Pages

Sabtu, Februari 04, 2012

Produksi Massal Rudal Jelajah “Zafar” Dimulai

TEHRAN-(IDB) : Program produksi massal rudal jelajah maritim baru bernama "Zafar" diresmikan oleh Kementerian Pertahanan dan Dukungan Angkatan Bersenjata Iran, Brigjen Ahmad Vahidi.
 
Fars News (4/2) melaporkn, produksi massal rudal tersebut diresmikan bertepatan dengan peringatan Sepuluh Hari Kemenangan Revolusi Iran. Tipe pertama rudal "Zafar" itu juga telah diserahkan oleh Brigjen Vahidi kepada panglima Angkatan Laut Pasukan Garda Revolusi Islam Iran (Pasdaran), Laksamana Ali Fadavi.
 
Vahidi kepada wartawan mengatakan, "Seperti yang telah kami umumkan sebelumnya, produksi massal rudal Zafar telah dimulai hari ini (Sabtu, 4/2). Rudal ini adalah tipe rudal anti-kapal, jarak dekat dan dengar menggunakan sistem kendali radar. Rudal ini mampu menghancurkan target sedang hingga kecil dengan keakuratan tinggi."
 
Salah satu keunggulan rudal jarak dekat ini, menurut Vahidi, adalah flesibilitasnya untuk dipasang di berbagai jenis perahu cepat dan kapal patroli Iran, serta memiliki sistem penangkal perang elektronik. Rudal ini sepenuhnya hasil kerja keras para ahli militer dalam negeri Iran.
 
Lebih lanjut Vahidi menjelaskan, "Setelah ditembakkan, rudal ini akan menurunkan ketinggiannya dan setelah itu memasuki posisi jelajah sehingga tidak terdeteksi musuh dan pada tahap berikutnya adalah menemukan target pada ketinggian sangat rendah."
 
Menyangkut kecepatan penggunaan rudal tersebut, Vahidi menandaskan, rudal Zafar dapat ditembakkan dalam setiap tiga detik baik secara per unit, maupun multi-shot. 

Sumber : Irib

Panser Anoa Pindad Dan Pesawat N219 Tampil Di ITB Fair

BANDUNG-(IDB) : Sebuah panser Anoa buatan PT Pindad menutup Jalan Ganesha, Bandung, Sabtu, 4 Februari 2012. Mobil komando itu dipamerkan pada ITB Fair yang berlangsung 3-5 Februari 2012.

Puluhan pengunjung terlihat mengerumuni kendaraan berbahan baja tersebut yang ditempatkan tepat di seberang gerbang kampus ITB. Sebagian memanfaatkan untuk memotret dan menaiki kabin belakang panser yang dibuka.

Tak jauh dari situ, PT Dirgantara Indonesia memamerkan purwarupa pesawat N219. Pesawat berpenumpang 19 orang itu dirancang untuk digunakan di daerah terpencil sekaligus sebagai pengangkut barang.


ITB Fair merupakan acara rutin dua tahunan. Acara ini menampilkan berbagai karya mahasiswa ITB yang tergabung dalam puluhan himpunan kampus, dosen, juga sejumlah produk BUMN dan swasta.


Menurut salah seorang panitia acara, Adelia, beberapa wahana yang bisa dinikmati pengunjung tanpa tiket itu adalah planetarium kecil, gua ITB, dan alunan musik angklung yang dimainkan oleh robot alias Klungbot. "Ada juga festival kuliner mulai jam makan siang nanti," ujarnya, Sabtu, 4 Februari 2012.


Acara yang dimulai pukul 10 pagi hingga 10 malam itu tersebar dari depan gerbang hingga tengah kampus. Malam nanti, juga akan digelar Pasar Malam dengan iringan musik. 

Sumber : Tempo

UAV Produksi BPPT Anti Radar

JAKARTA-(IDB) : Teknologi pesawat intai tanpa awak alias unmanned aerial vehicle (UAV), buatan Badan Pengkajian dan Pengembangan Teknologi (BPPT) tidak bisa dideteksi radar pesawat. Kepala Program Pesawat Udara Nir Awak (PUNA) BPPT Joko Puwono, mengatakan prototipe pesawat terbang produksinya dijamin tidak terdeteksi radar musuh.
 
Pasalnya seluruh bahan pesawat terbuat dari komposit murni tidak mengandung unsur metal. Meski begitu, pihaknya menyatakan pesawat intai Wulung, Gagak, Pelatuk, Alap-alap, hingga Slipi, tetap butuh pengembangan dan inovasi untuk menyiasati semakin canggihnya pendeteksian teknologi radar lawan. "Pesawat kami dijamin tidak terdeteksi radar, tapi kalau memuai sedikit karena panas mesin bisa jadi terdeteksi radar. Masih butuh pengembangan," beber Joko kepada Republika, Sabtu (4/2).

Karena pengembangan pesawat intai butuh modal, pihaknya menyarankan Kementerian Pertahanan (Kemenhan) agar tidak perlu jauh-jauh membeli produk Israel Aerospace Industries (IAI). Selain bisa memperkuat industri pertahanan dalam negeri, lanjut Joko, anggaran pembelian pesawat dapat digunakan untuk inovasi dan pengembangan pesawat intai karya BPPT. Berdasarkan catatan Republika, harga pesawat intai IAI dengan teknologi terbaru rata-rata 6 juta dolar AS atau Rp 54 miliar. Adapun PUNA BPPT hanya menghabiskan anggaran Rp 1,3 miliar per unit.

Memang diakuinya produk Israel lebih canggih, namun kalau pesawat intai BPPT semakin sering diutak-atik maka butuh beberapa tahun untuk mengejar ketertinggalan teknologi. Ini lantaran sumber daya manusia (SDM) BPPT hanya kurang mendapat kesempatan dan pembelajaran sebab Kemenhan maupun user lain tidak pernah mengajak pihaknya untuk mengembangkan pesawat intai terbaru. "Pesawat kami ada yang jenis patroli keamanan di lautan hingga untuk membuat hujan buatan, tinggal dimodernisasi saja," papar Joko.

Sumber : Republika

Untuk UAV Dari Dalam Negeripun Tidak Masalah Selama Memenuhi Spesifikasi TNI AU

JAKARTA-(IDB) : TNI AU memastikan akan melakukan pengadaan enam unit Pesawat Terbang Tanpa Awak (PPTA). Keenam pesawat ini nantinya akan ditempatkan di Landasan Udara (Lanud) Supadio di Pontianak.

“Dalam rencana pengadaan untuk memenuhi Minimum Essential Forces (MEF) kami akan mengadakan enam unit PPTA,”kata Kepala Dinas Penerangan TNI AU (Kadispenau) Marsekal Pertama TNI Azman Yunus di Jakarta, Jumat (3/2).

Menurut Azman, TNI AU berencana menempatkan pesawat tersebut di Pontianak. Ke depan, TNI AU berharap memiliki satu skadron PPTA. “Kalau butuh skadron pesawat tanpa awak, bisa saja. Kami akan menuju kesana,” jelasnya.

TNI AU disebut-sebut akan melakukan pengadaan PPTA asal Israel. DPR RI menolak rencana pembelian ini. DPR beralasan, Israel telah terlalu banyak melakukan pelanggaran HAM.

Bagi TNI AU, dari manapun pesawat itu tidak menjadi pertimbangan asalkan memenuhi spesifikasi yang dibutuhkan. Namun begitu, kepastian apa yang menjadi kebutuhan TNI AU dari PPTA tersebut belum disusun karena tim penyusunnya belum terbentuk.

Sebelumnnya, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro menyatakan belum mengetahui rencana pengadaan PPTA tersebut.

Sumber : Jurnas

Sampai 2015 Rusia Tak Akan Ekspor Rudal S-400

MOSKOW-(IDB) : Rusia tak berniat menjual sistem rudal pertahanan udara S-400 Triumf ke negara lain, paling tidak sampai tahun 2015. Bahkan pengiriman sistem rudal terbaru itu ke negara-negara sekutunya, seperti Belarus dan Kazakhstan, tidak akan dilakukan sebelum tahun 2014 berakhir.

Hal itu ditegaskan Anatoly Isaikin, pemimpin perusahaan eksportir senjata milik negara Rosoboronexport di Moskwa, Kamis (2/2/2012). "Sampai 2015, seluruh S-400 akan diproduksi untuk kebutuhan Rusia sendiri," ujar Isaikin.

S-400 adalah sistem rudal darat-ke-udara, generasi terbaru yang dirancang untuk menggantikan pendahulunya, S-300. Rudal, yang oleh NATO disebut SA-21 Growler, ini, akan menjadi tulang punggung pertahanan udara Rusia pada tahun 2020.

Sistem S-400 dilengkapi tiga jenis rudal yang bisa mengenai sasaran jarak dekat, jarak menengah, dan jarak jauh. Rudal tipe 40N6 yang ditembakkan sistem S-400 bisa mengenai sasaran di balik cakrawala (over the horizon/OTH) hingga jarak 400 kilometer dan ketinggian 40.000 meter hingga 50.000 meter di atas permukaan laut, atau dua kali lipat jarak tembak maksimum rudal antirudal Patriot MIM-104 buatan AS.

S-400 juga dirancang memiliki keunggulan dalam misi mencegat rudal jelajah dan rudal balistik musuh.

Sumber : Kompas

Rudal Rusia, Rudal China, dan Pertahanan Perbatasan Indonesia

Rudal Yakhont produksi Rusia
INDONESIA-(IDB) : Selangkah demi selangkah upaya membangun pertahanan Republik Indonesia dibangun sejak krisis Timor Timur tahun 2000. Embargo senjata dari Amerika Serikat membuat Indonesia beralih kepada dua negara yang sempat menjadi sahabat erat pada era Soekarno, yakni Rusia dan China.

Salah satu jenis persenjataan dari Rusia dan China yang memperkuat pertahanan Indonesia adalah peluru kendali. Peluru kendali paling canggih yang dimiliki adalah jenis Yakhont buatan Rusia dengan jarak jelajah (cruising range) 300 kilometer. ”Ini merupakan rudal dengan jangkauan terjauh yang saat ini kita miliki,” ujar Komandan Gugus Tempur Laut Armada RI Kawasan Timur Laksamana Pertama Soleman Banjar Nahor, dalam latihan penembakan rudal Yakhont di perairan Samudra Hindia beberapa waktu yang lalu.

Keberadaan Yakhont memang strategis bagi pertahanan Indonesia. Jangkauan 300 kilometer yang dimiliki Yakhont seandainya ditempatkan di pesisir timur dan utara Sumatera dapat menjangkau Semenanjung Malaya, Thailand Selatan, serta Kepulauan Nicobar dan Andaman. Seandainya digelar di Kepulauan Natuna-Anambas, rudal tersebut dapat mencapai sasaran di sekitar Kepulauan Spratly dan Paracel, yang menurut pengamat Barat dapat menjadi potensi konflik pada masa depan karena pertentangan China-Amerika Serikat (AS) yang tentu saja akan berdampak pada ASEAN.

Uji tembak Rudal Yakhont TNI AL beberapa waktu lalu
Seandainya digelar di wilayah timur Indonesia, di kawasan Sulawesi Utara, Maluku Utara, atau Papua, rudal Yakhont dapat menjangkau sasaran di Filipina selatan hingga Guam, yang menjadi salah satu basis militer terdepan AS. Adapun di wilayah selatan, di sekitar Kupang dan perairan Timor, rudal tersebut dapat menjangkau sasaran di Darwin dan sebagian kawasan Northern Territory Australia.

Soleman menambahkan, saat ini platform penembakan rudal Yakhont baru dimiliki kapal Armada RI Kawasan Timur yang relatif lebih besar dibandingkan dengan kapal milik Armada RI Kawasan Barat. ”Ke depan Armabar juga akan mampu mengoperasikan Yakhont,” tutur dia.

Seorang perwira muda di Komando Lintas Laut Militer mengatakan, Yakhont dapat ditembakkan dari beragam platform, seperti silo-penyimpanan rudal-di darat, kendaraan tempur, hingga pesawat tempur pengebom seperti Sukhoi. Penembakan melalui pesawat tempur pengebom tentu menambah jauh jangkauan serangan rudal Yakhont!

Rudal dengan hulu ledak (warhead) 300 kilogram bahan peledak itu memiliki dimensi panjang 8,9 meter, diameter 72 sentimeter, dan memiliki kecepatan maksimum hingga 2,5 mach (kecepatan suara). Dalam uji tembak di Samudra Hindia di selatan Selat Sunda, rudal Yakhont menjangkau sasaran di lautan sebelah selatan Pulau Enggano yang berjarak 250 kilometer dalam enam menit saja.

Kepala Pusat Penerangan Umum Mabes TNI Laksamana Muda Iskandar Sitompul mengatakan, keberadaan rudal Yakhont dalam persenjataan TNI lebih ditujukan sebagai detterent (penangkal) terhadap upaya agresi ataupun tindakan tidak bersahabat dari negara tetangga. ”Tentu saja kita mengutamakan perdamaian ASEAN. Apalagi Indonesia adalah negara yang menjadi teladan di ASEAN,” ungkapnya lagi.

Rudal China

Rudal C-802A produksi China
Selain persenjataan Rusia, rudal buatan China juga memperkuat persenjataan TNI. Soleman menceritakan adanya rudal buatan China tipe C-802A dan C-705. Rudal itu merupakan jenis ”Exocet” buatan China.

”Sejumlah kapal perang kita diperlengkapi rudal itu. Sejenis dengan rudal-rudal yang memperkuat kapal perang Kerajaan Thailand yang juga dibuat China,” kata Soleman.

Beberapa tahun lalu, HTMS Taksin yang sempat singgah di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Kapal latih Angkatan Laut Kerajaan Thailand tersebut dibuat galangan kapal di Shanghai dan memiliki rudal buatan China. Pekan lalu HTMS Taksin kembali singgah di Indonesia, tepatnya di Pelabuhan Benoa, Bali.

Uji tembak rudal C-802 oleh TNI AL
Rudal China dengan jangkauan sekitar 70 kilometer hingga 90 kilometer itu turut memperkuat persenjataan Republik Indonesia. Tentu saja di samping persoalan embargo, produk persenjataan buatan Rusia dan China lebih murah jika dibandingkan produk sejenis buatan AS.

Armada tempur KCR 40 produksi Pelindo Batam KRI Clurit 641 yang sudah bergabung dengan TNI AL dan selanjutnya KRI Kujang 642 segera diserah terimakan, juga diperkuat dengan persenjataan China, termasuk rudal C-802A. Seperti pada tahun 1960-an, persenjataan untuk menjaga wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang waktu itu disegani di belahan bumi selatan, kembali diperkuat arsenal produksi Blok Timur: Rusia dan China.

Sumber : IDB

Israel Tuding Iran Kembangkan Rudal yang Bisa Capai AS

TEL AVIV-(IDB) : Wakil Perdana Menteri Israel, Moshe Yaalon, mengatakan, Iran saat ini sedang mengembangkan rudal yang tidak hanya mampu menjangkau wilayah Israel, tetapi juga mampu mencapai daratan Amerika Serikat.

Pernyataan Yaalon itu disampaikan di hadapan konferensi keamanan tahunan di kota Herzliya, Israel, Kamis (2/2/2012).

Menurut mantan Panglima Angkatan Bersenjata Israel itu, pengembangan rudal generasi terbaru Iran ini dilakukan di pangkalan militer yang meledak tiga bulan lalu.

Pada 12 November 2011, ledakan keras mengguncang sebuah pangkalan militer yang terletak sekitar 45 kilometer dari Teheran, Iran. Ledakan itu menewaskan 17 orang, termasuk seorang perwira militer Iran yang diduga menjadi arsitek sistem pertahanan rudal Iran.

Waktu itu, pihak Iran mengatakan, ledakan terjadi saat uji coba sistem persenjataan yang mampu menyerang Israel. Namun menurut Yaalon, rudal sesungguhnya yang sedang dikembangkan Iran di fasilitas militer itu memiliki daya jelajah empat kali lipat daripada jarak Iran-Israel.

"Pangkalan militer itu adalah fasilitas riset dan pengembangan, tempat Iran menyiapkan produksi atau pengembangan sebuah rudal dengan daya jelajah 10.000 kilometer, yang ditujukan untuk menyerang 'Setan Besar', yakni Amerika Serikat, bukan kita," tandas Yaalon tanpa memperinci lebih lanjut.

Para pengamat militer selama ini menduga Iran memiliki peluru kendali yang memiliki daya jelajah 2.400 kilometer, atau mampu mencapai wilayah Israel dan Eropa bagian timur.

Tuduhan ini disampaikan, di tengah ketegangan seputar dugaan bahwa Iran sedang mengembangkan bom nuklir. Iran selalu membantah tuduhan itu, dan mengatakan program nuklirnya bertujuan damai. 

Sumber : Kompas

Israel Pertimbangkan Serang Iran Kalau Embargo Minyak Gagal

TEL AVIV-(IDB) : Menteri Pertahanan Israel Ehud Barak, Kamis (2/2), mengatakan jika sanksi atas Iran terbukti tidak efektif, maka Israel akan mempertimbangkan untuk melancarkan aksi militer guna mencegah program nuklir Republik Islam tersebut.

"Kalau saja sanksi gagal menghentikan program nuklir Iran, maka akan perlu untuk mempertimbangkan dilakukannya tindakan," kata Barak.

Saat menyampaikan pidato terbuka dalam penutupan Konferensi Herzliya, Barak menyatakan Israel bersedia melakukan tindakan sebelum keadaan "sangat terlambat".

"Ada kepercayaan luas internasional bahwa penting untuk mencegah Iran berpaling kepada `nuklir`," katanya.

Barak menyatakan perlu untuk melakukan tindakan sebelum Teheran mencapai kemampuan nuklir, yang dikatakan Iran untuk tujuan sipil, guna mencegah Iran menjadi ancaman global, kata harian Ha`aretz.

"Siapa pun yang mengatakan `nanti` bisa menghadapi kenyataan sudah terlambat," kata Barak sebagaimana dikutip Xinhua.

Wakil Perdana Menteri Israel Moshe Ya`alon, Kamis, juga memperingatkan mengenai konsensus tentang "Iran yang memiliki nuklir", dan menekankan itu bisa jadi "mimpi buruk buat dunia bebas".

Namun, Ya`alon --yang juga adalah Menteri Urusan Strategis dan mantan kepala staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF), mengatakan Barat dapat melancarkan serangan militer terhadap setiap instalasi nuklir Iran.

Kamis pagi, Direktur Dinas Intelijen Militer Israel Mayor Jenderal Aviv Kochavi mengatakan dalam konferensi Herzliya bahwa Iran "sekarang siap membuat bom nuklir".

Sumber : Antara

Waspada : Lima Desa Perbatasan Terancam Direbut Malaysia

SAMARINDA-(IDB) : Tercatat lima desa di wilayah perbatasan Kalimantan Timur dengan Malaysia kini terancam direbut oleh negeri jiran itu, yakni terkait kurangnya perhatian Pemerintah RI terhadap wilayah yang hakikatnya jadi beranda negara tersebut.

"Jadi perlu penanganan khusus agar tidak bernasib sama seperti Pulau Sipadan dan Pulau Lingitan (dua pulau kecil di ujung utara Kaltim) yang hilang dari pangkuan Ibu Pertiwi,"  kata anggota Komisi IV DPRD Kaltim asal Dapil V, Abdul Djalil Fatah di Samarinda, Kamis.

"Pemerintah Pusat dan Provinsi Kaltim harus segera mengambil tindakan cepat, tegas dan nyata. Ini sebuah ancaman serius bagi kesatuan NKRI, lima desa di Kabupaten Nunukan tersebut sudah diklaim oleh Malaysia," ujar politisi dari Partai Golkar Kaltim itu.

Menurut Abdul Jalil bahwa sebenarnya klaim wilayah oleh Malaysia bukan hal baru karena sebelumnya kejadian seperti ini pernah terjadi pada wilayah lain di Kaltim tetapi sayangnya tidak mendapat perhatian serius dari pemerintah.

Ia menyebutkan bahwa kelima desa itu adalah Desa Labang, Logos, Ngawol, Simantipal dan Bulu Lawun Hilir.
Dia mengatakan bahwa lepasnya Pulau Sipadan dan Ligitan yang kaya dengan sumber daya alam dan mampu menopang devisa negara itu ke tangan Malaysia seharusnya menjadi pelajaran berharga.

"Malaysia melakukan klaim dan mereka berhasil merebut," ujar Djalil.

"Klaim terhadap lima desa saat ini tidak mustahil melahirkan gerakan-gerakan yang mengarah seperti sebelumnya yang terjadi pada kasus Pulau Sipadan - Pulau Ligitan," ujarnya.

Klaim sepihak Malaysia terhadap dua pulau kecil di utara Kaltim itu akhirnya berujung di peradilan Mahkamah Internasional di Den Haag, Belanda. Pada 17 Desember 2002, putusan Mahkamah Internasional mengeluarkan putusan memenangkan Malaysia.

"Keadaan ini jangan dibiarkan berlarut-larut. Pemerintah harus segera direspon melalui tindakan nyata soal pengamanan wilayah, selain mengingat kelima wilayah tersebut memiliki banyak potensi sumber daya alam yang menjanjikan, salah satunya seperti kayu gaharu yang bisa didapat di Desa Labang," katanya.

Ia menambahkan bahwa meski desa ini merupakan desa terpencil namun  sumber daya alam yang luar biasa tersebut tentu menjadi daya tarik negara lain untuk memilikinya.

"Karena itu, camat setempat meminta supaya pos perbatasan yang ada di Simantipal,  di mana pos perbatasan yang berada di Sungai Persiangan yang mengalir menuju Malaysia dan juga di Labang, agar pos yang berada Sungai yang mengalir di Simantipal ini kalau bisa ditarik ke hulu sekitar 10 Km untuk pengamanan yang lebih strategis," imbuhnya.

Hal lain yang perlu menjadi pelajaran, yaitu di Malaysia ada desa yang berbatasan langsung dengan desa ini memiliki sarana prasara yang layak, seperti akses jalan yang baik serta fasilitas umum seperti rumah sakit, pasar dan sekolah.

"Pembentukan Kaltara (Provinsi Kalimantan Utara, usulan pemekaran wilayah utara Kalimantan dari Provinsi Kaltim) adalah solusinya," katanya menegaskan.

Tujuan pemekaran Kaltara yang kini usulannya sudah tinggal menunggu pengesahan UU di DPR RI itu, kata dia, bertujuan agar gerak pembangunan bisa berjalan cepat.

"Bisa saja nasionalisme warga perbatasan luntur akibat selama ini keberadaan mereka seperti diabaikan. Hal itu timbul akibat berbagai masalah akibat lemahnya pembangunan di kawasan perbatasan," ujarnya.

Kawasan perbatasan adalah salah satu daerah di Kaltim yang paling tertinggal pembangunannya sehingga lekat dengan istilah "3-T", yakni Tertinggal, Terbelakang dan Terisolir.

Sumber : Antara

 
Perlu Tindakan Tegas dan Nyata

Jalan di kecamatan Krayan yang berbatasan dengan Malaysia
SAMARINDA-(IDB) : Anggota Komisi IV DPRD Kaltim asal Dapil V, Abdul Djalil Fatah menegaskan pemerintah provinsi Kalimantan Timur maupun pemerintah pusat perlu segera melakukan tindakan nyata mengingat terdapat lima desa di wilayah Utara Kaltim yang terancam direbut Malaysia.
"Pemerintah provinsi dan pemerintah pusat harus sesegera mungkin mengambil tindakan cepat, tegas dan nyata. Ini sebuah ancaman serius bagi kesatuan NKRI, lima desa di Kabupaten Nunukan tersebut sudah diklaim oleh Malaysia," kata politisi asal Dapil Tarakan, Nunukan, Malinau, Bulungan dan Tana Tidung ini, Kamis (2/2) kemarin.

Klaim wilayah oleh Malaysia bukan hal baru, sebelumnya kejadian seperti ini pernah terjadi pada wilayah lain di Kaltim. Kelima desa itu yaitu Desa Labang, Logos, Ngawol, Simantipal dan Bulu Lawun Hilir. 

Dia mengatakan, lepasnya Pulau Sipadan dan Ligitan yang kaya dengan sumber daya alam dan mampu menopang devisa negara itu ke tangan Malaysia seharusnya menjadi pelajaran berharga. "Malaysia melakukan klaim dan mereka berhasil merebut," tegas Djalil.

Klaim terhadap lima desa saat ini tidak mustahil melahirkan gerakan-gerakan yang mengarah seperti sebelumnya yang terjadi pada Sipadan - Ligitan.
  
Kondisi jalan di wilayah Malaysia di perbatasan, lebih bersih
"Keadaan ini jangan dibiarkan berlarut-larut, segera direspon melalui tindakan nyata soal pengamanan wilayah, selain mengingat kelima wilayah tersebut memiliki banyak potensi sumber daya alam yang menjanjikan, salah satunya seperti kayu gaharu yang bisa didapat di Desa Labang," katanya.

Dia menambahkan, meski desa ini merupakan desa terpencil namun  sumber daya alam yang luar biasa tersebut tentu menjadi daya tarik negara lain untuk memilikinya. Karena itu, camat setempat meminta supaya pos perbatasan yang ada di Simantipal,  di mana pos perbatasan yang berada di Sungai Persiangan yang mengalir menuju Malaysia dan juga di Labang, agar pos yang berada Sungai yang mengalir di Simantipal ini kalau bisa ditarik ke hulu sekitar 10 Km untuk pengamanan yang lebih strategis.

Hal lain yang perlu menjadi pelajaran yaitu di Malaysia ada desa yang berbatasan langsung dengan desa ini memiliki sarana prasara yang layak, seperti akses jalan yang baik serta fasilitas umum seperti rumah sakit, pasar dan sekolah.

"Kaltara adalah solusinya, agar gerak pembangunan bisa berjalan cepat, Jangan sampai daerah itu membuat masyarakat perbatasan mengabaikan nasionalismenya karena banyaknya keterbatasan yang harus dirasakan oleh mereka, sehingga merekapun lebih memilih untuk pindah ke Malaysia dan menjadi warga negara resmi negara itu," kata Djalil Fatah
 
Sumber : DPRD Kaltim

Kunjungan TLDM Ke Koarmatim

SURABAYA-(IDB) : Komando Armada RI Kawasan Timur (Koarmatim) kembali mendapat kunjungan kehormatan dari Angkatan Laut Negara tetangga. Tamu kehormatan kali ini berasal dari Tentara Laut Diraja Malaysia (TLDM) yang melaksanakan Courtesy Call (CC) ke Mako Koarmatim Ujung Surabaya, Selasa (31/1).

Rombongan TLDM yang terdiri dari Letkol Hasnadi, Mayor Azli, Mayor Noorhairy dengan ketua rombongan Letkol Norizal diterima oleh Kepala Staf Koarmatim Laksamana Pertama TNI Djoko Teguh Wahojo didampingi Aspers Pangarmatim Kolonel Laut (P) Eko Murwanto, S.Sos, Komandan Satuan Kapal Bantu Koarmatim Kolonel Laut (P) Herman Prasetiyo, Paban III Sops Koarmatim dan seorang Pamen dari Kobangdikal Letkol Laut (E) Bronto.

Kunjungan ini bertujuan untuk meningkatkan kerja sama dibidang pendidikan bagi personel kedua angkatan laut dengan melaksanakan pertukaran perwira setiap tahun. Untuk tahun ini para perwira TLDM ini yang berkesempatan untuk melaksanakan kunjungan kerja ke TNI AL, khususnya ke Koarmatim dan Kobangdikal.

Setelah acara tersebut, para perwira TLDM berkunjung ke kapal perang rumah sakit yang dimiliki TNI AL yaitu KRI dr. Soeharso-990 yang sedang sandar di dermaga Koarmatim. Rombongan diterima oleh Karumkit KRI dr. Soeharso Letkol Laut (K) Nanandjaja didampingi perwira kapal lainnya.

Sumber : Koarmatim

KRI Pati Unus - 384 Tiba Di Port Blair India

JAKARTA-(IDB) : Komandan Gugus Tempur Laut Komando Armada RI Kawasan Barat (Danguspurlaarmabar) Laksamana Pertama (Laksma) TNI A. Taufiqoerrochman M. SE., memimpin pelayaran muhibah KRI Pati Unus - 384 dengan sandi Operasi Satuan Tugas (Satgas) MILAN 2012 tiba di Pelabuhan Port Blair India, kemarin
 
Pelayaran muhibah KRI Pati Unus - 384  tersebut, Danguspurlaarmabar Laksma TNI A. Taufiqoerrochman,M. SE., disertai Komandan Operasi Satgas MILAN 2012 Letkol Laut (P) Dafit Santoso dan Komandan KRI PTS-384 Letkol Laut (P) Eka Prabawa.

KRI Pati Unus -384 , salah satu unsur  jajaran Koarmabar Jenis Perusak Kawal  Type  Parchimmemiliki kecepatan jelajah maximum 24,00 knotstersebut terlibat dalam MILAN 2012 dengan mengikuti serangkaian kegiatan antara lain Kunjungan muhibah TNI Angkatan Laut dengan menghadirkan KRI Pati Unus – 384 ke Port Blair India.

Selain itu, bersama perwakilan dari beberapa negara peserta akan mengikuti seminar tentang ”Building Capacity Through Maritime Cooperation”, latihan bersama Angkatan Laut India(Table Top Exercise), olah raga bersama, Cocktail party, Atraksi kebudayaan dan makanan tradisional serta kirab kota dan Passex.

Dalam kegiatan tersebut ABK KRI Patiunus mewakili TNI Angkatan Laut akan menampilkan berapa kegiatan dalam rangka ikut serta memperkenalkan kebudayaan asli bangsa Indonesia dan berbagai informasi yang berkaitan dengan kekayaan dan alam Indonesia

Operasi Satgas MILAN 2012 dilaksanakan dalam rangka memenuhi undangan Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) India. Selain itu, kegiatan  tersebut dilaksanakan dalam rangka meningkatkan kerjasama dan mempererat hubungan baik Angkatan Laut India dan Angkatan Laut Indonesia maupun kedua negara yang telah terbina selama ini. 

Pelayaran KRI Pati Unus-384 menuju Port Blair India telah di laksanakan sejak minggu 22 Januari 2012 dengan rute Jakarta – Tanjung Uban – Sabang – Port Blair – Belawan - Tanjung Uban – Jakarta. Personel yang terlibat dalam Satgas MILAN 2012 ini berjumlah lebih dari 100 personel  KRI dan Staf Satgas MILAN 2012.

Selama melaksanakan kegiatan operasi lintas laut di perairan Sabang sampai dengan perbatasan perairan Indonesia dengan India melaksanakan  kegiatan patrol keamanan laut dalam rangka menegakkan hukum dan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Sumber : Koarmabar

Komandan Guspurla Koarmatim Tinjau Wilayah Perbatasan

SAMARINDA-(IDB) : Komandan Gugus Tempur Laut (Guspurla) Komando Armada RI Kawasan Timur Laksamana Pertama TNI Ari Soedewo, meninjau wilayah perbatasan Indonesia dengan Malaysia di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur.

Kepala Subbagian Humas dan Protokol Sekretariat Kabupaten Nunukan Hasan Basri yang dihubungi dari Samarinda, Kamis menyatakan, kunjungan Komandan Guspurla Koarmatim tersebut sebagai rangkaian persiapan kunjungan Pangarmatim Laksda TNI Ade Supandi, Maret 2012.

"Kunjungan Komandan Guspurla ini sebagai persiapan kunjungan Pangarmatim pada Maret 2012. Namun, dalam kunjungannya Komandan Guspurla juga melihat langsung kondisi wilayah perbatasan. Beliau juga menyampaikan terkait persoalan yang ada di wilayah perbatasan," ungkap Hasan Basri.



Kunjungan Komandan Guspurla itu, lanjut Hasan Basri, diterima oleh Wakil Bupati Nunukan Asmah Gani.

"Wakil Bupati Nunukan menyampaikan rasa terima kasih atas kunjungan Komandan Guspurla tersebut, sebab menurut beliau, kunjungan tersebut sebagai wujud perhatian pemerintah pusat kepada wilayah perbatasan," kata Hasan Basri.

Keberadaan TNI, khususnya Lanal di Kabupaten Nunukan, kata Hasan Basri, telah memberi dampak positif bagi pembangunan di wilayah perbatasan Indonesia dengan Malaysia itu.

"Tidak hanya pada aspek keamanan tetapi kehadiran TNI di Kabupaten Nunukan juga berdampak pada kehidupan sosial masyarakat," katanya.

"Salah satu contoh kongkret atas bakti TNI di Kabupaten Nunukan yakni memfasilitasi dan memelihara pantai sepanjang Lanal yang diperbolehkan untuk menjadi tempat wisata bagi masyarakat Nunukan. Setiap libur akhir pekan, pantai ini digunakan sebagai sarana rekreasi masyarakat dan menjadi kebanggaan Kabupaten Nunukan," ungkap Hasan Basri.

Sumber : Antara

KRI Nanggala/402 Dalam Perjalanan Pulang, Direncanakan 6 Februari Sampai Di Tanah Air

JAKARTA-(IDB) : Kapal selam TNI-AL, KRI Nanggala/402 dalam pelayaran kembali ke Tanah Air setelah dua tahun direparasi total di galangan kapal Daewoo Shipbuilding & Marine Engineering, Okpo, Korea Selatan. Direncanakan dia akan merapat ke pangkalannya di Komando Armada Indonesia Kawasan Timur TNI-AL, Surabaya, pada 6 Februari nanti.

Kepala Staf TNI-AL, Laksamana TNI Soeparno, dan sejumlah besar pimpinan TNI-AL beserta pimpinan DPR akan menyambut kehadiran kembali kapal selam tipe U-209/1300 buatan Jerman pada 1981 itu. Dengan kehadiran kembali KRI Nanggala/402 maka lengkap kekuatan kapal selam Indonesia karena KRI Cakra/401 telah lebih dahulu memperkuat arsenal bawah laut Tanah Air.

Selama perawatan total di Korea Selatan itu, KRI Nanggala/402 bermesin diesel-listrik buatan galangan kapal di Kiel, Jerman, itu diperkuat struktur kapal, "kulit" bajanya, sistem navigasi, dan persenjataan bawah air serta sonarnya. Yang terakhir ini sangat vital dan bisa dibilang menjadi mata, telinga, dan indra peraba kapal selam untuk menghantam ataupun penghindari lawan.

Kali ini, KRI Nanggala/402 dikomandani Letnan Kolonel Pelaut Purwanto, melayari perairan di selatan Korea Selatan hingga memasuki perairan Nusantara. Kapal berkelir hitam dengan beberapa menara pengintai dan penghisap udaranya itu telah meninggalkan Indonesia sejak Desember 2009 dan menjalani pelayaran percobaan pasca perawatan besar di Korea Selatan pada Desember 2011.

Sebelum KRI Nanggala/402, galangan kapal sama di Okpo, Korea Selatan, itu juga sukses merawat secara menyeluruh terhadap KRI Cakra/401, kapal selam identik dengan dia mulai Mei 2004 hingga 13 Februari 2006. Dengan kedua proses perawatan berat itu, Indonesia juga menyerap pengetahuan dan penguasaan teknologi perkapalselaman dari negara maju.

Sejak pertama kali memiliki kapal-kapal selam pada masa Orde Lama, TNI-AL menamai flotila kapal selamnya dengan nama-nama senjata perwayangan. KRI Nanggala-402 mengambil nama dari senjata pewayangan "Nanggala", sebagaimana halnya dengan KRI Cakra/401, dibuat galangan kapal Howaldtswerke, Kiel, Jerman pada 1981 tipe U-209/1300.

Kapal selam ini memiliki bobot mati 1.395 ton, berdimensi 59,5 meter x 6,3 meter x 5,5 meter. Dengan mesin diesel elektrik mampu melaju dengan kecepatan kurang lebih 25 knot di dalam air, menyelam di kedalaman sekitar 200 meter dari permukaan lut, dan diawaki 35 anak buah kapal termasuk komandannya.

Indonesia merupakan negara pertama di ASEAN yang memiliki kapal selam, sejak masa pemerintahan Soekarno. Tercatat Indonesia pernah memiliki hingga 12 kapal selam kelas Whiskey dari Rusia, bahkan sebagian sempat "dipinjamkan" secara diam-diam kepada Pakistan untuk menghadapi armada laut India pada dasawarsa '60-an.

Dalam banyak buku ajar dan praktik peperangan laut dan maritim, kepemilikan dan pengerahan kapal selam bernilai amat sangat strategis. Kapal selam juga mampu menjadi alat pemunah akhir yang sangat sulit diprakirakan manuvrabilitasnya dalam banyak peperangan laut dunia.

Walau saat itu Indonesia merupakan negara baru, namun Presiden Soekarno sangat paham akan peran strategis flotila kapal selam itu, sehingga pendekatan dengan Blok Timur menghasilkan kehadiran 12 kapal selam kelas Whiskey dari Rusia itu.

Di ASEAN, belakangan Singapura memiliki empat kapal selam bekas Kerajaan Swedia dari kelas Sjoormen (di Inggris dikenal sebagai kelas Challenger); diikuti Malaysia yang membeli kapal selam baru kelas Scorpene dari Perancis. 

Sumber : Antara