Pages

Sabtu, Juli 19, 2014

Mako Divisi III Marinir Sorong Siap Diresmikan

JAKARTA-(IDB) : Markas Divisi III Marinir di Sorong yang telah direncanakan Mabesal sejak setahun lalu kini sudah rampung dibangun. Markas yang terletak di kilometer 16 Sorong Aimas itu berdiri megah. Kepastian administrasi dan kedatangan personel, tinggal menunggu keputusan Presiden.
 
“Divisi Marinir merupakan tahapan dalam membangun Armada RI kawasan Timur di Sorong yang telah direncanakan lama oleh Kemhan dan Mabesal,” ujar Dirjen Kuathan Kementerian Pertahanan RI Laksda TNI Agus Purwoto di kantornya beberapa waktu lalu.
 
Sejauh ini, Korps Marinir TNI AL terbagi menjadi pasukan, yakni Pasmar 1 yang bermarkas di Gedangan Sidoarjo dan Pasmar 2 yang bermarkas di Jakarta.
 
Lebih lanjut, menurut Agus, pembangunan Divisi III Marinir merupakan pengembangan postur organisasi Marinir sebagai Kotama (Komando Utama—red) yang ditempatkan di daerah strategis dan rawan konflik.
 
Rencananya, dalam divisi ini akan ditempatkan 6.000 hingga 10 ribu personel yang siap menjaga kedaulatan NKRI di pulau paling timur Indonesia. Selain itu, kebutuhan akan Alutsista juga menjadi perhatian pemerintah yang saat ini telah memasuki penghujung masa jabatan.
 
“Paling tidak, ini merupakan pencapaian dalam MEF tahap I dan akan dilanjutkan kemudian di tahap II,” papar Agus.
 
Ditinjau dari letak geografis, Sorong merupakan kota strategis di Pulau Papua, khususnya Papua Barat. Kota yang terletak di ujung kepala burung Pulau Papua tersebut merupakan pintu masuk Papua dan penghubung antara Papua dengan daerah lain.
 
Beberapa konflik horizontal kerap terjadi di kota ini. Salah satunya, kerusuhan bernuansa SARA pada April lalu, serta adanya pasukan OPM pimpinan Izak Klablim dikabarkan sering melakukan operasi di daerah ini.
 
Diharapkan, dengan kehadiran Divisi Marinir di Sorong dapat meminimalisasi gejala-gejala tersebut, baik dengan Operasi Militer Perang (OMP) maupun Operasi Militer Selain Perang (OMSP).
 
Sepanjang sejarah perjalanan korps yang memiliki slogan Jalesu Bhumyamca Jayamahe (Di Laut dan Darat Kita Jaya) ini selalu dikenal dekat dengan rakyat, serta merakyat.




Sumber : JurnalMaritim

Menhan Resmikan KRI Bung Tomo Class Di Inggris

Menteri Pertahanan RI Purnomo Yusgiantoro (photo: Anatara/Yudhi Mahatma)
Menteri Pertahanan RI Purnomo Yusgiantoro

LONDON-(IDB) : Menteri Pertahanan Republik Indonesia Purnomo Yusgiantoro meresmikan kapal perusak kawal rudal jenis Multi Role Light Frigate (MRLF) KRI Bung Tomo-357 dan KRI John Lie-358 di Dermaga Anchorline, Barrow-In-Furness, Inggris, Jumat (18/7).


Selain dihadiri jajaran Kementerian Pertahanan RI, acara pemberian nama dan peresmian KRI Bung Tomo-357 dan KRI John Lie-358 juga dihadiri anggota DPR dari Komisi I bidang pertahanan, pejabat TNI Angkatan Laut, Dubes RI  didampingi pejabat KBRI London serta pejabat pemerintahan Inggris, demikian Pensosbud KBRI London Heni Hamida kepada Antara London, Sabtu.


Setelah peresmian, kedua KRI langsung menuju Indonesia dan diharapkan bisa turut berpartisipasi memeriahkan HUT TNI ke-69 pada 5 Oktober 2014 di Pangkalan TNI Angkatan Laut Surabaya.


Kapal perang produksi BAE Systems, Inggris, tahun 2004 tersebut memiliki spesifikasi teknis yang handal.


Dengan panjang 95 meter dan lebar 12,7 meter serta dilengkapi sistem pendorong empat motor pokok CODAD (Combined diesel and diesel) yang mampu berlayar dengan kecepatan maksimum 31 knots.

Kapal MRLF Bung Tomo class (photo : Grhm Rpr)
Kapal MRLF Bung Tomo class
Kedua kapal perang tersebut juga dilengkapi dengan sistem persenjataan yang tergolong mutakhir, seperti peluru kendali anti kapal permukaan MM 40, peluru kendali anti serangan udara Sea Wolf, meriam 76 mm, meriam 30 mm serta torpedo anti kapal selam.


Didukung oleh sistem kendali persenjataan, navigasi dan komunikasi yang terintegrasi dengan baik, kapal jenis MRLF tersebut dirancang untuk mampu bertempur menghadapi ancaman baik dari atas air, bawah air maupun udara.


Sebelum diresmikan menjadi kapal perang Republik Indonesia oleh Menteri Pertahanan RI, kedua kapal menjalani prosesi pemberian nama yang memiliki arti simbolis agar kapal tersebut memiliki semangat kepahlawanan dari tokoh pahlawan nasional yang digunakan serta agar kapal beserta awaknya di dalam pengabdiannya demi kejayaan bangsa dan negara senantiasa dilindungi oleh Tuhan Yang Maha Esa.


Prosesi pemberian nama KRI Bung Tomo-357 dan KRI John Lie-358 dilakukan oleh Lies Purnomo Yusgiantoro, istri Menhan RI selaku ibu kandung kapal.


Bung Tomo merupakan salah satu tokoh pahlawan yang lahir di Surabaya pada tanggal 3 Oktober 1920.


Bung Tomo terkenal karena peranannya yang signifikan dalam membangkitkan semangat rakyat Indonesia untuk melawan kembalinya penjajah yang akan menguasai negara Indonesia.

Semangat pertempuran Bung Tomo telah ditunjukkan dalam pertempuran 10 November 1945 yang hingga kini diperingati sebagai Hari Pahlawan oleh seluruh bangsa Indonesia.


Sementara Laksamana Muda TNI Jahja Daniel Dharma atau yang lebih dikenal sebagai John Lie merupakan salah seorang perwira tinggi TNI Angkatan Laut pada masa perang revolusi.


Pada awal kemerdekaan, John Lie ditugaskan mengamankan pelayaran kapal-kapal yang mengangkut komoditas ekspor Indonesia yang akan diperdagangkan di luar negeri menembus blokade penjajah.

Hasil dari penjualan hasil bumi tersebut selanjutnya digunakan demi keperluan perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. 



Sumber : Antara

Penerbangan F-16 C/D TNI AU Ke Guam Tertunda

ALASKA-(IDB) : Rencana penerbangan tiga pesawat F-16 C/D 52ID TNI AU dengan call sign "Viper Flight," dari Eielson AFB Alaska menuju Andersen AFB Guam ditunda selama 48 jam. Susunan crew pesawat pertama adalah TS 1625 dengan crew Col Howard Purcel, pesawat kedua TS 1620 diawaki Maj Collin Coatney/ Ltk.Firman Dwi Cahyono dan pesawat terakhir TS 1623 diawaki Ltc Erick Houston/ May Anjar Legowo. Tiga buah pesawat F-16 C/D ini terpaksa harus menunda penerbangan yang harus ditempuh selama 9 Jam 40 menit ini karena pesawat tanker KC-10 dari Travis AFB yang mengawal penerbangan harus menjalani perbaikan karena masalah teknis.


Sebelumnya pada tanggal 15 Juli 2014 Viper Flight telah menempuh perjalanan dari Hill AFB Utah menuju Eielson AFB Alaska selama empat setengah jam pada ketinggian 25.000 kaki dan kecepatan 0.8 MN (Mach Number) atau sekitar 480 KTAS (Knots True Air Speed) melewati area gurun, area perkotaan, selat sepanjang pantai barat dan juga pegunungan bersalju di wilayah Canada bagian utara sebelum memasuki wilayah negara bagian Alaska. Selama perjalanan dilaksanakan air to air refueling dengan pesawat KC-10 dari Travis selama 3 kali pengisian.


Sesuai kondisi ini direncanakan keberangkatan ditunda menjadi tanggal 19 Juli 2014. Perjalanan dari Eielson AFB Alaska menuju Andersen AFB Guam akan berlangsung selama 9 jam 40 menit dan tanggal 22 Juli penerbangan leg terakhir dari Guam langsung menuju Lanud Iswahyudi Madiun dengan waktu 5 jam 16 menit. Ketiga pesawat direncanakan akan mendarat pada pukul 11.16 di lanud Iswahjudi Madiun pada tanggal 22 Juli 2014 dan akan langsung diparkir di hangar Skadron Udara 3 “The Dragon Nest” untuk inspeksi.


Setelah libur Idul Fitri maka enam instruktur penerbang F-16 akan mulai melanjutkan latihan terbang konversi F-16 C/D nya di Lanud Iswahyudi Madiun mulai bulan Agustus 2014 dibawah supervisi empat instruktur penerbang dari US Air Force Mobile Training Team. Rencananya pesawat-pesawat ini akan menjalani modifikasi pemasangan peralatan drag chute karena konfigurasi awal pesawat F16C/D-52ID tidak dilengkapi dengan drag chute (rem payung) yang dilakukan tehnisi TNI AU dibantu personil Lockheed Martin pada kuartal pertama 2015.


Seluruh pesawat sebelumnya menjalani upgrading dan refurbished rangka “airframe” serta modernisasi sistem “avionic” dan persenjataan di Ogden Air Logistics Center Hill AFB, Utah. Rangka pesawat diperkuat, cockpit diperbarui, jaringan kabel dan elektronik baru dipasang, semua system lama di rekondisi atau diganti menjadi baru dan mission computer canggih baru sebagai otak pesawat ditambahkan agar lahir kembali dengan kemampuan jauh lebih hebat dan ampuh.


Modernisasi dan upgrade avionic dan engine pesawat dilaksanakan untuk meningkatkan kemampuan menjadi setara dengan F-16 block 50/ 52, khususnya dengan pemasangan “otak dan syaraf” pesawat yaitu Mission Computer MMC- 7000A versi M-5 yang juga dipakai Block 52+, demikian pula radar AN/APG-68 (V) ditingkatkan kemampuan sesuai system baru yang dipasang. Juga Improved Modem Data Link 16 untuk komunikasi data canggih, Embedded GPS/ INS (EGI) block-52 yang menggabungkan fungsi GPS dan INS dan berguna untuk penembakan JDAM (Bomb GPS), Electronic Warfare Management System AN/ALQ-213, Radar Warning Receiver ALR-69 Class IV serta Countermeasures Dispenser Set ALE-47 untuk melepaskan Chaffs/ Flares anti radar/anti rudal. Untuk seluruh mesin pesawat tipe F100-PW-220/E telah menjalani upgrade menjadi baru kembali, khususnya dengan pemasangan system DEEC (Digital Electronic Engine Computer) baru dan Augmentor Engine baru yang usia pakainnya dua kali lebih lama.


Dalam urusan pertempuran udara pesawat ini cukup handal karena disamping kelincahan F-16 C/D 52ID TNI AU menandingi Block 52 juga dilengkapi rudal jarak pendek AIM-9 Sidewinder L/M/X dan IRIS-T (NATO) serta rudal jarak sedang AIM-120 AMRAAM-C. Untuk menyerang sasaran darat dan perairan pesawat ini membawa kanon 20 mm, bomb standar MK 81/ 82/ 83/ 84, Laser Guided Bomb Paveway, JDAM (GPS Bomb), Bom anti runway Durandal, rudal AGM-65 Maverick K2, rudal AGM-84 Harpoon (anti kapal), rudal AGM-88 HARM (anti radar). Peralatan Improved Data Modem Link 16 memungkinkan penerbang melakukan komunikasi data tanpa suara dengan pesawat lain atau dengan radar darat, radar laut dan radar terbang.


Pesawat dilengkapi Head Up Display layar lebar terbaru yang kompatibel dengan Helmet Mounted Cueing System dan Night Vision Google sebagai kelengkapan penerbang kita. Pesawat juga dilengkapi navigation dan targeting pod canggih seperti Sniper/ Litening untuk operasi tempur malam hari seperti layaknya siang serta mampu melaksanakan missi Supression Of Enemy Air Defence (SEAD) untuk menetralisir pertahanan udara musuh.


Kontrak pembelian juga meliputi pengadaan spare parts, ground support equipment dan training. Peralatan JMPS (Joint Mission Planning System) berfungsi dalam perencanaan operasi pertahanan atau penyerangan udara sesuai manajemen perang udara modern menghadapi lawan dalam situasi perang elektronika serta malam hari. Sedangkan peralatan RIAIS (Rackmount Improve Avionic Intermediate System ), AME (Alternate Mission Equipment) dan PMEL (Precision Measurement Equipment Laboratory) memungkinkan perawatan, kalibrasi dan perbaikan avionic pesawat tingkat sedang dan berat agar tidak tergantung dari luar.


Dilengkapi kemampuan sistem avionic canggih dan senjata udara modern serta keunggulan daya jangkau operasi membuat pesawat ini sanggup untuk menghadang setiap penerbangan gelap atau menghantam sasaran, baik di luar atau dalam wilayah kedaulatan kita, pada saat siang atau malam hari. Pengalaman dan pemahaman dari aplikasi penggunaan tehnologi perang udara modern yang didapat dalam pengoperasian F-16 CD 52ID niscaya akan membantu kita untuk memperbaiki perencanaan, pengadaan, pelatihan serta doktrin dan taktik perang udara TNI AU.


TNI Angkatan Udara merencanakan armada baru F-16 C/D 52ID ini akan melengkapi Skadron Udara 3 Lanud Iswahjudi Madiun dan Skadron Udara 16 Lanud Rusmin Nuryadin Pekanbaru. Diharapkan pada saat pesawat tempur masa depan IFX sudah siap dioperasikan maka berbagai prosedur, taktik, pengalaman dan ilmu pengetahuan yang didapat dari pengoperasian pesawat F-16 C/D 52ID bisa kita terapkan untuk menyamai dan bahkan mengungguli kekuatan udara calon lawan dan pesaing negara kita. Pesawat-pesawat canggih ini akan menambah kekuatan tempur TNI Angkatan Udara sebagai tulang punggung Air Power (Kekuatan Dirgantara) Negara kita demi menjaga Keamanan Nasional Indonesia.



Sumber : TNI AU

Rimpac 2014, Indonesia Marines Train Together At KTA

HAWAII-(IDB) : Indonesian marines move through the jungle on a reconnaissance patrol searching for opposing forces. The Indonesians, from various units of the Korps Marinir, trained with U.S. Marines assigned to India Company, 3rd Battalion, 3rd Marine Regiment during Rim of the Pacific (RIMPAC) Exercise 2014. RIMPAC, the largest maritime exercise in the Pacific region, fosters military-to-military bonds by strengthening lines of communication and interoperability among participating forces. 

Indonesian marines move through the jungle on a reconnaissance patrol searching for opposing forces. The Indonesians, from various units of the Korps Marinir, trained with U.S. Marines assigned to India Company, 3rd Battalion, 3rd Marine Regiment during Rim of the Pacific (RIMPAC) Exercise 2014. 

Twenty-two nations, 49 ships and six submarines, more than 200 aircraft and 25,000 personnel are participating in RIMPAC from June 26 to Aug. 1 in and around the Hawaiian Islands and Southern California. The world's largest international maritime exercise, RIMPAC provides a unique training opportunity that helps participants foster and sustain the cooperative relationships that are critical to ensuring the safety of sea lanes and security on the world's oceans. RIMPAC 2014 is the 24th exercise in the series that began in 1971.

An Indonesian marine runs across a danger area while on a reconnaissance patrol. The Indonesians, from various units of the Korps Marinir, trained with U.S. Marines assigned to India Company, 3rd Battalion, 3rd Marine Regiment during Rim of the Pacific (RIMPAC) Exercise 2014. Twenty-two nations, 49 ships and six submarines, more than 200 aircraft and 25,000 personnel are participating in RIMPAC from June 26 to Aug. 1 in and around the Hawaiian Islands and Southern California. 

The world's largest international maritime exercise, RIMPAC provides a unique training opportunity that helps participants foster and sustain the cooperative relationships that are critical to ensuring the safety of sea lanes and security on the world's oceans. RIMPAC 2014 is the 24th exercise in the series that began in 1971

First Sgt. Syhpuetra Henderson, an Indonesian marine assigned to 2nd Amphibious Reconnaissance Battalion, moves through the jungle with his squad in search of opposing forces. The Indonesians, from various units of the Korps Marinir, trained with U.S. Marines assigned to India Company, 3rd Battalion, 3rd Marine Regiment during Rim of the Pacific (RIMPAC) Exercise 2014. 

Twenty-two nations, 49 ships and six submarines, more than 200 aircraft and 25,000 personnel are participating in RIMPAC from June 26 to Aug. 1 in and around the Hawaiian Islands and Southern California. The world's largest international maritime exercise, RIMPAC provides a unique training opportunity that helps participants foster and sustain the cooperative relationships that are critical to ensuring the safety of sea lanes and security on the world's oceans. RIMPAC 2014 is the 24th exercise in the series that began in 1971.

Lance Cpl. Muhammad Rois poses for a photo while his squad is halted on a reconnaissance patrol to search for opposing forces. The Indonesians, from various units of the Korps Marinir, trained with U.S. Marines assigned to India Company, 3rd Battalion, 3rd Marine Regiment during Rim of the Pacific (RIMPAC) Exercise 2014. Twenty-two nations, 49 ships and six submarines, more than 200 aircraft and 25,000 personnel are participating in RIMPAC from June 26 to Aug. 1 in and around the Hawaiian Islands and Southern California. 

The world's largest international maritime exercise, RIMPAC provides a unique training opportunity that helps participants foster and sustain the cooperative relationships that are critical to ensuring the safety of sea lanes and security on the world's oceans. RIMPAC 2014 is the 24th exercise in the series that began in 1971.

U.S. Marine Cpl. Joseph Josleyn, liaison for the Indonesian marines, calls Company Landing Team 1 command operations center for a position report while on a reconnaissance patrol. The Indonesians, from various units of the Korps Marinir, trained with U.S. Marines assigned to India Company, 3rd Battalion, 3rd Marine Regiment during Rim of the Pacific (RIMPAC) Exercise 2014. 

Twenty-two nations, 49 ships and six submarines, more than 200 aircraft and 25,000 personnel are participating in RIMPAC from June 26 to Aug. 1 in and around the Hawaiian Islands and Southern California. The world's largest international maritime exercise, RIMPAC provides a unique training opportunity that helps participants foster and sustain the cooperative relationships that are critical to ensuring the safety of sea lanes and security on the world's oceans. RIMPAC 2014 is the 24th exercise in the series that began in 1971.

U.S. Marine Cpl. Joseph Josleyn, liaison for the Indonesian marines, talks with their squad leader on a reconnaissance patrol to discuss routes through the jungle. The Indonesians, from various units of the Korps Marinir, trained with U.S. Marines assigned to India Company, 3rd Battalion, 3rd Marine Regiment during Rim of the Pacific (RIMPAC) Exercise 2014. 

Twenty-two nations, 49 ships and six submarines, more than 200 aircraft and 25,000 personnel are participating in RIMPAC from June 26 to Aug. 1 in and around the Hawaiian Islands and Southern California. The world's largest international maritime exercise, RIMPAC provides a unique training opportunity that helps participants foster and sustain the cooperative relationships that are critical to ensuring the safety of sea lanes and security on the world's oceans. RIMPAC 2014 is the 24th exercise in the series that began in 1971. 

Indonesian marine Cpl. Subandi Riyanto, moves through the jungle with his squad on a reconnaissance patrol. The Indonesians, from various units of the Korps Marinir, trained with U.S. Marines assigned to India Company, 3rd Battalion, 3rd Marine Regiment during Rim of the Pacific (RIMPAC) Exercise 2014. Twenty-two nations, 49 ships and six submarines, more than 200 aircraft and 25,000 personnel are participating in RIMPAC from June 26 to Aug. 1 in and around the Hawaiian Islands and Southern California. 

The world's largest international maritime exercise, RIMPAC provides a unique training opportunity that helps participants foster and sustain the cooperative relationships that are critical to ensuring the safety of sea lanes and security on the world's oceans. RIMPAC 2014 is the 24th exercise in the series that began in 1971.

Indonesian marine 1st Sgt. Aditia Febrianto, holds security on an avenue of approach as the rest of his marines cross during a reconnaissance patrol. The Indonesians, from various units of the Korps Marinir, trained with U.S. Marines assigned to India Company, 3rd Battalion, 3rd Marine Regiment during Rim of the Pacific (RIMPAC) Exercise 2014. Twenty-two nations, 49 ships and six submarines, more than 200 aircraft and 25,000 personnel are participating in RIMPAC from June 26 to Aug. 1 in and around the Hawaiian Islands and Southern California. 

The world's largest international maritime exercise, RIMPAC provides a unique training opportunity that helps participants foster and sustain the cooperative relationships that are critical to ensuring the safety of sea lanes and security on the world's oceans. RIMPAC 2014 is the 24th exercise in the series that began in 1971.

Indonesian marine 1st Sgt. Han Tarhan moves through the jungle with his squad on a reconnaissance patrol in search of opposing forces. The Indonesians, from various units of the Korps Marinir, trained with U.S. Marines assigned to India Company, 3rd Battalion, 3rd Marine Regiment during Rim of the Pacific (RIMPAC) Exercise 2014. 

Twenty-two nations, 49 ships and six submarines, more than 200 aircraft and 25,000 personnel are participating in RIMPAC from June 26 to Aug. 1 in and around the Hawaiian Islands and Southern California. The world's largest international maritime exercise, RIMPAC provides a unique training opportunity that helps participants foster and sustain the cooperative relationships that are critical to ensuring the safety of sea lanes and security on the world's oceans. RIMPAC 2014 is the 24th exercise in the series that began in 1971.

Indonesian marines move through the jungle on a reconnaissance patrol searching for opposing forces. The Indonesians, from various units of the Korps Marinir, trained with U.S. Marines assigned to India Company, 3rd Battalion, 3rd Marine Regiment during Rim of the Pacific (RIMPAC) Exercise 2014. Twenty-two nations, 49 ships and six submarines, more than 200 aircraft and 25,000 personnel are participating in RIMPAC from June 26 to Aug. 1 in and around the Hawaiian Islands and Southern California. 

The world's largest international maritime exercise, RIMPAC provides a unique training opportunity that helps participants foster and sustain the cooperative relationships that are critical to ensuring the safety of sea lanes and security on the world's oceans. RIMPAC 2014 is the 24th exercise in the series that began in 1971.

Indonesian marine Lance Cpl. Agus Dwi Saputra, dashes across a danger area during a reconnaissance patrol while his squadmates provide security. The Indonesians, from various units of the Korps Marinir, trained with U.S. Marines assigned to India Company, 3rd Battalion, 3rd Marine Regiment during Rim of the Pacific (RIMPAC) Exercise 2014. 

Twenty-two nations, 49 ships and six submarines, more than 200 aircraft and 25,000 personnel are participating in RIMPAC from June 26 to Aug. 1 in and around the Hawaiian Islands and Southern California. The world's largest international maritime exercise, RIMPAC provides a unique training opportunity that helps participants foster and sustain the cooperative relationships that are critical to ensuring the safety of sea lanes and security on the world's oceans. RIMPAC 2014 is the 24th exercise in the series that began in 1971.

An Indonesian marine waits under the jungle canopy before his squad conducts a reconnaissance patrol in search of opposing forces. The Indonesians, from various units of the Korps Marinir, trained with U.S. Marines assigned to India Company, 3rd Battalion, 3rd Marine Regiment during Rim of the Pacific (RIMPAC) Exercise 2014. 

Twenty-two nations, 49 ships and six submarines, more than 200 aircraft and 25,000 personnel are participating in RIMPAC from June 26 to Aug. 1 in and around the Hawaiian Islands and Southern California. The world's largest international maritime exercise, RIMPAC provides a unique training opportunity that helps participants foster and sustain the cooperative relationships that are critical to ensuring the safety of sea lanes and security on the world's oceans. RIMPAC 2014 is the 24th exercise in the series that began in 1971.

Indonesian marine 1st Sgt. Syahpuetra Hendra (center), a squad leader assigned to 2nd Amphibious Reconnaissance Battalion, prepares his squad to conduct a reconnaissance patrol through the jungle. The Indonesians, from various units of the Korps Marinir, trained with U.S. Marines assigned to India Company, 3rd Battalion, 3rd Marine Regiment during Rim of the Pacific (RIMPAC) Exercise 2014. 

Twenty-two nations, 49 ships and six submarines, more than 200 aircraft and 25,000 personnel are participating in RIMPAC from June 26 to Aug. 1 in and around the Hawaiian Islands and Southern California. The world's largest international maritime exercise, RIMPAC provides a unique training opportunity that helps participants foster and sustain the cooperative relationships that are critical to ensuring the safety of sea lanes and security on the world's oceans. RIMPAC 2014 is the 24th exercise in the series that began in 1971.




Source : DVIDS

Indonesia, Estonia Dan Finlandia Kejasama Pertahanan Cyber

HELSINKI-(IDB) : Kerjasama pertahanan dan keamanan di bidang cyber merupakan topik utama pembahasan dalam pertemuan Menhan RI Purnomo Yusgiantoro dengan Menhan Estonia, Sven Mikser di Tallinn, ibukota Estonia dan dengan Menhan Finlandia, Carl Haglund di Helsinki, Finlandia.

Menhan RI bersama Delegasi Kemhan RI melakukan kunjungan kerja ke Estonia dan Finlandia dalam rangka mengembangkan kerjasama di bidang pertahanan dan keamanan antara Indonesia dengan Estonia dan Finlandia, demikian Sekretaris Pertama Bidang Pensosbud KBRI Helsinki, Made P. Sentanajaya kepada Antara London, Sabtu.

Dalam pertemuan dengan Menhan Estonia, Sven Mikser di Tallinn, Menhan Purnomo Yusgiantoro menyampaikan keinginan Indonesia untuk dapat mengembangkan kerjasama pertahanan dan keamanan di bidang cyber dengan Estonia, yang merupakan salah satu negara dengan Center of excellent pengembangan pertahanan cyber di kawasan Eropa.

NATO Cooperative Cyber Defense Center of Excellent (NATO CCD-COE) yang merupakan pusat pelatihan dan penelitian NATO di bidang pertahanan dan keamanan cyber telah didirikan di Tallinn, sejak tahun 2008.

Menhan Estonia sangat menyambut baik keinginan kerjasama dari pihak Indonesia dan dalam waktu dekat pembahasan kerjasama akan ditindaklanjuti dengan pertukaran informasi dan peningkatan saling kunjung di tingkat staf.

Sementara dalam pertemuan dengan Menhan Finlandia, Carl Haglund di Helsinki tanggal 16 Juli 2014, selain mengupayakan kerjasama di bidang pertahanan dan keamanan Cyber, Menhan juga menginginkan adanya peningkatan kerjasama antara Indonesia dengan Finlandia di bidang Peace Keeping Operation, Penelitian dan pengembangan Industri Pertahanan, serta kerjasama pendidikan dan pelatihan bagi staf TNI.

Sebagai tindak lanjut dari upaya kerjasama yang ditawarkan, kedua negara telah sepakat untuk segera menuangkan langkah-langkah kerjasama di bidang hankam tersebut dalam sebuah Letter of Intent.

Dalam kunjungan kerja ke Finlandia,dari tanggal 14 sampai 16 Juli Menhan RI juga berkesempatan meninjau Finnish Defense Forces International Center (FINCENT) di Tuusula, Finlandia yang merupakan tempat pelatihan dan pendidikan bagi pasukan penjaga perdamaian Finlandia untuk misi-misi perdamaian PBB, serta mengunjungi industri militer strategis Finlandia.

Keinginan Indonesia dalam mengembangkan kerjasama pertahanan cyber dengan Estonia dan Finlandia dilandasi kondisi semakin maraknya gangguan keamanan saat ini yang dilakukan melalui perantara internet.

Kerjasama Indonesia dengan Estonia dan Finlandia dibidang pertahanan dan keamanan cyber diharapkan dapat meningkatkan kemampuan Indonesia dalam menanggulangi potensi gangguan keamanan yang dilancarkan melalui internet tersebut. (ZG/M009) 



Sumber : Antara

Kapal Baru LMV Singapura

Littoral Mission Vessels (LMV) Angkatan Laut Singapura (photo : ST Marine)
Littoral Mission Vessels (LMV) Angkatan Laut Singapura


SINGAPURA-(IDB) : Artikel Kelvin Wong “Taking Shape: The Republic of Singapore Navy’s Littoral Mission Vessel” di Majalah “International Defence Review” memberikan detil tentang kapal baru serba guna yang sedang dibangun untuk Angkatan Laut Singapura.


Singapura akan membangun total 8 kapal yang disebut Littoral Mission Vessels (LMV), yang ditargetkan mulai operasional tahun 2016 hingga 2020, menggantikan 11 kapal patroli kecil fearless class 500 ton, yang dibangun Singapore Technologies (ST) Marine pada tahun 1990-an.


Desian dan konstruksi dari korrabley LMV dibuat oleh Shipbuilding Division State Association Singapore Technologies – Anak perusahaan ST Marine, yang konstruksinya dilakukan di Galangan Benoi Yard (Keppel Shipyard), Singapura.


Desain kapal ini akan dibimbing oleh perusahaan Jerman yang tergabung dalam ThyssenKrupp Marine Systems (TKMS), untuk membangun, superstructure (komposit) kapal.


Kapal Tipe LMV ini memiliki bobot 1200 ton, panjang 80 meter, lebar 12 meter, yang digerakkan dua mesin disel MTU 20V 4000 M93L dengan kapasitas 11.532 tenaga kuda yang memberikan Kecepatan maksimum 27 knot. Daya jelajah 5000 nautical miles pada kecepatan jelajah 15 knot.


Littoral Mission Vessel -2Di bagian tengah kapal terdapat tempat pendaratan, untuk ruang bagi helikopter anti-kapal selam Sikorsky S-70B Seahawk, juga tempat bagi dua speed boats yang dapat dinaikturunkan dengan cepat. Di bawah helipad tersimpan ruang untuk mengakomodasi berbagai peralatan. Kru Kapal Misi Litoral /LMV berjumlah 30 orang dan bisa menampung 30 orang lainnya


Persenjataan dasar kapal ini termasuk senjata otomatis super cepat 76mm Oto Melara, dua senjata otomatis berkemampuan remote 25mm (kemungkinan, Rafael Typhoon) serta dua senjata mesin 12,7mm (remotely) Oto Melara HITROLE.

Dual-band radar antenna generic detection Thales NS 100 AFAR, yang akan diinstal di Kapal baru LMV Singapura. (photo : Thales)
Dual-band radar antenna generic detection Thales NS 100 AFAR, yang akan diinstal di Kapal baru LMV Singapura
Kapal ini juga menyediakan tempat untuk menampung SAM dan SCRC. Kapal akan dilengkapi radar baru deteksi generik, Thales NS (Naval Smarter) 100 AFAR yang beroperasi di S-dan X-band yang dipasang di tiang terpadu (mast) dan menerima sistem pengendalian tembakan elektro-optik serta memiliki sistem komunikasi satelit Sagem, Airbus Defence and Space SCOT Patrol. 



Sumber : JKGR

Harus Ada Political Will Untuk Memajukan Industri Pertahanan

SURABAYA-(IDB) : Untuk membangun dan memajukan suatu industri pertahanan dalam negeri harus ada political will yang diberikan oleh pemerintah dan anggota parlemen, baik yang masih menjabat ataupun yang akan menjabat dimasa datang. Karena political will merupakan amanah Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2012 tentang Industri Pertahanan.

Demikian ditekankan Ketua MPR Sidarto Danusubroto saat mengunjungi PT PAL Indonesia (Persero), Selasa (15/7) di Surabaya. Kunjungan Ketua MPR yang didampingi Wamenhan selaku Sekretaris Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP). bersama Anggota MPR lainnya ke PT PAL Indonesia (Persero) merupakan kunjungan kerja dalam rangka untuk meningkatkan nasionalisme industri dalam negeri.


Menyangkut industri pertahanan khususnya PT PAL, dinilai sebagai asset dengan kemampuan yang luar biasa. PT PAL memegang peranan sangat penting bagi perekonomian nasional, terutama dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. PT PAL harus bisa menjadi Lead Integrator (Pemandu Utama) Matra Laut.


"Sektor ini mampu memberikan kontribusi yang sangat besar dalam menyediakan lapangan kerja bagi masyarakat dan dalam perolehan devisa negara melalui kegiatan ekspor berbagai produk hasil industri," katanya di sela-sela sesi dialog dengan Wamenhan dan anggota Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP).


Sebagai aset nasional yang luar biasa PT PAL bisa dikembangkan menuju kepada teknologi yang lebih maju. Oleh karena itu dibutuhkan kelengkapan sarana prasarana yang lebih canggih dengan membutuhkan modal. Maka secara otomatis political will juga memiliki peranan sebagai bentuk dorongan dari pada pemerintah dan anggota dewan. Sementara itu Anggota MPR yang juga anggota Komisi VI DPR RI, Lukman Eddy mengatakan jika berbicara soal kedaulatan, pertahanan dan keamanan sama halnya berbicara tentang demokrasi yang mana tidak terdapat hitung-hitungan uang, berapapun harus di bayar. Karena hal tersebut dapat menjawab kebuntuan dalam masalah pencairan anggaran untuk mendukung eksistensi industri pertahanan.


KKIP sebagai bentuk kebijakan strategis yang dikeluarkan oleh presiden untuk mendukung UU no 16 tahun 2012 diharapkan mampu menjadi instrument yang sangat strategis untuk menjaga pertahanan dan keamanan. Selain itu juga bisa menghidupkan Industri Pertahanan setelah mengalami kesulitan pasca reformasi. Kedepannya KKIP dihimbau memiliki rencana lebih besar lagi untuk membangun Industri pertahanan.


Wakil Menteri Pertahanan mengungkapkan, saat ini industri pertahanan dalam negeri masih berada dalam tahap industri menengah. Menurutnya masih banyak tantangan yang dihadapi agar Indonesia masuk dalam tahap industri pertahanan dengan teknologi tinggi.


Adapun aspek yang masih harus diperbaiki agar industri pertahanan dalam negeri mampu berkembang, di antaranya aspek manajemen di pemerintahan dan perusahaan, kualitas sumber daya manusia (SDM) yang seharusnya berusia muda di atas 20 tahun tetapi saat ini kebanyakanya masih pekerja usia 40 tahun, infrstruktur produksi serta dukungan modal. Aspek modal dijadikan tantangan utama dalam memelihara hingga membangun industri pertahanan.



Sumber : DMC

Kemhan Sikapi Perhitungan Hasil Pilpres 2014 Dengan Bijaksana

JAKARTA-(IDB) : Dalam proses menunggu perhitungan hasil akhir pemilu yang sah oleh KPU dan hasilnya akan diumumkan tanggal 22 Juli 2014, Sekjen Kemhan berharap kepada segenap warga Kemhan untuk bersikap bijaksana dan tidak terpancing dengan dinamika pasca Pilpres terutama dalam menyikapi perhitungan hasil Pilpres 2014.

Demikian diungkapkan Sekjen Kemhan dalam amanat tertulisnya yang dibacakan Dirjen Kuathan Kemhan Laksda TNI Agus Purwoto saat memimpin upacara bulanan yang dilaksanakan di lapangan apel Setjen Kemhan, Kamis (17/7). Kita menyerahkan proses dan mekanisme perhitungannya kepada KPU dan kita meyakini KPU akan dapat melaksanakan tugas dengan baik dan profesional. Namun demikian proses Pilpres yang sudah baik dan berjalan lancar ini harus dikawal terus.

Sebagai unsur aparatur negara yang bertugas memberi pelayanan kepada masyarakat, kita hendaknya tetap pada prinsip bahwa pegawai negeri harus tetap netral, mampu menunjukkan sikap dan mampu memberikan pernyataan yang tepat, sehingga tidak menimbulkan salah persepsi di tengah masyarakat.

Oleh karenanya, berkaitan dengan perkembangan situasi pasca Pilpres, ada beberapa hal yang perlu untuk diperhatikan oleh anggota Kemhan yaitu pertama, agar anggota tidak terlibat dalam polemik hasil quick count apalagi terhasut oleh pihak-pihak yang berpolemik.

Kedua, warga Kemhan agar senantiasa tetap netral dan tidak berpengaruh pada upaya politik praktis. Sedangkan ketiga, untuk tetap bekerja secara maksimal dan mengoptimalkan kinerja agar target tugas dapat dipenuhi dan yang keempat, untuk selalu memonitor setiap perkembangan situasi di lingkungan masyarakat dan bila ada hal-hal yang menonjol segera dilaporkan ke atasan.

“Hendaknya penekanan ini dijadikan pedoman dalam menyikapi perkembangan situasi terakhir yang berkaitan dengan Pilpres”, tegas Sekjen. 



Sumber : DMC