JAKARTA-(IDB) : Industri pertahanan tanah air mampu menghasilkan produksi berkualitas ekspor. Berbagai produk pertahanan seperti senjata, amunisi, pesawat angkut militer, kapal bahkan kendaraan tempur pun telah dipakai oleh militer luar negeri.
Sejumlah BUMN industri strategis seperti PT Dirgantara Indonesia (PTDI), PT Pindad, dan PT PAL telah memproduksi sejumlah alat utama sistem persenjataan (alutsista).
Produk pertahanan yang dibuat, proses pembinaan, pengawasan, hingga penjualannya berada di bawah naungan Kementerian Pertahanan.
Staf Ahli Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) Bidang Kerjasama dan Hubungan Antar Lembaga Silmy Karim menerangkan, penjualan produk pertahanan ke luar negeri awalnya dibuka oleh pemerintah dalam hal ini Kemenhan. Kemudian Kemehan memfasilitasi pertemuan antar pemerintah (government to government/G to G) serta kegiatan promosi. Seperti saat roadshow Wamenhan Sjafrie Sjamsoeddin menawarkan pesawat karya PTDI, CN295 ke negara-negara Asia Tenggara.
"Atase pertahanan kita dibekali dengan material promosi industri pertahanan dalam negeri. Kedua setiap kunjungan pejabat tinggi Indonesia, dalam hal ini pejabat Kemhan seperti Menhan dan Wamenhan juga secara aktif ikut promosikan," kata Silmy saat berbincang dengan detikFinance, Rabu (2/7/2014).
Untuk proses selanjutnya adalah antara produsen dengan pemerintah (business to government/B to G). BUMN dan swasta melakukan kerjasama penjualan produk pertahanan dengan pemerintahan setempat.
"Tetapi kita bawa eksekusi dalam bentuk B to G. Industri pertahanan Indonesia langsung ke pemerintahan di luar negeri," jelasnya.
Shilmy mengakui, masuknya perusahaan pertahanan dalam negeri ke pasar internasional merupakan loncatan yang baik. Meski demikian, Indonesia belum sampai pada tahap bertarung secara ketat dengan raksasa produsen alutsista dunia.
"Kita perlu perjuangan dan waktu bersaing head to head sehingga kita saat ini lebih memilih pola kerjasama seperti dengan Airbus Military. Kita bagi wilayah pemasaran untuk berbagai produk seperti CN295. Kawasan Asia yang pegang adalah PTDI," sebutnya.
Sementara itu, Direktur Niaga dan Restrukturisasi PTDI Budiman Saleh menerangkan, pihaknya selama ini memperoleh dukungan Kemenhan di dalam proses penjualan produk pesawat.
Untuk penjualan dan transaksi, PTDI langsung melakukan kerjasama dengan pemerintahan luar negeri seperti saat PTDI menjual 2 unit pesawat NC212i senilai US$ 18 juta untuk keperluan Angkatan Udara Filipina. "Kita lakukan B to G," sebutnya.
Sejumlah BUMN industri strategis seperti PT Dirgantara Indonesia (PTDI), PT Pindad, dan PT PAL telah memproduksi sejumlah alat utama sistem persenjataan (alutsista).
Produk pertahanan yang dibuat, proses pembinaan, pengawasan, hingga penjualannya berada di bawah naungan Kementerian Pertahanan.
Staf Ahli Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) Bidang Kerjasama dan Hubungan Antar Lembaga Silmy Karim menerangkan, penjualan produk pertahanan ke luar negeri awalnya dibuka oleh pemerintah dalam hal ini Kemenhan. Kemudian Kemehan memfasilitasi pertemuan antar pemerintah (government to government/G to G) serta kegiatan promosi. Seperti saat roadshow Wamenhan Sjafrie Sjamsoeddin menawarkan pesawat karya PTDI, CN295 ke negara-negara Asia Tenggara.
"Atase pertahanan kita dibekali dengan material promosi industri pertahanan dalam negeri. Kedua setiap kunjungan pejabat tinggi Indonesia, dalam hal ini pejabat Kemhan seperti Menhan dan Wamenhan juga secara aktif ikut promosikan," kata Silmy saat berbincang dengan detikFinance, Rabu (2/7/2014).
Untuk proses selanjutnya adalah antara produsen dengan pemerintah (business to government/B to G). BUMN dan swasta melakukan kerjasama penjualan produk pertahanan dengan pemerintahan setempat.
"Tetapi kita bawa eksekusi dalam bentuk B to G. Industri pertahanan Indonesia langsung ke pemerintahan di luar negeri," jelasnya.
Shilmy mengakui, masuknya perusahaan pertahanan dalam negeri ke pasar internasional merupakan loncatan yang baik. Meski demikian, Indonesia belum sampai pada tahap bertarung secara ketat dengan raksasa produsen alutsista dunia.
"Kita perlu perjuangan dan waktu bersaing head to head sehingga kita saat ini lebih memilih pola kerjasama seperti dengan Airbus Military. Kita bagi wilayah pemasaran untuk berbagai produk seperti CN295. Kawasan Asia yang pegang adalah PTDI," sebutnya.
Sementara itu, Direktur Niaga dan Restrukturisasi PTDI Budiman Saleh menerangkan, pihaknya selama ini memperoleh dukungan Kemenhan di dalam proses penjualan produk pesawat.
Untuk penjualan dan transaksi, PTDI langsung melakukan kerjasama dengan pemerintahan luar negeri seperti saat PTDI menjual 2 unit pesawat NC212i senilai US$ 18 juta untuk keperluan Angkatan Udara Filipina. "Kita lakukan B to G," sebutnya.
Sumber : Detik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar