Pages

Sabtu, Juni 23, 2012

Editorial : Alutsista TNI

MTN-(IDB) : Satu per satu prajurit TNI yang terlatih dan profesional gugur. Sayangnya mereka bukan gugur di medan tempur membela kedaulatan negara, melainkan tewas secara tragis justru karena peralatan tempur yang mereka gunakan mengalami kecelakaan.

Tidak dapat disangkal, TNI masih memiliki alat tempur berumur tua, di atas 30 tahun. Lebih-lebih alat utama sistem persenjataan (alutsista) matra TNI Angkatan Udara dan Angkatan Laut. Bahkan masih ada alutsista kedua angkatan itu yang merupakan warisan era Presiden Soekarno.

Jatuhnya pesawat latih TNI-AU jenis Fokker 27 pada Kamis (21/6) menggugah kembali persoalan alutsista TNI. Pesawat itu masuk jajaran TNI-AU pada 1977, yang berarti sudah berusia 35 tahun.

Tentu publik masih ingat tragedi tank amfibi Marinir di Situbondo pada 2008 yang menewaskan enam personel kesatuan tersebut. Tank itu berumur 46 tahun. Itu membuktikan alutsista yang renta, kedaluwarsa, sangat berisiko.


Sejak tragedi tank Marinir itu, Presiden Yudhoyono memerintahkan
grounded semua alutsista yang sudah tua. Namun, rupanya perintah itu lenyap ditelan angin. Buktinya alusista gaek masih terus dipakai.

Untuk mengawal negara seluas Indonesia, jelas dibutuhkan alutsista udara dan laut yang cepat dan tangguh. Presiden Yudhoyono pada Pidato Kenegaraan 2011 mewanti-wanti mengenai kesiapan alutsista TNI. Hanya alutsista TNI Angkatan Darat yang memiliki kesiapan 81,13%. Angkatan Laut hanya 43,25% dan Angkatan Udara hanya 42%. Bagaimana pasukan perang bisa bergegas ke palagan jika alutsista tidak memadai?


Itu pangkalnya Presiden mengeluarkan Keppres 35/2011 tentang Percepatan Pemenuhan Kekuatan Pokok Minimal Alutsista TNI Tahun 2010-2014. Dalam kurun waktu itu dialokasikan dana Rp156 triliun untuk alutsista TNI.


Dengan penambahan anggaran tersebut, kita mengharapkan segera ada pesawat tempur supercanggih menggelegar menjaga angkasa Indonesia. Begitu juga segera tiba kapal-kapal cepat bersenjata rudal menjaga bahari Tanah Air.


Tentu saja anggaran negara akan kedodoran jika seluruh alutsista TNI harus diimpor. Karena itu, produk dalam negeri pun perlu diberdayakan. Kita punya industri strategis yang bisa dipacu untuk memodernisasi alutsista TNI. Ada pabrik senjata Pindad, ada PT PAL Surabaya yang memproduksi kapal, dan ada pula industri pesawat terbang di Bandung.


Memodernisasi alutsista TNI tentu bukan untuk gagah-gagahan, melainkan untuk menjaga kedaulatan Tanah Air dari setiap ancaman.


Kita yakin negara yang memiliki alutsista modern akan disegani. Sebaliknya negara yang memiliki alutsista yang tua renta menjadi olokan negara-negara tetangga. Lebih dari itu, kita tidak ingin alutsista yang tua menjadi pembunuh anak bangsa yang terlatih.


Pemerintah dan DPR mesti lebih cepat memodernisasi alutsista TNI. Jangan sampai terkesan pemerintah mudah menyetujui pembangunan gedung baru DPR, menghamburkan anggaran untuk proyek Hambalang yang sarat korupsi, tetapi pelit menyetujui anggaran modernisasi alutsista TNI.


Kita ingatkan agar alutsista yang tua bangka itu segera digudangkan atau dimuseumkan. Menteri Pertahanan, Panglima TNI, bahkan Presiden sebaiknya meletakkan jabatan bila alutsista rongsokan itu masih juga dipakai dan kembali menyebabkan prajurit TNI gugur sia-sia.


Sumber : Metrotvnews

3 komentar:

  1. Yang harus bertanggung jawab atas lambatnya regenerasi alusista TNI adalah DPR. Setiap anggaran yang diajukan TNI hanya turun 40%. Bagaimana bisa tercapai MEF Indonesia? sungguh ironis banyak TNI meninggal bukan dimedan perang tetapi akibat perbuatan DPR dalam menyusun anggaran pertahanan. Jangan salahkan Dephan dan jangan salahkan TNI, tetapi pihak DPRlah yang bersalah. Kalau nyusun dana renovasi gesung DPR jor2xan anggota DPR, buat renovasi gedung dan tempat duduk kaya raja jor2xan, proyek ambalang jor2xan, sedangkan dana buat pertahanan, pedidikan dan kesehatan kgk peduli. Apalagi pertahanan negara ini dalam kondisi meprihatinkan negara tetangga sering melecehkan batas wilayah TNI kita tidak dapat berbuat banyak karena anggaran TNI yang minim, bahkan TNI yang jaga perbatasan sampai kehabisan ransum. Inilah gambaran rusaknya peremajaan alusita TNI akibat ulah kebijaksanaan DPR dalam menyusun anggaran.

    BalasHapus
  2. setiap kali ada demo anti penyabutan subsidi BBM,aq selalu antusias and selalu berharap agar penyabutan itu gak terjadi, tapi begitu sering juga aq melihat bagaimana orang2 pada ngebut2, mejeng2, jalan2 monda-mandir ga tentu arah dengan kendaraannya, mobil2 mewah tanpa malu mengisi dgn bbm subsidi,,,,finalnya ketika ada berita pemotongan anggaran pertahanan gara2 bensi ga jadi naek...apakah ga sebaiknya subsidi itu yg hampir 200T/thn separonya aja buat anggaran pertahanan and separonya lagi buat subsidi sembako seperti yang dicita2kan ketika awal2 zaman reformasi????

    BalasHapus
  3. Setuju setuju setuju bila anggaran pertahanan ditingkatkan demi menjaga harkat dan martabat bangsa

    BalasHapus