Pages

Sabtu, Juni 23, 2012

PT. DI Percepat Produksi Pesawat N-295

JAKARTA-(IDB) : PT  Dirgantara Indonesia (Persero) sudah mempercepat produksi  pesawat transport militer menengah CN295 untuk memenuhi kebutuhan TNI-AU  mengganti Fokker-27.

"Kami ini sudah masuk gigi tiga untuk produksi N295 karena harus mengejar waktu penyelesaian sembilan pesawat sampai akhir 2014," kata Sonny Saleh Ibrahim, Asisten Dirut PTDI Bidang Sistem Manajemen Mutu Perusahaan merangkap Pembina Komunikasi Perusahaan, yang dihubungi dari Jakarta, Sabtu (23/6).

Sonny dimintai komentarnya sehubungan dengan pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Rio de Janeiro, Brazil, Jumat waktu setempat atau Sabtu WIB, setelah menyampaikan belasungkawa untuk  korban gugur dalam jatuhnya pesawat Fokker F27 TNI AU di Jakarta, Kamis lalu.

"Ini sesungguhnya domain TNI, khususnya TNI AU. Tetapi sebagai Kepala Negara (saya minta) jangan terbangkan dulu F27 karena kita sudah punya rencana untuk memodernisasi yaitu dengan N295,'' kata Presiden Yudhoyono yang berada di Brazil menghadiri  KTT PBB untuk Pembangunan Berkelanjutan (KTT Rio+20). 

Menanggapi pernyataan Presiden itu, Sonny mengatakan PTDI memang sebelumnya sudah mempercepat produksi N295 bahkan sudah 60 personil PTDI dikirimkan secara bertahap ke Airbus Military (dulu, Casa yang melebur ke Airbus Military) di Spanyol.

Langkah percepatan PTDI itu, menurut Sonny, tak hanya terkait pada kebutuhan di dalam negeri, yakni untuk operasional TNI-AU, namun juga sudah ada ikatan bisnis dengan Airbus Military untuk menjadikan PTDI sebagai pusat pengiriman (delivery center) pesawat-pesawat C295 di kawasan Asia-Pasifik.

Sonny menjelaskan, pesawat angkut sedang tersebut untuk penggunaan di Indonesia akan disebut ¿N295¿ sebagaimana yang diucapkan Presiden di Brazil, namun untuk pemasaran Asia-Pasifik disebut CN295. Untuk penjualan di kawasan lain, tetap sebagai C295.

Berdasarkan kerja sama itu, PTDI mengerjakan komponen-komponen tertentu N295 yang selanjutnya diintegrasikan di pabrik Airbus Military. Setelah empat atau lima pesawat dikerjakan di Spanyol, selanjutnya keseluruhan produksi dilaksanakan di Bandung.

Sonny menambahkan untuk sembilan pesawat yang dibutuhkan TNI-AU, dalam tahun 2012 akan diselesaikan dua pesawat, yang keseluruhan pembuatannya memang masih di Spanyol. Namun target pengerjaan untuk sisa pesanan pertama itu di Bandung sudah akan tercapai pada tahun 2012.


Sumber : MediaIndonesia

Indonesia Amerika Akan Bangun Museum PD II di Morotai

MOROTAI-(IDB) : Indonesia berencana membangun museum Perang Dunia (PD) II dan Trikora di Morotai Maluku Utara.

Museum tersebut akan dibangun bekerja sama dengan Yayasan MacArthur yang bermarkas di Norfolk, Virginia, Amerika Serikat.


Untuk membahas hal tersebut, Senin (18/6), Menteri Kordinator  Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) Agung Laksono didampingi Gubernur  Maluku Utara, Thaib Armaiyn berkunjung ke MacArthur Memorial dan MacArthur Museum di Norfolk Virginia.


"Jenderal Douglas MacArthur sebagai panglima sekutu di Pasifik saat Perang Dunia II dikenal  dengan strategi lompat katak-nya dari pulau ke pulau dan menyerbu pulau  Morotai di Maluku dari Biak, Papua untuk melumpuhkan kekuatan tentara pendudukan Jepang  di sana," kata Konjen Indonesia di Houston, Al Busyra Basnur melalui rilis, Rabu (20/6).


Di Morotai, Pasukan Sekutu kemudian membangun tujuh landasan udara guna mendukung serbuan udara ke Filipina sebagai sasaran berikutnya.

Sementara itu, saat operasi Trikora Perebutan Irian Barat (1962), Morotai juga dipakai sebagai titik kumpul pesawat-pesawat pengebom strategis TU-16 AURI dan Pesawat tempur MIG-17 AURI dalam rangka persiapan penyerbuan pulau Biak di Irian Barat.


Atas rekam jejak sejarah itulah, pulau Morotai dirasa cocok sebagai tempat dibangunnya museum Perang Dunia II tersebut.


Rencana pembangunan museum ini juga bertepatan dengan rangkaian acara Sail  Morotai 2012 yang berisi acara-acara kelautan seperti Ekspedisi Bhakti  Kesra Nusantara, Operasi Bhakti Surya Bhaskara Jaya, Kapal Remaja  Nusantara Bahari, Ekspedisi Kapal Riset Indonesia, Seminar, dan Pameran.


Pada acara puncak Sail Morotail, 15 September 2012, akan hadir para veteran  Perang Dunia II dan Veteran Trikora, akan digelar operasi penerjunan  pasukan lintas udara di Morotai, Pelucuran Roket LAPAN, serta Parade  kapal perang manca negara, serta kapal-kapal layar Indonesia.


Sumber : Beritasatu

Parlemen Belanda Tetap Menentang Penjualan Tank ke Indonesia

DEN HAAG-(IDB) : Kamis kemarin kabinet Belanda gagal meyakinkan parlemen de Tweede Kamer untuk menyetujui rencana penjualan 80 tank kepada Indonesia. Mayoritas fraksi tetap menentang penjualan tank tersebut, sehubungan dengan pelanggaran Hak Asasi Indonesia (HAM) terutama di Papua.

Ini upaya terakhir kabinet demisioner Belanda untuk meyakinkan parlemen. Tiga menteri yaitu Menlu Rosenthal, Menteri Pertahanan Hillen dan Menteri Ekonomi, Bleker khusus mendatangi parlemen untuk mencari dukungan. Mereka hanya berhasil memperoleh dukungan dari partai liberal konservatif VVD dan partai kristen demokrat CDA.

Menindas rakyat

Partai buru PvdA, partai sosialis SP, partai hijau GroenLinks dan partai kristen konservatif ChristenUnie tidak bergeming. Partai-partai itu memberi contoh, bahwa Mesir dan Bahrein menggunakan alutsista yang dibeli dari Belanda tahun lalu untuk menindas rakyat yang memberontak. "Ini tidak boleh terjadi lagi," kata Jasper dari partai sosialis SP.

Tahun lalu Parlemen mendukung mosi Arjan El Fassed dari GroenLinks untuk membatalkan penjualan tank itu. Makanya El Fassed menyebut debat di parlemen kemarin sebenarnya tidak perlu lagi. Menurut Han Ten Broeke dari VVD, dalam hal ini sikap Belanda bukan menggurui sebagai bekas penjajah. Ia juga menyinggung pemasokan senjata oleh perusahaan Belanda sebelumnya kepada Indonesia.

Menhan Hans Hillen ingin menjual tank Leopard sebagai bagian dari penghematan besar-besaran. Ia harus menghemat sekitar satu miliar euro. Hasil penjualan, yang jumlahnya sekitar 200 juto euro, akan digunakan untuk membeli pesawat tanpa awak.

HAM Indonesia makin membaik

Kabinet tidak keberatan terhadap penjualan itu, karena memenuhi kriteria ekspor senjata Uni Eropa. Selain itu, kondisi HAM di Indonesia makin membaik. Baik Belanda maupun Indonesia keduanya mau memperbaiki hubungan bilateral. Makanya penjualan tank tersebut, yang tidak akan dikerahkan di Papua, tidak bermasalah.

Menlu Uri Rosenthal mengakui memang masih "banyak yang perlu diprihatinkan" sehubungan dengan HAM di Indonesia "yang demokrasinya mulai stabil".  Namun ia juga menambahkan, banyak insiden di Papua tidak terkait dengan HAM. Menolak transaksi penjualan tank, menurut Rosenthal, akan tidak dipahami oleh dunia internasional dan akan menimbulkan "kerepotan".  

Rapat parlemen akhirnya diskors untuk memberi kesempatan para menteri kabinet berunding  membahas kasus ini lagi.  Menlu Rosenthal mengatakan, bahwa kabinet akan sangat mempertimbangkan pendapat parlemen atau De Tweede Kamer, karena kabinet ini statusnya demisioner. 


Sumber : RNW

Editorial : Alutsista TNI

MTN-(IDB) : Satu per satu prajurit TNI yang terlatih dan profesional gugur. Sayangnya mereka bukan gugur di medan tempur membela kedaulatan negara, melainkan tewas secara tragis justru karena peralatan tempur yang mereka gunakan mengalami kecelakaan.

Tidak dapat disangkal, TNI masih memiliki alat tempur berumur tua, di atas 30 tahun. Lebih-lebih alat utama sistem persenjataan (alutsista) matra TNI Angkatan Udara dan Angkatan Laut. Bahkan masih ada alutsista kedua angkatan itu yang merupakan warisan era Presiden Soekarno.

Jatuhnya pesawat latih TNI-AU jenis Fokker 27 pada Kamis (21/6) menggugah kembali persoalan alutsista TNI. Pesawat itu masuk jajaran TNI-AU pada 1977, yang berarti sudah berusia 35 tahun.

Tentu publik masih ingat tragedi tank amfibi Marinir di Situbondo pada 2008 yang menewaskan enam personel kesatuan tersebut. Tank itu berumur 46 tahun. Itu membuktikan alutsista yang renta, kedaluwarsa, sangat berisiko.


Sejak tragedi tank Marinir itu, Presiden Yudhoyono memerintahkan
grounded semua alutsista yang sudah tua. Namun, rupanya perintah itu lenyap ditelan angin. Buktinya alusista gaek masih terus dipakai.

Untuk mengawal negara seluas Indonesia, jelas dibutuhkan alutsista udara dan laut yang cepat dan tangguh. Presiden Yudhoyono pada Pidato Kenegaraan 2011 mewanti-wanti mengenai kesiapan alutsista TNI. Hanya alutsista TNI Angkatan Darat yang memiliki kesiapan 81,13%. Angkatan Laut hanya 43,25% dan Angkatan Udara hanya 42%. Bagaimana pasukan perang bisa bergegas ke palagan jika alutsista tidak memadai?


Itu pangkalnya Presiden mengeluarkan Keppres 35/2011 tentang Percepatan Pemenuhan Kekuatan Pokok Minimal Alutsista TNI Tahun 2010-2014. Dalam kurun waktu itu dialokasikan dana Rp156 triliun untuk alutsista TNI.


Dengan penambahan anggaran tersebut, kita mengharapkan segera ada pesawat tempur supercanggih menggelegar menjaga angkasa Indonesia. Begitu juga segera tiba kapal-kapal cepat bersenjata rudal menjaga bahari Tanah Air.


Tentu saja anggaran negara akan kedodoran jika seluruh alutsista TNI harus diimpor. Karena itu, produk dalam negeri pun perlu diberdayakan. Kita punya industri strategis yang bisa dipacu untuk memodernisasi alutsista TNI. Ada pabrik senjata Pindad, ada PT PAL Surabaya yang memproduksi kapal, dan ada pula industri pesawat terbang di Bandung.


Memodernisasi alutsista TNI tentu bukan untuk gagah-gagahan, melainkan untuk menjaga kedaulatan Tanah Air dari setiap ancaman.


Kita yakin negara yang memiliki alutsista modern akan disegani. Sebaliknya negara yang memiliki alutsista yang tua renta menjadi olokan negara-negara tetangga. Lebih dari itu, kita tidak ingin alutsista yang tua menjadi pembunuh anak bangsa yang terlatih.


Pemerintah dan DPR mesti lebih cepat memodernisasi alutsista TNI. Jangan sampai terkesan pemerintah mudah menyetujui pembangunan gedung baru DPR, menghamburkan anggaran untuk proyek Hambalang yang sarat korupsi, tetapi pelit menyetujui anggaran modernisasi alutsista TNI.


Kita ingatkan agar alutsista yang tua bangka itu segera digudangkan atau dimuseumkan. Menteri Pertahanan, Panglima TNI, bahkan Presiden sebaiknya meletakkan jabatan bila alutsista rongsokan itu masih juga dipakai dan kembali menyebabkan prajurit TNI gugur sia-sia.


Sumber : Metrotvnews