Jumat, Desember 21, 2012
11
JAKARTA-(IDB) : PT Lundin Industry Invest, perusahaan pembuat kapal perang asal Banyuwangi, Jawa Timur, akan memulai pembuatan KRI Klewang kedua pada Januari 2013. "Semoga awal 2013 bisa dimulai," kata Direktur PT Lundin, Lizza, dalam pesan pendeknya, Kamis, 20 Desember 2012.

Menurut Lizza, KRI Klewang kedua akan dibuat dengan bahan yang sama dengan yang digunakan saat pembuatan KRI Klewang pertama, yakni komposit karbon. Namun dilengkapi dengan teknologi anti terbakar sehingga diharapkan peristiwa kebakaran yang menimpa KRI Klewang pertama tidak terulang.

Lizza enggan menjelaskan secara detail mengenai desain dan asal bahan yang akan dipakai dalam pembuatan KRI Klewang kedua. "Masih rahasia," ujarnya.

Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Laut Laksamana Pertama Untung Surapati mengatakan Angkatan Laut sedang mengkaji tiga opsi penggantian kapal perang KRI Klewang 625. "Sampai hari ini kami belum memutuskan memilih opsi yang mana," kata Untung.

  1. Opsi pertama, kapal baru dengan material sejenis kapal lama, namun dengan kualitas bahan yang lebih baik.
  2. Opsi kedua, kapal sejenis namun materialnya diganti, dari komposit fiber menjadi baja atau aluminium.
  3. Opsi ketiga, jenis kapal diganti menjadi KCR-60.
KRI Klewang 625 yang merupakan proyek pertama pesanan TNI Angkatan Laut terbakar Jumat sore, 28 September 2012 lalu. Hasil penyelidikan PT Lundin menyebutkan terbakarnya kapal tersebut karena korsleting listrik saat pemasangan mesin dan instalasi listrik dari galangan ke kapal.

Kepala Dinas Penerangan Komando Armada Timur Surabaya, Letnan Kolonel Yayan Sugiana, menolak berkomentar ihwal pembuatan KRI Klewang dua. Yayan beralasan kewenangan pengadaan alutsista ada di Kementerian Pertahanan. "Saya tidak berhak menjawab, karena kami hanya sebagai pengguna," ucapnya.

KRI Klewang 625 sebelumnya didesain sebagai kapal cepat rudal berlambung tiga (trimaran). Kapal yang dibangun dengan biaya Rp 114 miliar ini menggunakan teknologi mutakhir berbahan komposit karbon.

PT Lundin mengklaim teknologi komposit karbon merupakan yang pertama di Asia. Kelebihannya, kapal lebih ringan dan irit bahan bakar sehingga bisa melesat denga kecepatan hingga 30 knot.

Perusahaan itu memulai pembuatan Klewang pada 2007 dengan melakukan riset ke sejumlah negara. Pembuatannya baru dilakukan pada 2009. Proyek ini didanai APBN 2009 hingga APBN 2011 senilai total Rp 114 miliar.

Namun sebelum Klewang dioperasikan oleh TNI AL, kapal sepanjang 63 meter itu terbakar hebat hingga ludes. TNI AL menilai insiden itu menjadi tanggung jawab PT Lundin karena belum diserahterimakan kepada TNI AL.




Sumber : Tempo

11 komentar:

  1. klo ane sih vote bahan dari aluminium atau sejenisnya deh,
    soalnya klo komposis terlalu banyak pertimbangan seperti daya tahan terhadap benturan, dll.
    klo mau buat dari komposit sebagian aja, sebagian lagi dari aluminium atau yg lainnya.

    BalasHapus
  2. Menurut hasil penelitian lab kimia di Indonesia, diyakini dan dipastikan fiber carbon mantab untuk keperluan militer baik untuk kapal perang, tank, dsbnya karena kerapatan molekul bajanya sangat rapat, sehingga menghasilkan baja yang lebih ringan, liat dan kuat. Bahan dasar dan cara pengolahannya semuanya produk lokal. Hayo siapa yang mau membuktikan dan sekaligus mendirikan pabrik pembuatannya. Mosok import terus, capeee dehhhh.

    BalasHapus
    Balasan
    1. bagusnya anda jdi ilmuan aja bambank ken*ut...

      Hapus
  3. Apalagi kalau Fiber Carbon tsb dilapisi dengan bahan Kevlar woow .......
    Sudah kuat, liat, ringan tahan peluru pulak..... hayo mau bukti????
    Wani Piro,......????

    BalasHapus
  4. saya setuju tetap pakai material aslinya. apalagi ada garansi dari Lundin yg memang pasti lebih mengetahui material ini. Setuju jg pendapat om Bambang di atas.

    BalasHapus
  5. semoga KRI klewang generasi ke 2 ini bisa lebih hebat dan lebih kuat lagi, jangan sampe ada kejadian kebakar lagi, semoga produksi ini cepat selesai di tahun 2014 nanti, amiin. Majulah indonesiaku!!

    BalasHapus
  6. Saran buat pihak lundin lebih baik menggunakan bahan yg bener2 di kuasai aja sama pihak lundin jgn memaksakan kehendak,dan jgn ogah untuk berkolaborasi dengan BUMN yg bergerak di bidangnya,masalahnya ini buat pertahanan negara bukan buat jalan2 resikonya riskan, ada hikmah di balik kejadin kemarin,hikmahnya senjata rudal belum terpasang coba kalau sudah terpasang bukan hanya kpal saja yg terbakar ttapi warga di sekitar ataw tni bsa timbul korban jiwa,segitu baru arus pendek bgaimana kalau rudal sudah melesat api yg di semburkanya jga berapa derajat itu,masalah konsep sudah jgn di rubah ttp klewang,soalnya klw KCR kan sudah ada yg bikin jdi gda specialnya dong, saya percaya sma lundin perusahaan anda psti bsa dan jgn menyerah & ingat kegagalan adalah suatu keberhasilan yang tertunda,lebih baik gagal dari pada tidak mencoba sama sekali.

    BalasHapus
  7. AB anda sangat luar biasa.. Saya salut dgn bahasa anda yg realistis,sederhana dan penuh motivasi..

    BalasHapus
  8. norwegia udah pk nih bahan material. hasilnya mrk memiliki kapal dgn kecepatan diatas 45 knot. so, soal material kita jg perlu memulai sesuatu yg baru. saya yakin kedepan KRI ini akan jadi rujukkan. KRI ini jg perlu techno yg lebih maju, ambil aja techno dr Perancis or Jerman, saya rasa mereka pasti bersedia bagi2 ilmu ama kita.

    BalasHapus
  9. mendingan pake bambu atau gedebok pisang, murah, ringan, anti tenggelam, ngak usah muluk muluklah.....kobong......

    BalasHapus
  10. perjalanan pembuatan kcr klewang tak ubahnya pembuatan dan pengembangan flanker sukhoi belasan tahun yang lalu oleh AU Rusia yang menuai banyak ke gagalan dan akhirnya berbuah manis ^_^v

    BalasHapus