Pages

Kamis, Januari 31, 2013

The Last Flight: N-250 (by WH)

n250-IPTN.jpg
JKGR-(IDB) : Kisah perjalanan hidup seseorang yang terlibat langsung dalam sebuah industri strategis di negara ini, merupakan informasi yang mahal sekaligus memberikan perspektif tersendiri, yang susah kita dapatkan dari tulisan-tulisan berita formal. 

Hal ini karena si penulis bagian langsung dari peristiwa,  sehingga informasinya lebih berwarna. Istilahnya “roh” tulisannya, bisa kita dapatkan dengan terang.

Berikut cuplikan kisah dari rekan kita WH, yang aktif  dalam berbagi informasi dan berdiskusi:

Perjalanan N-250 dan N-2130

Hampir 20-an tahun yang lalu, saya terlibat dalam desain N-250 dan N-2130 (sekelas Boeing 737). Just sharing dan agak menyimpang sedikit.  Dalam setiap rancang bangun pesawat, yang paling rumit dan mahal adalah desain sayap. Benda ini harus tipis tetapi harus mampu menghasilkan gaya angkat yang dibutuhkan. Kuat tapi ringan untuk menahan seluruh berat pesawat dan di dalamnya harus cukup volume untuk fuel dan sistem terutama flight control — hal hal kontradiktif yg selalu bikin pertengkaran antar Departemen. 

Desain sayap N-2130 sudah sampai iterasi pertama pengujian 2 dimensi di terowongan angin transonik di Perancis.
Namun pada akhirnya semua tiba-tiba berhenti, karena negara ini salah urus hingga akhirnya digoyang ala Arab Spring tahun lalu. Dan hmmmm …. ada engineer lebih senior se departemen dengan saya, kini di industri pesawat Malaysia.

n250-11.jpg

Pilot  Pertama Menerbangkan N250 

Anda membawa saya mengingat ke masa lalu, dan berikut ini beberapa memory yang masih membekas. Betul sekali, Pak Erwin, chief pilot sarjana alumni Stutgart Jerman, yang pertama kali menerbangkan N-250. He is a hero.

Dan, saya juga waktu itu baru sadar, ternyata 1-2 hari sebelum N-250 terbang perdana untuk  first flight, N250 harus belajar terbang. Betul, harus belajar terbang seperti anak burung yang mau terbang. Dengan landasan Husein Sastranegara yang tidak cukup panjang itu, Pak Erwin harus bisa “menerbangkan” N250 setinggi beberapa meter, lalu segera mendaratkan kembali, mengerem dan kemudian menghentikan laju pesawat.

Pada saat N250 lepas dari landasan, hanya dalam waktu beberapa detik, beliau harus dengan cekatan menguji (menggerakkan) semua flight control (aileron, rudder, elevator) lalu segera mendarat kembali. Tujuan tes ini untuk mendapatkan data valid apakah semua parameter telah sesuai desain. 

Misalnya, besarnya gaya-gaya aero yang tercipta dalam kondisi aktual, apakah sudah sesuai dengan desain dan simulator, dan lain-lain. Kalau iya, berarti selama ini latihan dengan simulator sudah cocok dengan kondisi N250 sebenarnya, yang pada dasarnya belum pernah terbang sama sekali.

Esoknya, N250 benar-benar terbang ke angkasa!. Saya sempat tertegun, benda seberat 24,000 kg ini kok bisa stabil mengapung di udara ya?

Capt Sumarwoto, Prof Dr BJ Habbie, Capt Erwin Danuwinata (alm)
Capt Sumarwoto, Prof Dr BJ Habbie, Capt Erwin Danuwinata (alm)
Dropping  Kargo Pilot Erwin

Beliau bersama pilot … hmm lupa nih namanya, WNI keturunan, sarjana alumni Belanda, menerbangkan CN-235 yang kemudian jatuh saat dropping kargo 3 ton. Pak Habibie heran, kok bisa ada dua pilot dalam satu pesawat. Rupanya tujuan Pak Erwin sekalian melatih pilot baru untuk mampu melakukan droping kargo dengan parasut dari CN235.

Kalau droping nya dari titik yg cukup tinggi (> 1 km), tidak terlalu masalah bagi pilot, resikonya kargo bisa terbang jauh terbawa angin dan jatuh ke tangan musuh (kalau lagi perang). Lah ini droping dari ketinggian cuma 200 – 300 meter, jatuhnya harus presisi, sementara beratnya kargonya 3 ton pula.

Pada saat kargo meluncur ke belakang ditarik parasut, titik berat pesawat (c.g., center of gravity),  ikut pindah ke belakang hingga 100%. Normalnya sekitar 25-30%. Dalam hal ini pilot harus cekatan dan punya nyali tinggi. Pada titik ini pesawat akan mendongak dan pilot harus segera menstabilkan posisi pesawat.

Setelah kargo lepas, center of gravity akan segera balik lagi ke semula dengan cepat, dan pilot harus segera membalas gerakan pesawat yang akan menukik. Sebetulnya Pak Erwin sudah lama mengembangkan teknik droping dari ketinggian rendah.

Kejadiannya, tali parasut putus, sementara kargo sudah meluncur ke belakang (droping kargo seberat 3 ton dari CN235,  baru pertama dilakukan rangkaian test pada saat itu).

Hari itu, hari terakhir yang melelahkan setelah 30 hari terus menerus melakukan dropping test), sementara kargo sudah meluncur ke belakang. Tali yang putus terpental balik ke arah kargo, dan sialnya ring 20 inchi pada tali, tergilas kargo dan terjepit tow plate di lantai belakang pesawat.

Kargo kemudian terhenti pada posisi center of gravity pesawat 100%, karena tertahan tali yang ring nya terjepit antara kargo dgn tow plate di bawahnya. Alhasil pesawat langsung mendongak vertikal. Dari rekaman black box, terdengar Pak Erwin keras teriak ke belakang “release … release ….release”. Kru yang di belakang, ada juga 1 bule dari vendor, pada panik sambil menendang kargo agar segera jatuh. Saat itu juga dengan cekatan Pak Erwin mendorong throttle mesin pesawat full ke depan, 100%, dan menambah sudut bilah baling-baling ke maksimum untuk meningkatkan thrust (daya dorong) dari baling-baling. Pesawat menderu keras sekali. Dia kemudian mengusahakan pesawat manuver dan menukik ke samping. Tujuannya untuk menaikkan speed pesawat yang pada saat itu hampir zero. Pesawat segera menukik ke samping dan speed bertambah.

Dengan bertambahnya speed, gaya-gaya aerodinamik muncul lagi, dan Pak Erwin bisa mengendalikan sistem kendali pesawat (aileron, ruddder, elevator). Sepertinya sehabis menukik ke samping dia akan segera mengangkat hidung pesawat karena posisi pesawat sudah sangat dekat dengan daratan. Dia akan mendaratkan pesawat dengan pantat pesawat dan kargo yang duluan mengenai daratan, tergesek di bagian belakang . Peluang antara hidup dan pass away (mati) mungkin dalam benaknya bisa fifty-fifty.

Rupanya Allah berkehendak lain.  Karena jaraknya sudah terlalu dekat dengan daratan, pada saat menuver ke samping, ujung sayap menyenggol daratan menyebabkan pesawat terbanting dan meledak.

Kru rescue setelah kejadian berkisah kepada saya, dia langsung memacu kendaraan pemadam ke arah pesawat yang jatuh, dan dengan gergaji mesin, dia langsung memotong-motong frame kokpit untuk menyelamatkan Pak Erwin dulu.

Innalillahi wa inna ilaihi roji’un. Pak Erwin tidak jadi menyantap sayur brokoli Bandung, setelah pulang dropping test.  Sayur itu ia pesan ke istrinya beberapa hari sebelumnya. He is a hero.

(Pilot Erwin Danuwinata tewas dalam uji dropping pesawat CN-235 versi militer setelah  mengalami kecelakaan dan jatuh di Lapangan Udara Gorda, Serang, Jawa Barat, pada 22 Mei 1997- Red)

Alm Capt Erwin Danuwinata (kiri)
Alm Capt Erwin Danuwinata (kiri) dengan Pesawat Soko Galeb
Tugas Pesawat Soko Galeb di N-250 

Mengenai pesawat Soko Galeb, saya tidak tahu kalau kemudian ada rencana untuk mengembangkan bersama pesawat ini. (Satrio: Perusahaan Pak Habiebie sudah teken kontrak  kerja mengembangkan dan produksi bersama dengan perusahaan Rusia membuat pesawat soko galeb (pesawat latih tempur) dengan TOT murni ?- Red).

Yang saya ketahui waktu itu adalah, pesawat tempur ringan ini, buatan Serbia/Yugoslavia, dibeli PT DI,  setelah disipilkan (dipreteli sistem persenjataannya), untuk mendukung flight test, dan ternyata memang sangat useful. Setiap kali N250 terbang, pasti ditemani Soko Galeb yang diawaki dua orang, pilot dan flight engineer di belakangnya. Kamera video yang dioperasikan flight engineer untuk mengamati seluruh bagian luar N250 (atas, bawah, samping, belakang) langsung ditransmit dan ditayangkan real time ke dalam ruang kendali di menara kontrol. Selain video, banyak sekali data dari sensor di dalam pesawat yang ditransmit ke menara kontrol dan ditampilkan online. Kita-kita yang terdiri belasan orang masing-masing mengamati parameter yang sesuai bidangnya.

Kasus menarik adalah pada saat muncul vibrasi dalam kondisi tertentu, kamera video Soko Galeb bisa dengan nyata menunjukkan lokasi vibrasi, berupa tali-tali pendek yang kita tempel di area yang dicurigai yang kemudian terlihat bergerak tidak beraturan — tanda ada turbulensi lokal yang memukul-mukul body sehingga terasa getarannya.

Dalam kasus kecelakaan CN235 di atas, kamera video dari kru Soko Galeb yang tanpa hentinya mengambil gambar dari awal sampai akhir, yang kemudian digabungkan dengan data black box, betul-betul sangat berguna untuk analisa.

N-250 dan Prof. Said D. Djenie

Kiri ke kanan :  Capt Sumarwoto, Prof. Said D.Jenie (Alm), Prof Dr BJ Habbie, Capt Erwin Danuwinata (alm)
Kiri ke kanan :
Capt Sumarwoto, Prof. Said D.Jenie (Alm), Prof Dr BJ Habbie, Capt Erwin Danuwinata (alm)

Di balik ini semua, kita perlu salut kepada Prof. Said D. Djenie (almarhum), asli wong Padang penyabet gelar PhD Aeronautika dari MIT Amerika Serikat. Sebagai bawahan langsung Pak Habibie, Pak Said merangkap sebagai dosen ITB dan kepala divisi Flight Test. 

Beliaulah yang menyiapkan segala tes yang diperlukan untuk N250: dari sejak lahir keluar hanggar perakitan, flight test hingga bisa lulus sertifikasi untuk bisa dijual. Sayangnya jauh sebelum dapat sertifikat laik terbang (masih perlu 2000-an jam terbang lagi), negara ini keburu collapse terimbas krisis monitor yang diikuti berbagai unjukrasa  “Indonesia Spring”.

Nasib N-2130
N-2130 IPTN
N-2130 IPTN
Kini, 15 tahun kemudian, industri strategis bangsa ini mau bangkit kembali, mohon kita bahu membahu agar tidak dicaci maki kayak dulu lagi. “Bikin pesawat CN235 untuk ditukar beras ketan Thailand”, betul betul hujatan yang terlalu simplified, menyederhanakan masalah. 

Mau buat N2130, protesnya nggak karuan dari mana-mana. Kini, 15 tahun kemudian, yang panen pesawat sekelas N-2130 adalah Boeing dengan 737 nya dan Airbus. Inilah yang diinginkan penyandang dana tukang protes waktu itu. Tukang protes inilah yang sebetulnya dog of imperialism, bukan Pak Habibie. (WH).




Sumber : JKGR




30 komentar:

  1. DVD Bokep Paling Murah cuma di

    dvdbokepmurah.blogspot.com

    BalasHapus
  2. Sangat memprihatinkan memang melihat negeri ini dari dahulu dipimpin oleh pejabat yang hanya mementingkan diri sendiri dan tidak memberikan jiwa raganya untuk berbakti kepada negara dan bangsanya sendiri. Sementara yang berniat baik dan berjuang untuk negri malah dihujat beramai-ramai.
    Hai anak negri, ayo buka mata dan hati, berikan seluruh kemampuanmu untuk membangun negri tercinta. Wahai pengkhianat bangsa silahkan kalian mundur dan berikan kesempatan kepada patriot murni untuk mengurus dan memajukan negri ini

    BalasHapus
  3. Ya Allah berkahilah para pakar dan ilmuwan indonesia agar karya mereka dapat di gunakan oleh bangsa ini dan seluruh dunia!!!

    BalasHapus
  4. Dulu CN-235 ditukar beras Thailand. Setelah 3 tahun beras Thailand sudah habis dimakan dan jadi tinja, sekarang 2013 pesawat CN-235 kita masih beroperasi dan kondisinya bagus di Thailand.

    Memang beda orang yang punya visi jauh kedepan sama tukang protes yang visinya "besok makan apa".

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebentar maksudnya ini apa?...kalo secara nilai ekonomis saya rasa nggak ada yang salah dengan penukaran beras ketan....asal nilainya sama....misal harga CN 235 20 juta Dollar, ditukarnya ya beras ketan seharga segitu...perkara CN 235 Thailand masih eksis sekarang itu kan wajar....tp kan kita itu pesawat nggak bisa dimakan....btw saya juga menyesal jugaa karena proyek N250 dan N2130 gagal.

      Hapus
  5. Banyak WNI-TB (WNI Tak Berguna) yang bangga jadi antek malas-ia, antek IMF, dan antek negara2x industri maju.

    BalasHapus
  6. mohon berita updatenya. pengembangan cn 250 sampai tahap apa? apakah baru wacana atau sudah ada realisasi menuju proses produksi? pak Habibie buat perusahaan aviasi swasta. supaya tetep fokus..gak ada campur tangan politik dll, udah kapok ikut perusahaan negara.. ujung ujungnya dikebiri situasi politik. dan ekonomi negara. emg harusnya seperti ini... ada keikut sertaan pihak swasta juga. dalam segala matra apapun. ya semoga dengan hal ini industri dirgantara kita makin berkompeten dan makin maju. amin

    BalasHapus
  7. Masalah Penguasaan Teknologi Pembuatan Pesawat Terbang, dunia sudah mengakui sebagaimana komentar seorang Area Manager dari pabrik mesin Rolls Royce yg saya kenal Andrew Peacock mengatakan : "Di dunia industri penerbangan siapa yang tidak kenal dg Dr. B.J.Habibie, tapi kalau untuk bisnis penjualan beliau akan berhadapan dg Boeing dan yg lain."
    Saya dpt bocoran bahwa cetak biru N-250 akhirnya di copy paste oleh Embraer kerjasama dengan ATR Italia, apa benar sy tidak tahu.
    Pswt tersebut sudah banyak dioperasikan beberapa maskapai penerbangan komersiil di berbagai belahan dunia. Kalau seandainya, ya pun, saya tetap bangga akan keberhasilan Indonesia membuat pesawat terbang, serta masygul mengapa dokumen cetak biru dapat dilarikan ke negeri lain orang, syukur kok nggak dilarikan ke Malingshit.
    Dalam hal ini, tanpa mengurangi rasa hormat yg membuat artikel, tulisannya kok lebih menitik beratkan pada figur perorangan(dlm hal ini para alm Test Pilot co pilot yg "Heroic"). Tadinya saya tertarik membaca artikel ini, ingin mengetahui proses awal sampai ending pembuatan pesawat. Mis. Bagaimana dg penerapan teknologi " Fly by Wire"nya yg konon di komandani seorang wanita.
    Tapi gpp, bagus dan terima kasih.

    BalasHapus
  8. mas roes ada info cn 235 dikembangkan versi aew/awacs gak..? kok bisa difotocopy..?? eghh dicopy paste tho mas roes...??? blue print cn 250nya...

    BalasHapus
  9. Pswt yg sudah pasti dpt dipakai untuk AWACS, dg radar yg digotong diatas platformnya sdh ada dan di operasikan yakni C-295. Sedangkan untuk CN - 235.menurut penjelasan dari MBDA tidak dimungkinkan untuk jadi pesawat AWACS karena kesulitan teknis pada platform yang lebih kecil, CN-235 menurut berbagai kalangan di industri penerbangan sangat cocok untuk dipakai sebagai pesawat MPA ( Maritime Patrol Aircraft ) dan apabila dipasangi pylon pada sayapnya untuk cantelan rudal air to surface atau bomb maka CN-235 tsb menjadi pesawat anti kapal selam / permukaan.
    Sebagaimana CN-235 yang dioperasikan Cost Guard. Korea Selatan, pesawatnya buatan PT DI, tapi peralatan misinya jauh berbeda dg CN-235MPA yg sudah dioperaikan oleh TNI-AU, dimana perbaedaan mencoloknya adalah penempatan radarnya tidak di hidung pswt tapi ada di bawah body peswt dan radar tersebut buatan Elisra Israel yang sudah terkenal bagus. Disamping itu integrasi sistimnya juga dikerjakan oleh KorSel sendiri. Kalau CN-235 MPA kita peralatan misinya buatan Thales dg nama bisnis " Amascos". Menyusul penyerahan yang pertama kali untuk TNI-AU, maka TNI-AL kira-kira hampir 4-5 tahun yll juga memesan CN-235 MPA 3(tiga) unit, tapi sampek saiki gak rampung-rampung, mungkin kudu di menyani atau di suwuk joss dari dasar jembatan Suramadu, Sby, mungkin lho.............he.....he.....he...... Menyan rek!!!

    BalasHapus
  10. kalo masih ada juga yg koment teknologi kok ditukar sama beras dll.. therrlaluu....berkacalah pada pembelian sukhoi kita . komoditi indonesia minyak CPO di tukar sukhoi ,, Rusia anteng aja tu..

    BalasHapus
  11. Minyak Minyak Minyak ??

    BalasHapus
  12. Indog bin indon tak punya otaklah oatknya penuh bokeplah ha...ha... Pantaslah indog nak jadi budak seks di malaysia ha...ha...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Malon binti kontol si badawi punya otak penuh taiklah pantaslah malonte malonte tinggal di negara anjing kurap macam malaysia

      Hapus
  13. Hostes indo high class VVIP lon mulai dari noni balanda, jepang, britis, jerman dan persia
    dari pada di malay cuma ada budak melayu
    coba kao lihat si Najib jadi lubang puki buat tuan tuan britis. Keh keh keh

    BalasHapus
  14. Saya masih ingat, dulu rasanya bangga sekali mengikuti perkembangan kemajuan proyek CN-235 versi militer, N-250 lalu N-2130.
    Engga pernah ketinggalan beli majalah Angkasa dan bangga punya pilot uji sekaliber Capt. (alm) Erwin Danuwinata yg dg Soko Galeb-nya jg seorang pilot aerobatik yg handal.
    Waktu itu bener2 ga habis pikir, kenapa banyak sekali orang2 yg begitu saja merendahkan kualitas CN-235 buatan Indonesia sejak kecelakaan fatal itu. Padahal sudah jelas penyebab kecelakaan tsb bukan krn kualitas pesawatnya. Tapi masyarakat sudah kadung antipati.
    Iya, masyarakat! Bukan cuma beberapa oknum pejabat loh. Karena waktu itu banyak juga yg lalu engga berani terbang dg CN-235 -nya Merpati.
    Jadi semua harus mawas diri.
    Skrg salut luar biasa dg pak BJ, Habibie yg masih berani bermimpi dan mencoba membangkitkan industri pesawat Nusantara lagi. Semoga berhasil dan semoga masyarakat mendukung tanpa embel2 macam2.

    BalasHapus
  15. kepandaian/kemajuan yang kita dapatkan dan milik hari ini, tidak akan berarti banyak dan akan hancur, kalau tidak didukung dan ditunjang oleh moral/attitude yang baik.

    BalasHapus
  16. Mau nangis baca artikel di atas...
    Buat ANING-ANJING IMPERIALIS yang DULU sama yang SEKARANG... FUCK YOU where ever u are ini this COUNTRY.....
    SEMOGA PARA ANJING ITU MATI dengan SENGSARA....

    BalasHapus
  17. Beloroes: Masak sih CN235 nggak bisa buat AWACS ato AEW? kok itu AEW-nya SAAB Erieye bisa digotong di pesawat SAAB-200 yang lebih kecil dari CN235? Bahkan bisa digotong di esawat lebih kecil ( Embraer..lupa tipenya )

    Padahal SAAB Erieye bagus juga.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dalam hal ini saya mengutip pernyataan ahli pesawat dari "EADS"maaf bukan MBDA kalau Ini urusan Rudal, bahwa CN -235 tidak dapat dipasang systim AWACS, namun siapa tahu dg mengadopsi systim yg dikeluarkan oleh "Controp" dari Israel mungkin saja dpt dipasang systim AWACS karena sistim ini dapat dipasang di pswt kecil / helicopter, tentu jangkauan radar dan integrasi sistim serta kemampuan sistimnya jauh dg pesawat C- 295 apalagi dg AWACS kepunyaan S'Pore dg pesawat " Hawk Eye " generasi baru. Kalau untuk aircraft Electronic weapon (AEW) CN -235 dapat dipasang sistim tsb. Oleh karenanya, Turkey dan PT DI telah bekerjasama dalam bidang integrasi sistim agar CN -235 dpt difungsikan tidak hanya sebagai Maritime Patrol Aircraft namun juga dpt berfungsi sebagai Aircraft Electronic Warfare. Dg dmk, tidak sekedar jalan- jalan atau patroli saja tapi juga dpt menggebuk kapal selam atau sasaran di permukaan. Nggak tahu apakah PT DI juga dpt pesanan dari TNI -AL agar CN -235 MPA juga ditambah sistim sehingga jadi AEW, I really don't know. Yg jelas 3 unit pesanan Kemhan sampai sekarang blm dpt diserahkan ke user (TNI -AL) akibat s ebab-sebab yang kurang jelas, mengapa ngaret.

      Hapus
  18. PT.DI kebanjiran pesanan juga banyaknya permintaan yg plus plus jadi agak ngaret deh..
    Maaf ya kalo sedikit ngaret jendral he he he
    ga ada akibat kalo ga ada sebab !!

    BalasHapus
  19. “Bikin pesawat CN235 untuk ditukar beras ketan Thailand”, betul betul hujatan yang terlalu simplified, menyederhanakan masalah.

    Bagi sodara NKRI yang menghujat karena pertukaran CN235 dgn beras ketan Thailand, coba di cek itu CN235 udah dapet berapa jam terbang? dan negara mana aja yang udah ngoperasiin CN235..

    Terlalu sederhana permasalahan klo cmn sekedar "isi perut", banyak alasan lain yang tidak di ungkap tentang alasan sbenarnya knp kok bisa-bisanya kapal CN235 ditukar dengan beras ketan.

    sono googling!.

    BalasHapus
  20. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  21. usut punya usut nih ada sedikit tambahan info, bahwa cn 235 bisa dipasang mini awacs. dan dalam pengembanganya sendiri dilakukan oleh pihak casa spanyol jd bukan hanya prototype c295 saja. dulu awacs identik punya piringan kaya ufo...gede bgt...sekarang udah masuk generasi ke 3 awacs. bentuknya kecil bisa diinstal pesawat berbadan sedang. rupanya f22 raptor digadang gadang sebagai pesawat stealth paling mematikan karena punya system mini awacs yang terpasang di idungnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebagaimana uraian koment saya sebelumnya, benar bahwa CN-235 dpt dipasang sistim AWACS namun tidak setara dg E2C "Hawk Eye" misalnya. Sedangkan untuk Raptor berfungsi sbg AWACS jadi pertanyaan saya, karena Raptor adalah pespur multi role, sedangkan prinsip pesawat AWACS laksana Dirigen udara, dimana berperan sebagai C4I ( command, control, communication, computre and information) apakah dlm hal ini pespur multi role juga berfungsi sama? Kalau ya, nggak dapat dibayangkan semrawutnya input dan output informasi di udara. Tapi yg nggak mungkin bisa terjadi memungkinkan, demikian, tabik.

      Hapus
  22. aku rasa itulah jalan yang harus kita (Indo) lalui, dan banyak hikmah yang dapat kita ambil...., masa lalu adalah sejarah dan sejarah membuat diri kita semakin dewasa dan lebih matang menatap masa depan yang lebih cerah.
    Kini saatnya kita bangkit, dari keberhasilan yang tertunda (gagal), ayo BANGKIT INDONESIA-KU kami rakyat mendukung selalu REVOLUSI TEKNOLOGI MODERN.

    Indonesia Bisa, dan siap berkarya demi kesejahteraan Bangsa & Negara serta Umat Manusia. Amin.

    BalasHapus
  23. Jawabanya bukan raptor mas tapi MIG 31 dan EF 2000 sebagai intercep Kenapa?? MIG 31 = pemegang mini AWACS sedangkan EF 2000 = sebagai multi peran dengan jangkauan radar yg hampir sama dengan raptor dan sekaligus bisa ngejamming dari jarak jauh hampir sama kemampuanya dengan E767 AWACS
    Jadi cn 235 bisa aja karna ada hubunganya dengan pihak casa dari spanyol...

    BalasHapus
  24. Mungkin karena kelamaan dijajah, maka banyak orang Indonesia yang merasa minder, lower class, dan inferior jika berhadapan atau bertemu orang asing. Perasaan yang kemudian membentuk pemikiran yang lalu diikuti perilaku yang mengagungkan semua yang berbau asing.
    Gak heran jika banyak orang indonesia yang malah anti dengan produk indonesia, tidak menghargai apalagi mencintai hasil karya anak negri atau malah berkhianat pada bangsa / negaranya.
    Celakanya para pejabat yang digaji buat memikirkan rakyat dan memajukan bangsa/ negara sibuk dengan urusan harta dan selangkangan ... Atau malah menjadi antek asing yang memakai rakyatnya buat menghujat negaranya melalui demo demo palsu demi sahwat politiknya.

    BalasHapus
  25. Menambah kesedihan kita sebagai rakyat! Knapa ya kita hidup di Indonesia itu gak pernah dihargai negara.? Karya2 kita juga nggak. Banyak orang pinter bekerja di negeri orang. Makanya Indonesia itu sulit jadi negara maju. Suka produk luar negeri. Sebenarnya tergantung pemimpin kok. Klo punya keinginan keras untuk wujudkan lagi impian Soekarno dan bangsa kita untuk bisa jadi negara pembuat pesawat, seperti Amrik. Sehingga gak mubazir tu Soekarno udah nyekolahin Habibib di luar negeri untuk membangun Teknologi di Indonesia. Belum terlambat, asal hargailah orang pintar di negeri ini. Juga karya bangsa kita.

    BalasHapus