yang diperketat itu, terutama berada di Pulau Sebatik.

Pulau Sebatik adalah pulau kecil yang wilayahnya terbelah menjadi dua negara, Indonesia dan Malaysia. Karena kebutuhan masyarakat Sebatik banyak yang dipasok dari Tawau, Malaysia, upaya penyelundupan barang ilegal akan semakin banyak. Untuk itu, wilayah ini rawan dijadikan pintu keluar dan masuknya narkoba jaringan internasional.

Sebelum realisasi penambahan pasukan dilakukan, TNI AD merencanakan pengamanan ekstra ketat di daerah tertentu yang rawan penyelundupan.

“Rencana kami ke depan selain meningkatkan pengamanan di perbatasan, pos-pos tertentu yang dianggap rawan akan kita tambahkan pos di situ. Daerah-daerah yang tidak begitu rawan, kita tarik sebagian pasukan, dan kita masukkan ke pos yang rawan,” kata Komandan Korem 091 Aji Suryanatakesuma Kolonel Inf Nono Suharsono, Kamis (24/10/2013).

Dia menambahkan, Karena di wilayah sebatik banyak sekali titik-titik rawan yang disalahgunakan, pihaknya akan tempatkan prajurit yang terbaik di sana.

Mengenai jumlah personel perbatasan, Nono mengakui memiliki pengaruh terhadap pengamanan di sana. Dengan aparat yang cukup, daerah perbatasan akan aman dari penyelundupan barang ilegal.

“Di perbatasan kami pernah mencegah empat ton lebih gula pasir yang mau diselundupkan ke Kaltim. Kalau itu masuk ke Kaltim tentu akan berpengaruh terhadap pasaran gula pasir di Kaltim. Bisa tidak laku gula pasirnya,” tambahnya.

Untuk kepastian penambahan personel, Nono mengakui belum dilakukan dalam waktu dekat. Namun ia menyatakan upaya penambahan itu akan dilakukan.

“Penambahan personel masih belum, tapi kekuatan Kodim di sana masih 49 persen. Sehingga saya akan mengambil dari wilayah-wilayah lain sehingga kita lengkapi wilayah Kodim di wilayah perbatasan.

Pasukan TNI AD dari Batalyon Infanteri 141 Aneka Yudha Jaya Prakosa dalam waktu dekat akan ditarik dari perbatasan. Pasukan ini nantinya akan diganti oleh Batalyon Infanteri 100 Rider dari Kodam I Bukit Barisan.




Sumber : Sindo

Satu Pulau Terluar Terancam Lepas Atas Sengketa Perbatasan Dengan Timor Leste

KUPANG-(IDB) : Pulau Batek, salah satu pulau terluar yang terletak Kecamatan Amfoang Timur, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) terancam menjadi milik Timor Leste, jika masalah perbatasan antar negara di kecamatan itu tak segera diselesaikan.

"Jika mengikuti patok batas pemerintah Timor Leste, maka Pulau Batek akan menjadi milik mereka," kata Kepala Staf Kodim 1604 Kupang, Mayor (Inf) Dwi Kristianto kepada Tempo di Kupang, Jumat, 25 Oktober 2013.

Pulau Batek adalah satu dari empat pulau terluar di Nusa Tenggara Timur (NTT) yang dijaga oleh anggota TNI. Empat pulau terluar itu adalah Pulau Batek, Ndana Rote, Ndana Sabu dan Mengudu di Sumba Timur.

Menurut dia, berdasarkan pemahaman warga Oekusi Distrik Timor Leste, patok batas antarkedua negara berada di Nonotuinan atau sungai kecil di bagian barat, sedangkan pemahaman warga dan pemerintah Indonesia batas antarkedua negara berada di Noelbesi atau sungai besar di bagian timur.

"Jika mengikuti pemahaman batas Timor Leste, maka Pulau Batek masuk ke wilayah Timor Leste, bukan Indonesia," katanya.

Dengan belum adanya kesepakatan batas antarkedua negara itu, maka ditetapkan zona bebas di Desa Naktuka, Kecamatan Amfoang Timur. Kedua belah pihak  dilarang beraktifitas di zona tersebut.

Sementara itu, Bupati Kupang, Ayub Titu Eki mengatakan penyelesaian masalah batas antara Indonesia-Timor Leste khususnya di wilayah Naktuka, Kabupaten Kupang menjadi urusan pemerintah pusat, sehingga pemerintah daerah hanya melakukan pendekatan adat agar tidak terjadi konflik di perbatasan kedua negara.

"Jika diserahkan ke pemerintah daerah, pasti masalah sudah selesai, karena dilakukan secara adat," katanya. 




Sumber : Tempo

Sistem Pertahanan Udara MEADS 'Final' Akan Diuji Coba

BERLIN-(IDB) : Lockheed Martin dan mitra industrinya tengah mempersiapkan uji coba selanjutnya dari pengembangan tahap akhir sistem pertahanan udara MEADS (Medium Extended Air Defense System), yang akan memiliki fungsi perlindungan 360 derajat dalam mengatasi ancaman dari udara dan rudal balistik.

Uji penembakan yang akan dilakukan pada awal November nanti akan menembak dua target, yaitu drone QF-4 dan rudal balistik taktis Lancer. Target akan menyerang secara bersamaan dari posisi yang berlawanan (berseberangan) dan dari ketinggian yang berbeda untuk menguji fungsi perlindungan 360 derajat dan radar X-band. Uji coba akan berlangsung di Practica, pangkalan udara Mare, Roma, Italia.


Setelah target terdeteksi radar kontrol tembak akan mendeteksi dan menembak/mencegat target dengan rudal PAC-3 MSE. Apakah pencegatan pertama akan segera melumpuhkan rudal balistik? Sistem MEADS secara otomatis akan memerintahkan dirinya sendiri bila perlu melakukan pencegatan kedua. Namun biasanya rudal interseptor (PAC-3) yang ditembakkan akan lebih banyak jumlahnya dari ancaman yang masuk. Menurut pihak Lockheed, uji coba semacam ini adalah yang pertama kali.


Uji coba akan menggunakan peluncur MEADS buatan Italia dan Jerman, desainnya sama kecuali truk yang memegang sistem kendali. Rudal PAC-3 akan melakukan manuver "over-the-shoulder" (lintasannya mirip ∩) untuk mencegat target mereka, sebuah fitur unik dari MEADS.


Bulan lalu, sistem MEADS telah disertifikasi untuk beroperasi sistem dengan Mode 5 Identification Friend or Foe (IFF). Modus 5 merupakan modus keamanan yang memberikan identifikasi line-of-sight untuk bisa membedakan antara sekutu dan musuh.


Proyek MEADS adalah program kooperatif dengan dana dari Washington, Roma dan Berlin. Program sendiri baru benar-benar dimulai pada 2005. Washington mendanai sebanyak 58%, Jerman 25% dan sisanya Italia 17%. Namun Amerika Serikat memilih mengakhiri pendanaan untuk MEADS setelah fiskal 2014, efektif menarik AS dari program produksi.


Untuk mengatasi kurangnya dana pengembangan selanjutnya (akibat AS menarik diri) program MEADS kemudian ditawarkan ke Polandia (Jepang juga berkemungkinan) dan Lockheed Martin juga menawarkan Polandia kemitraan dalam tim. Dalam pertemuan baru-baru ini di Warsawa, Polandia, pemerintah AS menjelaskan bahwa Polandia akan menerima data-data teknis MEADS yang sebelumnya hanya diberikan untuk negara-negara mitra pengembangan MEADS. Jika MEADS benar akan "diambil" Polandia, Lockheed Martin berharap akan adanya basis laboratorium sistem integrasi di Polandia, seperti yang ada di AS.


Setelah uang pendanaan akan habis pada tahun fiskal 2014 nanti, pihak pengembang berharap juga bisa memperoleh izin dari Italia dan Jerman untuk menggunakan data dari percobaan nanti untuk mempersiapkan uji coba berikutnya. Uji coba selanjutnya akan mencakup pekerjaan integrasi tingkat yang lebih tinggi dengan menggunakan data dari uji coba November nanti sebagai dasar.


Bukan tanpa alasan AS menarik diri dari mendanai program MEADS setelah 2014. Karena kondisi ekonomi yang sulit, AS lebih memilih untuk meng-upgrade sistem pertahanan udara Patriot-nya dibandingkan membeli sistem MEADS. Sistem MEADS sendiri dikembangkan untuk menggantikan sistem Patriot AS dan Jerman, dan Nike Hercules Italia.



Sumber : Artileri

Pindad 2.000 Lowongan Kerja Baru

BANDUNG-(IDB) : BUMN produsen senjata dan panser, PT Pindad (Pesero) membuka ribuan pegawai baru untuk bergabung dengan perusahaan yang bermarkas di Kota Bandung, Jawa Barat ini.

Pindad memastikan menutup pintu bagi pekerja asing yang berniat bergabung, artinya Pindad hanya menerima calon pegawai dari dalam negeri saja. Kebutuhan Pindad untuk pegawai baru mencapai 2.000 orang.

"SDM nggak dari luar negeri, tapi dalam negeri. Inilah yang kita bidik," jelas Plt Direktur Utama Pindad Tri Hardjono di sela-sela menerima kunjungan rombongan MPR RI di kantor Pindad, Jalan Gatot Subroto, Bandung, Kamis (24/10/2013).

Menurut Tri, selama ini proses perekrutan pekerja terbilang jarang dilakukan Pindad. Ia menyebut hampir 15 tahun pihak Pindad tidak pernah merekrut para pegawai baru.

"Baru dua tahun terakhir, kita melakukan rekrutmen. Bulan ini ada proses rekrutmen dan terus berlanjut," ungkapnya.

Tri menjelaskan tidak ada spesifikasi khusus untuk kriteria calon pegawai Pindad. Para calon pegawai baru bakal digembleng dan dikembangkan karakternya oleh perusahan dengan mengikuti pelatihan atau pendidikan.

"Terpenting pendidikanya formal," ucap Tri.

Ia menuturkan, saat ini pekerja Pindad jumlahnya sekitar 2.420 orang. Namun, menurutnya, perbandingan antara pekerja yang masuk dan keluar belum berimbang.

"Kondisi idealnya pada angka 2000-an. Artinya, 2.000 (pekerja) yang lama diganti dengan baru. Itu (jumlah) ideal buat industri yang arahnya inovasi," kata Tri.



Sumber : Detik

Aplikasi Mata-Mata Baru Untuk BAIS

JAKARTA-(IDB) : Kementerian Pertahanan menjelaskan telah membeli program mata-mata intelijen FinFisher atau juga dikenal dengan nama FinSpy seharga 5,6 juta dollar AS. Sejumlah kalangan mengkhawatirkan program tersebut bakal disalahgunakan karena tak ada batasan instansi pemerintah mana saja yang berhak memakainya.

FinFisher adalah program pemantau jarak jauh yang dikembangkan oleh Gamma International asal Inggris. Produk ini dipasarkan dan dijual eksklusif untuk penegak hukum dan badan intelijen suatu negara.

Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan, Brigadir Jenderal TNI Sisriadi mengatakan, program itu akan digunakan oleh Badan Intelijen Strategis (Bais) Tentara Nasional Indonesia (TNI).

Sisriadi mengklaim, bahwa program yang dibelinya bukanlah alat sadap, melainkan alat anti-sadap. Pengadaan peralatan intelijen itu digunakan agar proses pertukaran informasi antara Bais TNI dan kantor-kantor Atase Pertahanan RI di seluruh dunia dapat berlangsung dengan aman.

Seperti dilaporkan, pakar hukum siber Megi Margiyono dari Indonesia Online Advocacy, mengatakan, FinFisher ini adalah program mata-mata (spyware) yang telah memenuhi standar militer. Ia berpendapat, pemerintah harus memberi batasan untuk aktivitas apa saja program itu digunakan.

“Ini seperti membeli senjata, tapi tidak jelas mau digunakan untuk apa. Harus ada standar operating procedure soal siapa saja yang boleh menggunakan itu? Lalu siapa target yang akan dimata-matai?” tegas Megi, Rabu (23/10/2013),

Ia berkisah, di negara Uni Emirat Arab, program ini disalahgunakan oleh pemerintahnya sendiri. Alih-alih menjaga keamanan, justru FinFisher digunakan untuk memata-matai aktivis, jurnalis, dan blogger yang kritis terhadap pemerintah.

Menurutnya, perlu ada perwakilan dari DPR, pakar hukum siber, dan aktivis hak asasi manusia, yang melakukan audit terhadap teknologi mata-mata FinFisher di Indonesia. “Jika tak ada audit, potensi penyalahgunaannya besar. Di Malaysia, program ini digunakan untuk memantau Pemilu,” jelas Megi.

Sebelumnya, lembaga riset The Citizen Lab di Universitas Toronto, Kanada, menemukan keberadaan FinFisher di Indonesia pada Maret 2013. Program itu terdeteksi pada alamat protokol internet (IP Address) pelanggan Telkom, Biznet, dan Matrixnet Global.

Pihak Telkom dan Biznet membantah adanya aksi mata-mata di jaringannya.

“Meskipun Telkom dan Biznet membantah, tapi jelas saat kita melakukan testing, ternyata FinFisher ada di sana. Pertanyaan tentang apakah FinFisher masih aktif atau digunakan untuk apa, silakan tanyakan kepada penyedia jasa internet yang bersangkutan,” kata Research Manager The Citizen Lab, Masashi Crete-Nishitata.

Saat menghadiri Internet Governance Forum 2013 di Nusa Dua, Bali, Masashi mengatakan bahwa pihaknya sedang menyiapkan dokumen latar belakang tentang FinFisher di Indonesia.

The Citizen Lab mencatat, program FinFisher terdeteksi di 25 negara. Selain Indonesia, ia juga ada di Australia, Bahrain, Banglades, Brunei, Kanada, Ceko, Estonia, Ethiopia, Jerman, India, Jepang, Latvia, Malaysia, Meksiko, Mongolia, Belanda, Qatar, Serbia, Singapura, Turkmenistan, Uni Emirat Arab, Inggris, Amerika Serikat, dan Vietnam. 



Sumber : Kompas