JAKARTA-(IDB) : Tiongkok terus melakukan penjajakan peluang-peluang kerjasama di bidang
industri pertahanan dengan Indonesia. Penjajakan dilakukan dengan
kunjungan Delegasi Tiongkok dari The State Administration for Science,
Technology and Industry for National Defense (SASTIND) ke PT. Len dan
PT. Pindad di Bandung, Jumat, 22 Agustus 2014. SASTIND adalah badan
negara yang membawahi perusahaan industri pertahanan strategis Republik
Rakyat Tiongkok.
Kunjungan dipimpin oleh Zhan Chunli, General Director Department fo Military Trade Foreign Affairs SASTIND, dan diikuti perwakilan dari sejumlah industri pertahanan Tiongkok, antara lain CETC, CSOC, CPMIEC, ALIT dan NORINCO. Kunjungan diawali ke PT. Len dan diterima oleh Abraham Mose, Direktur Utama PT. Len. Usai menerima penjelasan mengenai profil PT. Len dan dilanjutkan dengan diskusi, delegasi Tiongkok berkesempatan meninjau fasilitas produksi PT. Len.
Selanjutnya, delegasi Tiongkok juga mengunjungi PT. Pindad dan diterima langsung oleh Direktur Utama PT. Pindad, Sudirman Said, dan jajarannya. Di PT. Pindad, delegasi Tiongkok berkesempatan meninjau pembuatan panser Anoa. Delegasi Tiongkok juga berkesempatan menjajal panser Anoa dan senapan serbu SS2-V4 buatan PT. Pindad.
Penjajakan peluang kerjasama industri pertahanan oleh industri pertahanan Tiongkok ini dilakukan di sela-sela agenda pertemuan The Third Defence Industry Cooperation Meeting (DCIM) antara SASTIND dengan Kementerian Pertahanan RI yang berlangsung mulai tanggal 21 sampai dengan 22 Agustus 2014 di Jakarta.
The Third Defence Industry Cooperation Meeting merupakan pertemuan rutin tahunan sebagai tindak lanjut dari penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) dan Letter of Intens (LoI) tentang kerjasama industri pertahanan antara Kementerian Pertahanan RI dan SASTIND Tiongkok pada tanggal 22 Maret 2011.
Tindak Lanjut Kerjasama Industri Pertahanan Kemhan RI dan SASTIND
Kemhan RI dan SASTIND sepakat menindaklanjuti kerjasama di bidang industri pertahanan, peralatan militer dan logistik yang telah ditandatangani tanggal 22 Maret 2014 lalu di Jakarta dalam bentuk Minutes of Meeting (MoM) dan Letter of Intent (LoI).
Kerjasama di bidang industri pertahanan yang ingin dikembangkan diantaranya meliputi pengadaan peralatan militer di bidang-bidang tertentu yang disepakati antar kedua pemerintah dan transfer of technology (ToT) peralatan militer tertentu yang tidak terbatas pada perakitan, pengujian, pemeliharaan, modifikasi, upgrade dan pelatihan. Selain itu beberapa hal yang ingin dikembangkan yaitu produksi dan pengembangan bersama peralatan militer tertentu serta pemasaran bersama peralatan militer dalam dan/atau di luar negara masing-masing.
Kerjasama industri pertahanan dengan Tiongkok pada dasarnya untuk meningkatkan dan mengembangkan kerjasama saling menguntungkan dalam industri pertahanan masing-masing negara. Hal itu diungkapkan Dirjen Pothan Kemhan Dr. Timbul Siahaan selaku ketua delegasi Indonesia saat membuka Defence Industry Cooperation Meeting (DICM) ke-3 RI-Tiongkok, Kamis, 21 Agustus 2014, di Kemhan Jakarta.
Melalui kerjasama ini diharapkan akan meningkatkan hubungan bilateral kedua negara, khususnya di bidang industri pertahanan antar kedua negara yang lebih berimbang dalam hal alih teknologi maupun dari segi nilai ekonominya sehingga dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi pemberdayaan segenap kemampuan industri nasional dalam mendukung pemenuhan kebutuhan Alat Peralatan Pertahanan dan Keamanan (Alpalhankam).
Sementara itu ketua delegasi SASTIND, Zhan Chunli, menyatakan penghargaannya yang tinggi kepada pemerintah Indonesia atas sambutan hangat yang telah diberikan dan juga penghargaan yang tinggi atas kemajuan yang telah dicapai kedua negara dalam pertemuan sebelumnya.
Pertemuan DICM ke-3 yang diselenggarakan mulai tanggal 21-22 Agustus 2014 dan dihadiri perwakilan dari BUMN-IS yang membahas berbagai kemajuan yang dicapai dalam pertemuan DICM ke-2 diantaranya mengenai rudal anti kapal C-705, Defence Electronics Complex of Indonesia (DECI) Program, GCI Radar Project, SEWACO KCR 40, SEWACO KCR 60, UAV Mission System, Precision Guided Bomb (PGB) Project dan AA Gun.
Kunjungan dipimpin oleh Zhan Chunli, General Director Department fo Military Trade Foreign Affairs SASTIND, dan diikuti perwakilan dari sejumlah industri pertahanan Tiongkok, antara lain CETC, CSOC, CPMIEC, ALIT dan NORINCO. Kunjungan diawali ke PT. Len dan diterima oleh Abraham Mose, Direktur Utama PT. Len. Usai menerima penjelasan mengenai profil PT. Len dan dilanjutkan dengan diskusi, delegasi Tiongkok berkesempatan meninjau fasilitas produksi PT. Len.
Selanjutnya, delegasi Tiongkok juga mengunjungi PT. Pindad dan diterima langsung oleh Direktur Utama PT. Pindad, Sudirman Said, dan jajarannya. Di PT. Pindad, delegasi Tiongkok berkesempatan meninjau pembuatan panser Anoa. Delegasi Tiongkok juga berkesempatan menjajal panser Anoa dan senapan serbu SS2-V4 buatan PT. Pindad.
Penjajakan peluang kerjasama industri pertahanan oleh industri pertahanan Tiongkok ini dilakukan di sela-sela agenda pertemuan The Third Defence Industry Cooperation Meeting (DCIM) antara SASTIND dengan Kementerian Pertahanan RI yang berlangsung mulai tanggal 21 sampai dengan 22 Agustus 2014 di Jakarta.
The Third Defence Industry Cooperation Meeting merupakan pertemuan rutin tahunan sebagai tindak lanjut dari penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) dan Letter of Intens (LoI) tentang kerjasama industri pertahanan antara Kementerian Pertahanan RI dan SASTIND Tiongkok pada tanggal 22 Maret 2011.
Tindak Lanjut Kerjasama Industri Pertahanan Kemhan RI dan SASTIND
Kemhan RI dan SASTIND sepakat menindaklanjuti kerjasama di bidang industri pertahanan, peralatan militer dan logistik yang telah ditandatangani tanggal 22 Maret 2014 lalu di Jakarta dalam bentuk Minutes of Meeting (MoM) dan Letter of Intent (LoI).
Kerjasama di bidang industri pertahanan yang ingin dikembangkan diantaranya meliputi pengadaan peralatan militer di bidang-bidang tertentu yang disepakati antar kedua pemerintah dan transfer of technology (ToT) peralatan militer tertentu yang tidak terbatas pada perakitan, pengujian, pemeliharaan, modifikasi, upgrade dan pelatihan. Selain itu beberapa hal yang ingin dikembangkan yaitu produksi dan pengembangan bersama peralatan militer tertentu serta pemasaran bersama peralatan militer dalam dan/atau di luar negara masing-masing.
Kerjasama industri pertahanan dengan Tiongkok pada dasarnya untuk meningkatkan dan mengembangkan kerjasama saling menguntungkan dalam industri pertahanan masing-masing negara. Hal itu diungkapkan Dirjen Pothan Kemhan Dr. Timbul Siahaan selaku ketua delegasi Indonesia saat membuka Defence Industry Cooperation Meeting (DICM) ke-3 RI-Tiongkok, Kamis, 21 Agustus 2014, di Kemhan Jakarta.
Melalui kerjasama ini diharapkan akan meningkatkan hubungan bilateral kedua negara, khususnya di bidang industri pertahanan antar kedua negara yang lebih berimbang dalam hal alih teknologi maupun dari segi nilai ekonominya sehingga dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi pemberdayaan segenap kemampuan industri nasional dalam mendukung pemenuhan kebutuhan Alat Peralatan Pertahanan dan Keamanan (Alpalhankam).
Sementara itu ketua delegasi SASTIND, Zhan Chunli, menyatakan penghargaannya yang tinggi kepada pemerintah Indonesia atas sambutan hangat yang telah diberikan dan juga penghargaan yang tinggi atas kemajuan yang telah dicapai kedua negara dalam pertemuan sebelumnya.
Pertemuan DICM ke-3 yang diselenggarakan mulai tanggal 21-22 Agustus 2014 dan dihadiri perwakilan dari BUMN-IS yang membahas berbagai kemajuan yang dicapai dalam pertemuan DICM ke-2 diantaranya mengenai rudal anti kapal C-705, Defence Electronics Complex of Indonesia (DECI) Program, GCI Radar Project, SEWACO KCR 40, SEWACO KCR 60, UAV Mission System, Precision Guided Bomb (PGB) Project dan AA Gun.
Sumber : DMC