Senin, April 18, 2011
0
KEMLU-(DIB) : Sebagai Ketua ASEAN 2011, Indonesia memandang penting momentum pengembangan dan peningkatan kerjasama ASEAN-PBB. 

Konsep untuk meningkatkan hubungan kerjasama ASEAN-PBB untuk menjadi lebih komprehensif terutama dalam penanggulangan bencana, perubahan iklim, dan pencapaian sasaran MDGs, yang diajukan oleh Presiden RI pada KTT ASEAN-PBB ke-3 tahun 2010, dapat dikatakan sejalan dengan peningkatan peran Indonesia di ASEAN dalam memelihara dan menjaga perdamaian dan stabilitas di kawasan, serta sekaligus memperkokoh peran Indonesia sebagai bagian dari solusi atas berbagai tantangan global.

Demikian disampaikan Plt. Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan (BPPK)/Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri, Andri Hadi, saat membuka Forum Kajian Kebijakan Luar Negeri (FKKLN) dengan tema ‘Optimalisasi Kerjasama ASEAN-PBB: Prospek dan Peningkatan Peran Indonesia’, di Bogor, 15 April 2011.

Penguatan kemitraan tersebut dipandang sesuai dengan moto yang dicanangkan Indonesia dalam Keketuaannya pada ASEAN tahun 2011, yaitu ASEAN Community in a Global Community of Nations. Optimalisasi kerjasama ASEAN-PBB menjadi salah satu titik tolak fase evolusi berikutnya bagi ASEAN setelah terbentuknya ASEAN Community, lanjut Plt. Kepala BPPK.

Forum ini diselenggarakan oleh BPPK Kemlu bekerja sama dengan Ditjen Kerjasama ASEAN Kemlu dan diharapkan dapat menjadi wahana untuk bertukar fikiran dan pandangan terkait kerjasama ASEAN-PBB, dan sekaligus mengumpulkan masukan bagi penyusunan rekomendasi mengenai penguatan peran Indonesia dalam kerangka kerjasama komprehensif antara ASEAN dan PBB.

Forum dihadiri oleh kalangan pemerintahan terkait, akademisi, lembaga think tank, LSM, dan pemangku kepentingan lainnya, dan menghadirkan pembicara Dubes Makarim Wibisono, Dubes Bagas Hapsoro (Deputy Secretary-General of ASEAN for Community and Corporate Affairs), Prof. Dr. Dewi Fortuna Anwar (Deputi Sekretariat Wakil Presiden Bidang Politik), Dr. Mangadar Situmorang (Ketua Parahyangan Centre for International Studies, Universitas Parahyangan). Dubes Nadjib Riphat Kesuma (Deputi II Bidang Koordinasi Politik Luar Negeri - Kemenkopolhukam) sebagai pembahas dan Jose Tavarez, Direktur Mitra Wicara Antar Kawasan (MWAK) Ditjen Kerjasama ASEAN sebagai moderator.

Sejalan dengan yang disampaikan oleh Plt. Kepala BPPK, dalam keynote speech dengan judul ‘Penguatan Kerjasama ASEAN-PBB: Upaya Menuju ASEAN Community in a Global Community of Nations’, Dirjen Kerjasama ASEAN, Djauhari Oratmangun, menyampaikan  bahwa salah satu upaya untuk meningkatkan peran global ASEAN adalah dengan memanfaatkan kerjasama ASEAN-PBB. Untuk itulah, pada KTT ke-3 ASEAN-PBB di Hanoi, Viet Nam tahun lalu, jauh-jauh hari Indonesia telah mengusulkan peningkatkan kemitraan ASEAN-PBB menjadi “Comprehensive Partnership”, yang telah disepakati Sekjen PBB dan para Pemimpin ASEAN.

Langkah awal untuk mendorong kemitraan komprehensif ASEAN-PBB adalah meningkatkan komunikasi ASEAN-PBB. Secara reguler, para Menlu ASEAN dan Sekjen PBB melakukan pertemuan tahunan di sela-sela Sidang Majelis Umum (SMU) PBB di New York, Amerika Serikat. Pada  masa Keketuaan ASEAN oleh Indonesia di tahun 2011, Indonesia mengusulkan agar dilaksanakan pertemuan para Menlu ASEAN dan Sekjen PBB dalam format retreat untuk memberikan kesempatan diskusi yang lebih interaktif. Usulan Indonesia ini pun mendapat persetujuan, tegas Dirjen Kerjasama ASEAN.

Pembahasan dibuka oleh Dubes Makarim Wibisono yang menyampaikan bahwa kegiatan kepemimpinan ASEAN ditujukan untuk mewujudkan ASEAN Community tahun 2015. ASEAN juga harus aktif dan mempunyai konsep untuk menjembatani masalah-masalah yang ada seperti global warming.
Dalam paparannya, Dubes Bagas Hapsoro menjelaskan ASEAN selalu berupaya agar 3 pilar dapat berjalan secara bersamaan. Dalam kerangka PBB, ASEAN telah banyak menginspirasi inisiatif-inisiatif PBB dan ASEAN menghendaki agar PBB dapat juga berjalan sesuai dengan kepentingan negara-negara berkembang.

Mengenai kemitraan komprehensif, selalu ada perdebatan soal ukuran kemandirian. Keterlibatan asing (PBB) dipandang ‘membantu’ bila ‘kemitraan’ tidak mengancam ‘otonomi/interpendensi’ ASEAN. Demikian diungkapkan Dr. Mangantar Situmorang.

Lebih lanjut dijelaskan bahwa kemitraan komprehensif selalu punya resiko serta diperlukan lesediaan untuk menanggung resiko/biaya dan sekaligus kemampuan mengelolanya.

Prof. Dr. Dewi Fortuna Anwar menegaskan Indonesia perlu menunjukkan komitmen serius dalam merealisasikan ASEAN Community, khususnya APSC. Indonesia seyogyanya tetap pada sikap untuk mendorong upaya redefinisi dan reposisi terhadap nilai-nilai dan pola tradisionalnya di ASEAN, diantaranya prinsip non-intervensi, yang seringkali menjadi barrier bagi keinginan ASEAN untuk berinteraksi dalam Global Community of Nations.
ASEAN diharapkan dapat mengefektifkan mekanisme kerjasama dengan mitra dialog yang sudah ada, khususnya ASEAN+1 dan ASEAN-UN Summit, tambah Dewi Fortuna.

Forum ini dinilai sangat tepat pelaksanaannya, baik dari segi waktu maupun substansinya mengingat tahun ini Indonesia merupakan Ketua ASEAN.

Dengan mengusung tema “ASEAN Community in a Global Community of Nations", Indonesia berusaha membawa ASEAN untuk lebih berperan di berbagai isu global. Sebagai Ketua ASEAN, Indonesia juga menjadi koordinator kerjasama ASEAN-PBB. Untuk itu, Indonesia diharapkan dapat memanfaatkan kesempatan ini untuk meningkatkan peran ASEAN pada isu-isu global melalui kerjasama dengan PBB.

Sumber: Kemlu

0 komentar:

Posting Komentar