Pages

Jumat, Desember 20, 2013

Analisis : Pola Pembelian Alutsista Menuju Kemandirian

Proses Pemindahan MBT Leopard 2A4 TNI AD
Proses Pemindahan MBT Leopard 2A4 TNI AD

ANALISIS-(IDB) : Pembelian alutsista yang deras akhir akhir ini, meninggalkan pola yang bisa dianalisa oleh pengamat militer dan para pecinta dunia militer. Tentu, pembelian alutsisita oleh pemerintah berdasarkan: Blueprint, Strategi Pertahanan serta Doktrin Induk Tentara Nasional Indonesia. Strategi Pertahanan Indonesia tak lepas dari Doktrin Induk yang merumuskan apa hakekat kepentingan pertahanan nasional, jatidiri/identitas militer/tentara (who we are ?) dan tugas militer/tentara (what do we do?).


Di bawah doktrin induk adalah doktrin dasar yang intinya berisi rumusan strategi untuk memaksimalkan pelaksanaan tugas pokok militer untuk mencapai tujuan pertahanan nasional. Misalnya, apakah akan menggunakan continental strategy atau defence in depth atau layered defence. Doktrin ini kemudian dijabarkan ke dalam postur dan struktur kekuatan (posture and force structure), dan penggelarannya.


Lapis berikutnya adalah doktrin operasional yang merujuk pada doktrin militer yang memberikan arah bagi penggunaan secara efektif dan efisien kekuatan militer dalam melaksanakan operasi militer, baik gabungan maupun kecabangan. Pada lapis ini, doktrin operasional mengidentifikasi karakteristik dasar masing-masing kekuatan yang mempunyai implikasi bagi pengembangan strategi dan operasi militer. Sedangkan Doktrin paling bawah dan operasional adalah pada tingkat taktis yang dikembangkan langsung untuk pelaksanaan operasi militer di lapangan.

kipam
Prajurit TNI AD

Sistim pertahanan Indonesia masih didasarkan atas doktrin pertahanan semesta (sishanta) dengan paradigma taktik perang gerilya. Doktrin ini dicopy oleh Singapura dan disebut strategi “total defence”. Demikian juga dengan negara-negara lain yang memiliki dinas wajib militer melalui sistem konskripsi (conscription ) atau mobilisasi.


Jika nantinya alutsista sudah lengkap (walau namanya tetap sishanta), tapi penerapannya akan menggunakan SISHANTA KEPULAUAN dengan menggunakan Gerilya laut dan Gerilya Udara untuk menangkal secara dini di wilayah maritim dan kontrol wilayah udara atas segala potensi ancaman.


Strategi pertahanan bila dilihat dari medan pertahanannya, jika musuh sudah mendarat dan memulai sishanta, berarti musuh sudah melewati dua medan lapisan .


Medan pertahanan dibagi menjadi 3 yaitu:
  1. Lapisan pertama adalah medan pertahanan penyanggah, berada di luar garis batas zona ekonomi eksklusif dan lapisan udara di atasnya.
  2. Lapisan kedua adalah medan pertahanan utama sebagai medan operasi, dari laut zona ekonomi eksklusif sampai dengan laut teritorial dan lapisan udara di atasnya.
  3. Lapisan ketiga adalah daerah-daerah perlawanan pada wilayah kompartemen strategis darat, termasuk wilayah perairan kepulauan dan lapisan udara di atasnya, meliputi daerah pertempuran, daerah komunikasi, dan daerah pangkal pertahanan dan perlawanan.


Lapisan lapisan tersebut tentunya bersentuhan dengan Pertahanan Laut dan Pertahanan Udara dan pertahanan darat Indonesia. Kawasan pertahanan udara ditentukan oleh Zona identifikasi pertahanan udara (ADIZ – Air Defense Identification Zone), Daerah Terlarang, Daerah Terbatas dan Daerah Berbahaya.


Wilayah udara adalah ruangan udara di atas wilayah teritorial sebuah negara. Sedangkan zona Pertahan Laut pastinya ditentukan oleh Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa 1982 tentang Hukum Laut (lihat UNCLOS 82) dan juga Landasan Kontinen yang diumumkan pada tanggal 17 Februari 1969 dan diundang-undangkan dengan UU no:1 tahun 1973.


Untuk itu, perlu alutsista yang bisa menjangkau lapisan pertama medan pertahanan penyanggah yang sementara bisa diwakili oleh Kapal Selam Killo, Heavy Fighter dan Pesud patroli maritim, Apache, MBT dan Javelin, sambil menunggu real fregat, destroyer dan rudal Sam Jarak Jauh atau bisa disebut alutsista berkemampuan heavy. Juga memerlukan alutsista medium untuk menjaga lapisan pertahanan lapis kedua serta alutsista yang light untuk mempertahankan lapisan pertahanan pertama.


Politik Luar Negeri Non-Blok Dan Zero Enemy
 
Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro
Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro
Indonesia menganut politik luar negeri non blok dan zero enemy sehingga bebas untuk belanja keperluan alutsista dari negara blok mana saja dan tidak terikat oleh suatu pakta pertahanan tertentu. kita bisa mencampurkan (gado gado) sistim alutsista kita. 

Selama ini banyak yang mencemoh kebijakan pemerintah dalam pengadaan alutsita, baik itu kubu yang pro produk dari barat atau kubu dari blok timur yang berpolemik dengan berbagai alasan tentang isu embargo.


Kita pernah diembargo oleh pihak barat beberapa kali dimulai embargo pada thn 1957 dengan terbatasnya kemampuan pesawat B-25 karena diembargo suku cadangnya dan juga embargo torpedo untuk kapal cepat kelas jaguar KRI macan tutul, padahal waktu Indonesia sibuk mengahadapi pemberontakan permesta dan menghadapi Trikora. Embargo selanjutnya pada tahun 1991 oleh Amerika Serikat setelah peristiwa Santa Cruzz, Dili yang ditutup dengan episode embargo militer pada tahun 1999, setelah jajak pendapat Timtim. Kita sudah pengalaman akan PAHITNYA EMBARGO.


Embargo Militer dari pihak Timur juga pernah kita alami saat penggantian orde lama ke orde baru. Saat itu pihak Uni Soviet memutuskan hubungan dikarenakan kecewa dengan Indonesia yang jatuh ke pelukan barat, sehingga membuat kekuatan militer kita dari yang terkuat di belahan bumi paling selatan, menjadi sebaliknya. 

Seharusnya saat itu Presiden Soeharto bisa memainkan kartu dan diplomasinya dengan CANTIK yaitu tetap Ideologi negara ini berpaling ke blok barat tetapi tetap mempertahankan kekuatan militernya yang dari blok timur yang sudah terbangun. Hal tersebut dilakukan oleh Mesir sehingga pihak barat tidak seenaknya mendikte kebijakan Mesir. Sementara Indonesia, kita membebek saja karena kekuatan militernya sudah dipaksa untuk dipreteli.


Pak Harto mulai sadar dengan membuka hubungan baik (PEMULIHAN) dengan pihak Uni Soviet diawali dengan berlangsungnya pertukaran nota pengesahan protokol pada 4 Juli 1968 di Jakarta yang membahas kewajiban pembayaran kembali hutang Indonesia kepada Uni Soviet, serta pemulihan kembali soal soal hubungan ekonomi antara kedua negaradan negara negara blok timur lainnya. 

Berlanjut ke persetujuan mengenai kerjasama ekonomi dan teknik dengan Rumania pada bulan september 1972 dan dengan Uni Soviet bulan Desember 1974, serta memulai kedekatannya dengan militer Rusia di era 1990, untuk penjajakan pembelian Pesawat Sukhoi 27 (setelah diembargo 1991). Mungkin Pak Harto di masa terakhir pemerintahannya menyesal dengan terlalu mempercayai pengadaan alutsista militernya terhadap blok barat.


Mendompleng MEF Menuju Kemandirian.
 
Dengan pengalaman merasakan pahitnya diembargo militer tentunya Indonesia sadar bahwa kita harus mandiri dalam pengadaan alutsista sehingga minim akan dampak dari embargo. Maka ada Undang undang yang wajib Transfer of Technology (TOT) untuk mendukung kemandirian dalam beralutsista.


Pertimbangan utama pemeritah membeli alutsista yaitu: life cycle maintanance cost, communalities dan stablished. Maka bisa dibaca dari pola pembelian alutsista kita yang bisa dibagi dengan kretria: Pembelian Alutsista kelas berat(heavy), alutsista menengah (medium) dan Alutsista ringan (Light).


Pembelian Alutsista Kelas Berat (Heavy).
 
Kapal Selam Amur 1650 Rusia
Kapal Selam Amur 1650 Rusia
Pembelian alutsista kelas heavy biasanya minim akan ToT. ToT hanya sekedar tingkat 1 yang meliputi bagaimana merawat dan mengoperasikannya dengan benar. Kalaupun ada ToT, maka diajari perbaikan yang kecil kecil misalnya menyambung kabel/sekring yang putus dll (troubleshooting).


Pembelian Alutsista kelas Heavy di matra udara dengan membeli pesawat heavy fighter Sukhoi dengan minim ToT. Tujuannya mengejar ketinggalan alusista yang juga mempertimbangkan efek detteren karena kita belum punya alutsista itu. Keuntungan lain yang diharapkan dalam pembelian jet tempur Sukhoi adalah membuka konekvitas kita dengan negara produsen yaitu Rusia dan terbukti kita langsung mendapatkan kredit eksport dalam pembelian alutsisita ke Rusia.


Selain itu kita bisa membangun kedekatan dengan pihak pabrikan Sukhoi sehingga bila mungkin kita mempercepat pembangunan IFX untuk kemandirian agar bisa memakai mesin dan avionik Sukhoi yang dicangkokkan ke IFX.


Pembelian alutsista heavy di matra Laut saat ini, ada dua proyek dalam proses pengadaan, yaitu pembelian kapal selam Kilo dan Amur dan juga pembelian Real Fregat yang masih belum ditentukan kelas apa dan apakah beli baru atau bekas.


Pembelian alutista ini juga dengan tujuan membuka jaringan dengan galangan kapal militer Rusia untuk bisa mendukung, mengajari atau bisa mencontek teknologinya untuk proyek korvet nasional kita yang akan dibuat PT PAL.


Kita perlu banyak korvet kelas 100 meter untuk mengisi kekurangan fregat yang berpatroli di ZEE, maka kebutuhan Korvet kelas ocean going bisa mengisi patroli lapisan pertama untuk medan penyanggah.


Dari hal itu kita tidak akan heran bila nanti ada pengumuman pembelian korvet tiger class untuk penambahan korvet yang bisa ocean going, karena kita memang masih kurang dalam korvet tipe tersebut.


Demikian juga pembelian Kapal selam Kilo, kita ingin memperoleh teknologi Misile di bawah permukaan, yaitu Club S yang mungkin bisa diinstal dalam proyek kapal selam nasional oleh PT.PAL.


Pembelian Alutsista Heavy Di Matra Darat
 
Pembelian alutsisita Tank MBT Leopard, Heli Apache dan ATGM Javelin, selain itu belum pernah punya alutsista heavy ini, kita juga ingin mendapatkan TOT. Keuntungan dalam pembelian ini, untuk bisa mencontoh bahkan mencontek teknologinya. Pembelian Leopard dan Marder diberi bonus blueprint marder sehingga bisa untuk pengembangan Tank medium/ringan Nasional.


Kita ke depan menginginkan setiap Kodam ada 2-3 Batalyon Kavaleri yang memakai Tank kombinasi MBT dan Medium juga Ringan. Maka untuk ke depan pengadaan tank akan dilayani oleh produk dalam negeri dari PT Pindad.


Kita tidak akan terkejut bila nantinya ada pengumuman pemerintah akan ada penambahan pengadaan Leopard dan membeli Tank MBT T series untuk kavaleri AD dan Marinir untuk unsur perimbangan teknologi barat dan timur. Dan pihak Tank MBT T series, akan produksi bersama di sini secara besar besaran.


Sedagkan untuk pembelian Apache dan javelin selain untuk mensejajarkan Indonesia dengan kawasan, juga ingin bisa mencontek teknologinya untuk pengembangan Helikopter Gandiwa PT DI dan pengembangan ATGM dalam negeri yang akan dirintis oleh PT Pindad.


Kita akan banyak memerlukan heli jenis serang ini, untuk mewujudkan konsep perang kavaleri modern, baik itu untuk matra darat maupun marinir.

Kemampuan baru Apache AH-64E-Guardian untuk meningkatkan operasi dibandingkan peningkatan persenjataan (photo: US Army)
Kemampuan baru Apache AH-64E-Guardian untuk meningkatkan operasi dibandingkan peningkatan persenjataan.

Pembelian Alutsista Menengah (Medium)
 
Di dalam pembelian alutsista kelas medium, persyaratan ToT nya lebih keras, karena di kelas ini kita mampu untuk memulai memproduksi alutsista kelas medium. Dan sepertinya kita mempercayakan sebagian besar alutsista ini berasal dari Barat.


Di Matra Udara, pembelian alutsita medium diwakili akan diadakannya penggantian pesawat F 5 Tiger. Kandidatnya Euro Typhon, Rafaele, F-16 block 60 dan Saab Gripen.


Bila nanti pembelian mengerucut kepada Saab Gripen, kita tidak akan  heran dengan pertimbangan bahwa Gripen adalah pesawat yang murah biaya opersional dan perwatannya karena memakai singgle engine. Bila dikoneksikan dengan kemandirian alutsista, kita memilih Saab Gripen karena pihak produsen Saab menawarkan pengintregrasian sistim antara pespur, pesawat Aew&C, UAV dan Kapur.


Selain  itu kita juga mencapai tujuan strategis lainnya, yaitu untuk percepatan program pesawat tempur IFX. Bila IFX dipercepat maka yang paling masuk akal adalah kita akan menjadi PENJAHIT yang menggabungkan frame body, avionik dan mesin yang gado gado dari pihak barat dan timur yang MAU memberikan teknologinya untuk dipakai di IFX.


Pihak Saab adalah yang bisa dan sanggup mengajari cara menjahit frame body (bikinan dalam negeri), avionik (mungkin dari pihak sukhoi atau Saab) dan Mesin/Engine (Mungkin memakai Saturn).

Nakhoda-Ragam-Class-offshore-patrol-vessels111.jpg
Light Frigate Nakhoda Ragam Class

Pembelian Alutsita Medium Di Matra Laut
 
Pembelian korvet sigma 10514 terus berjalan dengan opsi TOT, Damen Belanda (DSNS) akan mengajari cara menjahit kapal dengan sistim modulardan sudah bisa kita aplikasikan di KCR-60 dan KCR-40 dengan body diamond cut-nya.


Tujuan strategisnya, kita akan membangun sendiri korvet nasional 105 meter dan KCR dalam jumlah besar untuk mendukung  pengembangan tiga Komando Armada di bawah Komando Pertahanan Laut, yang  tiap Armada membawahi Guspurla dan Guskamla. Sedangkan Lantamal yang akan dikembangkan menjadi 14 di bawah kendali langsung Kohanla RI. Untuk proyeksi kekuatan laut ke darat, akan dikembangkan 3 Divisi Marinir, 3 Satlinlamil dan 3 Wing Udara.


Pembelian Alutsista Medium Di Matra Darat
 
Pembelian Panser 6 roda Cannon Tarantula menimbulkan pertanyaan kenapa kita sudah punya anoa yang 6 roda, masih membeli tarantula. Tarantula termasuk AFSV (Armoured Fire Support Vehicle). Korps baret hitam kita telah memiliki panser kanon berkemampuan amphibi dan kanon kaliber 90mm. Sudah diuji di Jatiluhur dan kemampuan berenangnya memuaskan.


Sebelumnya di kelas ini memang akan dimasuki Anoa versi kanon 90mm, tapi lantaran prototipe-nya belum lulus pengujian, maka dibelilah Tarantula untuk menyempurnakan Anoa versi cannon dan Anoa yang berkemampuan ampihibi.


Pembelian Alutsista Ringan (Light) polanya saat ini mengutamakan produk dalam negeri bagi alutsista yang sudah dibuat oleh InHan kita. Sedangkan yang belum bisa diproduksi tetap mengimpor dari luar sambil menyerap teknologinya.


Selama ini pembelian alutsista masih terkesan gado-gado dan tidak berkonsep padahal tidak sepenuhnya begitu. Pemerintah dan Kemenhan CERDIK dengan strateginya di mana pembelian alutsista yang tujuan utamanya MEF adalah untuk mencukupi alutsista kita yang tertinggal dan banyak yang tua dan pemenuhan ”stopgap”, untuk kesiapan dalam “critical element of combat-ready forces”. Agar bila dalam dua tahun ke depan ada negara lain yang ingin mencoba bermain api, kita langsung bisa membalasnya dengan melemparkan sekuntum bunga beserta pot potnya.

Tujuan satrategis lainnya, untuk mendukung kemampuan Industri Pertahanan dalam negeri dalam penyerapan teknologi, enginering, cara menjahit dan pengintegrasikan dari berbagai macam teknologi, bahan baku TERBAIK dari masing masing alutsista, baik dari blok barat ataupun timur. Kita akan mendapatkan suatu formula, racikan suatu alutsista produk dalam negeri yang KHAS RASA NASIONAL untuk disajikan kepada para user baik itu matra darat, laut dan udara sesuai doktrin dan strateginya, menuju KEMANDIRIAN dalam beralutsista…amin




Sumber : JKGR

33 komentar:

  1. Analisisnya super sekali

    BalasHapus
  2. melemparkan sekuntum bunga beserta pot potnya, gue suka gaya loe.. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mgkn mksdx melempar bunga bangkai beserta pot potnya bg negara lain/tetangga yg sukanya usil.. Hehe

      Hapus
  3. hahaha, lucu tapi nohok juga melemparkan bunga dan pot. Semoga bukan cuma harapan paparan ini. Aku usul Beli Rafale atau Gripen untuk pesawat tmpur ringannya. Tapi nanggung lah klo Gripen. Sangar Rafale deh. Rafale aja.

    BalasHapus
  4. Analisa yang bagus sekali. Terimakasih.!! :)

    BalasHapus
  5. Analisis yang sangat bagus sekali dan telah memberikan pemahaman yang bagus tentang rencana pemerintah dalam penaganan Alutsista/ sistem pertahanan nasional untuk para ano - ano semuanya

    BalasHapus
  6. Amazing...., hohoho.... (h)

    BalasHapus
  7. Luar biasa analisisnya bro.... gw suka banget......!!

    BalasHapus
  8. Lanjutkannn kalau perlu beli nuklirr dari russia sebanyak 10 aja biar nohokk si aussie n malaysia nggak berani lage ganggu kedaulatan indonesia

    BalasHapus
  9. Jiplakan dr jakarta greater.com, plagiat

    BalasHapus
    Balasan
    1. kan sudah dituliskan sumbernya JKGR
      itu singkatan Jakarta greater.com ,

      Hapus
    2. Bego lo, kalo ga ngarti ga usa komen itu lo doang yg ga tau singkatan jkgr

      Hapus
  10. setuju dan sangat inspiratif
    penulisnya ini siapa ?
    kalau orang sipil kita angkat topi karena memberikan analisisnya untuk membuka wawasan para putra bangsa,menuju indonesia yang mandiri

    BalasHapus
  11. Menurut saya paparan yang disampaikan terlalu melebar dan tidak fokus.Semua mau dikerjakan sementara dana terbatas.Untuk mengejar semuanya dengan dana yang ada akan makan waktu puluhan tahun baru tercapai karena dana yang kita punya terbatas atau bisa di sebut kurang.Sementara tahun tahun mendatang konflik akan mendatangi kita.Kita harus potang kompas untuk menjadi negara yang kuat dalam waktu cepat .Caranya adalah fokus pada tiga bidang utama saja pertama konsentrasi pada roket dan rudal.Iran sebentar lagi keluar dari embargo barat karena telah tercapai persetujuan dengan barat dan sangsi akan di cabut awal tahun depan .Secepatnya harus dimamfaatkan untuk kerjasama alih tehnologi rudal dan senjata lainnya.Lupakan kerjasama dengan china yang licik.Fokus kedua alih tehnologi kapal selam terus di gesa dan ketiga yang palin penting persiapan perang modern dengan tehnologi radar dan anti perang elektronik dan korut dan china jago dalam hal tersebut.Lupakan rencana bikin mbt yang tidak berguna.

    BalasHapus
    Balasan
    1. yg licik ibu negara rakus ampun + broo....kwkw....tidak belanja alutsista doang..kan hasil penjualan migas di haruskan di simpan di singapore madsudnya sudah jellas itu alaa...orde baru bunga 2.... boleh di putar asal uang induk 2 tahun ke mudian boleh di kembali ke pangkuan ibu pertiwi ini bukan fitnah loh......jangan heran acara belli alutsista banyak dapet rombengan dari pada alutsista berkualitas . " kembali kita bahas alat pertqhqnan negara yg kita tahu masih brantakan dan lamban padahal kita belli uang pun sudah tersedia hibah dari rakyat ,lamban nya pegadaan alitsista hampir terjadi di semua intansi di kemetrian karna penguasa sibuk adu strategi takut kekuasaan lepas dan menghilang bisa 2 ....berakhir di nusa kambangan . kami maklum lah ....mereka ibu negara berkaca ke tommy suharto lepas kekuasaan kroni pada lari terbirit birit cari selamat dan saling tuduh .

      Hapus
    2. ano 13.43 pernah baca peribahasa "Lempar tai kemuka sendiri nggak?"

      Kamu itu kayak bukan orang Indonesia saja! biarkan itu urusan KPK lah ,,, disini forum alutsista dan pertahanan ,,, komentar-komentar ano-ano atas informasi yang bagus diatas jadi pahit setelah baca komentar kamu ,,,

      Kalau anda tidak suka pada Sdri Any Yudhoyono,,, ya ngomong langsung aja ke beliau,,, atau tuntut lewat saluran resmi,,, tau lewat DPR ,,, ga usah membuat waktu akhir minggu kami jadi pahit ,,, udah semangat baca informasi bagus dimentahkan oleh tulisanmu ,,, kampret lu aah

      Hapus
    3. Sabar gan, emang tolol tu orang, kaga nyambung, yang satu ngritik analisnya padahal komen dia"sok" menganalisa yang justru menunjukkan kebodohannya, yang satu terlampau bego nyambung nyambungin ama ibu negara, jadi harap agan agan kalo mau komen liat "kelas" dulu, ga usah pada jago kritik

      Hapus
  12. kalo emang bener seperti uraian diatas ane sangat mendukung strategi spt itu ..mudah"an bener biar kita tidak didikte terus ma negara lain,,,,,hidup NKRI................

    BalasHapus
  13. ARTIKEL DI ATAS ANALIS JITU PATUT KITA DUKUNG , WALAU pemerintah LAMBAN DAN HANYA PERANCANAAN TAMPA ESKUSI PEGADAAN BARANG . YAAA....LUMAYAN DARI PADA DIAM TAMPA USAHA BAGUS DI PUBLIKASIKAN KE PUBLIK WALAU HANYA AKAN DAN AKAN ....ENTAH KAPAN DI TANDA TANGAN AKUSISI REAL FREGAT BUATAN MOSKOW ?.....

    BalasHapus
  14. Analisanya bagus tapi hanya dari sisi jenis senjata n sedikit INHAN, yang penting malah tidak yaitu DANA. Prosentase pajak pembayaran pajak Indonesia hanya 9persen itupun yang besar adalah perusahaan, jk bisa meningkat samapi 15 persen maka RnD kita pasti cepat berkembang. Orang kita ngaku sok nasionalis tapi nggak bayar pajak penghasilan pribadi. Jk angkatan kerja kita bayar pajak 1 persen saja maka mau bikin 1000 roket dalam sehari jg bisa.

    BalasHapus
  15. Ano-ano sekalian mari kita taat bayar pajak..
    Biar terlakasana semua program MEF 2 dan MEF 3.

    BalasHapus
    Balasan
    1. yg kita kosumsi setap hari berpajak bos pada pemerintah..

      Hapus
  16. KITA GAK BUTUH ANALISA...WACANA...STRATEGY.....KITA BUTUH REALITA...ACTION PEMBELIAN...BUKAN HANYA HOAX DI MEDIA,BLOG DAN LAINYA....JANGAN JADI NEGGARA MACAM IBU2 ARISAN YANG CUMA RUMPI GAK ADA BARANG

    BalasHapus
    Balasan
    1. REALITA ITU HASIL DARI WACANA.......TANPA WACANA TIDAK AKAN REALISASI. SESENDOK WACANA DITAMBAH SESENDOK KENDALA DAN DIGUYUR KETERBATASAN ITULAH REALITA........

      Hapus
  17. dibeli pun belum tentu dibuka kemedia to?

    buktinya ks kilo kemaren bikin kita rakyat ke tipu, dari manyun mendadak senyum, tertipu yg menyenangkan..........

    BalasHapus
  18. Saya setuju sama ano 12.33 beli nuklirr aja mang..biar beress nggak ada lage negara yg beraniiiiiiii injak2 nkri kita jayala indonesia ku

    BalasHapus
  19. Setujuuuuuuuuuu skaliiiiiiiiiiiii beliiii sekaliannnn nuklirrrrrr biar kapok si paman sam sang jagoan sama pak cik sebelah yg suka usil ke negara indonesia

    BalasHapus
  20. seneng betul perang...dah siap miskin...dr pada hujat sana sini mending pikirin dirimu dulu br bantuin negara...yang masih kuliah belajar yang bener baru ciptakan apa yang berguna buat bangsa dan negara mu...saya rasa analis d atas cukup bagus dan bisa jadi pertimbangan yang pantas....

    BalasHapus
  21. mas bro tidak ada kami sebagai warga negara tidak ada yang anti pembelian alutsista dari manapun,namun harus ekstra hati-hati...bapak bapak pengambil kebijakan itu harus mewaspadai intrik -intrik dari negara produsen,sebagai pembeli kita harus selektip dan memilih yang terbaik untuk kelangsungan pertahanan negera,bapak bapak pengambil kebijakan harus berpikir beberapa tahun atau puluhan tahun kedepan,apa dampaknya pembelian alutista pada suatu negara,anda boleh saja membeli alutista dari negara barat maupun timur,karena emang bergaining posision kita lagi bagus...anda harus sadar ada pertarungan pengaruh kedua adidaya terhadap kita..kita harus harus ambil manfaat sebesar besarnya iya..tapi anda harus rasional..ada upaya dari AS untuk menjadikan negara kita seperti macan tidur dan mudah terbaca,salah satunya dengan menjual alutista bekas kepada kita,kita emang butuh alutsita untuk untuk MEF tapi anda juga harus hati -hati,,banyak kepentingan AS dengan memberikan Alutsita Bekas kepada Kita,kami merespon positif bapak -bapak membeli alutista dari berbagai negara agar tidak bergantung, yang terbaik kita lakukan adalah boleh saja kita membeli alutsista dari negara lain tapi jangan sampai kita hanya sebagai pembeli,yang terbaik adalah bangun alustista dalam negeri,anda harus punya konsensus dengan negara penjual setiap kali membeli Alutsita harus ada TOT yang kita dapatkan ,jangan lengah,manfaatkan situasi bini dengan sebaik mungkin ,tetap waspada,kami sebagai warga negera indonesia insya Allah adalah merah putih sejati tetapi perjuangan sekarang tidak lagi hanya bisa dengan konvensional,rebut teknologi dari semua negara penjual,bangun ketangguhan alutsita kita dari dalam biar kita tidak bisa diukur dan dibaca,kita mampu karena WNI banyak yang jenius kok tapi negera kita terkadang lebih peduli dengan politikus dari pada ilmuan.Bravo NKRI harga mati

    BalasHapus
    Balasan
    1. Enggak usah loe ajarin....kalo loe punya konsep ajuin aja.....

      Hapus
  22. semoga semakin mandiri disegala bidang terutama teknologi, pangan & energi. rakyat sejahtera & makmur semua. aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaamiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiin

    BalasHapus
  23. Malingsia sudah merdeka ke?
    Malingsia masih setor upeti ke kafir British ke?
    Malingsia masih jadi anjing kafir British ke?
    Malingsia masih jilat dan hisap pantat ratu kafir british ke?

    BalasHapus
  24. kalo beli dari barat kurang setuju bgt..

    BalasHapus