JAKARTA-(IDB) : Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta
negara-negara lain menghormati keberadaan Papua sebagai bagian wilayah
Indonesia, dengan menghindari propaganda dan provokasi kelompok
tertentu.
"Hendaknya semua pihak, di dalam dan luar
negeri, menghindari segala bentuk propaganda dan provokasi yang dapat
menganggu kedaulatan wilayah Indonesia," kata Presiden SBY, dalam pidato
kenegaraan di depan sidang bersama DPD dan DPR, di Gedung DPR, Jumat
(16/08), ketika menyinggung persoalan gerakan separatisme di Papua.
"Selama ini, kita, bangsa Indonesia,
senantiasa menghormati kedaulatan dan integritas negara lain,
negara-negara sahabat kami. Oleh karena itu, prinsip yang sama juga
diterapkan secara resiprokal," kata Presiden, dalam pidatonya.
"Selama ini, kita, bangsa Indonesia, senantiasa menghormati kedaulatan dan integritas negara lain, negara-negara sahabat kami. Oleh karena itu, prinsip yang sama juga diterapkan secara resiprokal."
"Jangan lukai perasaan bangsa indonesia," tandas
Yudhoyono, yang disambut tepuk tangan peserta sidang. "Karena kami juga
tidak ingin melukai bangsa lain".
Presiden dalam pidatonya tidak secara eksplisit
menyebut nama negara yang dimaksudnya. Namun sebelumnya, Indonesia
mengecam pembukaan kantor perwakilan Organisasi Papua Merdeka, OPM di
Oxford, Inggris, pada Mei 2013 lalu.
Saat itu, Menteri Luar Negeri, Marty Natalegawa memanggil Duta Besar Inggris, Mark Canning terkait acara tersebut yang juga dihadiri anggota parlemen Inggris dan Walikota Oxford.
Kemenlu Indonesia menyebut pemanggilan ini
sebagai bentuk protes keras Indonesia, walaupun Dubes Inggris kemudian
menyatakan, Inggris mendukung kedaulatan Indonesia dan tidak mendukung
aksi kelompok yang berupaya untuk memerdekakan Papua.
Pernyataan Presiden ini juga terjadi setelah OPM mengklaim akan meresmikan kantor perwakilannya di Denhag, Belanda, Kamis (15/08), yang kemudian diikuti unjuk rasa ribuan para pendukungnya di sejumlah kota di Papua.
Di hadapan peserta sidang, SBY berulangkali menegaskan bahwa Papua dan Aceh merupakan "bagian yang tidak terpisahkan dari
NKRI... Pendirian ini merupakan harga mati... Ini bersifat fundamental
dan tidak bisa ditawar-tawar."
Mengubur masa lalu
Secara khusus, Presiden SBY juga menyinggung perkembangan terbaru di Aceh, yang pada Kamis (15/08) kemarin memperingati Klik
delapan tahun perjanjian damai Helsinki, antara Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka, GAM.
Presiden mengajak semua pihak untuk menghindari
"segala hal yang berpotensi menciptakan kemunduran dan kembali ke
situasi tidak aman seperti di masa lalu".
"Semua pihak,"demikian harapan Presiden,
"memegang teguh semangat dan ketulusan hati untuk mengubur konflik di
masa lalu dan melangkah ke depan untuk membangun diri dalam naungan
NKRI."
Pernyataan Presiden ini kemudian mendapat balasan tepuk tangan dari peserta sidang.
Persoalan terbaru yang muncul di Aceh adalah polemik antara Jakarta dan pemerintah Aceh terkait Perda tentang
bendera Aceh.
Pemerintah pusat mengganggap simbol bendera Aceh mirip dengan bendera GAM, sehingga mereka meminta diubah.
Namun permintaan ini ditolak Pemerintah Aceh dan
DPR Aceh, yang menganggap simbol bendera itu tidak melanggar peraturan
dan MOU Helsinki.
Sejauh ini perundingan terhadap persoalan ini masih berlangsung, dan diperpanjang sampai Oktober nanti.
Sumber : BBC
catat negara2 yg usil dgn nkri...
BalasHapusAceh ladang Ganja... GAM tukang mbeler... OPM pembunuh....
BalasHapusMelacak, menangkap, dan menembak mati terduga teroris aj bisa, masa menangkap anggota opm yang terang terangan mengusik nkri tidak bisa, ayo pak laksanakan. Sebelum virus yang ditularkan opm menyebar dan meradang ke yang lainnya
BalasHapus..
ano13.03 catat saja tidak cukup mas bro langsung bumi hanguskan negara nya itu baru bisa aman NKRI
BalasHapushabis sama habis hancur sama hancur
GAM secara tegas diperangi, lah OPM kok dibiarin sampai skrg ???
BalasHapusduh indonesia
gara gara NKRI ada komnas HAM jadi kacau balau
BalasHapus