Pages

Rabu, September 03, 2014

Antara Birahi Hegemoni Dan Libido Keangkuhan

Latgab TNI AD dan US Army
ANALISIS-(IDB) : Mengapa Vladimir Putin begitu marah merah darah dan melakukan ekspansi “sukarelawan beralutsista” ke Ukraina, tak lain karena kehausan hegemoni Barat yang hendak mengucilkan Rusia dari sekutu emosionalnya dalam bingkai Uni Sovyet dulu. Sudah banyak negara pecahan Uni Sovyet dan sekutunya yang tergabung dalam Pakta Warsawa ditarik Barat untuk bergabung atau setidaknya tidak berkawan secara militer dengan Rusia.  Ukraina ini adalah  klimaks birahi hegemoni Barat yang dilawan secara marah merah darah oleh Rusia. Marah maksimal ini karena tidak tertutup kemungkinan senjata berhulu ledak nuklir menjadi pamungkas segala cerita kesombongan hegemoni dan keterkucilan itu.



Sebelumnya Barat juga mau mengobrak abrik Suriah dengan lagu fitnahnya, biasalah konteks perang informasi memang diperlukan saat ini untuk penggiringan opini publik.  Dibilang rezim barbar, punya senjata kimia, terlalu lama berkuasa dst dst, dilempar ke kantor berita dunia.  Bashar Al Assad tidak goyah. Lalu Barat beralih ke model proxy war dengan membentuk laskar gabungan internasional yang kemudian dikenal bernama ISIS untuk gempur Assad. Kucuran dana dari beberapa negara termasuk Arab Saudi mengalir bersama aliran alutsista gurun pasir untuk menggempur Damaskus. 



Sementara itu rombongan kapal perang AS termasuk kapal induknya dibantu oleh sepupunya Inggris bermanuver di pantai Suriah untuk menakut-nakuti.  Putin merasa sahabatnya itu ingin dihabisi seperti model gempuran ke Khadafy sebelumnya. Tanpa banyak koar, dia luncurkan armada kapal perang dan kapal selam nuklir ke laut Tengah termasuk penasihat militer ke Suriah. Saling gertak terjadi dan gertak yang mendirikan bulu roma dilakukan Putin : Jika ente menghabisi Assad maka kami akan memulai perang besar berwajah nuklir di Timur Tengah.



Obama mengambil sikap mengalah, takut juga kayaknya, lalu seperti biasa agar tidak kehilangan muka dibilanglah agar persyaratan pemusnahan senjata kimia disegerakan dengan melibatkan PBB.  Biarin aja yang penting salah satu krisis terbesar sejak insiden Teluk Babi di Kuba berhasil diredakan. Putin tampil sebagai Man of The Year tentu versi warga dunia yang benci Barat.  Dampaknya puluhan ribu laskar di timur Suriah yang sudah berada pada puncak birahi menghancurkan, tiba-tiba libidonya dipadamkan begitu saja.  Tentu tak terima, lalu terjadilah senjata berbalik arah, menghancurkan apa yang ada di sekitarnya, kepalang tanggung: ayo dirikan khilafah dan daulah.



Giliran di Asia Pasifik, gelora Cina yang dipastikan akan menjadi kekuatan ekonomi nomor wahid di dunia setelah tahun 2018 sedang giat-giatnya membangun kekuatan militer dengan doktrin serbu dan kuasai.  Berbagai klaim teritori di Astim dan Asteng mulai dibarakan, diapikan, didemamkan.  AS pun kelabakan lalu menggandeng “bule Asia” Australia untuk siap tampung dan siap bantu.  Maka mengalirlah Marinir AS ke Darwin termasuk mengisi alat pandang dengar dan alat pukul di Cocos dan Christmas.  Jepang pun disuruh perkuat angkatan bela dirinya.  Negara-negara ASEAN didekati dengan intensif termasuk musuh yang pernah mempermalukannya, Vietnam.



Klaim Teritori LCS
Negara-negara di Asia Tenggara diajaknya untuk memperkuat militernya dan sekaligus melakukan latihan gabungan.  AS seperti sedang mencari pijakan untuk mencari kawan lebih banyak.  Soalnya negara ini dalam setiap “peristiwa militer dunia” selalu pakai model keroyokan seperti di Irak seri satu dan seri dua.  Bisa kita lihat hari-hari terakhir ini.  Dengan Malaysia baru-baru ini dilakukan latihan bersama melibatkan jet siluman F22 Raptor AS bersama Mig 29, Sukhoi, F18 Malaysia. Marinir AS juga melakukan latgab serbu pantai di Sabah melibatkan beberapa kapal perang kedua negara. 



Kemudian saat ini di Indonesia sedang berlangsung latihan bersama antara TNI AD (Penerbad) dengan US Army melibatkan jenis helikopter paling canggih di dunia, Apache. Berikutnya di Jepang akan dilakukan latihan gabungan berskala besar dengan AS. Dengan Filipina sudah ditempatkan penasehat militer AS termasuk penggunaan Clark dan Subis untuk jalur hilir mudik armada laut AS.



Strategi bulan sabit diterapkan AS untuk mengurung Cina, mulai dari Malaysia, Indonesia, Filipina, Taiwan, Jepang dan Korsel.  Meski Indonesia tidak terlibat dalam konflik di Laut Cina Selatan namun posisi geografi Indonesia termasuk jalur ALKInya tentu akan berimbas dalam “mekanisme” pertempuran terbuka  jika terjadi. Lagak gaya AS bersama Australia yang selalu mengedepankan kesombongan militer sesungguhnya menimbulkan antipati di kamar hati seluruh umat manusia yang menempatkan nurani sebagai wajah diri.



Itulah sebabnya, sesuai hukum Allah, Sunatullah, segala sesuatu diciptakan secara berpasangan.  Ada siang ada malam, ada pria ada wanita, ada hak ada kewajiban, ada barat ada timur.  Maka menjaga keseimbangan itu sangat diperlukan sebelum semuanya menjadi berat sebelah.  Kondisi dunia saat ini memang sedang berat sebelah, semuanya di hegemoni oleh Barat.  Sikap sangar Rusia tentu dalam rangka menghardik ketidakseimbangan itu, demikian juga Cina yang mulai menampakkan api naganya dan memanaskan suhu di sekitarnya. 



Sama juga dengan peristiwa politik di Indonesia.  Berbagai manuver dilakukan untuk menggoyahkan lawan dan memperkuat barisan.  Pemenang Pilpres ingin menambah pasukan koalisinya dengan strategi devide et impera.  Sementara koalisi merah putih merapatkan barisan dengan komando SBY untuk menjadi kekuatan penyeimbang.  Memang harus ada keseimbangan untuk melawan hegemoni. Sebab kalau itu tidak dilakukan maka jalan demokrasi akan berubah menjadi demo jual asset, demo beli drone, demo umbar omongan di media, demo berlagak miskin, demo menjadi makelar. Sekali lagi perlu kekuatan penyeimbang dalam ruang demokrasi sembari berdoa : Ihdinassirotol mustakim.
Sumber : Analisis

Panglima TNI Berharap Anggaran Rp 95 Triliun Tak Dikurangi

JAKARTA-(IDB) : Panglima TNI Jenderal Moeldoko berharap anggaran untuk TNI dalam struktur Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (RAPBN) 2015 sebesar Rp 95 triliun tak dikurangi.

"RAPBN yang sudah dialokasikan untuk jajaran TNI Rp 95 triliun. Peningkatannya cukup baik dari semula Rp 92 triliun. Mudah-mudahan nanti tak ada pengurangan," kata Moeldoko di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta Timur, Selasa (2/9/2014).

Moeldoko menambahkan, anggaran sebesar itu dapat memenuhi kebutuhan pertahanan negara. Terlebih, kebutuhan terkait dengan alat utama sistem persenjataan (alusista) sangat membutuhkan anggaran besar.

"Kami sektor pertahanan kelihatannya besar, tapi kalau sudah untuk kebutuhan alutsista sangat kecil," katanya.

Dikatakan Moeldoko, pihaknya akan tetap berpedomanan pada minimum essential force. Mereka akan fokus pada pengembangan alutsista, pembangunan pangkalan, dan peningkatan sumber daya manusia.

"Masih ada tersisa kesejahteraan prajurit. Saya mengusulkan remunerasi 37 persen. Saya dan prajurit akan tersenyum kalau sampai 60 persen," katanya. 




Sumber : Tribunnews

Korsel Tempatkan Indonesia Sebagai Mitra Strategis Industri Pertahanan

JAKARTA-(IDB) : Pemerintah Korea Selatan (Korsel) menempatkan Indonesia sebagai mitra strategis dalam kerjasama di bidang industri pertahanan. Korsel memandang, kerjasama di bidang industri pertahanan sangat penting kedua negara guna meningkatkan hubungan kerjasama dalam kemitraan strategis yang telah terjalin baik selama ini.

“Sekarang Pemerintah Korea sangat menilai tinggi potensi akan perkembangan industri pertahanan Indonesia, sehingga Pemerintah Korea telah menunjuk Indonesia sebagai mitra strategis di bidang industri pertahanan”, ungkap Director General Defence Industry Promotion Bureau, Defense Acquisition Program Administration (DAPA), Lee Jung Yong selaku Ketua Delegasi Korsel dalam Pertemuan Technical Meeting The Third Indonesia-Korea Defence Industry Cooperation Committee (DICC) Meetting, Selasa (2/9) di kantor Kementerian Pertahanan RI, Jakarta.


Technical Meeting ini merupakan pertemuan pendahuluan dalam rangka The Third Indonesia-Korea DICC yang akan berlangsung hari Kamis tanggal 4 September 2014 di Kemhan, Jakarta. Hadir selaku Ketua Delegasi Indonesia dalam Technical Meeting ini, Direktur Jenderal Potensi Pertahanan (Dirjen Pothan) Kemhan RI  Dr. Timbul Siahaan.


Lebih lanjut Director General Defence Industry Promotion Bureau, DAPA, mengatakan, bahwa hubungan kerjasama Korsel dan Indonesia telah terjalin sangat baik sampai dengan saat ini. Untuk melanjutkan kerjasama yang baik ini, pihaknya berharap kerjasama di bidang industri pertahanan kedua negara dapat terus  berlanjut.


Korsel melihat industri pertahanan Indonesia memiliki potensi yang besar untuk berkembang di masa depan, apalagi Indonesia merupakan negara yang berpengaruh di kawasan ASEAN.


Untuk itu, Korsel membuka peluang dan kesempatan seluas – luasnya untuk masa depan kerjasama kedua negara di bidang industri pertahanan. Korsel menginginkan kerjasama industri pertahanan kedua negara tidak hanya sekadar penjualan dan pembelian, namun lebih dari itu Korsel juga menginginkan adanya kerjasama yang lebih luas di bidang penelitian dan pengembangan teknologi industri pertahanan.


Sementara itu, Dirjen Pothan Kemhan RI menyambut baik keinginan Korsel untuk meningkatkan kerjasama dengan Indonesia di bidang penelitian dan pengembangan teknologi industri pertahanan. Kerjasama di bidang industri pertahanan antara Indonesia dan Korsel saat ini terus meningkat dan mencapai kemajuan yang sangat baik. Indonesia dan Korsel telah membentuk hubungan yang baik dalam kerjasama industri pertahanan yang meliputi perencanaan untuk pembangunan bersama, produksi bersama dan pengadaan.


Oleh karena itu, menurutnya melalui pertemuan ini diharapkan akan lebih meningkatkan lagi kerjasama industri pertahanan kedua negara berdasarkan prinsip-prinsip kesetaraan, saling menguntungkan, dan penghormatan penuh kedaulatan dan keutuhan wilayah.


Dalam Technical Meeting ini, selain hadir pejabat Kemhan dan TNI, dalam Delegasi Indonesia juga turut serta perwakilan dari industri pertahanan dalam negeri antara lain PT. DI, PT. Infoglobal, PT.Farin Industri, PT. Garda Persada, PT. T&E Simulation dan PT.PAL. Sementara itu, dalam Delegasi Korsel juga turut perwakilan industri pertahanan Korsel antara lain Han Hwa, LIG Nex1 dan Samsung Techwin.


Keikutsertaan sejumlah perwakilan dari industri pertahanan dari kedua negara tersebut diharapkan akan dapat turut pula mendukung peningkatan kerjasama industri pertahanan Indonesia - Korsel.




Sumber : DMC

Indonesia Singapore Border Deal Achievement Of Good Ties

SINGAPURA-(IDB) : President Susilo Bambang Yudhoyono said on Tuesday that he hoped Indonesia and Singapore would maintain good bilateral ties in the future, citing the signing of a deal on sea borders as an example of present goodwill between the two nations.

Arriving on Tuesday afternoon, Yudhoyono is in Singapore for a three-day state visit at the invitation of Singapore President Tony Tan Keng Yam. The visit will be his last state visit and his final bilateral meeting with Singapore as Indonesian president.

During a press conference at Halim Perdanakusuma International Airport prior to departure, Yudhoyono said the signing was “one of the achievements” between the two countries, saying that border negotiations between any two nations were “not an easy process”.

In Singapore, the outgoing Yudhoyono is set to have separate meetings with Tan, Prime Minister Lee Hsien Loong and former prime minister Goh Chok Tong.

On Wednesday, Yudhoyono and Lee will witness a signing of a treaty related to the delineation of the territorial boundaries of the two countries in the eastern part of the Singapore Strait, an area incorporating Indonesia’s Batam Island and Singapore’s Changi. The Singapore Ministry of Foreign Affairs have confirmed the treaty would be signed on Wednesday.

Despite the move being lauded as the start of better relations between the two neighbors, Yudhoyono seemed poised to leave behind two other problems that have hampered relations; the trans-border haze and the absence of an extradition agreement between the two countries.

Last month, Singaporean legislators passed the Trans-boundary Haze Pollution Act, a new guideline that enables regulators to prosecute local and foreign companies involved in illegal forest fires that trigger severe air pollution in Singapore.

However, observers have played down the new law, saying it might not deter the culprits due to enforcement difficulties and problems posed by the investigation of illegal activity in foreign jurisdictions.

Yudhoyono also announced that the two countries would take stock of what the two had achieved over the past 10 years, saying that he hoped the two countries would continue to improve bilateral ties with the incoming administration under president-elect Joko “Jokowi” Widodo.

“Of course we will address Indonesia’s hopes to the President and Prime Minister because relations are good, particularly in the fields of investment and trade,” Yudhoyono said.

Yudhoyono added that to combine both countries’ potentials — Indonesia’s potential economic growth and Singapore’s strengths as an economic center — a trade center and a service center “would bring real benefit for both Singapore and Indonesia”.

Singapore ranked as one of Indonesia’s top investors in 2013, with US$4.7 billion worth of investment in various sectors, ranging from infrastructure development to services. Trade, meanwhile, stood at $74.8 billion, making Indonesia Singapore’s fourth-largest trading partner.

Having praised the sea border deals, Commission I lawmaker Helmy Fauzy of the Indonesian Democratic Party of Struggle (PDI-P), one of the five political parties that officially nominated Jokowi, said the Jokowi administration must scrutinize and carefully craft its response to the Singapore haze law.

“Trans-border haze is a delicate problem, as is the Singaporean law which challenges our jurisdiction. Therefore, the [next] government must think carefully and at the same time plan moves to jointly tackle haze,” he said.

Singapore and Indonesia actually signed an extradition treaty and a defense cooperation agreement as a package back in 2007. The treaty stated that Singapore would make the extradition of Indonesian corruptors possible, while Indonesia would allow Singapore to hold military training exercises on the island of Sumatra. However, Indonesian lawmakers have yet to ratify the package, citing fears that it would trigger losses.

“The problem is that the treaty was made in the same package with the defense agreement,” Helmy said.

The next administration, as well as House of Representatives members, should weigh bilateral ties proportionally, as Indonesians do not want agreements that only provide disadvantages at the cost of improving ties with Singapore, said University of Indonesia professor and international law expert,
Hikmahanto Juwana.

“We can ask Singapore for a renegotiation of the extradition treaty separately from the defense one,” he added.

Indonesia and Singapore officially opened diplomatic ties in 1966, a year after Singapore declared its independence on Aug. 9, 1965, after breaking away from Malaysia.



Source : JakartaPost

Panglima TNI Innovation Award

JAKARTA-(IDB) : Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko bicara soal inovasi demi memperkuat alat utama sistem persenjataan (Alutsista) TNI. Ia yakin TNI dan rakyat Indonesia bisa membuat senjata sefenomenal AK-47.

AK-47 sendiri adalah singkatan Avtomat Kalashnikova 1947. Senjata tersebut merupakan senapan serbu fenomenal yang merupakan rancangan Mikhail Kalashnikov.


“Dia yang membuat senjata AK-47 itu dan terkenal sampai sekarang,” kata Jenderal Moeldoko dalam rapat tertutup bersama tim dewan juri ajang ‘Panglima TNI Innovation Award’ di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta Timur, Rabu (3/9/2014).


Jenderal Moeldoko meyakini di lingkungan TNI banyak inovator yang mampu membuat inovasi dalam bidang persenjataan yang bisa fenomenal seperti AK-47. Ia juga yakin putra-putri Indonesia di luar TNI punya kemampuan itu.


“Saya punya keyakinan penuh di lingkungan TNI juga banyak sebenarnya para inovator-inovator itu. Cuma, mungkin tidak terakomodasi, tidak terkomunikasi, yang pada akhirnya temuan itu begitu saja,” ucap jenderal bintang empat itu.


Berangkat dari keyakinan itu, Moeldoko optimis ajang ‘Panglima TNI Innovation Award’ disambut antusias. Katanya, ajang yang diselenggarakan oleh Mabes TNI bekerja sama dengan CIS School of Innovation dan Yayasan Planet Inovasi tersebut akan menampilkan berbagai inovasi anak bangsa.


“Melalui ajang ini kita garap dengan sebuah penghargaan yang mudah-mudahan bisa bergengsi nantinya, karena selama ini mungkin inovasi dipikirkan oleh teman-teman pemuda inovasi Indonesia. Tapi sekarang Panglima TNI juga ikut memikirkan inovasi,” imbuh Moeldoko

“Saya Ingin melihat potensi para inovator di TNI, demikian juga melihat para inovator di luar TNI yang memikirkan berbagai alutsista yang sangat memungkinkan, pada akhirnya bisa memberikan kontribusi positif bagi kemajuan TNI,” sambung Moeldoko.



Ajang ‘Panglima TNI Innovation Award’ sendiri diadakan menyambut HUT ke-69 TNI. Panitia acara akan memilih dan memberikan penghargaan kepada 10 inovator yang terbagi dalam 4 kategori.


Para peserta merupakan organisasi, unit kerja, satuan, tim, atau individu dari TNI dan sipil yang memiliki karya inovasi dalam lima tahun terakhir. Kategori pertama diikuti finalis lomba karya cipta teknologi dan karya cipta ilmiah 2010-2014 yang diselenggarakan oleh Dinas Penelitian dan Pengembangan di lingkungan TNI.


Kategori kedua merupakan produk unggulan. Kategori ini adalah hasil karya kerja sama TNI dan organisasi di luar TNI yang inisiatifnya datang dari TNI. “Ada 30 produk unggulan yang akan diikut sertakan dan hal ini kami memperoleh data dari Dislitbang Angakatan,” kata Avanti.


Kategori ketiga kata Avanti adalah individu, tim, unit kerja, satuan yang ada di lingkungan TNI yang telah melakukan inovasi-inovasi tidak saja untuk lingkungannya di TNI, tapi untuk luar TNI atau masyarakat.


Kategori keempat, pesertanya dari luar TNI. Bisa dari individu atau unit kerja yang melakukan inovasi untuk TNI yang manfaatnya untuk penunjang tugas dan kemajuan TNI.


“Penjaringan peserta kami lakukan proaktif. Kami dari panitia mencari, menemukan melalui riset kajian. Kedua peserta boleh mengajukan diri atau pihak lain yang mengajukan nama peserta,” imbuh Ketua Umum Yayasan Planet Inovasi itu.


Bicara kriteria peraih penghargaan, Avanti menjelaskan, penilaian dimulai pada faktor apa yang membuat inovasi tersebut muncul. Selain itu, bagaimana proses inovasi itu dilakukan, dan apa dampak dari inovasi itu sendiri.


“Karena inovasi, sebagus apa pun ide yang dihasilkan kalau belum memberi dampak sebetulnya belum dikatakan inovasi. Jadi poin pentingnya adalah tidak sekadar ada ide membuat menjadi produk, tapi untuk apa? Outcome atau dampak menjadi poin penting yang kami perhatikan di samping proses dan input inovasinya,” jelas Avanti.

Seluruh proses penilaian dan pencarian para inovator akan dilakukan hingga menjelang HUT ke-69 TNI. Penghargaan ‘Panglima TNI Innovation Award’ akan diberikan kepada pemenang pada 7 Oktober 2014 di Surabaya bertepatan dengan HUT ke-69 TNI. 




Sumber : Detik

Presiden SBY Akan Saksikan Kesepakatan Batas Laut Di Singapura

JAKARTA-(IDB) : Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Ibu Ani Yudhoyono sudah tiba di Singapura. Di negara ini, presiden akan menyaksikan penandatanganan perjanjian Delimitation of the Territorial Seas in the Eastern Part of the Strait of Singapore yang dilakukan Menlu Marty Natalegawa, Rabu (2/9) besok.

"Yang pasti yang utama, Bapak akan menyaksikan penandatanganan batas wilayah laut," kata staf khusus presiden bidang luar negeri, Teuku Faizasyah di Hotel Shangri-La Singapura, Selasa (2/9/2014).

Pria yang akrab disapa Faiz ini menjelaskan, momentum penandatanganan perjanjian delimitasi batas maritim diharapkan akan semakin meningkatkan hubungan bilateral dengan Singapura. Selain itu, apa yang dilakukan kedua negara dalam menyelesaikan masalah batas maritim, bisa jadi panutan dunia internasional.

"Kiranya dapat menjadi contoh bagi negara-negara lain di kawasan yang masih dihadapkan pada tantangan serupa," tutur Faiz.

SBY juga direncanakan untuk bertemu dengan Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong serta Presiden Tony Tan Keng Yam. Pertemuan ini untuk mengkaji bentuk kerjasama yang sudah terjalin dalam 10 tahun terakhir ini.

"Jadi berangkat dari sana, nanti hal-hal apa yang bisa ditindaklanjuti pemerintahan yang akan datang," tandasnya.




Sumber : Detik

Berita Foto : Puluhan Tank Leopard Antre Untuk Dikirim Ke Surabaya

JAKARTA-(IDB) : Petugas berada di samping tank Leopard asal Jerman yang terparkir setelah diturunkan dari kapal di Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta, Selasa (2/9).
 


Sebanyak 52 tank yang terdiri dari 24 tank Leopard dan 28 tank Marder itu selanjutnya akan dibawa ke Surabaya untuk memeriahkan parade militer saat HUT TNI pada 5 Oktober mendatang.




Sumber : Metrotvnews