Pages

Jumat, Oktober 04, 2013

Pesawat N-219 Targetkan Terbang Perdana 2015

JAKARTA-(IDB) : Pusat Teknologi Penerbangan Lapan tengah bergegas melaksanakan penelitian, pengembangan, serta desain dari pesawat N219. Dukungan dan komitmen dari pemerintah telah didapat melalui persetujuan DPR atas alokasi sejumlah dana untuk pengembangan N219. 

Pada 2014 direncanakan sudah mulai proses pembuatan N219 dan target untuk terbang perdana pesawat tersebut pada 2015. Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Lapan Bambang S Tejasukmana ketika membuka Seminar Teknologi Penerbangan 2013 di Auditorium Dirgantara, Kantor Pusat Lapan, Jakarta, Rabu (25/9).

"Pesawat N219 diharapkan tidak hanya lulus uji first flight, tetapi juga berhasil membawa penumpang serta mendapat sertifikasi sebagai pesawat yang bisa membawa 19 penumpang, dan yang paling penting bisa menghubungkan antarpulau di Indonesia," jelas Bambang.


Berkaca pada pengalaman pesawat N250, Bambang menambahkan, Lapan harus mengerjakan N219 dengan sangat teliti dan memperhatikan faktor risiko dalam pengembangan N219. Untuk itu, Lapan membutuhkan peran dari konsultan teknologi penerbangan, tidak hanya dari dalam negeri tetapi juga dari luar negeri.


Selain N219, Lapan juga mengembangkan pesawat dengan 2 penumpang yang bisa menjalankan fungsi surveillance selama 8 jam secara autonomous. Pesawat ini disebut Lapan Surveillance Aircraft (LSA) dan merupakan hasil kerjasama dengan TU Berlin, Jerman.


"Sekitar Oktober 2013 pesawat akan sudah ada di sini, kita akan assembly di Curug (Balai Besar Kalibrasi Fasilitas Penerbangan-red). Kita berharap LSA mampu terbang perdana sebelum peringatan HUT ke 50 Lapan pada 27 November 2013," ujar Bambang.



Sementara itu, dalam demo pemanfaatan pesawat LSA pada 2014 nanti diharapkan pesawat tersebut bisa tandem dengan kapal laut milik TNI AL dalam memantau wilayah Indonesia. Sejauh ini, kerja sama Lapan dengan TNI AL sudah terjalin sangat baik. Lebih jauh, pesawat LSA mampu berperan optimal dalam memenuhi kebutuhan sektor pengawasan wilayah teritori Indonesia, pemantauan perbatasan maupun permintaan secara spesifik untuk pemantauan Zona Potensi Penangkapan Ikan (ZPPI).


Dengan adanya pengembangan dua pesawat tersebut, Lapan terus berupaya meningkatkan kapasitas dan kapabilitas SDM. Salah satunya dengan Seminar Teknologi Penerbangan yang mengambil tema Sistem Komunikasi, Navigasi dan Pemantauan Penerbangan Terintegrasi yang Handal.


"Tema seminar hari ini sangat penting untuk pengembangan teknologi penerbangan Lapan. Diharapkan setelah seminar selesai, bisa keluar rekomendasi-rekomendasi yang baik untuk pengembangan pesawat yang dimaksud," kata Bambang menutup sambutannya.


Pada sesi pertama, seminar diisi oleh Budhi Muliawan Suyitno selaku Staf Ahli Menteri Perhubungan Bidang Keselamatan dan Regulasi (dengan tema Sistem Navigasi), Andi Eka Satya selaku Kepala BMKG (dengan tema Cuaca dan Navigasi), Hisar Pasaribu dari Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara (FTMD) ITB (dengan tema Bandar Udara dan SDM), serta Sudharmono dari PT. Regio Aviasi Industri (dengan tema Teknologi Sistem Navigasi).


Sementara pada sesi kedua presentasi disampaikan oleh Ahmad Nurdin Aulia selaku perwakilan dari Direktorat Standardisasi dan Sertifikasi Navigasi Ditjen Hubud, Kementerian Perhubungan (dengan tema Regulasi Navigasi), Herman Irsadi selaku perwakilan dari Direktur Keselamatan dan Standard Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (LPPNPI) (dengan tema Operator Navigasi) serta Putut Wibisono dari Balai Besar Kalibrasi Fasilitas Penerbangan Ditjen Hubud, Kementerian Perhubungan (dengan tema Kalibrasi dan Sistem Navigasi).





Sumber : Lapan

2 komentar:

  1. Ke depan, PT DI musti mengembangkan heavy air lifter sebagai pengganti Hercules buat TNI AU, 20 tahun lagi Herky musti pensiun dan saat itu kita sudah harus bisa membuat sendiri pesawat angkut militer sekelas Herkules atau Globemaster, untuk medium air lifter cukup CN295 dan untuk light airlifter cukup CN235

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul Mas Bro, Airbus punya A 400 M,siapa tahu EADS mau kasih ilmu ke PT Dirgantara Indonesia lewat Joint Production, tapi kita harus beli pesawatnya dulu baru kemudian kita minta ToT nya.

      Hapus