Pages

Jumat, Juli 04, 2014

PT PAL Uji Coba KCR 60 Kedua Dan Luncurkan KCR Ketiga

Kapal Cepat Rudal ketiga buatan PT PAL
PT PAL Rampungkan Pembangunan KCR 60 M

SURABAYA-(IDB) : PT PAL Indonesia kembali rampungkan sebuah kapal perang jenis Kapal Cepat Rudal (KCR) 60 meter. Kapal ini melengkapi dua kapal sebelumnya yang juga telah rampung dibangun. Bahkan satu KCR 60 meter juga telah diserah terimakan ke TNI Angkatan Laut pada 28 Juni 2014 dan diberi nama KRI Sampari.

Untuk Kapal kedua, saat ini dalam tahap uji coba dan diberinama KRI Tombak, sementara kapal ke-tiga yang bernama KRI Halasan, Jumat (4/7/2014) secara resmi diluncurkan menandai rampungnya pembuatan. Peluncuran ditandai dengan memasukkan kapal untuk pertama kalinya ke lautan yang berada di Dermaga Ujung, PT PAL Surabaya.

Peluncuran kapal ke-tiga kali ini dilakukan oleh jajaran Dewan Komisaris PT PAL dan jajaran petinggi TNI AL. "Setelah hari ini peluncuran, mungkin bulan depan KCR ini juga kami serah terimakan," kata Syaiful Anwar, Direktur Desain dan Teknologi PT PAL.



KCR-60 KRI Halasan 630
KCR 60 meter produksi PT PAL ini memiliki spesifikasi :
  • Panjang keseluruhan (LOA) : 60 M
  • Panjang garis air (LWL) : 54.82 M
  • Lebar (B) : 8.10 M
  • Tinggi pada tengah kapal (T) : 4.85 M
  • Berat muatan penuh (Displacement) : 460 Ton
  • Kecepatan : berlayar 15 Knot, Jelajah 20 Knot dan max 28 Knot.
  • Dilengkapi persenjataan canggih, berupa Meriam dan Peluncur Rudal seri C705 dan 802
  • Jumlah penumpang 55 Orang- Ketahanan berlayar 9 Hari- Mesin pendorong 2 x 2880 kw

Selain produksi KCR, PT PAL sebenarnya juga telah berhasil memproduksi 43 kapal patroli, baik berukuran 28 meter hingga 57 meter pesanan Kementerian Pertahanan.

Sementara itu, Laksamana Muda TNI Suyitno, Aslog KASAL mengatakan tiga kapal KCR 60 ini bukanlah yang terakhir di pesan di PT PAL. "Kami saat ini masih pesan lagi dengan total nanti ada 16 KCR 60 meter pesan di PT PAL serta 16 KCR 40 meter," kata Suyitno.

Pembangunan KCR ini, kata dia, merupakan langkah awal untuk kemandirian alutsista khususnya bagi TNI AL. Harapannya pada tahun 2024 mendatang, TNI benar-benar sudah mandiri dalam membangun seluruh persenjataannya. 




Sumber : SS

Torpedo Maut Shkval Rusia

shkval torpedo
Shkval Torpedo

MOSCOW-(IDB) : Meski telah ada terobosan teknologi dalam persenjataan konvensional, serangan torpedo oleh kapal selam masih menjadi ancaman nyata bagi kapal dan awak kapal, bahkan di paruh kedua abad ke-20.


Kapal selam yang dipersenjatai torpedo harus mendekat hingga jangkauan serang yang tak terdeteksi. Namun fitur anti-kapal selam dan antitorpoedo memungkinkan kapal permukaan dan kapal selam musuh dapat mengatasi ancaman dari bawah secara lebih efektif.


Kapal selam Soviet periode 1960-an dan 1970-an lebih inferior dibanding model AS dalam hal level deraunya, sehingga para ahli mesin Moskow berupaya untuk membuat desain senjata baru yang revolulsioner. Shkval akhirnya mulai digunakan pada 1977 setelah dikembangkan selama sepuluh tahun.


Shkval mulai digunakan pada 1977 setelah dikembangkan selama sepuluh tahun. Foto: Press Photo

Dengan kecepatan 200 knot yang belum tertandingi, Shkval dua kali lebih cepat daripada torpedo screw-driven tradisional, yang masih menjadi senjata kapal selam utama di armada-armada dunia.


Keunggulan kecepatan ini dicapai dengan mesin roket dan menggunakan superkavitasi, moncong depan torpedo menciptakan gelembung gas di sekeliling seluruh permukaannya pada kecepatan tinggi untuk mengurangi gesekan di dalam air.


shkvalrear

Setelah torpedo diluncurkan dari tabung, autopilot yang telah diprogram sebelumnya akan meluncurkan roket berbahan bakar padat sesuai jalur dan kedalaman yang diperlukan ketika berakselerasi untuk membentuk gelembung gas. 

Ketika bahan bakar motor awal habis, bagian belakang torpedo dibuang dan mesin utama yang didorong dengan bahan bakar berbasis lithium hidroreaktif akan melaju ke depan.


Air laut kemudian masuk melalui lubang di moncong kapal selam, sehingga memungkinkan torpedo ini melaju pada kecepatan penuh sampai 15 kilometer dan hanya ujungnya yang bersentungan dengan air.


Meski superkavitasi menghalangi efektivitas penggunaan sistem homing pada senjata ini, kekuatan eksplosifnya yang besar sungguh luar biasa, yakni setara dengan sebuah ledakan nuklir 150 kiloton TNT, sehingga kapal selam musuh atau kapal permukaan yang berada di radius satu kilometer jelas akan hancur.


Shkval 533 mm dimiliki oleh sebagian kapal selam nuklir Soviet dan dianggap sama efektifnya baik sebagai senjata penyerang maupun pertahanan ketika kapal selam musuh menyerang.


Operasi shkval torpedo
Operasi shkval torpedo

Shkval mampu menjangkau enam kilometer dalam satu menit dan dapat melakukan serangan balik dengan cepat. Kapal selam AS memiliki keunggulan dalam kemampuan siluman ketika mendekati dan melancarkan serangan pertama, sementara torpedo berkecepatan tinggi ini dapat ditembakkan sebelum melakukan tindakan mengelak. Jadi meski kapal selam yang mengelak itu mungkin tidak dapat memperbaiki data kendali torpedo yang sudah di dalam air, daya ledak Shkval dijamin memberi serangan balik yang dahsyat.


shkval torpedo-4Senjata unik ini memungkinkan Angkatan Laut Soviet untuk menambal kelemahan kemampuan siluman kapal selamnya, sebelum hal itu berhasil diatasi pada awal 1980-an.


Shkval populer karena sebuah kasus spionase pada tahun 2000, ketika mantan perwira angkatan laut AS Edmond Pope diadili dan dihukum di Rusia karena mengambil informasi rahasia tentang senjata tersebut.

Saat ini Shkval masih merupakan senjata Rusia yang bersifat rahasia dan belum ada desain yang lebih unggul torpedo ini. 




Sumber : JKGR

Restrukturasi Militer Indonesia Untuk Hadapi Ancaman


Formasi Tempur Latgab TNI 2014 (photo: (ANTARA/Seno)JKGR-(IDB) :Capres dan cawapres Indonesia yang akan dipilih dalam pemilu tanggal 9 Juli kemungkinan akan memperkuat kebijakan Jakarta mengenai klaim wilayah Tiongkok di Laut Tiongkok Selatan.


Baik Joko Widodo, gubernur Jakarta yang sedang unggul, atau Prabowo Subianto, pengusaha sukses, politikus veteran dan letjen angkatan darat, akan menghadapi tekanan yang semakin mendesak dari Angkatan Bersenjata Indonesia [TNI]. Tekanan itu menyerukan agar bangsa Indonesia membuat garis batas yang jelas terhadap serangan Tiongkok yang ditakuti atas kedaulatan Indonesia di atas hamparan pulau-pulau kecil yang berpotensi kaya energi di kawasan tersebut.


“Ketegangan baru di Laut Tiongkok Selatan menyebabkan kegelisahan di antara sebagian kami di kawasan,” disampaikan Menteri Pertahanan Indonesia, Purnomo Yusgiantoro kepada para pemimpin dunia dalam Dialog Shangri-La di Singapura, tanggal 1 Juni. Acara ini diselenggarakan oleh International Institute of Strategic Studies [IISS] di London.


Purnomo berupaya untuk menghindari permusuhan dengan Tiongkok secara terang-terangan.


“Modernisasi militer Indonesia tidak didasarkan pada musuh negara tertentu,” katanya. “Modernisasi kami terutama merupakan program untuk menjaga – membuat – angkatan bersenjata kami lebih profesional dan lebih mampu untuk menanggulangi sejumlah ancaman keamanan non-tradisional.”


Namun demikian, “anggaran pertahanan kami telah tumbuh secara signifikan dan kami bermaksud untuk terus memodernisasi angkatan bersenjata kami untuk mencapai kemampuan yang diperlukan kekuatan penting kami pada tahun 2020-an” dinyatakan Purnomo.


Suatu konsensus telah muncul di antara para pimpinan politik dan militer di Jakarta, bahwa TNI harus secara drastis menata ulang angkatan bersenjatanya untuk menghadapi berbagai macam tantangan di abad ke-21, dari mereka yang harus ditanggulangi selama 67 tahun bangsa ini merdeka.


Bisa dikatakan, selama ini, TNI harus menanggulangi konflik internal lokal maupun regional yang berkisar dari separatisme sampai bentrokan besar antar etnis dan agama.


TNI Ingin Mampu Menanggapi Agresi Eksternal
 

Namun, sekarang TNI merencanakan kekuatan konvensional yang lebih dahsyat, yang mampu menanggapi agresi eksternal secara cepat dan efektif.


“Tiongkok yang sedang mengintensifkan langkah untuk menegaskan klaim atas Laut Tiongkok Selatan telah memberikan dorongan segar bagi Indonesia untuk membangun militer yang mampu mengerahkan kekuatannya dengan lebih terfokus pada risiko eksternal,” dilaporkan Bloomberg News.


“Setelah bertahun-tahun berkonsentrasi pada ancaman separatis di seluruh nusantara yang rentangnya bagai sejauh New York sampai Alaska, Indonesia berencana mengerahkan helikopter serbu ke sejumlah pulaunya di ujung selatan Laut Tiongkok Selatan, dan meluaskan kekuatan angkatan lautnya,” tulis Bloomberg News. “Capres pemilu 9 Juli yang sedang unggul, Joko Widodo, bermaksud meningkatkan pembelanjaan departemen pertahanan hingga 1,5 persen sebagai bagian dari perekonomiannya, yang merupakan terbesar di Asia Tenggara.”

Sebelumnya, pembelanjaan departemen pertahanan Indonesia masih di bawah 1 persen PDB-nya.


Di bawah kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono selama dua masa pemilihan, Indonesia telah menyeimbangkan hubungan bidang keamanan serta perekonomiannya dengan Amerika Serikat dan hubungan baik serta peningkatan perdagangan dengan Tiongkok.


Pada tahun 2013, “hubungan dagang bilateral antara kedua negara [Indonesia dan Tiongkok] berjumlah hingga $52,45 miliar, dan nilai ini diperkirakan mencapai $80 miliar pada tahun 2015. Investasi langsung Tiongkok di Indonesia mencapai jumlah $292,1 miliar [tahun 2013], kenaikan yang dramatis dari $141 miliar [tahun 2012],” diberitakan Jakarta Globe tanggal 28 Mei.


Anggota ASEAN Khawatir
 

Konflik teritorial yang terus meningkat antara Tiongkok dengan Jepang, Filipina dan Vietnam, mengkhawatirkan Indonesia. Filipina dan Vietnam merupakan beberapa dari 10 anggota kemitraannya di Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara [ASEAN].


Tiongkok terus mengalami jalan buntu dengan Vietnam setelah mengirimkan peralatan pengeboran minyaknya Hai Yang Shi You 981 ke perairan wilayah yang diklaim oleh Hanoi. Filipina telah menghabiskan dua tahun terakhir menantang upaya Tiongkok untuk mengendalikan perairan Scarborough Reef.


TNI “sedang mengembangkan sekitar 40 persen kekuatan dasar minimum, atau MEF, sebelum tahun 2029, untuk menjaga wilayahnya, dengan menambahkan tank, kapal selam, helikopter dan jet pemburu ke gudang persenjataannya,” menurut pengamatan yang diberikan kepada mereka oleh Wakil Menteri Pertahanan, Sjafrie Sjamsoeddin. “Berdasarkan MEF, pemerintah akan mengakuisisi 274 kapal angkatan laut, 10 skuadron pemburu dan 12 kapal selam diesel-listrik baru,” tulis Bloomberg News.


“Indonesia memilih untuk tidak ikut campur dalam perselisihan negara tetangganya dengan Tiongkok atas Laut Tiongkok Selatan, dan bukan merupakan penuntut resmi atas daerah yang dipersengketakan. Tetapi, dalam beberapa bulan belakangan ini, negeri ini berkata bahwa penafsiran Tiongkok atas peta 9 garis putus-putus-nya – yang menjadi dasar untuk klaim teritorialnya – kini menyusup ke dalam zona perekonomian eksklusif Indonesia,” tulis Bloomberg News.


Menteri Luar Negeri Indonesia, Marty Natalegawa telah memimpin kekuatan moderat untuk menghindari konflik dengan Tiongkok, dan mengupayakan resolusi perundingan yang damai atas semua konflik teritorial di kawasan. Namun tetap saja, ia menyerukan pada bulan April, mendesak Tiongkok untuk menjelaskan peta yang sudah diterbitkannya, yang menyatukan tuntutan maksimalisnya di Laut Tiongkok Selatan.


Indonesia Memperkuat Hubungan Dengan A.S.
 

Posisi Indonesia yang lebih kuat juga mencerminkan frustrasi yang terus meningkat di Jakarta atas kegagalan ASEAN sebagai suatu organisasi untuk bersikap lebih tegas dan koheren terhadap agresi Tiongkok yang terus meningkat di Laut Tiongkok Selatan. Seperti Filipina dan Vietnam, Indonesia telah menanggapi dengan memperkuat hubungannya dengan Amerika Serikat.


Ralph Winnie, kepala program Tiongkok di Eurasian Business Coalition, mengatakan kepada Asia Pacific Defense Forum [APDF] bahwa reaksi ini bertentangan dengan pertumbuhan perdagangan dan impor Tiongkok dari kawasan itu.


“Tiongkok telah memperoleh banyak sekali keuntungan dari hubungan perdagangan yang terus berkembang secara damai dan pesat dengan Indonesia serta investasinya di sana,” katanya kepada APDF. “Pengaruh Beijing telah meluas lebih besar daripada sebelumnya, tanpa menimbulkan risiko konflik yang signifikan dengan Indonesia, Amerika Serikat, atau bangsa lainnya di kawasan Asia Tenggara.”


“Tiongkok yang secara agresif memburu sumber daya energi di Laut Tiongkok Selatan, dan mendukung berbagai kebijakan yang populer di antara konstituen nasionalis di dalam negerinya, bertentangan dengan kebijakan tradisional tersebut,” kata Winnie.


“Tiongkok tentu saja ingin mempertahankan hubungan baiknya saat ini dengan Indonesia, dan meluaskan investasinya di sana, dan Jakarta menunjukkan tanda-tanda yang menginginkan agar proses ini berlanjut,” kata Winnie. “Tetapi, Tiongkok juga berkomitmen untuk menetapkan dirinya sebagai kekuatan dunia yang besar.”


TNI mendukung retorikanya dengan peningkatan pengerahan militer di kawasan, dilaporkan APDF sebelumnya.


IHS Jane melaporkan pada bulan Maret bahwa Indonesia tengah memodernisasi pangkalan udaranya di Ranai, Kepulauan Riau, yang merupakan perbatasan dengan Laut Tiongkok Selatan, dan meluaskannya untuk mengoperasikan pesawat pemburu Sukhoi Su-27 dan Su-30 buatan Rusia.


Apa pun hasil dari pemilu 9 Juli, pemenangnya akan memikul tugas berat untuk meluaskan dan memodernisasi kekuatan TNI untuk membela kedaulatannya atas 17.000 pulau negara ini yang terbentang luas, setara dengan bentangan Amerika Serikat.

Apakah langkah yang seharusnya diambil Indonesia untuk menata kembali militernya? 




Sumber : JKGR

Dua Armada Baru TNI AL Segera Terbentuk

SURABAYA-(IDB) : Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL) segera membentuk armada wilayah baru. Sesuai dengan rencana, armada wilayah baru yang akan dibentuk berada di Makasar dan Sorong, Papua.

Saat ini kekuatan tempur TNI Angkatan Laut baru bertumpu pada dua armada wilayah, yakni Barat atau Armabar yang berada di Jakarta, dan Timur atau Armatim berada di Surabaya.

"Nanti Armabar tetap di Jakarta, dan Armatim kita ubah menjadi Armada Besar, sedangkan untuk Armada Tengah kita bentuk di Makassar dan Armada Timur kita tempatkan di Sorong," kata Laksamana Pertama Suyitno, Asisten Logistik KASAL, di sela-sela peluncuran Kapal Cepat Rudal (KCR) 60 meter di Dermaga Ujung PT PAL, Jumat (4/7/2014).

Menurut Suyitno, lokasi Makassar dan Sorong dipilih karena memiliki geopolitik yang tepat dan strategis. Tujuan lain, untuk mempertegas kedaulatan Indonesia di kawasan, terutama wilayah tengah dan timur yang dirasa masih kurang pengamanannya.

Dengan pembangunan dua armada wilayah baru ini, TNI AL nantinya akan menggunakan pembagian sistem alih bina atau pembagian kekuatan tempur yang dimiliki. Dengan kata lain, sejumlah kapal perang calon penghuni armada baru akan didatangkan dari armada Surabaya dan Jakarta.

Saat ini jumlah kapal perang milik TNI AL ada 150-160 unit. Namun, Untung menegaskan, jumlah kapal perang tersebut tidak akan dibagi rata untuk mengisi tiga armada wilayah. Penambahan armada baru juga akan diikuti dengan penambahan divisi pasukan marinir.

Sementara itu, terkait alutsista, TNI AL saat ini juga terus melakukan modernisasi dengan membangun di galangan-galangan dalam negeri. Di PT PAL misalnya, saat ini sedang merampungkan pesanan 16 KCR 60 meter dan 16 KCR 40 meter.

Tak hanya itu, sebuah kapal besar penghancur kapal rudal berukuran 105 meter saat ini juga sedang di bangun bekerjasama antara PT PAL dengan galangan asal Belanda.

TNI AL juga sedang memesan beberapa kapal selam dari Korea dengan cara transfer teknologi. "Dua kapal selam dibangun di korea, nanti satunya dibangun di PT PAL," kata dia.




Sumber : SS

Legacy Presiden SBY Untuk TNI

JAKARTA-(IDB) : Seiring dengan digelarnya Pilpres 2014, Indonesia akan memiliki presiden baru menggantikan Presiden SBY yang akan habis masa jabatannya pada Oktober mendatang. Panglima TNI Jenderal Moeldoko berjanji akan terus mengawal proses suksesi kepemimpinan tersebut hingga selesai dan berjalan damai.


“Pak Presiden dan Pak Wapres, saya selaku Panglima TNI dan jajaran akan kawal dan amankan atas apa yang bapak hasilkan. Dan khususnya kami seluruh prajurit akan kawal dan amankan jalannya pemerintahan hingga akhirnya terjadi proses alih kekuasaan dengan soft landing,” tegas Jenderal Moeldoko.


Hal itu diungkapkan dalam acara buka puasa bersama Presiden SBY dan Wapres Boediono di Mabes TNI, Cilangkap, Jaktim, Rabu (3/7/2014).


Jenderal Moeldoko memuji Presiden SBY yang telah membangun kekuatan TNI sejak awal menjabat. Kini, kekuatan TNI mampu bersaing dengan negara-negara di kawasan dan dapat turut andil dalam upaya perdamaian di berbagai daerah utamanya pada konflik Laut Tiongkok Selatan.

“Saya tidak bisa bayangkan, kalau perkembangan Laut Tiongkok Selatan seperti itu, tapi perkembangan alutsista kita masih seperti yang lalu. Kita masih andalkan alutsista AMX13 yang sudah sangat tertinggal, oleh karena itu berikan aplaus kepada Presiden,” puji Moeldoko disambut tepuk tangan hadirin.


Moeldoko juga memuji SBY dimana selama kepemimpinannya selama 10 tahun mampu menciptakan kondisi dalam negeri yang kondusif. Moeldoko mencontohkan perkembangan Aceh, Palopo, dan lain-lain. Di luar negeri, Moeldoko merujuk kondisi seperti di Arab dan Ukrania dimana kondisi dalam negeri dua negara tersebut kini tengah memanas.


“Kita lihat perkembangan di Arab dan Ukraina, tapi Pak Presiden sudah mampu ciptakan stabilitas dalam negeri sangat baik untuk saat ini,” tuturnya.


Di penutup sambutannya, Moeldoko juga mendoakan Presiden SBY dan Ibu Negara Ani Yudhoyono agar tetap sehat di detik-detik jelang masa kepemimpinannya berakhir.

“Terakhir, Bapak Presiden dan Ibu Negara, semoga dalam keadaan sehat wal afiat. Karena sejatinya kehadiran Bapak meski sudah selesai jalankan tugas sebagai Presiden, tapi tetap dibutuhkan bangsa ini,” tutupnya. 




Sumber : Detik

Produsen Alutsista Dalam Negeri Tak Bisa Ekspor Sembarangan

JAKARTA-(IDB) : Industri pertahanan tanah air mampu menghasilkan produksi berkualitas ekspor. Berbagai produk pertahanan seperti senjata, amunisi, pesawat angkut militer, kapal bahkan kendaraan tempur pun telah dipakai oleh militer luar negeri.

Sejumlah BUMN industri strategis seperti PT Dirgantara Indonesia (PTDI), PT Pindad, dan PT PAL telah memproduksi sejumlah alat utama sistem persenjataan (alutsista).

Produk pertahanan yang dibuat, proses pembinaan, pengawasan, hingga penjualannya berada di bawah naungan Kementerian Pertahanan.

Staf Ahli Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) Bidang Kerjasama dan Hubungan Antar Lembaga Silmy Karim menerangkan, penjualan produk pertahanan ke luar negeri awalnya dibuka oleh pemerintah dalam hal ini Kemenhan. Kemudian Kemehan memfasilitasi pertemuan antar pemerintah (government to government/G to G) serta kegiatan promosi. Seperti saat roadshow Wamenhan Sjafrie Sjamsoeddin menawarkan pesawat karya PTDI, CN295 ke negara-negara Asia Tenggara.

"Atase pertahanan kita dibekali dengan material promosi industri pertahanan dalam negeri. Kedua setiap kunjungan pejabat tinggi Indonesia, dalam hal ini pejabat Kemhan seperti Menhan dan Wamenhan juga secara aktif ikut promosikan," kata Silmy saat berbincang dengan detikFinance, Rabu (2/7/2014).

Untuk proses selanjutnya adalah antara produsen dengan pemerintah (business to government/B to G). BUMN dan swasta melakukan kerjasama penjualan produk pertahanan dengan pemerintahan setempat.

"Tetapi kita bawa eksekusi dalam bentuk B to G. Industri pertahanan Indonesia langsung ke pemerintahan di luar negeri," jelasnya.

Shilmy mengakui, masuknya perusahaan pertahanan dalam negeri ke pasar internasional merupakan loncatan yang baik. Meski demikian, Indonesia belum sampai pada tahap bertarung secara ketat dengan raksasa produsen alutsista dunia.

"Kita perlu perjuangan dan waktu bersaing head to head sehingga kita saat ini lebih memilih pola kerjasama seperti dengan Airbus Military. Kita bagi wilayah pemasaran untuk berbagai produk seperti CN295. Kawasan Asia yang pegang adalah PTDI," sebutnya.

Sementara itu, Direktur Niaga dan Restrukturisasi PTDI Budiman Saleh menerangkan, pihaknya selama ini memperoleh dukungan Kemenhan di dalam proses penjualan produk pesawat.

Untuk penjualan dan transaksi, PTDI langsung melakukan kerjasama dengan pemerintahan luar negeri seperti saat PTDI menjual 2 unit pesawat NC212i senilai US$ 18 juta untuk keperluan Angkatan Udara Filipina. "Kita lakukan B to G," sebutnya.




Sumber : Detik

Pengamanan Perbatasan Indonesia Timor Leste Diperketat

KUPANG-(IDB) : Pengamanan di wilayah perbatasan RI dengan Timor Leste oleh personel Komando Daerah Militer IX/Udayana diperketat menjelang Pemilu Presiden (Pilpres) pada 9 Juli 2014.
 

"Kami terus menjaga kewaspadaan di wilayah perbatasan," kata Panglima Kodam IX/Udayana Mayor Jenderal TNI Wisnu Bawa Tenaya seusai memimpin gelar pasukan pengamanan Pilpres 2014 di Denpasar, Jumat.
 

Jenderal TNI bintang dua itu telah menginstruksikan Komandan Korem di Provinsi Nusa Tenggara Timur untuk meningkatkan pengawasan di daerah perbatasan dengan negara yang beribu kota Dili itu.
 

"Kami memiliki pasukan Bataliyon di TTU (Timur Tengah Utara) dan Danrem juga melakukan kegiatan di sana," ucapnya.
 

Salah satu yang diantisipasi oleh TNI, lanjut Wisnu, adalah upaya penyelundupan termasuk penyelundupan bahan bakar minyak (BBM) dan barang berbahaya lain.
 

"Kami lakukan terus (pengawasan) dan sudah banyak pula yang mencoba menyelundupkan BBM dan sudah kita tangkap," katanya.
 

Dia menjelaskan bahwa situasi terkini di Bali, Nusa Tenggara Timur, dan Nusa Tenggara Barat dilaporkan aman dan terkendali meski suasana perpolitikan Tanah Air memanas menjelang pemilihan presiden dan wakil presiden.
 

Khusus wilayah Provinsi Bali, dia mengharapkan agar masyarakat bekerja sama dengan aparat keamanan termasuk TNI/Polri bersama dengan pemerintah daerah guna menjaga keamanan terlebih Pulau Dewata merupakan daerah tujuan wisata dunia.
"Khususnya Bali yang menjadi pusat perhatian dunia," katanya.




Sumber : Antara

Berita Foto : Operasi Pertahanan Udara

MEDAN-(IDB) : Pesawat tempur F-16 mengawal pesawat intai musuh yang dipaksa mendarat di Lanud Soewondo, pada Latihan Perkasa C-14, di Medan, Sumut, Kamis (3/7). Latihan tersebut dalam rangka operasi pertahanan udara, di wilayah Kosek Hanudnas III yang meliputi Sabang sampai Dumai.

Personel TNI AU mengamankan pilot pesawat intai musuh yang dipaksa mendarat di Lanud Soewondo, pada Latihan Perkasa C-14, di Medan, Sumut, Kamis (3/7). Latihan tersebut dalam rangka operasi pertahanan udara, di wilayah Kosek Hanudnas III yang meliputi Sabang sampai Dumai.

Personel TNI AU mengamankan pilot pesawat intai musuh yang dipaksa mendarat di Lanud Soewondo, pada Latihan Perkasa C-14, di Medan, Sumut, Kamis (3/7). Latihan tersebut dalam rangka operasi pertahanan udara di wilayah Kosek Hanudnas III yang meliputi Sabang sampai Dumai.




Sumber : Antara