Pages

Sabtu, Agustus 02, 2014

KCR-40 Uji Rudal C-705

KRI Clurit dan KRI Kujang
KRI Clurit dan KRI Kujang

P. LINGGA-(IDB) : Dua Kapal Cepat Rudal, KCR 40 TNI AL, KRI Clurit and KRI Kujang telah menyelesaikan tes kelautan atas sistem penembakan rudal darat ke darat, C-705. Menurut pernyataan KOARMABAR 24 Juli, ujicoba, juga meliputi menembakan rudal ke sasaran yang dilakukan di perairan dekat pulau Lingga, berlokasi sekitar 200 km dari Singapura.


TNI AL tidak mengungkap lebih detil tentang sistem penembakan rudal maupun jenis target yang digunakan saat ujicoba.


Rudal serbaguna C-705 pertama kali dimunculkan oleh China pada Oktober 2008, yang mirip dengan rudal anti-kapal C-602 (YJ-62) meskipun lebih kecil dan ringan. Dalam proyeksinya, rudal ini memiliki jangkauan efektif maksimum 140 km dan dipandu oleh radar aktif 8 mm selama penerbangan menuju sasaran. Rudal C-705 diyakini mampu membawa 130 kg hulu ledak HE semi-armour piercing (SAP).

KRI Clurit 641
KRI Clurit 641
KOARMABAR mengklaim, selama ujicoba itu, nilai probabilitas C-705 menenggelamkan kapal sebesar 95,7% untuk kapal dengan bobot hingga 1.500 ton. Setiap kapal KCR-40 membawa empat rudal C-705.


IHS Jane melaporkan pada bulan Februari 2013 bahwa kapal KCR-40 TNI-AL, pada batch awal akan dilengkapi dengan rudal anti-kapal C-705 yang dibeli dari Cina, sebelum dilakukan transisi ke versi yang diproduksi di dalam negeri oleh PT Pindad. PT Dirgantara Indonesia (PT DI) juga dilaporkan berpartisipasi dalam produksi lokal dari C-705 di masa depan, namun tidak ada rincian tentang perkembangan kemampuan PT DI dalam membuat rudal.


Diyakini bahwa TNI-AL akan menerima antara enam sampai 12 rudal dari China pada akhir 2014 untuk melengkapi dua kapal KCR-40 Class, KRI Clurit (641) dan KRI Kujang (642) yang operasional masing-masing pada April 2011 dan Februari 2012 dan bergabung dua kapal lain di kelas yang sama pada tahun 2013 – KRI Beladau (643) dan KRI Alamang (644). Indonesia menargetkan untuk mengoperasikan 24 Kapal Cepat Rudal KCR-40.

KRI Clurit dan Kujang berada dalam jajaran kekuatan Komando Armada Barat (Koarmabar) TNI-AL yang akan ditempatkan untuk tugas-tugas patroli maritim di Kepulauan Riau setelah nanti beroperasi penuh. 




Sumber : JKGR

Prototipe Keempat Pesawat J-20

Prototipe Keempat jet tempur J-20
Prototipe Keempat jet tempur J-20 melakukan penerbangan perdananya 26 Juli 2014

BEIJING-(IDB) :Menurut posting online penduduk lokal, prototipe pesawat tempur J-20 terbang selama hampir dua jam setelah dilakukan berjalan di landasan sejak awal Juli 2014. Petunjuk pertama di forum web militer setempat, prototipe keempat J-20 dengan nomor ekor ’2012′ muncul pada akhir Juni, menyusul kemudian foto yang jelas pada pertengahan Juli.


Gambar itu menunjukkan prototipe’2012′ mengalami fitur perbaikan sejak pertama kali terlihatnya prototipe ketiga ’2011′. Perbaikan Ini termasuk bentuk potongan undernose untuk menampung sistem penargetan elektro-optik masa depan, pengaturan intake udara untuk membantu aliran udara mesin dan perbaikan pada stabilisator vertikal.

J-20 prototipe keempat 2012 memiliki modifikasi disain yang sama dengan prototipe ketiga 2011. (Photo Top 81 web)
J-20 prototipe keempat 2012 memiliki disain yang sama dengan prototipe ketiga 2011.

Prototipe baru J-20 tidak memberikan petunjuk istimewa bahwa CAC telah memasang mesin turbofan buatan lokal, meskipun banyak spekulasi online yang membahasnya. Status pengembangan mesin WS-15 turbofan di pesawat J-20 tidak jelas, dan kemungkinan J-20 menggunakan mesin versi upgrade turbofan buatan Rusia, Saturnus AL-31 atau yang lebih baru AL-117 .


Pada pertengahan Juni 2014, pesawat J-20 prototipe 2011 dilaporkan meninggalkan lapangan udara CAC untuk bergabung dengan dua pesawat lainnya di China Flight Test Establishment (CFTE) di Pangkalan Udara Yanliang, Provinsi Xian.

Pada akhir April sumber pemerintah China mengatakan kepada Asia IHS Jane, bahwa 20 unit pesawat J-20 atau sekitar satu resimen, bisa selesai diproduksi pada tahun 2020. 




Sumber : JKGR

HMS Queen Elizabeth Melaut

image

LONDON-(IDB) : Kapal perang terbesar yang pernah dimiliki Inggris, HMS Queen Elizabeth, berhasil meluncur keluar dari dermaga tempatnya dirakit. Dalam sebuah operasi yang dimulai awal pekan lalu, dry dock di Rosyth dekat Edinburgh, untuk pertama kalinya diisi oleh kapal induk 65.000 ton dan siap diapungkan. Dibutuhkan waktu tiga jam pada 17 Juli 2014 untuk memindahkan dengan hati hati Kapal HMS Queen Elizabeth dari dermaga yang hanya memiliki clearance dua meter di kedua sisi dan kemudian bersandar di dermaga di dekatnya.


Tim sekarang akan mendandani kapal dan terus membangun sistemnya untuk hidup sebagai persiapan uji coba laut pada 2016. Dermaga yang dikosongkan akan digunakan untuk perakitan akhir kapal adiknya, HMS Prince of Wales, yang dimulai pada bulan September 2014.


imagePeluncuran (larung) HMS Queen Elizabeth dilakukan hanya 13 hari setelah kapal itu diberi nama oleh Yang Mulia Ratu Inggris, dalam upacara yang spektakuler.


HMS Queen Elizabeth dan HMS Prince of Wales sedang disiapkan oleh Aircraft Carrier Alliance, kemitraan yang unik antara Departemen Pertahanan, BAE Systems, Babcock dan Thales.


Hanya dibutuhkan waktu tiga jam pada pagi itu, untuk memindahkan secara hati hati kapal HMS Ratu Elizabeth dari dermaga, dengan hanya dua meter clearance di kedua sisi dan kemudian bersandar di dermaga di dekatnya. Foto: UK MOD, Crown Copyright

Dalam upacara simbolis, kapal induk pengangkut helikopter Inggris menyerahkan tugasnya kepada penggantinya. HMS Ocean (tampak depan) merupakan pengganti dari HMS Illustrious (background). Foto: UK MOD, Crown Copyright


Dalam upacara simbolis, kapal induk pengangkut helikopter Inggris menyerahkan tugasnya kepada penggantinya. HMS Ocean (tampak depan) merupakan pengganti dari HMS Illustrious (background). Foto: UK MOD, Crown CopyrightBeberapa hari kemudian di perairan lepas pantai selatan Inggris, HMS Illustrious dan HMS Ocean bertemu (Selasa pagi, 22 Juli) dan tongkat komando yang melindungi kepentingan Inggris diserahkan antara keduanya. HMS Ocean sekarang akan dijadikan sebagai platform pendaratan helikopter Royal Navy. Kedua kapal tampak berdampingan, di pangkalan kapal fregat HMS Lancaster, untuk melakukan upacara serah terima tugas.


HMS Ocean, lebih besar, lebih muda dan lebih mampu membawa banyak helikopter Royal Navy, baru saja kembali operasional setelah direparasi dengan nilai 65 juta poundsterling yang berlangsung 15 bulan. Kapal ini meng-up-grade 60 item padanya fasilitas flightdeck, hanggar dan penerbangan. Kapal induk ini dirancang untuk mendukung operasi pendaratan amfibi, membawa pasukan ke pusat aksi dengan helikopter atau kapal pendarat. Diluncurkan pada tahun 1995, kapal berbasis 21,500 ton ini adalah kapal perang terbesar Inggris yang operasional hari ini. Kapal menyiapkan enam tempat pendaratan helikopter pada dek penerbangan, dan lebih banyak lagi helikopter dan kapal pendarat di dalam hanggarnya.


HMS Illustrious, Kapal induk Komando dan helikopter Royal Navy, yang telah dirancang beroperasi sampai 900.000 mil dalam operasi di seluruh dunia selama karir 32 tahun, sedang ditarik dari layanan servis dan akan dinonaktifkan pada akhir tahun ini.


imageKapal induk pengangkut helikopter Inggris, HMS Illustrious telah menyerahkan tugasnya kepada penggantinya, HMS Ocean (foreground). Foto: UK MOD, Crown Copyright


Kapal ini adalah kapal kedua dari tiga kapal induk Invicible Class Angkatan Laut Inggris, yang dibangun oleh pembuat kapal Swan Hunter di Tyne dan diluncurkan oleh Princess Margaret pada bulan Desember 1978. Dua kapal kakak beadik, HMS Invincible dan HMS Ark Royal dinonaktifkan pada tahun 2005 dan 2011 dan kemudian di-scrap (bongkar-musnahkan) di Turki. Departemen Pertahanan tengah mengundang tender untuk perusahaan swasta, badan amal dan lembaga keuangan untuk mengamankan masa depan HMS Illustrious sebagai kapal induk terakhir dari Royal Navy Invincible class.

Sebuah flypast terdiri Apache, Merlin, Lynx dan helikopter Sea King terbang di atas kapal saat kapal memasuki Pelabuhan Portsmouth dan puluhan keluarga berjajar di dermaga untuk memberi sambutan (cheer) bagi kapal induk veteran ini.




Sumber : JKGR

Inovasi Drone Baru 2014

image

WASHINGTON-(IDB) : Tim Rapid Composite butuh waktu satu bulan untuk merancang, mengembangkan, membangun dan menerbangkan ‘perahu terbang’ pesawat rotor unik ini. Kemampuan pesawat tak berawak ini tak kalah mengesankan. Didorong oleh tiga motor listrik yang kuat, dan tahan air (IP65) operasionalnya hanya dilakukan oleh satu orang. Persiapan pra-penerbangan hanya memakan waktu beberapa detik tanpa memerlukan perakitan. Drone ini dapat membawa berbagai muatan, internal dan eksternal; ada pula yang terpasang menggunakan Picatinny rel standar. Drone ini dapat membawa beban hingga 20 pound pada misi 30 menit, dan tim ini bisa cepat membuatnya, Angkatan Laut AS mempertimbangkan untuk menggunakan robot terbang ini.




image 
NRL perenang terbang (flying swimmer)(Flimmer) adalah penggabungan karakteristik kendaraan bawah laut tak berawak dengan kendaraan udara yang meluncur (gliding). Platform khusus ini dirancang untuk menguji transisi antara penerbangan (free flight) oleh kontrol aerodinamis konvensional dengan kemampuan berenang di bawah air, yang bergerak memanfaatkan tenaga sirip. Kemampuan terbang ini memungkinkan angkatan laut untuk secara cepat menyebarkan muatan dari jarak jauh, ke wilayah laut yang sulit dan dipenuhi tumbuhan, di mana gerakan bawah air akan menjadi lambat atau sulit. Teknologi ini akan cocok untuk operasi di sungai atau lingkungan bakau, menghadirkan tantangan yang signifikan untuk teknik penempatan/deployment konvensional.


image

Stop Rotor UAV, diuji oleh Naval Research Laboratory untuk mengevaluasi platform potensial yang dengan cepat bisa menyebarkan umpan torpedo (decoy) sebagai bagian dari pertahanan anti-kapal selam armada permukaan. Drone lepas landas secara vertikal dari dek, lalu transisi untuk meneruskan penerbangan yang didukung oleh rotor ekor, dengan menghentikan rotor dan membalik satu baling-baling untuk membentuk sayap. Proses lengkap hanya membutuhkan waktu satu detik. Sampai saat ini drone ini telah diuji dalam penerbangan mode helikopter, dan transisi rotor didemonstrasikan di lapangan.


image

UAS eksperimental bersayap salip dan bertenaga matahari / Cruciform-winged experimental fuel-cell UAS (XFC UAS diluncurkan dari tabung simulasi kapal selam pada Desember 2013, sebagai bagian dari tes oleh laboratorium Naval Research (NRL) menunjukkan kelayakannya untuk menempatkan UAV ini pada misi pengintaian dari kapal selam.

image
 Penampakan lain dari XFC UAV.

image
Ketika dilipat, UAV XFC disimpan dalam wadah yang cocok dengan penyimpanan tabung torpedo.



Sumber : JKGR

Rudal JSOW C Royal Australian Air Force


Rudal JSOW C (photo Raytheon)
Rudal JSOW C

CANBERRA-(IDB) : The Royal Australian Air Force (RAAF) berhasil menguji rudal Joint Standoff Weapon C (JSOW C) buatan Raytheon, terhadap target dinding keras di RAAF Woomera Test Range. Diluncurkan dari Super Hornet F/ A-18F pada penerbangan operasional dan ketinggian 25.000 kaki, rudal JSOW C berhasil menghancurkan sasaran secara presisi.


Ujicoba RAAF ini menandai sukses ketiga kalinya penggunaan rudal JSOW C tahun ini terhadap salah satu satu sasaran yang paling menantang. Sebelumnya, dua senjata JSOW C udara-ke-darat juga berhasil menghancurkan target simulasi gua di tes penerbangan US Navy, China Lake flight test range.


“Semua keberhasilan ini menunjukkan bahwa hulu ledak tandem JSOW C dengan sekering yang bisa diatur (seceltable fuse settings), sepenuhnya mampu menghancurkan target yang dibentengi oleh ‘defensive hardening technology’ terbaru,” ujar Wakil Presiden Air Warfare Systems, Mike Jarrett. “JSOW adalah senjata bersifat counter-balance dengan akurasi yang ekstrim yang memungkinkan mesin perang AS dan sekutunya memberikan efek yang menentukan dalam medan perang, dari luar jangkauan ancaman rudal permukaan-ke-udara, merontokkan perlindungan/ bunker dari musuh kita.”

JSOW C dirancang untuk memberikan kekuatan kepada armada Australia dengan kemampuan yang kuat dan fleksibel terhadap target darat bernilai tinggi, yang diluncurkan dari jarak 70 mil laut. 




Sumber : JKGR

Sierra Madre Dan Konflik Laut China Selatan

Kapal Sierra Madre yang dikaramkan di Karang Seond Thomas oleh Pemerintah Filipina tahun 1990-an   - satu detasemen marinir filipina di tempatkan pada badan kapal berkarat ini (Tomas Etzler / CNN)
Kapal Sierra Madre yang dikaramkan di Karang Seond Thomas oleh Pemerintah Filipina tahun 1990-an – satu detasemen marinir filipina di tempatkan pada badan kapal berkarat ini


LCS-(IDB) : Saat pertama kali melihat, kapal itu tampak seperti kapal hantu yang berlabuh di tengah laut, berkarat dan dipenuhi tikus. Kapal perang eks Angkatan Laut AS itu, benar-benar di garis depan dari ketegangan antara Filipina dan China yang terus meningkat di Laut China Selatan.


Kapal itu sengaja dikaramkan Filipina pada karang kecil di Laut China Selatan, bagian dari gugusan pulau yang diklaim oleh kedua negara. Kapal Sierra Madre sepertinya bukan tempat untuk detasemen marinir Filipina yang berjaga-jaga di sekitar atol, menjaga perairan yang biru dari kapal China.


Untuk mencapai “landmark” yang tidak biasa itu (Siera Madre), yang terletak 194 kilometer dari provinsi Palawan di Filipina barat, tetaplah pengalaman yang membuat saraf sangat tegang.


Kami menghampiri karang kecil itu menggunakan perahu kayu tua milik nelayan dengan kecepatan tinggi -11 knot per jam. Dari utara, sebuah kapal penjaga pantai modern China, berlayar mendekat dengan kecepatan setidaknya dua kali lebih cepat, dengan tujuan menghalangi jalan kami. Sebuah kapal China yang kedua dengan cepat mendekat dari selatan dengan maksud yang sama.


Tapi mereka tidak berhasil menghalangi kami. Setelah beberapa menit yang penuh ketegangan, kami memasuki kawasan karang yang terlalu dangkal untuk kapal China yang besar. Beberapa nelayan di perahu kami berdoa lega – tidak selalu terjadi seperti ini.


Mungkin bisa dikatakan, tidak banyak orang tahu tentang Second Thomas Shoal, yang dikenal sebagai Ayungin di Filipina dan Ren’ai Jiao di China. Karang berbentuk air mati ini adalah bagian dari Kepulauan Spratly, kepulauan yang sebagian besar tidak berpenghuni, di tengah-tengah antara Filipina dan Vietnam, yang diklaim sepenuhnya oleh China dan diklaim sebagiannya oleh Filipina, Brunei, Malaysia, Taiwan dan Vietnam.


Masalah semakin rumit, setelah konflik ini menarik keterlibatan Amerika Serikat, yang memiliki perjanjian pertahanan bersama dengan Filipina. Hal ini juga mendorong hubungan keamanan yang lebih erat antara Filipina dan Jepang, yang Jepang sendiri berselisih dengan China atas pulau-pulau di Laut China Timur.


Sengketa di sini, terfokus pada kepemilikan batu karang kecil yang tak berpenghuni. Namun dampak dari perselisihan teritorial ini memiliki potensi untuk mempengaruhi keseimbangan kekuatan di seluruh wilayah. Nilai dari wilayah ini benar-benar terletak di bawah dasar laut berupa kantong gas alam dan minyak – seperti yang kita lihat baru-baru ini dengan penyebaran rig eksplorasi minyak oleh China di Kepulauan Paracel -wilayah lain yang disengketakan di Laut China Selatan.


Awal Perjalanan Yang Sulit
 

Untuk bisa pergi ke Karang Second Thomas membutuhkan negosiasi berbulan bulan dengan pemerintah Filipina -karena kekhawatiran logistik dan keamanan -dan dibutuhkan tujuh hari perjalanan dengan perahu.


Saya mulai pengembaraan pada bulan April tahun 2014 di Puerto Princesa, ibukota provinsi Palawan. Saya bepergian dengan Eugenio Bito-Onon Jr, walikota Kalayaan, Kota terkecil dan salah satu kota termiskin di Filipina. Kota itu terdiri dari 10 pulau kecil dan terumbu karang yang terletak di ujung utara Spratly.


Kami menuju Pag-asa terlebih dulu, satu-satunya pulau di daerah ini yang memiliki penduduk sipil. Pulau itu pun hanya titik penghubung untuk mencapai Kapal Sierra Madre. Biasanya kapal Bito-Onon yang berbasis di Puerto Princesa, hanya melakukan perjalanan ke Pag-asa sekali setahun. Kami berhenti di beberapa pulau kecil dalam perjalanan ini. Ada beberapa rumah untuk unit kecil detasemen marinir Filipina -pertahanan terakhir  terhadap perambahan pihak  asing.


The journey:: Wartawan Tomas Etzler membuat perjalanan panjang ke Pag-asa di wilayah Kepulauan Spratly yang diklaim oleh Filipina dan China.

Pada akhir hari ketiga perjalanan, kam tiba di Pag-asa, pulau terbesar kedua di Spratly. Sebelumnya pulau ini murni sebuah pangkalan militer. Pemerintah Filipina mendorong warga sipil untuk pindah ke sini pada tahun 2002. Lebih dari 12 tahun kemudian, sekarang ada 120 orang hidup berdampingan dengan unit kecil angkatan udara Filipina, angkatan laut dan marinir yang  masih ditempatkan di sini.


Jacqueline Morales, 28 tahun, pindah ke pulau ini dari Palawan bersama suami dan dua anak mereka. Dia ingin melayani negaranya karena mendengar Pulau Pag-asa sangat membutuhkan guru. Biaya hidup warga di sini sebagian disubsidi oleh pemerintah pusat, namun dia mengakui “faktor China” adalah yang menjadi kekhawatiran yang paling nyata.


“Saya menonton televisi. Kita tahu China tertarik pada pulau ini,” katanya. “Kami  mempersiapkan diri di sini, mengantisipasi jika China menyerang kita. Sekolah ditugaskan sebagai pusat evakuasi. Saya gugup karena hal itu mungkin terjadi. Apa akibatnya pada kami?”


Antisipasi Blokade Oleh China
 

Seperti  yang kami rencanakan dari awal, bagian akhir dari perjalanan kami -pergi ke Kapal Sierra Madre- ada kemungkinan harus menghadapi kapal penjaga pantai China versus awak kapal nelayan tradisional yang kami sewa untuk perjalanan. Kami telah diberitahu dari awal bahwa kapal China akan menghentikan atau mencoba menghentikan kapal- kapal yang mencoba memasuki shoal tempat Kapal Sierra Madre dikaramkan.


Kami sepakat strateginya adalah selama kapal China itu tidak hendak menabrak kapal mereka  –beberapa kali terjadi di wilayah sengketa teritorial di wilayah ini –sang kapten kapal akan mencoba mengatasi manuver kapal China demi mencapai tujuan


Kapal Sierra Madre dibangun oleh Amerika Serikat pada tahun 1944 untuk bertugas di Pasifik sebagai kapal transportasi selama Perang Dunia II.  Kapal itu berpindah tangan dua kali setelah perang.


Pertama dipindahkan ke Angkatan Laut Vietnam Selatan selama Perang Vietnam, kemudian ke Filipina setelah jatuhnya Saigon, sekarang dikenal sebagai Kota Ho Chi Minh. Pada tahun 1999, Filipina sengaja mengaramkan Sierra Madre di Karang Second Thomas.


Menteri Pertahanan saat itu, Orlando Mercado Sanchez, mengambil tindakan itu sebagai reaksi terhadap keputusan China pada tahun 1994 untuk mengambil kontrol dari Karang Mischief ,  yang  13 mil laut sebelah barat laut dari Second Thomas Shoal.


“Kami dipaksa, dan kami tidak punya pilihan lain selain mencari sarana yang kita dapat untuk mempertahankan kehadiran kami,” jelasnya. “Dan selama pengamatan kami, kami memutuskan bahwa yang terbaik yang bisa kami lakukan adalah menambatkan kapak ke shoal itu dan mempertahankan pasukan kami di sana. Mereka telah  di sana, selama ini.”


Manila mengklaim lokasi sengketa berada dalam zona ekonomi eksklusif 200-mil laut Filipiana.


China, mengacu wilayah Spratly sebagai Kepulauan Nansha, yang pertama kali ditemukan dan dijalankan kedaulatannya atas pulau-pulau itu oleh Kerajaan Tiongkok Kuno.


China bahkan menyatakan hak mereka atas pulau-pulau itu telah dicurangi dunia internasional, seperti Potsdam Proklamasi, yang mengatur wilayah Jepang pasca menyerah setelah menduduki sebagian besar wilayah di laut China selama Perang Dunia II. Pulau-pulau itu adalah bagian dari petak besar Laut China Selatan dan masuk ke dalam apa yang disebut Beijing sebagai “garis sembilan putus-putus,”  sebuah garis berbentuk U yang menandai klaim wilayah China atas kedaulatan mereka.


Satu detasemen marinir Filipina ditempatkan pada kapal berkarat Sierra Madre, untuk mencegah perambahan China.


Sebagian besar kapal mendekati Second Thomas Shoal datang dari Palawan, dari tenggara. Kami datang dari barat laut, dimana kapal patroli China tidak akan mengantisipasi, ujar kapten kami beralasan. Perahu kami mencoba menghindari mereka.


Dari kejauhan, Sierra Madre tampak seperti kapal besar lainnya. Hanya ketika Anda lebih dekat Anda menyadari sesuatu yang tidak beres.


Badan kapal yang menjulang terbakar oleh matahari di atas perairan yang biru berkilauan, layaknya bagian dari film untuk sekuel epik postapocalyptic seperti “Mad Max” atau “Waterworld.” Menara jembatan begitu berkarat dan seperti bisa runtuh setiap saat, sedangkan lambung kapal, penuh bopeng dengan besar, lubang berkarat.


marinir filipinaSeorang Marinir Filipina dengan tombak ikan darurat untuk makan malam berada di bayangan Sierra Madre.

Di sekitar perairan, aku melihat beberapa orang berenang dengan snorkel saat kami mendekat. Mereka adalah beberapa dari marinir Filipina yang sedang memancing dan ditempatkan di sini. Kedua kapal China yang awalnya mengejar kami, sekarang memantau dari luar shoal, hanya beberapa ratus meter jauhnya. Peristiwa ini seakan tidak nyata dan absurd.


Setelah mendaki di dek melalui tangga darurat yang mengkhawatirkan, kami disambut oleh Sang Komandan Letnan Earl Pama, Komandan. Marinir berusia 29 tahun ini telah berada di sini sejak 30 Maret. Seperti pulau-pulau lain di daerah ini, marinir ini dirotasi datang dan pergi setiap tiga bulan. Ini bukan penempatan yang mudah; Unit Marinir ini berhasil ke kapal Sierra Madre pada usaha kedua. Percobaan pertama, mereka diblokir oleh kapal penjaga pantai China.


Kapal China Seperti Hiu Predator
 

Menjelang sore pada hari pertama kami di sana, tiga kapal China tiba di sekitar Sierra Madre. Dan kini Sierra Madre dikelilingi oleh lima kapal, yang perlahan-lahan mengitari kawasan seperti hiu pemangsa. Saat aku mengintip melalui teropong, saya melihat beberapa pelaut China sedang berada di pingggir kapal mengambil gambar menggunakan kamera lensa tele.
 
Seorang marinir mengamati mengamati perairan atol yang biru cerah dari dek Sierra Madre yang berkarat.Seorang marinir mengamati mengamati perairan atol yang biru cerah dari dek Sierra Madre yang berkarat.

Saat matahari menghilang dari cakrawala dan cahaya memudar, saya diperkenalkan ke penduduk: kecoak besar dan tikus. “Saya memperkirakan ada 5-600 tikus dan jutaan kecoak,” ujar seorang marinir sambil tertawa.


Saya ditawari kabin  -basah, ruang yang penuh nyamuk lengkap dengan kasur kotor di tengah-  tapi dengan kehadiran sebagai tamu, mendorong saya untuk menggunakannya sebagai tempat  menyimpanan peralatan saya dan  saya memilih untuk  menghabiskan malam di atap perahu nelayan kami.


Marinir Bertahan Dalam Kondisi Sulit   

Mereka menghadapi matahari yang tanpa ampun dengan suhu yang  membakar. Selama hujan atau angin topan, ruangan radio, adalah satu satunya kontak mereka dengan atasan di Palawan,  dan satu-satu ruangan di kapal yang tidak bocor. Para prajurit terputus dari dunia luar, untuk  sebagian besar waktu mereka.


“Hidup kita di sini kadang-kadang sulit karena kita jauh dari keluarga,” kata Hilbert Bigania, seorang sersan 30 tahun. “Kita tidak bisa berkomunikasi dengan mereka, dan kita berada di tengah laut. Itulah hidup kita sehari-hari di sini. Kita tidak bisa berbuat apa-apa.” Hal ini menjadi perjuangan untuk bertahan hidup.


Marinir mengklaim bahwa pada tahun 2012, kapal-kapal China menjadi lebih agresif dan mulai melecehkan kapal angkatan laut Filipina yang membawa pasukan untuk rotasi dan logistik. “Apa yang mereka lakukan adalah memblokir barang-barang yang akan disampaikan kapal kepada kami, sehingga kami tidak memiliki makanan untuk dimakan dan kita tidak memiliki persediaan, bahkan air,” kata Pama.


Khawatir terjadi konflik terbuka dengan China, angkatan laut Filipina mulai menggunakan airdrops atau kapal nelayan sipil untuk membawa persediaan. Pada hari kedua saya di Sierra Madre, dua pesawat kecil angkatan laut menjatuhkan dua kotak persediaan. Satu mendarat di kapal, yang kedua di dalam air. Pesawat-pesawat Filipina tampaknya dibayangi oleh pesawat lain – pesawat mata-mata China, ujar marinir mengklaim.


Detasemen marinir menghabiskan tiga bulan ditempatkan di Sierra Madre, dengan kondisi yang sangat sulit.Detasemen marinir menghabiskan tiga bulan ditempatkan di Sierra Madre, dengan kondisi yang sangat sulit.

Bungkusan yang dijatuhkan Berisi persediaan sembako, minuman ringan, sandal jepit dan handuk. Tapi apa yang membuat Marinir bersorak adalah surat dari anak mereka serta kotak makanan cepat saji yang diisi ayam goreng, nasi dan kentang goreng. Itu adalah pesta langka, karena hanya ada satu atau dua dropping seperti ini selama setiap penempatan pasukan di sini.


Sebagian besar makanan mereka terdiri dari ikan yang mereka tangkap. Menggunakan senjata tombak buatan atau batang kayu, mereka mencari ikan dua kali sehari. Perairan di sekitar perahu memiliki kedalaman dangkal 5 kaki (1,5 meter) dan penuh dengan kehidupan laut. Para prajurit bergerak di sekitar shoal (karang) dengan perahu karet buatan dan menggunakan strip kayu dengan tali karet sebagai sirip untuk mendorong diri mereka di sekitar air. Tangkapan tersebut kemudian dikeringkan dan dipanggang di dek kapal.


Memancing juga membantu mereka untuk membunuh waktu; tidak banyak yang bisa dilakukan di kapal. Bahkan berjalan di geladak juga berbahaya. Kapal Sierra Madre sangat lapuk dan penuh dengan lubang. Ketika tidak memancing, marinir memantau kapal China yang membayangi mereka, membersihkan senjata, latihan Fisik menggunakan bagian logam dari kapal sebagai beban atau bersantai di tempat tidur gantung, atau mendengarkan musik pop Filipina.


Tapi sebagian besar waktu bagi mereka adalah permainan menunggu yang tak berujung, bertanya-tanya akankah kapal saingan teritorial mereka China, akan mengitari mereka dan melakukan pergerakan.


China tidak memiliki alasan untuk menyerang shoal/ karang. China telah menjadi semakin tegas dalam klaim teritorial mereka di Laut China Selatan dalam beberapa tahun terakhir, tetapi mereka tampaknya tidak terburu-buru. Yang mereka butuhkan adalah kesabaran – itu hanya masalah waktu sebelum kapal Sierra Madre rusak dan orang di dalamnya harus pergi meninggalkan. Kapal-kapal China akan dapat bergerak ke shoal tanpa harus mengeluarkan tembakan.


Awal tahun ini, Filipina mengajukan kasus ke PBB atas perilaku China di Laut China Selatan, termasuk pengepungan Shoal Second Thomas. China mengatakan tidak akan menerima arbitrase internasional, dan mengatakan satu-satunya cara untuk menyelesaikan sengketa tersebut melalui negosiasi bilateral.


“Terlepas dari bagaimana cara Filipina mengajukan paket gugatannya, penyebab langsung dari sengketa antara China dan Filipina adalah pendudukan ilegal Filipina di bagian pulau-pulau di Laut China Selatan,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Hong Lei dalam sebuah pernyataan bulan Maret lalu.


Pejabat pemerintah Filipna yang sempat saya temui di Manila mengatakan jika kasus itu dibahas di PBB, yang diharapkan awal tahun depan, dan bertentangan dengan China, maka keputusannya tidak akan banyak berubah. Tidak ada mekanisme untuk menegakkan putusan – China punya hak Veto di PBB. Kebuntuan antara kedua negara kemungkinan akan terus selama bertahun-tahun.


“Kami Akan Menyerahkan Nyawa Kita’
 

Selama malam kedua dan pagi terakhir di perahu, saya bergabung dengan Letnan Pama saat ia duduk sendirian di geladak meminum Gatorade – courtesy dari airdrop sebelumnya – menatap matahari terbenam yang indah. Sebuah kapal China berlayar hanya beberapa ratus meter jauhnya. Aku bertanya apakah dia pikir China akan pindah dari posisi mereka.


“Jika China mencoba masuk ke sini, kami akan mempertahankannya,” jawabnya tanpa ragu-ragu. “Kami akan menggunakan pelatihan kami untuk mempertahankan kapal. Kami akan menyerahkan nyawa kami untuk mempertahankan kapal ini.”

Kami meninggalkan kapal Sierra Madre segera setelah pukul 5 pagi di hari berikutnya. Saat itu kapal-kapal China tidak terlihat bergerak.




Sumber : JKGR

Satgas Rimpac Adakan Latihan Tahap Akhir

HAWAI-(IDB) : Masing-masing unsur dari Satuan Tugas (Satgas ) latihan Multilateral Rim of the Pacific (Rimpac) saat ini telah memasuki latihan tahap akhir menjelang berakhirnya latihan yang melibatkan 23 negara peserta latihan Rimpac di Pearl Harbour, Hawaii.

Pada tahap akhir ini KRI Banda Aceh-593 dengan komandan Letkol Laut (P) Arief Budiman yang merupakan kapal perang yang berada di jajaran Kolinlamil serta di bawah binaan Satuan Lintas Laut Militer (Satlinlamil) Jakarta sedang melaksanakan latihan manuvra taktis bersama 40 kapal perang termasuk enam kapal selam, Boardex yang diakhiri dengan Photo Exercise.

Tidak turut ketinggalan, Helikopter jenis BU NV 412 dari Skuadron 400 Puspenerbal yang tergabung dalam satgas RIMPAC 2014 juga sedang mengadakan latihan Helly Cross Deck di atas KRI Banda Aceh-593.

Sedangkan di tempat terpisah, Kompi Marinir juga melaksanakan Latihan NEO, Raid Heli dan Serbuan Mekanis yang diakhiri dengan pelaksanaan latihan pendaratan amphibi gabungan melibatkan kendaraan tempur Landing Vehicle Tracked (LVT)-7 milik Korps Marinir TNI-AL dan Amphibious Assault Vehicle (AAV) milik US Marines Corps (USMC) yang menurunkan pasukan pendarat “Combat Landing Team (CLT)-4″ dari Australian Army, USMC, dan Meksiko di Pantai Pyramid Rock, Marine Corps Base Hawaii, Kaneohe Bay.

Seperti diketahui sebelumnya, Dalam latihan Rimpac tahun 2014 ini, TNI Angkatan Laut selain melibatkan KRI Banda Aceh-593 juga menurunkan 1 Kompi Marinir dan satu unit helikopter Bolcow BO-105 Puspenerbal yang on board di kapal, dua unit Tank LTV-7 Korps Marinir, serta satu unit Rhib-Impac Komando Pasukan Katak.




Sumber : Poskota

Israel Dikabarkan Mata-Matai Menlu AS

TEL AVIV-(IDB) : Israel memata-matai Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry saat tokoh tersebut mulai melakukan mediasi perundingan damai Palestina pada tahun lalu, demikian berita dari mingguan Der Spiegel Ahad.

Artikel itu memberitakan bahwa Israel dan setidaknya satu badan rahasia lainnya telah menyadap sejumlah pembicaraan telephon Kerry. Laporan itu kemungkinan akan semakin memperburuk hubungan antara Israel dengan Amerika Serikat.

Kerry memang secara rutin melakukan pembicaraan telephon dengan sejumlah pejabat tinggi negara-negara Timur Tengah sebagai upaya mensukseskan perundingan Israel-Palestina yang berakhir gagal pada awal tahun ini.

"Pemerintah di Yerusalem menggunakan informasi itu dalam perundingan yang membahas solusi persoalan Timur Tengah," tulis Der Spiegel.

Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat dan pemerintah Israel menolak mengomentari artikel tersebut.

Sebelumnya Kerry pada awal masa jabatannya mencoba untuk menjadikan perundingan damai Timur Tengah sebagai prioritas kerjanya. Dia berhasil memaksa Perdana Menteri Israel Benjamin Natanyahu dan Presiden Palestina Mahmoud Abbas duduk dalam meja perundingan pada Juli 2013.

Namun pada April tahun ini, Israel secara mengejutkan mengumumkan rencana pembangunan 700 perumahan tambahan dan menolak untuk melepaskan sejumlah tahanan Palestina. Sebagai balasan, Abbas mencoba mencari status keanggotaan di 15 konvensi PBB. Akibatnya, perundingan damaipun beraekhir dengan kegagalan.

Saat ini Kerry tengah berupaya untuk memediasi konflik di Gaza akibat serangan militer Israel. Dia sempat terbang ke negara tersebut pada pekan lalu.

Namun dia kembali gagal membuat kesepakatan gencatan senjata untuk mengakhiri konfrontasi yang telah berlangsung selama 26 hari dan menewaskan lebih dari 1.700 nyawa itu, demikian AFP.



Sumber : Antara

Terowongan Gaza, Taktik Baru Hamas Melawan Israel

GAZA-(IDB) : Israel seakan tiada henti menggempur Gaza. Sejak militer Negeri Zionis itu melancarkan serangan, hingga kini tercatat sedikitnya 1.674 orang di Gaza telah meregang nyawa. Sedangkan korban terluka tercatat sekitar 7.500 orang. Dari pihak Israel, tercatat 56 orang tewas, hampir semuanya adalah tentara 

Sebagian dari tentara Israel terbunuh saat menggelar operasi pemusnahan terowongan bawah tanah yang dibangun Hamas, kelompok pejuang Palestina yang berkuasa di Jalur Gaza. Dalam beberapa hari terakhir, pasukan Israel menghadapi taktik baru dari Hamas, yakni strategi terowongan.

Pintu masuk terowongan berupa lubang vertikal yang dalam dan biasanya tersembunyi di rumah warga. "Masuk terowongan harus turun ke bawah sekitar 12 meter atau lebih. Setelah itu baru mencapai bagian datar yang dilapisi dengan beton dan kabel listrik. Namun, sebagian besar lubang terowongan selebar sekitar 1 meter dan setinggi 2,5 meter, sehingga hampir tidak cukup bila dimasuki tentara yang membawa persenjataan berat," tulis Guardian dalam laporannya yang dilansir, Sabtu (2/8/2014).

Bila ditelusuri lagi, terowongan menurun lebih dalam, mencapai hingga 30 meter di bawah permukaan. "Sebagian besar terowongan mempunyai panjang 1 hingga 3 kilometer dan memiliki banyak pintu masuk dan cabang. Seluruh terowongan terhubung dengan bagian lain dan dengan bunker yang digunakan sebagai pusat komando dan gudang senjata, terutama sebagai persembunyian para pemimpin politik dan militer Hamas dari pencarian pasukan Israel.

Terowongan berbentuk labirin rahasia dan bunker itu dibangun dengan susah payah oleh Hamas selama beberapa tahun terakhir. Pembangunan terowongan bahkan menelan biaya sangat besar yang konon mencapai jutaan dolar Amerika Serikat.

Pasukan Israel pun berlomba untuk menemukan dan menghancurkan terowongan bawah tanah Hamas sebanyak mungkin. Ini mengingat Hamas dan kelompok militan lainnya menyimpan atau menggunakan senjata strategis mereka di bawah tanah. Termasuk menyerang posisi tentara Israel. Baik di Gaza maupun wilayah Israel.

Tentara Israel Jadi Target

Pada Jumat 1 Agustus 2014, sejumlah anggota Hamas muncul dari terowongan di dekat Kota Rafah, selatan Gaza. Mereka membunuh 2 tentara dan diduga pula menculik sejumlah tentara Israel.

Pihak Hamas pun mengklaim mereka tak mungkin dihancurkan dalam serangan udara Israel berikutnya. Pada hari Selasa, 5 tentara Israel tewas di sebuah menara pengawas militer Israel oleh militan yang telah menyeberangi perbatasan. Mereka muncul melalui terowongan tersembunyi.

Terowongan labirin Hamas yang canggih tersebut jelas mengejutkan pimpinan militer Israel. Namun, mereka tetap bertekad menghancurkan terowongan-terowongan milik Hamas tersebut.

Lebih dari 2 pekan setelah melancarkan serangan darat di Gaza, Kepala Komando Angkatan Bersenjata Israel (IDF) bagian Selatan Mayor Jenderal Sami Turgeman mengatakan mereka sudah semakin dekat untuk mencapai tujuan operasi militer. "Kami hanya membutuhkan beberapa hari lagi untuk menghancurkan semua terowongan ofensif," ucap Mayor Jenderal Sami Turgeman, Kamis 31 Juli 2014.

Pada hari yang sama, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengeluarkan pernyataan serupa. "Tentara IDF sedang menyelesaikan pemusnahan terowongan teroris. Terowongan ini memungkinkan Hamas untuk menculik dan membunuh warga sipil dan tentara IDF melalui serangan simultan dari banyak terowongan yang menembus wilayah kita. Kita sekarang bertekad menghancurkan kemampuan Hamas tersebut," kata Netanyahu.

3 Jenis Terowongan

Eado Hecht, seorang analis pertahanan Israel yang mengkhususkan diri dalam perang bawah tanah, mengungkapkan ada 3 jenis terowongan di bawah Gaza:

  1. Terowongan penyelundupan di perbatasan antara Gaza dan Mesir. 
  2. Terowongan pertahanan dalam Gaza, yang digunakan untuk pusat komando dan penyimpanan senjata. 
  3. Terowongan ofensif yang digunakan untuk serangan di wilayah perbatasan Palestina-Israel.
Sejauh ini militer Israel mengungkapkan ada sekitar 32-35 terowongan ofensif, di mana lebih dari setengahnya telah hancur.

Untuk diketahui, terowongan konstruksi dimulai di Gaza lebih dari satu dekade yang lalu. Prajurit Israel Gilad Shalit dikabarkan diculik oleh milisi di dekat perbatasan Israel dan diseret kembali ke wilayah itu pada tahun 2006.

Namun setelah Israel memperketat blokade atas Gaza pada tahun berikutnya, ratusan terowongan untuk menyelundupkan barang dan orang dibangun di perbatasan Gaza-Mesir. Hamas juga menggali terowongan terpisah untuk menyelundupkan pasokan senjata ke Gaza.

Dalam beberapa tahun terakhir, Hamas yang sebelumnya berhasil membangun rute penyelundupan, kemudian membuat jaringan terowongan defensif dan ofensif. Terowongan ofensif telah digali dengan tangan dan seminimal mungkin menggunakan mesin peralatan untuk menghindari kecurigaan dari pihak Israel.

Hecht memperkirakan bahwa setiap terowongan membutuhkan 2-3 tahun untuk menyelesaikan dengan biaya jutaan dolar.
Di lain pihak, bagi Israel, operasi menghancurkan terowongan sangat berisiko. "Ini adalah pekerjaan yang sangat berbahaya," kata Hecht. "Pertama, lokasi pintu masuk terowongan sangat sulit, mereka adalah 'jarum di tumpukan jerami'. Teknologi pendeteksi pun sangat sulit mencari dan memetakan terowongan bawah tanah," imbuh Hecht.

"Setelah Anda menemukan pintu masuk, Anda harus naik ke dalam untuk mengetahui apakah itu adalah terowongan defensif atau ofensif. Kemudian Anda harus memetakan terowongan. Terutama untuk memastikan ada tidaknya cabang terowongan. Selanjutnya Anda harus masuk ke hampir seluruh terowongan dengan bahan peledak. Dan selama ini tentara Israel berisiko diserang, ditembak, bahkan menemui banyak jebakan. Ini adalah permainan `petak umpet` yang mematikan.

Diendus Israel Sejak 2012

Sementara itu, Brigadir Jenderal Shimon Daniel mengatakan pihaknya telah mengetahui adanya ancaman dari strategi terowongan milik Hamas.

"Kami tahu ada ancaman strategis, tapi kami harus menghadapinya. Kami mengambil risiko dan kami menunggu. ini adalah masalah besar. Itu bukan hal yang mudah untuk menangani," tukas Daniel, perwira tinggi pasukan cadangan Israel yang pernah menjabat Kepala Korps Zeni Tempur IDF pada tahun 2003 hingga 2007.

Ketika ditanya mengapa militer tidak mengatasi ancaman terowongan pada bulan November 2012, ketika Israel melancarkan operasi militer bersandi Pilar Pertahanan di Gaza, ia mengaku saat itu banyak pertimbangan.

"Ada banyak alasan yang mempengaruhi cara kita bertindak, alasan politik, alasan internasional. Ini sangat rumit...," tukas Daniel.

Bahkan, lanjut Daniel, ketika Israel menyatakan telah mencapai tujuan strategis ofensif saat ini dan menghancurkan terowongan ofensif Hamas, tidak ada jaminan bahwa setiap anggota militan Hamas tak akan kembali lagi untuk membangun terowongan  .

Seorang pejabat senior IDF yang enggan menyebutkan jati dirinya mengungkapkan, operasi darat yang digelar Israel selama 3 hari tujuannya adalah untuk menghancurkan sebanyak mungkin terowongan seperti itu.
Adapun menurut Hecht, operasi militer Israel setidaknya membuat pihak Hamas lebih sulit untuk membangun kembali terowongan.

Untuk itu, Israel mengatakan bahwa 'demiliterisasi' Hamas dan kelompok militan lainnya di Gaza merupakan faktor penting dari setiap gencatan senjata untuk mengakhiri konflik saat ini. Dengan demikian, Hamas bakal sulit memperluas terowongan dan sulit meluncurkan roket ke wilayah Israel.

Namun Daniel memperkirakan Hamas tidak akan mudah tergoyahkan. "Tentu saja Hamas akan mencoba untuk membangun kembali terowongan. Saat kami keluar [dari Gaza] mereka akan mulai menggali." 




Sumber : SCTV

Lanny Jaya Papua Terus Bergolak

Lima Anggota OPM Tewas

PAPUA-(IDB) : Lima anggota Organisasi Papua Merdeka (OPM) tewas dalam baku tembak dengan TNI di Distrik Pirime, Kabupaten Lanny Jaya, Jumat pagi sekitar pukul 11.00 WIT.

Panglima Kodam XVII/Cenderawasih Mayjen TNI Christian Zebua ketika dikonfirmasi wartawan via telepon seluler Jumat siang membenarkan peristiwa itu.

"Memang benar ada penembakan di Lanny Jaya. Lima OPM tewas ditembak dan dua anggota kami terserempet peluru," katanya.

OPM Hadang TNI Sebelum Baku Tembak Di Lanny Jaya

Sekelompok anggota Organisasi Papua Merdeka (OPM) menghadang pasukan gabungan TNI yang sedang bergerak di Distrik Pirime, Kabupaten Lanny Jaya, Papua, Jumat sekitar pukul 11.00 WIT hingga terjadi baku tembak.

Pasukan gabungan yang terdiri dari anggota Kodim 1702/Jayawijaya, Yonif 756/Wi Mane Sili, Satuan Tugas Perbantuan, dan Denintel yang dipimpin oleh Dan Yonif 756/Wi Mane Sili dihadang OPM saat sedang menuju Pos Kotis Lanny Jaya.

Ketika itu pasukan gabungan TNI sedang akan mengejar kelompok OPM Enden Wanimbo, Rambo Wenda, dan Purom Okiman Wenda. Mereka kemudian dihadang OPM di Distrik Pirime hingga terjadi baku tembak dan dua anggota TNI terkena tembakan.

Salah satunya mengenai anggota Yonif 756/Wi Mane Sili, Pratu Rohman, dan lima anggota OPM juga tertembak.

Panglima Kodam XVII/Cenderawasih Mayjen TNI Christian Zebua ketika dikonfirmasi wartawan Jayapura via telepon seluler Jumat siang membenarkan peristiwa itu.

"Memang benar ada penembakan di Lanny Jaya. Lima OPM tewas ditembak dan dua anggota kami terserempet peluru," katanya.

Hingga berita ini ditulis, Christian mengatakan baku tembak antara pasukan gabungan TNI dan anggota OPM wilayah Lanny Jaya masih berlangsung.

Sementara itu, dalam pernyataan via telepon seluler kepada wartawan di Jayapura, Enden Wandikbo dan Porum Wenda membantah jika ada anak buahnya yang tertembak.

"Tidak ada yang tewas kena tembak. Tapi honai (rumah adat) kami yang dibakar oleh TNI," kata mereka.

Anggota TNI Pratu Rois Dievakuasi Ke Jayapura

Anggota Batalyon Infantri 756/Winame Silli, Wamena, Pratu Rois, yang terluka dalam baku tembak TNI dengan anggota Organisasi Papua Merdeka, Jumat siang dievakuasi ke Jayapura.

Pratu Rois dilaporkan terkena serpihan peluru saat kontak senjata dengan kelompok bersenjata di Pirime, Kabupaten Lanny Jaya.

Pratu Rois dievakuasi menggunakan helikopter langsung dari Tiom, ibukota Kabupaten Lanny Jaya.

Pratu Rois Akan Dioperasi Di Marthen Indey

Pratu Rohman alias Rois, anggota Yonif 756/Wimane Silli Wamena yang terluka dalam baku tembak dengan anggota OPM di Pirime, Lanny Jaya, Papua, sedang menjalani rontgen untuk persiapan operasi di Rumah Sakit Marthen Indey Jayapura.

"Korban sudah di Marthen Indey. Dan dalam perawatan intensif," kata Kepala Penerangan Kodam XVII/Cendrawasih, Letkol Rijkas Hidayatullah, Jumat.

Pratu Rohman atau Rois terluka dalam baku tembak antara TNI dengan OPM di Lanny Jaya pada Jumat pagi sekitar pukul 11.00 WIT.

Pasukan gabungan TNI dihadang oleh sekelompok anggota OPM di Distrik Pirime hingga terjadi baku tembak.


Penembakan Terus Berulang, Pembangunan Lanny Jaya Bisa Terhambat


Bupati Kabupaten Lanny Jaya, Befa Yigibalom, mendesak aparat TNI-Polri untuk segera memulihkan keamanan dan ketertiban masyarakat menyusul meningkatnya gangguan dari kelompok kriminal bersenjata di Kabupaten Lanny Jaya.

Dia khawatir jika keadaan tersebut berlanjut akan menghambat misi pembangunan jangka pendek dan jangka panjang Pemerintah Kabupaten Lanny Jaya.

“Aparat TNI-Polri tak usah takut HAM. Ini masalah kemanusiaan. Mana yang lebih penting, masa depan atau semua orang Papua mati karena miskin, bodoh, dan karena penyakit? Apakah dengan menembak aparat akan langsung merdeka?” kata Befa yang ditemui di Jayapura, Jumat (1/8/2014).

Saat ini, pemerintah dan warga Lanny Jaya sedang giat-giatnya membangun, tetapi terganggu oleh aksi dari kelompok kriminal bersenjata. Menurut Befa, warga marah karena aksi kelompok bersenjata itu biadab dan tidak mencerminkan adat orang Lanny Jaya, terlebih karena dilakukan oleh orang-orang yang berasal dari luar Lanny Jaya.

“Orang-orang itu berasal dari Puncak Jaya yang difasilitasi oleh seorang warga Distrik Pirime, Enden Wanimbo. Tindakan mereka tidak mencerminkan adat warga Lanny Jaya. Orang yang sudah mati, tak boleh diserang lagi,” ungkapnya.

Menurut Befa, Enden Wanimbo berstatus pegawai negeri sipil sebagai guru di salah satu sekolah di Pirime. Namun, dia mengaku pemerintah kabupaten tak bisa berbuat banyak karena khawatir jika ditindak maka kelompoknya akan membuat keonaran.

“Saya menduga banyak warga yang ikut-ikutan dengan kelompok ini karena anggota kelompok ini hidup membaur dengan masyarakat. Mereka berpropaganda ketika merdeka akan ada kehidupan baru,” tutur Befa.

Senada dengan Befa, ditempat berbeda Ketua DPR Papua, Deerd Tabuni juga menyampaikan kecaman terhadap aksi penyerangan oleh kelompok kriminal bersenjata yang menewaskan 2 anggota Polisi, Senin lalu.

Putra asli asal Kuyawage, Kabupaten Lanny Jaya, ini mengaku sejak beberapa tahun terakhir tidak ada lagi pergerakan warga menuntut kemerdekaan di wilayah mereka.

“Di Lanny Jaya, daerah kami yang menjadi pusat gerakan melawan aparat, tapi sejak beberapa tahun terakhir sudah tenang. Saya yakin pelakunya bukan warga Lanny Jaya,” ungkap Deerd.

Deerd mengaku setuju dengan rencana pengejaran aparat kepolisian dibantu TNI terhadap kelompok kriminal bersenjata tersebut. Menurut dia kelompok tersebut sudah meresahkan warga dan mengganggu aktivitas pembangunan di wilayah Lanny Jaya.

“Sebelumnya harus diadakan pertemuan antara aparat keamanan, pemerintah daerah, dengan pejabat distrik dan kampung. Dari situ akan diperoleh informasi keterlibatan warga yang memfasilitasi keberadaan kelompok ini. Mereka juga harus ditangkap,” tegas Deerd.



Sumber : Antara

Eranya Alutsista F-16 C/D 52ID

KMPS-(IDB) :  : Setelah menempuh perjalanan panjang, juga setelah lewatnya pro-kontra pengadaannya empat tahun silam, jet tempur F-16 yang didapuk dengan seri F-16 C/D 52ID TNI Angkatan Udara ini pada Jumat (25/7/2014) lalu tiba di Tanah Air, tepatnya di Pangkalan Udara Iswahyudi, Madiun (Kompas, 26/7/2014). Tiga dari 24 pesawat yang dipesan terbang dari Guam selama 5 jam 16 menit dengan pengisian bahan bakar di udara oleh tanker KC-10 dari Pangkalan AU Yokota di Jepang.

Penerbangan yang diberi kode Viper Flight ini, seperti disampaikan Kepala Dinas Penerangan TNI AU Marsekal Pertama Hadi Tjahjanto dalam siaran pers, dipimpin oleh Kolonel Howard Purcell dengan pesawat bernomor ekor TS-1625, diikuti oleh Mayor Collin Coatney dan Letkol Firman Dwi Cahyono (TS-1620), serta Letkol Erick Houston dan Mayor Anjar Legowo (TS-1623). Setiba di Lanud Iswahyudi, para awak F-16 mutakhir ini disambut oleh Panglima Komando Operasi AU II Marsekal Muda Abdul Muis, didampingi Komandan Lanud Iswahyudi Marsekal Pertama Donny Ermawan dan Kepala Proyek "Peace Bima Sena II", yang menaungi pengadaan F-16 baru ini, yakni Kolonel Tek Amrullah Asnawi.

Kepala Staf TNI AU Marsekal IB Putu Dunia, dalam menyambut kedatangan F-16 C/D 52ID, mengatakan, proyek "Peace Bima Sena II" merupakan bagian dari pembangunan Kebutuhan Pokok Minimal (MEF, Minimum Essential Force).

Bersama dengan 10 unit F-16 A/B yang sudah diperoleh Indonesia pada 1989, ke-24 F-16 baru diproyeksikan menjadi kekuatan utama Skuadron Udara 3 Lanud Iswahyudi, Madiun, dan Skuadron Udara 16 Lanud Rusmin Nuryadin, Pekanbaru.

Jet-jet F-16 diharapkan dapat meningkatkan kekuatan dan kemampuan kekuatan udara (air power) RI untuk menegakkan kedaulatan nasional. Pesawat tempur ini juga diharapkan bisa menjadi tulang punggung operasi pertahanan udara. Selain itu, juga sebagai penjamin keunggulan udara komando gabungan TNI dalam penyelenggaraan operasi darat, laut, ataupun udara.

Penguatan Blok 25

F-16 C/D 52ID yang diterima TNI AU berdasarkan kontrak senilai hampir 700 juta dollar (sekitar Rp 8 triliun), yang kesepakatannya ditandatangani pada Januari 2013, masih akan datang lagi secara bertahap hingga genap 24 pada minggu kedua Oktober 2015 (Kementerian Pertahanan).

Ditinjau dari evolusi F-16, tipe yang diterima Indonesia bukan dari tipe yang paling mutakhir. Tipe paling mutakhir F-16 E/F dimiliki oleh Uni Emirat Arab, yakni dari Blok 60, yang tergolong pesawat tempur generasi 4,5, sementara F-16 yang membentuk kekuatan udara AS dan sejumlah AU dunia lain dari Blok 50/52+ (Defense Industry Daily, 26/1/2014).

F-16 C/D 52ID sebenarnya berasal dari Blok 25 yang sudah tidak digunakan lagi di AS. Dalam proses upgrading dan refurbishment (peremajaan), F-16 Blok 25 ini dibongkar total di Ogden Air Logistics Center di Pangkalan AU Hill, Utah. Rangka pesawat diganti dan diperkuat, kokpit diperbarui, jaringan kabel dan elektronik baru dipasang. Semua sistem lama diperbarui dan mission computer yang menjadi otak pesawat ditambahkan. Tujuannya agar kemampuan jet meningkat setara dengan Blok 50/52.

Harapan itu didasarkan pada fakta bahwa yang jadi pusat pemutakhiran adalah pemasangan komputer misi MMC-7000A yang juga merupakan standar pada Blok 52+. Ada juga peningkatan kemampuan radar AN/APG-68. Selain itu, juga ada pemasangan Improved Modem Data Link untuk komunikasi data serta pemasangan Embedded GPS/INS yang menggabungkan fungsi GPS dan INS untuk penembakan bom JDAM. Jet baru TNI AU ini juga dilengkapi peralatan perang elektronik maju AN/ALQ-213 dan peralatan lain, seperti penerima peringatan radar dan set pelontar penangkalan (countermeasures) seperti chaff/flare anti radar/anti rudal.

Untuk mesin, F-16 C/D 52ID yang berbobot kotor maksimum 37.500 lbs menggunakan mesin Prat & Whitney F100-PW-220/E dengan daya dorong 24.000 lbs sehingga rasio dorongan terhadap berat (thrust-to-weight, T/W) menjadi 0,64. Bandingkan dengan Blok 52 dengan berat kotor maksimum 52.000 lbs dan ditenagai mesin F100-PW-229 dengan daya dorong 29.000 lbs. Di sini rasio T/W hanya 0,56, lebih kecil dibandingkan dengan F-16 C/D 52ID.

"Dalam close combat (pertempuran jarak dekat), F-16 TNI AU dengan T/W lebih besar memiliki kelincahan lebih baik daripada F-16 Blok 52," tulis Kolonel Agung "Sharky" Sasongkojati di Angkasa (Juli, 2014).

Kelebihan Blok 52, tambah Agung, adalah karena mesin lebih besar, ia bisa mengangkut senjata lebih berat. Karena bisa dipasang tangki bahan bakar ekstra (conformal) di punggung yang mampu mengangkut 600 galon, Blok 52 bisa terbang lebih jauh.

Di bagian senjata, selain rudal standar untuk pertempuran udara jarak dekat AIM-9 Sidewinder L/M/X, ia juga bisa dilengkapi rudal udara-ke-udara jarak sedang AMRAAM AIM-120 untuk memburu sasaran di luar pandangan mata (beyond visual range). Sementara untuk sasaran permukaan, F-16 baru dilengkapi dengan kanon 20 mm, bom MK 81/82/83/84, bom berpemandu laser Paveway, bom penghancur landasan Durandal, rudal anti tank Maverick AGM-65, rudal anti kapal Harpoon AGM-84, serta rudal anti radar HARM AGM-88.

Empat Dekade Sukses

Jika kini sudah 4.500 jet F-16 dibuat dan menjadi armada tempur 28 negara, kisah sukses jet yang dijuluki "Fighting Falcon" ini dimulai pada 2 Januari 1974. Saat itu, prototipe (purwarupa) F-16 yang bercat merah, putih, dan biru lepas landas dari Pangkalan AU Edwards di California untuk penerbangan udara resmi. Ini karena dua pekan sebelumnya, saat menguji di landasan, pilot penguji Phil Oestricher terpaksa harus mengudarakan pesawat setelah tiruan Sidewinder yang dipasang di ujung sayap nyaris menyentuh landasan.

Setelah itu, YF-16 yang kala itu masih dibuat General Dynamics (GD) berhasil memenangi kontes AU AS yang membutuhkan pesawat tempur ringan (Lightweight Fighter, LWF). Yang dikalahkan adalah YF-17 Cobra, yang kemudian bermetamorfosis menjadi F/A-18 Hornet yang dibuat Northrop (Show News, Farnborough, 15/7/2014, Lockheed Martin).

Setelah menang di AS dan kontrak diberikan untuk membuat F-16A (yang berkursi satu) dan F-16 B (berkursi dua) Januari 1975, pada Juni tahun itu pula Belgia, Belanda, Denmark, dan Norwegia juga memilih F-16. Mereka memesan 348 jet yang dibuat oleh Fokker di Belanda dan SABCA di Belgia berdasarkan kit yang diberikan oleh GD.

Pada Juni itu pula, purwarupa YF-16 kedua melakukan debut di Eropa ketika pilot penguji utama, Neil Anderson, menampilkan demo udara spektakuler di Paris Air Show, membuat negara-negara Eropa semakin jatuh hati pada pesawat tempur baru ini.

Kini, F-16 yang sudah punya 138 konfigurasi masih terus berevolusi menuju tipe lebih mutakhir, yakni F-16 Viper.



Sumber : Kompas