Pages

Selasa, Juli 16, 2013

Skuadron UAV Pesanan TNI AU Mulai Diproduksi Tahun Ini

JAKARTA-(IDB) : Pesawat Udara Nir Awak (PUNA) atau lebih dikenal dengan pesawat tanpa awak mulai diproduksi tahun ini oleh industri pertahanan dalam negeri. TNI Angkatan Udara telah memesan tiga unit PUNA dari PT Dirgantara Indonesia.

"Tahun ini sudah dipesan tiga unit dari TNI AU," ujar Direktur Teknologi dan Pengembangan Enginerring PT DI, Andi Alisjahbana dalam siaran pers PT DI yang diterima wartawan di Jakarta, Sabtu (13/7). Pada hari yang sama, PT DI menyerahkan 1 unit Helikopter Bell 412 EP hibah Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur kepada TNI Angkatan Darat di Hanggar Rotary Wing PT DI. Helikopter ini senilai Rp 120 miliar.

Pesawat tanpa awak yang dipesan TNI AU, spesifikasinya low boom, bentang sayap 6,34 meter, berat 60 kilogram, berat muatan 25 kilogram, sistem prolusi mesin bensin dua tak,max 22 HP, muatan kamera video.

Semantara, lepas landas 130 kilogram, kecepatan jelajah 55 Knot, ketahanan terbang 4 jam, jarak jelajah 200 kilometer, ketinggian 12.000 ft, jarak lepas landas 300 meter, tempat pendaratan darat, dan sistem kendali manual maupun autopilot

Andi mengungkapkan pemesanan dari TNI AU akan terus berkembang hingga mencapai target awal satu skuadron. Pesawat tanpa awak akan dioperasikan untuk pengintaian dan pengawasan di wilayah perbatasan negara.

Pengerjaan PUNA merupakan sinergi PT DI, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan PT LEN. Sinergi itu akan menghasilkan pesawat yang membantu mengatasi permasalahan senjata militer di TNI.

"Ini merupakan solusi karena dapat digunakan sebagai pengawasan darat selain itu teknologi kamera dapat mengambil data dan mengirimkannya di darat, maka dari itu pesawat tanpa awak ini akan dikembangkan dalam kedepannya," kata Andi.






Sumber : SuaraKarya

12 komentar:

  1. Terbang tinggi wulungku . Semoga kedepannya specnya semakin hebat .Ketahanan terbang sampai 24 jam atau lebih muatannya pun semakin ok

    BalasHapus
  2. Kenapa nggak dilanjutin dulu riset nya? Kalo uda okok baru produksi masal.
    Jarak radius 200 km, Muatan Kamera buat apa?
    Cuma bisa buat ngintai ?
    Beli Heron Aja, tapi minta sarat TOT.

    BalasHapus
  3. Ooh PT DI yang buat, kiraiin BPPT sama PT LEN yang produksi. Maklum aza takut nanti telat jadinya...kaya yang udah udah

    BalasHapus
  4. buat apa uav daya jangkau keci.l?????negara kita maritim.....kita perlu uav daya jangkau 1000-5000km...buat awasi batas laut......modif tuh...pesawat seukuran supertucano....pasti bisa menjelajah lebih 1000km....itu baru namanya uav....bukan ecek2...baru beberapa kilometer balik kucing

    BalasHapus
  5. Pesan 2 bh pak bisa gak?

    BalasHapus
  6. masih kurang gahar UAV nya,,,,
    kapan donk bisa di beri cantelan boom,, plus machine gun 12mm.. jadi begitu ada penyusup masuk bisa langsung di exsekusi tanpa nunggu bantuan datang

    BalasHapus
  7. KPK pesen satu donk pak, yang pake kamera tembus pandang , lumayan buat mata-matai para koruptor...

    BalasHapus
  8. Pesen atu pak yg pake kamera real time ye.....buat nguntit Dewi Sandra. MasyaAllah :)

    BalasHapus
  9. beli saja pesawat remote kontrol trus kasi tuh handycam daripada UAV miliaran rupiah kayak gini,nanggung bgt kemampuannya.

    BalasHapus
  10. komen2 goblok org2 yg gkbisa apa2, cuma NATO (not act talk only, bisany cuma nuntut gk bisa beri kontribusi..
    masih mending didukung tuh uav bikinan anak negeri, dibeli biar ada modal buat pengembangan, masih aja ada komen2 goblok dari smpah2 indonesia kyk diatas

    BalasHapus
  11. Sabar mas bro sabar

    BalasHapus
  12. Kok pakainya mesin yang 2 tak, kenapa nggak pake yang 4 tak kan lebih irit...

    BalasHapus