Pages

Rabu, Desember 25, 2013

AK-47, Senapan Rancangan Prajurit Yang Terluka

MOSCOW-(IDB) : Mikhail Kalashnikov, perancang legenda AK-47, senapan otomatis yang menjadi senjata pilihan di seantero dunia, meninggal pada usia 94 tahun, Senin (23/12/2013) waktu setempat. Senapan AK-47 dia rancang saat menjalani cuti karena terluka dalam perang.

Lahir di sebuah desa Siberia sebagai anak ke-17 dari sebuah keluarga pada 10 November 1919, Kalashnikov memiliki masa kecil yang tragis. Ayahnya dideportasi sebagai "kulak" (petani makmur) di bawah diktator Soviet, Joseph Stalin, pada 1930 .


Terluka selama pertempuran berdarah dengan pasukan Nazi di Bryansk pada 1941, Kalashnikov diberi cuti enam bulan. Pada masa cuti itulah dia mendapatkan pemikiran soal versi pertama AK-47.


Atasan Kalashnikov yang melihat bakatnya mendorong karyanya. Pada 1945, rancangan Kalashnikov sudah dibuatkan prototipe untuk kompetisi. Desain yang kemudian direkomendasikan untuk tentara Rusia merupakan rancangan 1947.


Setahun kemudian, Kalashnikov ditugaskan ke pabrik senjata Izmash di Izhevsk, pabrik yang sudah dikenal sejak masa kekaisaran. Dia ditugaskan di bagian produksi senjata.


Senapan rancangan Kalashnikov dengan cepat diakui keandalan dan kekokohannya untuk digunakan bahkan di medan tempur yang sulit.


Selama 205 tahun, pabrik Izmash tetap menjadi salah satu produsen utama senjata Rusia. Perusahaan ini pun menjadi salah satu ikon nasional.

Lebih dari 100 juta senapan Kalashnikov terjual di seluruh dunia yang dilibatkan dalam beragam perang termasuk di Irak, Afganistan, dan Somalia. Bahkan gambar berisi AK-47 dengan fitur bayonet tertera dalam bendera nasional Mozambik. 

Senapan Laris Yang Tak Pernah Dipatenkan

Mikhail Kalashnikov, perancang senapan AK-47, meninggal pada usia 94 tahun, Senin (23/12/2013) waktu setempat. Senjata rancangannya sudah terjual lebih dari 100 juta unit, tetapi kekayaan tak menyinggahinya. AK-47 tak pernah dipatenkan di tataran internasional.

Izmash, pabrik pembuat senapan ini, pun kerap mengeluhkan hilangnya potensi pendapatan pabrik itu karena beredarnya produk bajakan yang dibuat di luar negeri.


Kalashnikov pun nyaris tak pernah mendapatkan keuntungan finansial dari eksploitasi senjata racangannya, dan hidup sederhana di Izhevsk, sebuah kota di kawasan pegunungan Ural berpenduduk sekitar 630.000 orang.


Pabrik Izmash masuk ke masa sulit setelah anjloknya pesanan senapan seusai runtuhnya Uni Soviet. Situasi ini mendorong Kalashnikov melakukan pendekatan pribadi ke Presiden Rusia, Putin.


Pendekatan itu mendatangkan hasil. Pada Agustus 2013, Izmash berganti nama menjadi Kalashnikov, dengan harapan nama itu akan menjaring pelanggan.


Istri Kalashnikov, Yekaterina, meninggal lebih dulu pada 1977. Pasangan ini memiliki empat anak, dengan tiga orang bertahan hidup dan bekerja pada proyek yang tak jauh-jauh dari proyek ayahnya.

Kematian Kalashnikov diumumkan langsung oleh kantor kepresidenan di wilayah Udmurtia, tempat dia tinggal dan bekerja selama ini.

Kalashnikov sudah ibarat pahlawan di negara bekas Uni Soviet, sekalipun senjata rancangannya identik dengan pembunuhan yang bahkan terkesan serampangan. Dia pun menjadi salah satu simbol kebanggaan masa lalu militer Moskwa.

"Dia meninggal di Izhevsk, sebuah kota industri (berjarak), 1.300 kilometer di timur Moskwa," kata Viktor Chulkov, juru bicara pemimpin Udmurtia, Alexander Volkov.



 Sumber : Kompas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar