Pages

Selasa, Mei 27, 2014

SOFEX 2014 Pertemukan Komandan Pasukan Khusus Dunia

JAKARTA-(IDB) : Belum lama ini Yordania menggelar acara Special Operations Commanders Conference Exhibitons (SOFEX) 2014 di Amman, yang mempertemukan para komandan/pakar operasi khusus dari berbagai belahan dunia.

Hal itu terungkap, ketika delegasi Indonesia yang dipimpin Staf Ahli  Menhan Bidang Keamanan Mayjen TNI Paryanto menghadiri acara tersebut, yang bertemakan Special Forces at the Time of Digital Wars, bersama dua orang Perwira Menengah (Pamen) TNI dari Kopassus dan Marinir sebagai peninjau.

Forum  para komandan/pakar operasi khusus itu, merupakan wadah untuk merumuskan bentuk operasi khusus di era digital maupun penyelenggaraan lomba tahunan pasukan khusus dunia (warrior compettiton), yang memberikan kesempatan para peserta untuk saling berinteraksi serta bertukar informasi dalam menjaga stabilitas kawasan.

Sedangkan sejumlah kegiatan yang dilaksanakan, antara lain Warrior Competition ke-6, yakni lomba keterampilan pasukan khusus yang diikuti peserta dari Yordania , Palestina, Slovakia, Kanada, Kazakhtan, Afghanistan, Brunei Darussalam, Lebanon, Netherland, USA, China, UEA, Rusia, Iraq, Malaysia, Pakistan, Saudi Arabia, Bahrain dan Kuwait. 

Kegiatan lainnya adalah, Middle East Special Operations Commander Conference (Mesoc), merupakan forum pertemuan komandan/pakar operasi khusus negara kawasan yang diikuti 600 orang peserta dari 51 negara. Kemudian aplikasi demo operasi pembebasan sandera dengan serbuan gedung oleh satuan tugas komprehensif melibatkan instansi kepolisian, satuan pengintai, heli serbu, heli angkut, unit pemadam kebakaran, psikologi dan medis untuk menangani korban (sandera) pasca operasi pembebasan serta unit media sebagai unsur publikasi.

Forum tersebut juga dirangkai dengan menampilkan perlengkapan /persenjataan berteknologi terkini untuk operasi khusus, operasi keamanan dalam negeri serta operasi kontra terorisme, yang melibatkan 382 peserta dari 35 negara.

Yordania  adalah negara yang letak geografinya sangat sentral, berada di antara tiga benua (Asia, Eropa serta Afrika), dan memiliki kedekatan hubungan dengan Barat (AS dan Eropa), berusaha menjadi pusat industri pertahanan di kawasan dengan menggandeng industri pertahanan terbesar di Afrika (Paramount Group), yang kemudian diberi nama Arabian Defense Industry (ADI).

Dari jalinan kerjasama tersebut ditargetkan pada tahun 2015, selain dapat mempersatukan industri pertahanan di kawasan Timur Tengah maupun Afrika, ADI menargetkan sudah mulai memproduksi kendaraan tempur serta melakukan modernisasi atau upgrading pesawat tempur Hawk Fighter, Helikopter MI-17, M-24 maupun Super Puma.

Sementara keikutsertaan Indonesia pada event dua tahunan tersebut, dapat menjadi peluang kerjasama bagi industri pertahanan dalam negeri dengan ADI agar dapat masuk dalam jaringan internasional (global supply chain). Selain itu, untuk peningkatan kesiapsiagaan pasukan khusus, diharapkan Indonesia mengambil bagian dalam SOFEX 2016 mendatang dengan mengirimkan komandanpasukan khusus.



Sumber : DMC

Indonesia Menuju Kemandirian Industri Propelan

JAKARTA-(IDB) : Dalam rangka melaksanakan amanat Undang-undang Nomor 16 Tahun 2012 tentang industri pertahanan, Kemhan melalui PT Dahana (Persero) telah menandatangani nota kesepahaman (MoU) untuk membangun pabrik propelan bersama dengan mitranya dari Perancis yaitu Eurenco dan Roxel France.  Pembangunan pabrik ini merupakan wujud dari program nasional Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) menuju pada kemandirian industri propelan melalui strategic partner.

Hal tersebut terungkap dalam jumpa pers yang di selenggarakan Pusat Komunikasi Publik Kemhan, Senin (26/5), yang dihadiri Direktur Teknologi Industri Pertahanan (Dirtekindhan) Kemhan sekaligus merangkap Kepala Sekretariat KKIP  Brigjen TNI Zaenal Arifin, S.IP, Staf Ahli KKIP Bidang Kerjasama dan Hubungan Antar Lembaga Silmy Karim dan Direktur Utama PT Dahana (Persero) F. Harry Sampurno, P.hD, di Kemhan Jakarta.

Pabrik propelan yang akan dibangun terintegrasi dengan PT Dahana ini akan menjadi pabrik pertama berdiri di Indonesia yang memproduksi propelan dimana sebelumnya BPPT/Lapan hanya membangun laboratorium penelitian propelan (research and development). Selama ini untuk memenuhi kebutuhan propelan, Indonesia masih menggantungkan propelan produksi Belgia. “Penghematannya jelas signifikan, kurang lebih kalau diperkirakan dengan proyeksi 5 tahun ke depan mendekati angka Rp1 triliun per tahunnya, sehingga ini salah satu hal yang istimewa," ujar Staf Ahli KKIP ini.

Proyek yang dibangun diatas tanah seluas 50 ha tersebut dibangun dalam dua tahap pembangunan dimana tahap pertama akan dilakukan pembuatan nitrogliserin sebanyak 200 ton/tahun, Spherical powder (propelan double base untuk Munisi Kaliber Kecil/MKK) sebanyak 400 ton/tahun dan propelan double base rocket sebanyak 80 ton/tahun.

Sementara itu tahap kedua pembangunan akan dilakukan pembuatan propelan komposit sebanyak 200 ton/tahun, rocket motor sebanyak 8000 rounds/tahun,  propelan single base untuk MKB sebanyak 120 ton/tahun dan propelan double base untuk MKB sebanyak 13 ton/tahun.

Pembangunan pabrik propelan yang menelan investasi sekitar € 400 juta dan direncanakan akan selesai dalam tahun 2018 diharapkan nantinya dapat memenuhi kebutuhan Indonesia akan bahan baku dalam pembuatan munisi, roket dan peluru kendali dalam lima tahun kedepan sesuai dengan rencana strategis yang ditetapkan Kemhan.

Sementara itu Dirut PT Dahana menyatakan bahwa pembangunan pabrik propelan di Subang tidak akan mengurangi defisit listrik di Pulau Jawa karena pabrik propelan ini tidak banyak menghabiskan energi listrik. “Energi listriknya tidak terlalu besar, dan kita menggunakan PLTA Jati Besar yang 2 tahun lagi, dan PLTA Subang yang 10 tahun lagi akan selesai," ungkapnya.




Sumber : DMC

Kapal China Tenggelamkan Kapal Nelayan Vietnam

HANOI-(IDB) : Hubungan China dan Vietnam kian memanas. Sebuah kapal China dilaporkan telah menabrak dan menenggelamkan sebuah kapal nelayan Vietnam. Insiden ini terjadi di tengah ketegangan konfrontasi wilayah di Laut China Selatan terkait anjungan pengeboran minyak China.

"Saya konfirmasikan bahwa kapal nelayan itu ditabrak," kata pejabat Pusat Koordinasi Penyelamatan dan Pencarian Maritim Regional Vietnam di kota Danang, seperti dikutip kantor berita AFP, Selasa (27/5/2014).

"10 nelayan yang ada di kapal tersebut saat ini telah berada di darat. Mereka selamat. Kapal tenggelam," imbuh pejabat tersebut.

Setelah ditabrak, kapal nelayan Vietnam itu tenggelam sekitar 12 mil barat daya anjungan pengeboran minyak China. Para kru kapal nelayan tersebut diselamatkan oleh kapal-kapal Vietnam lainnya dalam insiden yang terjadi Senin, 26 Mei sore waktu setempat itu.

Menurut para kru tersebut, kapal mereka dikepung oleh 40 kapal China sebelum ditabrak. Demikian seperti diberitakan kantor berita resmi Vietnam, Vietnam News Agency.

Ini merupakan pertama kalinya sebuah kapal Vietnam dilaporkan diserang dan tenggelam sejak ketegangan dengan China ini pecah pada awal Mei.

Hubungan China dan Vietnam memburuk setelah langkah pemerintah China awal bulan ini, yang membangun anjungan pengeboran minyak di wilayah perairan Laut China Selatan yang diperebutkan. Warga Vietnam pun menggelar aksi-aksi unjuk rasa untuk memprotes hal tersebut.

Dalam beberapa hari terakhir, aksi anti-China itu telah berubah menjadi aksi pembakaran setidaknya 15 pabrik milik negara asing -- termasuk China, Taiwan dan Korea Selatan -- di beberapa kawasan industri Vietnam.

Ribuan warga China telah dievakuasi dari Vietnam dan dipulangkan ke tanah air mereka sejak kerusuhan melanda negeri tersebut.



Sumber : Detik

Brazil Berjanji Super Tucano Terbang Di HUT TNI 2014

BRAZIL-(IDB) : Indonesia telah memesan 16 pesawat Super Tucano dari perusahaan Embraer, Brasil.
 

Sebanyak delapan pesawat dipesan untuk tahun anggaran 2004-2009 dan delapan lainnya untuk tahun anggaran 2009-2014 dengan harga total US$288 juta.
 

Namun, hingga kini, Indonesia baru menerima empat Super Tucano tersebut. Pesawat serang dan pengintai itu sudah dipamerkan pada HUT TNI pada 2013.
 

Embraer sendiri beralasan ada masalah dengan perusahaan pengiriman. Untuk itu, Wakil Menteri Pertahanan Syafrie Syamsoeddin mengadakan pertemuan dengan Kepala Staf Gabungan Angkatan Bersenjata Brasil Jenderal Jose Carlos de Nardi dan CEO Embraer di Kemenhan Brasil di Brasilia, Senin (26/5) siang waktu setempat.
 

Usai pertemuan, Wamenhan menjelaskan bahwa Jenderal de Nardi yang posisinya di Pemerintahan Brasil setingkat Wamenhan itu sangat membantu Indonesia dalam menekan Embraer untuk memenuhi kewajiban mereka mengirim 12 pesawat Super Tucano sebelum peringatan HUT RI 5 Oktober 2014.
 

"Wamenhan Brasil mengatakan dirinya akan menghadiri HUT TNI 5 Oktober 2014 untuk memastikan dan menyaksikan Super Tucano terbang di peringatan HUT TNI," ujar Sjafrie.
 

Sjafrie mengatakan Brasil sangat peduli karena hal ini bukan cuma menyangkut kerjasama pertahanan melainkan juga menyangkut hubungan baik Brasil dan Indonesia.
 

Menurut Sjafrie, berdasarkan pengakuan CEO Embraer, pesawat yang akan dikirim ke Indonesia sudah siap. Namun, mereka beralasan, ada masalah dengan bea cukai Indonesia.
 

"Saya sampaikan kepada Embraer, kalau memang ada masalah di Indonesia, biar kami yang urus. Anda urus yang menjadi kewajiban Anda," kisah Sjafrie.
 

Menurut Sjafrie, Embraer akhirnya menyanggupi pengiriman Super Tucano dan suku cadang akan selesai pada September 2014. Indonesia sendiri sebelumnya bermaksud melayangkan peringatan untuk menggugat Embraer.
 

Namun, Indonesia tetap mengajukan penalti kepada Embraer atas keterlambatan pengiriman Super Tucano.
 

"Kemenhan sangat concern dengan hal ini karena ini menyangkut uang rakyat dan sudah menjadi perhatian Komisi I DPR," ujar Sjafrie yang juga Ketua High Level Committe Modeenisasi Alutsista TNI itu. 



Sumber : Metrotvnews

167 Prajurit TNI Siap Laksanakan Misi Baru Di Afrika

JAKARTA-(IDB) : Sebanyak 167 personel Satuan Tugas Kompi Zeni (Satgas Kizi) TNI Kontingen Garuda (Konga) XXXII-C/MINUSTAH (Mission des Nations Unies pour la Stabilisation en Haïti) bergeser dari Kota Gonaives, Departement Artibonite yang selama ini merupakan Base Camp dari Kontingen Garuda ke Ibu Kota Haiti, Port au Prince, Senin (26/5/2014) pagi.

Komandan Satgas (Dansatgas) Kizi TNI Konga XXXII-C/Minustah Mayor Czi Alfius Navirinda Krisdinanto menyebutkan, perpindahan dilakukan untuk melaksanakan tugas Rehabilitasi dan Konstruksi dibawah bendera Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada misi Minustah di Haiti.

Krisdinanto menjelaskan, kepindahan Kontingen Indonesia merupakan persiapan untuk melaksanakan Inter Misi yang akan dibuka oleh PBB di Central African Republic, Afrika.

"Perpindahan dikaitkan juga dengan proses pengurangan komponen Militer yang bertugas di Misi Minustah, seiring dengan meningkat dan membaiknya kondisi stabilisasi dan keamanan di Haiti sejak dibukanya Misi pada tahun 2004 lalu," katanya.

Untuk itu, Departement of Peacekeeping Operations (UN DPKO) yang bermarkas di New York secara berkala mengurangi komponen militer yang berasal dari negara-negara yang mengirimkan kontingennya ke Haiti, negara di kepulauan Karibia.

Beberapa negara yang telah menyelesaikan tugas di Haiti seperti Jepang Enginering, Korea Selatan, Uruguay Marinir, Nepal Battalyon, Brazil Battalyon 1 dan Jordan Battalyon.

Untuk periode tahun 2014, sampai bulan Juni, PBB akan mengurangi lagi sejumlah 15 persen dari 6.270 personil militer yang saat ini bertugas di Haiti baik itu Infanteri, Zeni dan Marinir. Dengan demikian pada tahun ini sebanyak 1.249 prajurit akan dikurangi baik itu kembali ke negara asal ataupun beralih ke Misi PBB lainnya, termasuk Satgas Kizi TNI yang telah bertugas selama 7 bulan sejak menggantikan Satgas sebelumnya.

"Satgas Kizi TNI Konga XXXII-C/Minustah selama 2 bulan telah mempersiapkan diri dengan membongkar camp dan melakukan pengepakan yang diakhiri dengan pembersihan lahan bekas tempat Satgas berada. Saat ini Satgas telah siap untuk melaksanakan perpindahan misi ke Republik Afrika Tengah dengan nama misi MINUSCA (United Nations Multi-Dimensional Integrated Stabilization Mission in Central African Republic)," jelas Dansatgas.

Misi Minusca akan dibuka pada 15 September 2014 dimana saat ini di negeri yang sedang dilanda gejolak terkait keamanan akibat perselisihan bernuansa agama tersebut masih terus diupayakan pemulihan keamanan oleh negara-negara seperti Perancis dan negara tetangga Afrika yang tergabung dalam Uni Afrika, selanjutnya PBB direncanakan akan mengambil alih upaya pemulihan keamanan tersebut.

Lebih lanjut dikatakan, Satgas Kizi TNI yang selama ini telah dinilai baik dan outstanding dalam menyelesaikan tugas selama berada di Haiti, akan disiapkan sebagai Pionir dalam mempersiapkan dibukanya Misi Minusca. Bersama beberapa personil staff PBB dan dibantu oleh prajurit Infanteri dari Maroko sebagai security.

"Kontingen Garuda akan menorehkan sejarah baru yaitu sebagai Satuan Zeni pertama yang menjalani Intermission yaitu melakukan dua misi beda negara dan beda benua dalam sekali penugasan sebagai pasukan pemelihara perdamaian PBB dan juga menjadi salah satu aktor utama yang membidangi dibukanya Misi Minusca di Central African Republic," katanya saat persiapan pergerakan pasukan.

Sesuai dengan profesionalitas yang dimiliki oleh Satgas Kizi Garuda Indonesia akan membantu menyiapkan lahan dan fasilitas bagi Misi yang baru. Dengan perpindahan Misi ini juga, nama Satgas akan berganti dari Satgas Kizi TNI Konga XXXII-C/Minustah menjadi Satgas Kizi TNI Konga XXXVI/Minusca CAR (Central African Republic).



Sumber : Tribunnews

Pantau Kesiapan Peralatan Tempur Latgab 2014

SEMARANG-(IDB) : TNI akan menggelar latihan gabungan di kawasan Asembagus, Jawa Timur dan perairan Samudera Hindia. Dirlatgab Letjen TNI Lodewijk F Paulus mengecek kesiapan alutsista yang akan diterjunkan dalam latgab terbesar itu.

Dalam kunjungan di Lapangan Udara Ahmad Yani, Semarang, Lodewijk meninjau kesiapan 32 unit helikopter berbagai jenis itu. Seluruh personel diminta melakukan pengecekan total dan melanjutkan latihan sebelum latgab.

"Perlengkapan senjata perang, mainkan semua. Manuver apa yang akan kamu lakukan, semua harus dipikirkan matang," kata Lodewijk di Lanud Ahmad Yani Semarang, Jawa Tengah, Selasa (27/5/2014).

Masing-masing pilot diminta untuk benar-benar menguasai helikopter yang dikemudikannya. Kondisi kesehatan kru juga harus dipastikan fit semua.

"Yakinkan heli dan kru seluruhnya oke. Pertimbangkan arah angin saat terbang," ujarnya.

32 Unit helikopter itu terdiri dari 5 unit MI-35, 4 unit MI-17, 3 unit Heli Bolcow 105, 10 unit Heli Bell 205 dan 10 unit Heli Bell 402. Masing-masing helikopter memiliki keunggulan khusus.

Diantara seluruh helikopter tersebut, jenis MI merupakan helikopter andalan. Helikopter MI-17 ini mampu menampung personel 1 pleton atau sebanyak 36 orang. Jika tak diisi personel, helikopter ini menampung meriam. Sementara MI-35 memiliki keunggulan dalam hal menembak.

Selain MI-35, Heli Bolcow 105 juga digunakan untuk menembak. Helly ini dibeli dari Jerman dan dirakit di Indonesia. Sementara Helly Bell 205 dan Heli Bell 402 digunakan untuk mengangkut orang dengan kapasitas 10 penumpang. Helikopter jenis ini merupakan buatan Canada dan baru didatangkan minggu lalu dari PT Dirgantara Indonesia.

Uji Doktrin Baru Dalam Kampanye Militer

Komandan Kodiklat TNI AD Letnan Jenderal TNI Lodewijk F Paulus, Selasa (27/5), melakukan pengecekan kesiapan alutsista berupa helikopter dan personel dalam rangka latihan gabungan di Skadran Penerbad Lanumad A Yani Semarang.

Kodiklat TNI AD Letnan Jenderal TNI Lodewijk F. Paulus, didampingi Danpuspenerbad Kolonel Inf Benny S bersama rombongan meninjau 35 helikopter Penerbad, antara lain berjenis MI 35 dan MI 17.

Letnan Jenderal TNI Lodewijk mengatakan, kegiatan apel prajurit ini merupakan inspeksi yang kedua setelah dilakukan yang pertama oleh Panglima TNI pada beberapa waktu lalu di Jakarta.

Yang dia lakukan kali ini adalah untuk mengecek unsur-unsur penerbad yang ada. Tujuannya dalam latihan gabungan ini untuk mencapai lima sasaran yang akan dicapai.

"Adapun sasaran tersebut yaitu yang pertama dari aspek strategis dalam mewujudkan aspek dalam rangka penangkalan niat orang luar yang akan menganggu NKRI. Serta sekaligus juga untuk aspek penindakan apabila sewaktu-waktu ada suatu ancaman militer terhadap negara, kita telah siap menghadapi ancaman tersebut untuk bertindak," ungkapnya.

"Sedangkan yang kedua adalah aspek operasional, saat ini kita telah melewati selama 7 hari untuk melaksanakan latihan posko dan dalam aspek ini terdapat 14 langkah proses pengambilan keputusan operasi militer, langkah yang ke 12 yaitu teknikal for a game. Dan setelah ini kita akan masuki ujian lapangan yaitu dengan latihan gabungan," katanya.

Jenderal bintang tiga ini menambahkan, kemudian yang ketiga adalah aspek taktik, teknik dan prosedur untuk menguji sampai sejauh mana prajurit mengaplikasikan taktik operasi gabungan. Sehingga melibatkan sekitar 13.936 prajurit baik dari unsur udara, darat dan laut yang merupakan gambaran dukungan penerbad dalam kampanye militer.

Yang keempat, lanjut dia, adalah aspek psikologi yang bisa mewujudkan ikatan para prajurit untuk mengikat mereka secara emosional sehingga ada daya juang dan semangat tinggi.

"Hal ini adalah bagian dari kita untuk menguji doktrin baru yang dikeluarkan pada tahun 2013, dan doktrin itu yang kita kejar dalam latgab ini dengan melakukan kampanye militer," katanya.

"Dan terakhir adalah yang kelima yaitu aspek kajian dan pengembangan misalnya seperti melaksanakan proses pembangunan alutsista," jelasnya.

Leopard Belum Diturunkan Di Latgab 2014
Tentara Nasional Indonesia (TNI) akan menggelar latihan gabungan yang melibatkan belasan ribu personel dan puluhan alat utama sistem pertahanan (alutsista) darat, udara dan laut. Kegiatan yang besar ini hanya dianggarkan Rp 30 miliar.

“Biayanya sekitar Rp 30 milyar ke atas, antara itu, karena latihannya cukup lama,” kata Panglima TNI Jenderal Moeldoko di Markas Kolinlamil, Tanjung Priok, Jakarta Utara, seperti dilansir Detik.com, Minggu, 25 Mei 2014.

Moeldoko menjelaskan, latihan tersebut akan melibatkan 13.936 personel gabungan Kostrad, Kavaleri dan Artileri. “Selain itu angkatan laut dari Armabar dan Armatim, pasukan marinir, serta pasukan udara,” tambahnya.

Sementara dari Angkatan Laut akan turunkan 32 kapal berbagai jenis dan 76 kapal tempur. Angkatan Udara memainkan 40 pesawat tempur, 32 pesawat angkut dan 62 helikopter.

Sedangkan, alutsista yang tak ikut diturunkan salah satunya yakni tank seberat 60 ton dari Jerman, Leopard. Tank itu masih dalam proses karantina, dan masih banyak alutsista baru TNI yang belum dapat dimainkan.



Sumber : Detik

Cerita Dibalik Intercept Destroyer USS Donald Cook Oleh Su-24 Rusia

Destroyer USS Donald Cook (DDG 75) photo by Chief Mass Communication Specialist Scott B. Boyle.
Destroyer USS Donald Cook (DDG 75) photo by Chief Mass Communication Specialist Scott B. Boyle.


JKGR-(IDB) : Departemen Luar Negeri AS mengakui  kru kapal perusak Amerika Donald Cook gentar ketika berhadapan dengan pesawat pembom Rusia SU-24, meski pesawat tersebut hanya sebuah kompleks persenjataan radio-elektronik yang tidak membawa bom ataupun misil. Apa yang membuat kru Amerika begitu ketakutan?


Kapal perusak Amerika USS Donald Cook (DDG 75) memasuki perairan Laut Hitam, Kamis 10/4/2014. Dua hari kemudian, pesawat pembom taktis Rusia Su-24 “membekukan” kapal perusak itu. Beberapa media melaporkan kru Donald Cook gentar saat bertemu dengan pesawat tersebut dan 27 pelaut Amerika mengajukan permohonan pengunduran diri dari Angkatan Laut.


Donald Cook adalah kapal perusak armada generasi ke-4 milik Angkatan Laut AS. Senjata kunci Donald Cook berupa rudal jelajah Tomahawk yang memiliki jangkauan terbang hingga 2.500 kilometer dengan membawa bahan ledak nuklir. Kapal ini membawa 56 rudal Tomahawk dalam mode standar, dan 96 rudal untuk mode menyerang.


USS Donald Cook
USS Donald Cook

Kapal perusak ini dilengkapi  sistem pertahanan militer rudal balistik Aegis terbaru. Kapal ini dapat mengintegrasikan sistem pertahanan udara dari semua kapal yang terpasang dalam jaringan yang sama dengannya, sehingga kapal dapat melakukan pelacakan dan menembak ratusan target pada saat bersamaan. Empat radar besar udara standar dipasang di sisi-sisi kapal di atas dek menggantikan radar biasa. Sekitar 50 rudal pencegat dari berbagai kelas dipasang bersama Tomahawk dalam instalasi peluncuran universal pada bagian haluan dan buritan.


Sementara, pembom taktis Rusia SU-24 yang mendekati Donald Cook tidak membawa bom ataupun rudal, hanya sebuah wadah berisi kompleks militer radio-elektronik Khibiny. Setelah mendekati kapal perusak itu, Khibiny mematikan radar, sirkuit kendali tempur, dan sistem pertukaran datanya. Dengan kata lain, Su-24 mematikan seluruh Aegis seperti mematikan TV dengan remote control. Setelah itu, SU-24 melakukan simulasi serangan rudal pada kapal yang tidak dapat melihat dan mendengar serangan itu, dan mengulangi manuver tersebut sebanyak 12 kali. Ketika pesawat tempur pergi, Donald Cook segera bergerak menuju pelabuhan Rumania dan tidak pernah mendekati perairan Rusia lagi.


Senjata Tak Terlihat
 
Rusia memang unggul dalam peralatan perang radio-elektronik. Vladimir Balybin, Kepala Pusat Penelitian Pertempuran Radio-Elektronik dan Efisiensi Persembunyian menyatakan semakin rumit sistem radio-elektronik, semakin mudah mengganggu operasinya dengan peralatan perang radio-elektronik. “Untuk memenangkan perang di zaman sekarang, tidak cukup hanya mendominasi di udara. Kita perlu unggul dalam hal informasi,” ujar Balybin.


Selain Khibiny, industri pertahanan Rusia juga memiliki berbagai peralatan perang radio-elektronik yang dapat mengejutkan musuh, kriminal, bahkan teroris. Pasukan udara Rusia dilengkapi dengan kompleks Infauna. Kompleks-kompleks ini dipasang pada kendaraan lapis baja atau kendaraan militer lain dan dapat mencari dan mengganggu koneksi radio musuh dalam frekuensi gelombang pendek maupun gelombang ultrapendek, dan “mematikan” bom darat yang dikendalikan dari jarak jauh. Bom-bom ini tetap akan meledak, tetapi setelah pasukan Rusia lewat dan cukup jauh sehingga aman.


SU-24 Fencer
SU-24 Fencer

Infauna memiliki fungsi lain. Sensor optik yang terpasang di kedua sisi kendaraan dapat mendeteksi tembakan dan mengaktifkan pengeluaran tabir asap untuk melindungi barisan dari tembakan.


Ada pula perangkat Lesochek yang memiliki fungsi sama seperti Infauna, tapi berbentuk portabel dan dapat masuk ke dalam ransel atau koper. Alat ini berguna dalam perbincangan penting untuk perlindungan terhadap sistem pencegat layanan keamanan yang paling canggih.

Kompleks Borisoglebsk-2 adalah inti peralatan perang radio-elektronik dari unit taktis tentara Rusia. Kompleks ini terdiri dari sebuah titik komando otomatis dan empat jenis stasiun pengganggu. Peralatan ini menggunakan satu algoritma untuk mengidentifikasi sumber aktivitas musuh di udara.


SU 24 Fencer
SU 24 Fencer


Perangkat Zhitel mencari dan memblokir satelit dan telepon seluler, dan kompleks langganan navigasi GPS. Alat ini terbukti efisien selama konflik di Ossetia Selatan dengan membuat pesawat tanpa awak milik Georgia tersesat.


Wakil Perdana Menteri Rusia Dmitry Rogozin menunjukkan bahwa pembekalan ulang senjata nuklir strategis Rusia dengan peralatan REW mutakhir telah digalakkan. Sementara, secara keseluruhan 70 persen pasukan dan armada akan dibekali ulang pada 2020, dan REW pasukan strategis akan diperbaiki 100 persen.


“Peralatan REW memperkuat persenjataan cerdas kita dan melumpuhkan senjata musuh. Memang begitulah seharusnya,” ujar Rogozin. 


USS DONALD COOK (DDG-75)


CLASS – BURKE Flight II As Built.
Displacement 8373 Tons (Full), Dimensions, 504′ 7″ (oa) x 66′ 11″ x 20′ (Max)
Armament 1 x 5″/54 RF, 2 Phalanx 20mm Guns, 90 VLS Cells,
8 Harpoon Missiles, 6 x 12.75″ TT.
Machinery, 100,000 SHP; 4 GE LM-2500 Gas Turbines, 2 screws
Speed, 30+ Knots, Range 4400 NM@ 20 Knots, Crew 370.
Operational and Building Data
Laid down by Bath Iron Works, Bath ME on July 7 1996.
Launched May 3 1997.
Commissioned December 4 1998.
Active unit of the US Navy.
Homeported at Norfolk, VA.



Sumber : JKGR

Batan Nantikan Presiden Baru Lanjutkan PLTN

KUTA-(IDB) : Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) menantikan presiden Indonesia yang baru untuk melanjutkan proyek pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir di Serpong, Tangerang Selatan, Jawa Barat.

"Proposal dan blue print sudah kami bikin. Teknologi itu aman. Tinggal pemerintah yang baru nanti mau melanjutkan atau tidak?" kata Kepala Batan Djarot Sulistio Wisnubroto seusai membuka Regional Cooperation Agreement Review Meeting International Atomic Energy Agency (IAEA) di Kuta, Bali, Senin.

Batan telah menetapkan pembangunan reaktor daya eksperimen atau PLTN berskala kecil yang berkapasitas 10 megawatt di Serpong. "Namun kalau ternyata presiden baru punya pilihan tempat lain, silakan," ujarnya.

Dalam cetak biru yang diajukan kepada pemerintah itu, Batan juga menjelaskan bahwa reaktor nuklir tidak hanya untuk energi listrik, melainkan juga untuk kegiatan industri lain, seperti pemeriksaan kilang minyak dan kegiatan desalinasi atau mengubah air laut menjadi air tawar sehingga aman untuk dikonsumsi.

Oleh sebab itu, Batan sangat berharap presiden mendatang harus memiliki pemahaman bahwa energi menjadi tulang punggung kemajuan kesejahteraan bangsa.

"Pemerintah yang akan datang harus punya visi itu. Minyak dan gas serta batu bara ada batasnya, sedangkan energi nuklir belum termanfaatkan secara maksimal," kata Djarot.

Ia menyebutkan bahwa Indonesia menyimpan potensi produksi uranium sebanyak 60 ribu hingga 70 ribu ton yang tersebar di Bangka Belitung, Kalimantan Barat, Sulawesi Barat, dan Papua.

"Namun untuk sementara ini kita beli uranium karena lebih murah. Kita mencoba meniru China yang membeli batu bara ke kita, padahal mereka punya banyak batu bara," katanya.

Uranium yang didatangkan Indonesia itu berasal dari Rusia, Prancis, Kazakhstan, dan Afrika Selatan. "Tantangan kita selama ini ada di lapangan. Masyarakat masih takut (terkena radiasi)," kata Djarot.

Dari segi sumber daya alam dan sumber daya manusia bidang energi nuklir di Indonesia tidak kalah dengan negara-negara lainnya. "Kita punya Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir. Sekitar 90 persen lulusannya terserap di industri," ujarnya.

Demikian pula dari segi infrastruktur, Indonesia jauh lebih siap mengembangkan energi nuklir dibandingkan dengan negara lain. Selain Batan yang sudah berusia 55 tahun dan Undang-Undang Nuklir, Indonesia juga memiliki Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten).

"Kalau tidak segera mengembangkannya, kita bisa menyesal. Apalagi negara-negara tetangga sudah memulainya," kata peneliti Batan, Sugiarto, menimpali.



Sumber : Antara

Secuil Kisah Korps Hiu Kencana (8)

Operasi Tanjung Datu  

JKGR-(IDB) : Kisah ini merupakan kisah yang baru saja terjadi beberapa waktu lalu, seperti ramai diberitakan bahwa Malaysia berusaha membangun mercusuar / rig di titik koordinat 02.05.053 N-109.38.370 E Bujur Timur, atau sekitar 900 meter di depan patok SRTP 1 (patok 01) wilayah Tanjung Datu, Kecamatan Paloh, Kalimantan Barat, yang masih dalam Status Quo karena masih terdapat sengketa lahan yang belum terselesaikan antara Indonesia dengan Malaysia. Selain Camar Bulan di Tanjung Datuk, ada empat titik batas lain yang belum ada kesepakatan, yakni Gunung Raya 1 dan 2, Gunung Jagoi, Batu Aung dan D400 yang pada survei tahun 1987-1988 tidak ditemukan titik jatuh air.


Bahwa batas negara Indonesia dan Malaysia di wilayah Kampung Camar Bulan, Desa Temajok, atau sering juga disebut Tanjung Datu, Kecamatan Paloh, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat, hingga kini masih bermasalah. Dalam peta negara kita, garis batas dengan Malaysia terletak 3.900 meter dari garis pantai. Sementara menurut Malaysia, batas negara mereka dengan negara kita terletak 900 meter dari garis pantai.


Perbedaan persepsi tentang batas negara itu berpotensi memunculkan perselisihan wilayah di Kampung Camar Bulan. Dalam kaitan itu, pemerintah daerah setempat terus mendorong masyarakat untuk beraktivitas di wilayah tersebut, antara lain dengan cara menanami lahan. karena jika masyarakat menduduki wilayah ”sengketa” yang luasnya 405 hektar itu secara masif, peluang Indonesia untuk mendapatkan pengakuan secara internasional akan lebih besar.


Masyarakat Camar Bulan belakangan ini mulai aktif melakukan penanaman di kawasan seluas 405 hektar tersebut. Mereka berani menanami lahan setelah Pemerintah Daerah setempat meyakinkan warga bahwa wilayah tersebut sah (masuk wilayah Indonesia), sesuai peta negara kita. Sebelumnya mereka takut beraktivitas di sana karena sering dikejar tentara Malaysia. Kini masyarakat juga tenang karena TNI telah membuat pos lintas batas dan menempatkan anggotanya di sana.


Sebetulnya jauh sebelum adanya pemberitaan resmi oleh berbagai media, warga kita yang tinggal disekitar TKP dan para nelayan yang biasa mencari ikan diseputaran tersebut telah memberikan laporan resmi kepada koramil setempat dan petugas di Pos AL Temajuk tentang aktivitas beberapa kapal tongkang yang dikawal kapal perang negeri Jiran beraktivitas memuat material bangunan dan aktivitas pemancangan.


Laporan tersebut kemudian ditindaklanjuti dengan mengirim tim kecil dari TNI AL yang menyamar sebagai nelayan ke lokasi TKP yang kemudian mendapati kebenaran atas laporan masyarakat tadi tentang aktivitas negeri Jiran di wilayah sengketa tersebut dan kemudian melaporkannya kepada pusat yang kemudian ditindak lanjuti dengan mengirimkan Korvet KRI dengan terlebih dahulu beberapa hari sebelumnya sejumlah Armada Bawah Air kita sudah diperintahkan menuju ke TKP.


TNI saat itu tidak main-main, berhubung waktunya hampir bersamaan dengan diadakannya latihan gugus pengamanan di Ambalat, maka sejumlah KS kita sudah mengunci basis KS mereka di Sepanggar Bay, Sabah. Sementara di lokasi TKP beberapa kapal tongkang dan sebiji kapal perang pengawalnya tanpa disadari sudah dikepung oleh 4 unit KS kita di mana 2 unit KS lagi berjaga jauh di dalam wilayah laut Malaysia sebagai antisipasi bilamana mereka memang berani ngajak kita duel beneran.


Jangan ditanya nasib satu-satunya kapal perang patroli mereka yang mengawal armada tongkang, kapal patroli itu dilock terus-menerus oleh KS kita, untung saja mereka diselamatkan karena memang perintah “menembakkan torpedo” dari pusat tidak kunjung datang sampai akhirnya mereka membubarkan diri lari terbirit-birit ketika satu KRI kita merapat ke TKP yang kemudian menurunkan beberapa personel Kopaska.


Tindak lanjut dari kejadian ini adalah Mabes TNI mengambil langkah lebih maju. Mabes TNI memastikan akan membangun pangkalan AL (Lanal) di Tanjung Datu, untuk menggantikan Pos AL Temajuk. Lanal itu nanti sekaligus untuk memperkuat pertahanan di kawasan Natuna. TNI kedepannya juga akan membangun air street pangkalan udara aju dan satuan infanteri juga akan masuk di kawasan itu alias penempatan pasukan dalam jumlah besar, karena pangkalan tersebut tidak hanya untuk mempertahankan Tanjung Datu.


Pembangunan Suar oleh Malaysia di Tanjung Datuk, Kalbar
Pembangunan Suar oleh Malaysia di Tanjung Datuk, Kalbar

Saat ini TNI AL telah menyiagakan tiga KRI yang berpatroli di sekitar kawasan tersebut. Kapal-kapal itu adalah Korvet KRI Sutedi Senoputra, KRI Barakuda, dan KRI Madang. Untuk armada bawah airnya TNI AL masih menyiagakan sejumlah KS yang berpatroli rutin dengan Induk pengawasan wilayah tanjung Datu adalah Lanal Pontianak yang membuat pos AL di kawasan Temajuk.


Lusitania Expresso


Lusitania Expresso  berlayar dari Lisabon Portugal menuju Dilli Timtim
Lusitania Expresso berlayar dari Lisabon Portugal menuju Dilli Timtim

Peristiwa 12 November 1991 di Dilli Timor Timur (Timtim) atau peristiwa Santa Cruz adalah kerusuhan yang terjadi antara kelompok anti integrasi dengan aparat keamanan di tempat pemakaman Santa Cruz Dilli Timtim. Kelompok anti integrasi selesai melaksanakan misa di gereja Motael Dilli dilanjutkan demonstrasi yang anarkhis menuntut referendum. Dalam kerusuhan tersebut tidak hanya mengakibatkan korban pihak sipil tetapi juga dari personel TNI.


Peristiwa ini merupakan peluang bagi kelompok anti integrasi di Portugal untuk melakukan provokasi politik yang didukung oleh pemerintah Portugal. Kelompok ini menggunakan sebuah kapal ferry yaitu Lusitania Expresso berbendera Portugal yang berlayar dari Lisabon Portugal menuju Dilli Timtim untuk mencari dukungan dan menarik perhatian dunia Internasional dengan misi mengadakan tabur bunga di tempat pemakaman Santa Cruz Dilli.


Salah satu bentuk respon dari pemerintah Indonesia untuk meredam misi provokasi adalah membentuk Satuan Tugas Aru Jaya (Satgas Aru Jaya) yang mempunyai tugas pokok untuk mencegah dan mengusir ferry Lusitania Expresso yang akan melaksanakan ziarah ke tempat pemakaman Santa Cruz Timor Timur.


lusiana-2

Kapal ferry Lusitania Expresso membawa sekitar 73 aktivis dari 21 negara, 59 wartawan Internasional. Salah satu anggota/ penumpangnya adalah bekas Presiden Portugal Jendral Antonio Romalho Eanes. Eanes yang mengambil alih pemerintahan dengan dukungan komunis tahun 1974-1975. Kala itu, Portugal meninggalkan daerah koloninya Timor-Timur yang mulai dilanda Perang Saudara.


Transit di Darwin Aussie dari Vasco Dagama terus berencana membawa VIP (mantan presiden Portugal). Niatnya berlayar dari Portugal transit ke Darwin dan lanjut ke DILI Timor-Timor (sekarang Timor Leste). Sesampai di TIM-TIM ingin tabur bunga, demikian “misi perdamaian” yang digembar-gemborkan. Kapal Ferry yang dikomandoi Kapten Dos Santos akhirnya gagal masuk ke TIM-TIM karena disambut 3 KRI angkatan laut dan sebuah KS 209 kita.


Pergerakan Kapal Lusitania Expresso:
  1. 23 Januari 1992 berangkat dari Lisabon Portugal
  2. 24 Februari 1992 berangkat dari Colombo Srilanka.
  3. 8 Maret 1992 tiba di Darwin Australia.
  4. 9 Maret 1992 berangkat dari Darwin menuju Dilli.
  5. 11 Maret 1992 jam 0600 WITA, meninggalkan perairan Indonesia.


Pergerakan TNI AL:  

17 Februari 1992
Armada Timur (Armatim) mengerahkan beberapa kapal perang untuk menghalau gerakan Lusitania Expresso, termasuk juga sebuah KS type 209.


6 Maret 1992 Jam 14.28 WITA Pesud Nomad P – 802 mendeteksi Lusitania Expresso pada posisi 11º 52’ S – 122º 07’ T dengan haluan 110 menuju arah Darwin/Australia dan kecepatan 10 knot.


10 Maret 1992 Jam 14.10 WITA Pesud P – 802 mendeteksi Lusitania Expresso pada posisi 10º 25’ S – 128º 29’ T atau sekitar 127 Nm Tenggara Pulau Yako. Pada pukul 21.30 WITA KRI Kihajar Dewantara – 364 (KRI KDA – 364) menemukan Lusitania Expresso.


11 Maret 1992 Jam 03.00 WITA KRI Yos Soedarso – 353 (KRI YOS – 353) bergabung dengan KRI KDA – 364 yang sedang membayangi Lusitania Expresso. Sementara KS kita juga bergabung dan ikut membayangi dari jarak yang agak jauh


KRI KDA – 364
KRI Ki Hajar Dewantara (364) / KRI KDA – 364


Jam 05.00 WITA ferry tersebut sudah berada pada posisi 23 Nm dari ujung Timor Timur.


05.58 WITA, KRI YOS – 353 menaikkan isyarat K-9 (tanda Internasional sebagai isyarat untuk membuka jalur komunikasi FM – 16).


Jam 06.03 WITA, Dansatgas Aru Jaya memerintahkan KRI YOS – 353 untuk mengusir Lusitania Expreso yang telah memasuki laut territorial Indonesia. KRI YOS – 353 melaksanakan komunikasi, namun sampai dengan jam 06.06 WITA fery tersebut belum mematuhi perintah KRI YOS – 353 untuk merubah haluan keluar dari perairan Indonesia.


Jam 06.15 WITA, setelah mendapat peringatan keras secara lisan dari KRI YOS – 353, Lusitania Expresso berbalik arah 180 derajat menuju haluan 150º yang merupakan arah ke Darwin.


KRI Yos Sudarso 353
KRI Yos Sudarso 353


Jam 07.31 WITA, Lusitania Expreso menaikan tanda isyarat 2 bola hitam pada posisi 4,5 Nm dari batas laut territorial (masih berada di dalam laut territorial), sebagai tanda kapal terbatas olah geraknya. Kemudian, KRI YOS – 353 menaikan bendera RJ – 2 dan RJ – 3, karena ferry tersebut belum bergerak dan masih mengapung di laut territorial, namun diindikasikan hanya mengulur waktu dan mengadakan tawar menawar dengan KRI YOS – 353.


Jam 08.55 WITA, KRI YOS – 353 kembali menaikan isyarat bendera RJ yang artinya peringatan bahwa seharusnya kerusakan mesin sudah dapat diatasi.


Jam 09.22 WITA, nahkoda Lusitania Expresso menginformasikan kepada KRI YOS – 353 bahwa kerusakan dapat diatasi dan bergerak ke haluan 157º menuju Darwin. KRI KDA – 364 membayangi sampai dengan batas ZEE Indonesia – Australia dan meyakinkan bahwa ferry tersebut tetap menuju Darwin dengan dibayangi oleh KS kita.   

Bersambung…


“Wira Ananta Rudhiro”
 
“Jalesveva Jayamahe”


“NKRI harga mati!”



Sumber : JKGR

Berita Foto : TNI AD Uji Tembak Meriam KH-178

SITUBONDO-(IDB) : Program satuan Yonarmed 8/1/2 Kostrad Bidang Operasi TA. 2014 tentang Latbakjatratnis. 


Program ini dilaksanakan oleh prajurit Satuan Yonarmed 8/1/2 Kostrad pada tanggal 20 s.d 24 Mei 2014 di Lapangan Tembak Asembagus Situbondo dan mendapatkan hasil yang maksimal karena disamping alutsista yang baru didatangkan dari Negara Korea yaitu Meriam 105 mm KH 178 ternyata prajurit-prajurit Yonarmed 8/1/2 Kostrad mampu mengawaki meriam tersebut dengan baik dan professional sehingga mendapatkan hasil yang diharapkan.




Sumber : TNI AD

Burung Besi Masa Depan Indonesia

 Indonesia Mulai Bangkit Membangun Pesawat Secara Mandiri 

JAKARTA-(IDB) : Siapa sangka, di tengah gempuran dan penggunaan pesawat komersial dan militer canggih buatan produsen dunia, Indonesia mulai bangkit mengembangkan dan memproduksi burung besi secara mandiri.

Di bawah pengembangan dan sinergi antara lembaga pemerintah dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), kemandirian industri kedirgantaraan kembali didorong.

Pasca kehancuran industri kedirgantaraan saat krisis ekonomi 1998, tenaga ahli atau insinyur kedirgantaraan Indonesia berada di bawah keterbatasan permodalan dan regenerasi.

Namun berkat dukungan LAPAN, saat ini insinyur senior yang dibantu insinyur muda, terdengar dan terlihat antusias di dalam mengembangkan berbagai purwarupa pesawat terbang.

Mau tahu pesawat masa depan karya putra-putri Indonesia? Berikut hasil penelusuran detikFinance, Senin (26/5/2014).

Pesawat Tempur IF-X 

Indonesia dan Korea Selatan saat ini sedang melakukan pengembangan bersama jet tempur. Program tersebut bernama Korea Fighter eXperiment/Indonesia Fighter eXperiment (KFX/IFX). Untuk versi Indonesia diberi nama IFX.

Pengembangan dan produksi pesawat tempur generasi 4.5 ini membutuhkan waktu minimal 8 tahun. Dari meja pengembangan sampai proses produksi, program KFX/IFX atau pesawat tempur pesaing F-16 tersebut itu memakan waktu 8 tahun atau bisa diproduksi massal sesuai rencana pada tahun 2022.

Pesawat tempur IFX versi Indonesia akan dikembangkan dan diproduksi pada fasilitas PTDI di Bandung Jawa Barat. Pada tahun ini, akan memasuki masa Engineering and Manufacturing Development (EMD). Fase ini mundur 1 tahun dari jadwal.

Teknologi pesawat KFX/IFX akan mengadopsi pesawat generasi 4.5 atau lebih unggul dari pesawat F16. Namun biaya pengembangan jauh lebih murah.

Purwarupa IFX/KFX bisa mengangkasa mulai tahun 2020. Selanjutnya 2 tahun kemudian baru memasuki fase produksi massal. Pesawat tempur pesaing F16 tersebut akan diproduksi sekitar 50 unit.

Proses produksi dan pengiriman pesawat akan mulai berjalan sejak tahun 2022 hingga 2030. Alhasil program pengembangan pesawat tempur menghadapi pergantian pemerintahan berkali-kali.

Pesawat N219

PT Dirgantara Indonesia (PTDI) dan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) saat ini sedang mempersiapkan sejarah baru kebangkitan industri kedirgantaraan nasional.

PTDI dan LAPAN secara keroyokan mengembangkan purwarupa hingga sertifikasi pesawat penumpang baling-baling dan bermesin ganda berkapasitas 19 orang. Pesawat tersebut bernama N219.

Jika lolos sertifikasi, maka Indonesia memasuki sejarah baru. Pasalnya pesawat pendahulunya yakni N250 belum memasuki tahap sertifikasi karena programnya terkena dampak krisis ekonomi 1998 dan diminta berhenti oleh International Monetary Fund (IMF).

Padahal saat itu, pesawat N250 berhasil menarik perhatian dunia saat purwarupanya berhasil terbang perdana pada Agustus 1995 namun pesawat tersebut kini menjadi besi tua di apron atau parkir pesawat milik PTDI.

Program pengembangan mulai dilakukan tahun ini. Untuk pengembangan N219, LAPAN mengalokasikan anggaran Rp 400 miliar. Alokasi ini bersumber dari penganggaran tahun 2014 sebesar Rp 310 miliar dan tahun 2015 senilai Rp 90 miliar. Sedangkan PTDI berkontribusi membantu penyediaan tenaga ahli dan peralatan produksi N219.

Pesawat N219 akan terbang perdana pada Oktober 2015. Setelah terbang perdana, selanjutnya dilakukan pengujian prototype untuk memperoleh sertifikasi. Targetnya N219 telah memperoleh sertifikasi nasional dan mulai diproduksi massal pada akhir 2016.

Jika program ini sukses, selanjutnya dilanjutkan pengembangan pesawat baling-baling kelas 45 penumpang (N245) dan kelas 70 penumpang (N270). 

Pesawat Penumpang R80 

Mimpi mantan Presiden BJ Habibie untuk mengembangkan pesawat komersial tak lekang oleh usia. Habibie melalui perusahaannya yakni PT Regio Aviasi Industri (RAI) menggandeng PTDI menggembangkan pesawat penumpang bermesin turboprop, R80.

Pesawat tersebut dirancang mampu membawa hingga 80 orang penumpang. Saat ini pesawat R80 tengah memasuki fase preliminary design. Meski belum berwujud prototype atau purwarupa, maskapai nasional telah menyatakan minat membeli pesawat komersial karya putra-putri Indonesia ini. 

Pesawat Tanpa Awak 

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) aktif mendukung dan mendorong lahirnya purwarupa atau prototype produk pesawat asli karya tenaga ahli Indonesia. LAPAN mengembangkan berbagai varian pesawat hingga beberapa tahun ke depan.

Pesawat yang saat ini dikembangkan adalah pesawat tanpa awak atau Unmanned Aerial Vehicle (UAV). Pesawat ini diperuntukan untuk memantau kondisi perbatasan dan gunung berapi di seluruh Indonesia.

Selain LAPAN rekannya yakni Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) juga menggembangkan UAV versi militer. Pesawat tersebut diberi nama PUNA Wulung. UAV tipe ini akan diproduksi massal untuk memenuhi kebutuhan TNI. Untuk memproduksi PUNA Wulung, BPPT menggandeng BUMN lainnya yakni PT Dirgantara Indonesia (Persero) dan PT LEN (Persero).




Sumber : Detik

Wajah Perbatasan Indonesia Timor Leste

ATAMBUA-(IDB) : Lokasi perbatasan menjadi faktor krusial untuk kedaulatan negara. Tak ayal, bila gambaran suatu negara selalu mengacu pada bagaimana kondisinya di wilayah perbatasan.

detikFinance yang berkesempatan datang ke wilayah perbatasan RI dan Timor Leste melihat secara langsung kondisinya.

Banyak fakta yang ditemukan dan sepertinya jarang terdengar sampai ke ibu kota. Mulai dari infrastruktur pos penjagaan, listrik, Bahan Bakar Minyak (BBM), mata uang rupiah hingga curhatan penjaga perbatasan.

Berikut adalah rangkuman detikFinance selama perjalanan ke perbatasan seperti dikutip, Senin (25/5/2014).

Pos Penjagaan Yang Jauh Dari Ideal 


Pasca terbentuknya Republica Democratica de Timor Leste pada tahun 2002, pemerintah Indonesia menyiapkan pos pada beberapa titik darat. Pada pos tersebut tersedia CQIS yaitu Custom (Bea Cukai), Imigration (Imigrasi), Quarantine (Karantina) dan Security (Keamanan) sebagai komponen utama pelayanan dan pengawasan.

Namun, sayangnya sampai dengan sekarang atau 12 tahun berjalan, pos ini tidak tersedia dengan utuh. Berdasarkan pantauan detikFinance yang mengunjungi langsung wilayah perbatasan, Kamis (22/5/2014), secara nyata ketidakutuhan itu tampak jelas terlihat. Terutama dari sisi fasilitas dan sarana penunjang aktivitas.

Pos pengawasan pertama adalah di Wini. CQIS yang harusnya berada pada satu atap, malah terpisah-pisah. Pada garis perbatasan, ada 3 kantor untuk kepolisian, angkatan darat dan imigrasi yang berbagi dengan badan karantina. Sementara kantor bea cukai terletak 1 km dari garis perbatasan.

Untuk setiap orang yang ingin memasuki wilayah Timor Leste ataupun sebaliknya, harus melalui proses administrasi yang tidak efisien. Bahkan kecenderungan harus bolak balik dari setiap kantor.

Pos Perbatasan Milik Timor Leste 


Memantau pos perbatasan Indonesia dengan Timor Leste terlihat fasilitas dan sarana yang berbeda signifikan. Pos milik Indonesia yang tidak berada pada satu atap atau tidak terintegrasi, sementara Timor Leste sangat lengkap.

Terlihat lengkapnya fasilitas yang dimiliki negara tetanga. CIQS, yaitu Custom (Bea Cukai), Imigration (Imigrasi), Quarantine (Karantina) dan Security (Keamanan) berada pada satu area. Mekanisme dari sistem kejanya pun terintegrasi dengan sangat baik.

Untuk memasuki Indonesia, warga dari Timor Leste harus melewati portal dengan penjagaan dari aparat keamanan. Bila menggunakan kendaraan roda 4 ke atas, maka kendaraan harus melewati alat sensor dengan pemeriksaan yang tercetak dalam satu kertas.

Kendaraan juga akan diperiksa secara manual oleh petugas. Mulai dari sisi administrasi kendaraan hingga pengecekan barang yang terletak di dalamnya. Barang-barang tertentu akan dibawa ke karantina untuk pemeriksaan lebih lanjut.

Warga kemudian memasuki ruangan imigrasi dengan melalui alat sensor (X-ray) untuk pemeriksaan dokumen pribadi. Selanjutnya mengikuti prosedur untuk pemeriksaan bea cukai.

Pegawai bea cukai di Indonesia paling banyak hanya 4 orang pada pos penjagaan. Sedangkan untuk pos di Timor Leste ada sebanyak 12 orang. Jumlah ini memang tidak sebanding jika mengingat pentingnya penjagaan wilayah perbatasan.

9 Pos Perbatasan Hanya Dijaga 19 Orang Pegawai Bea Cukai 


Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) Kementerian Keuangan bertanggung jawab atas 9 pos pengawasan yang terletak di perbatasan antara Indonesia dan Timor Leste. Tapi sayangnya pegawai yang bertugas hanya berjumlah 19 orang.

Kondisi ini memang sangat mengkhawatirkan. Mengingat kondisi perbatasan menjadi sangat krusial bagi negara. Sebab meliputi lalu lintas warga negara dan perdagangan antar kedua negara.

"Untuk menjaga pos pengawasan yang ada 9 itu kita cuma ada 19 orang," ungkap Kabid Kepabeanan dan Cukai Kantor Wilayah DJBC Bali NTB dan NTT Iwan Riswanto saat berkunjung ke wilayah perbatasan, Atambua, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Pos tersebut terdiri dari pos pengawasan Mota'ain, Metamauk, Wini, Napan, Kalabahi, Turiskain, Builalo, Laktutus dan Haumeniana. Setiap pos rata-rata hanya diisi oleh dua orang pegawai DJBC.

"Ya rata-rata cuma dua orang per pos. Ada yang 3 di Moata'ain karena memang pos yang paling besar," ungkapnya.

Idealnya, kata Iwan pada setiap pos pengawasan harus dijaga oleh 4 sampai dengan 5 orang. Seperti untuk pengawasan di perbatasan Moata'ain dengan tingginya aktivitas perlintasan secara keseluruhan.

"Moata'ain itu harusnya lima. Kalau Wini yang kecil mungkin 4 saja cukup," sebut Iwan.

Pasar Perbatasan Dan Produk Favorit Warga Timor Leste 


Atambua-Pemerintah Indonesia dan Timor Leste membuka kerjasama perdagangan khusus di wilayah perbatasan. Pada 9 titik yang telah ditetapkan disediakan sebuah pasar untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat perbatasan kedua negara.

Pasar ini disebut sebagai jalur hijau karena dibebaskan dari pembayaran bea masuk dan pajak dalam rangka impor. Meskipun ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh warga negara dalam bertransaksi.

Sasaran utama warga Timor Leste adalah kebutuhan pokok yang berupa produk olahan. Tiga barang yang paling banyak dibeli itu adalah mie instant, air mineral kemasan dan Semen.

Mie instant menjadi idola karena wilayah perbatasan Timor Leste letaknya sangat jauh dari kota Dili yang menyediakan berbagai kebutuhan. Sehingga banyak warga setempat yang lebih memilih sebrangi perbatasan untuk berbelanja.

Begitupun dengan air mineral kemasan. Kondisi air bersih layak minum masih sangat kurang. Sehingga banyak warga yang mencari ke Indonesia.

Sementara untuk semen lebih dikarenakan Timor Leste yang tengah dalam pembangunan. Seperti bandar udara (bandara) dan beberapa pembangunan gedung dan perumahan.

Listrik Di Perbatasan Bisa Mati Sampai 6 Hari 


Wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) yang berbatasan dengan Timor Leste masih kekurangan pasokan listrik. Akibatnya sering terjadi padam listrik di wilayah ini. Bahkan padamnya listrik bisa sampai 6 hari.

Kondisi ini terjadi di Wini yang berbatas dengan Oecusse (Timor Leste). Padamnya listrik bisa terjadi setiap minggu tanpa ada pemberitahuan sebelumnya dari petugas berwenang.

"Listrik itu padamnya tidak tentu. Bisa setiap minggu. Bahkan itu bisa sekali padam langsung 6 hari, terus baru nyala lagi. Kalau tidak itu bisa 3-4 hari matinya," ungkap petugas Bea Cukai Nikodemus di Wini, NTT.

Kondisi yang sama juga terjadi pada wilayah perbatasan Mota'ain, Atapupu. Listrik padam pada wilayah ini bisa terjadi 2 sampai 3 kali sehari. Dalam seminggu, kondisi tersebut bisa terjadi sampai dengan 4 kali.

Rupiah Diacuhkan, Dolar Diagungkan  


Mata uang dolar Amerika Serikat (AS) laris manis digunakan di pasar perbatasan Indonesia-Timor Leste untuk transaksi jual beli. Berbanding terbalik dengan rupiah yang tak laku.

"Kalau bawa rupiah, belanja ke wilayah Timor Leste atau sekalipun ke Dili itu tidak laku," kata Kepala Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai (KPPBC) Atapupu Nyoman Ary Dharma di Atambua, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Bahkan menurutnya, tempat penukaran uang resmi (money changer) yang tersedia di Dili tidak mau menerima rupiah. Bila pun ada, itu hanya money changer yang bersifat tradisional dan harganya pun sangat jauh sekali dari kurs yang ada.

"Kalau pun ada itu cuma yang di pinggir-pinggir jalan. Kalau yang resmi-resmi itu mana mau. Itu juga jatuh sekali harganya. Bisa US$ 1 harus dibeli dengan Rp 20 ribu," terangnya.

Nyoman menilai, ini adalah akibat paradigma yang buruk oleh masyarakat setempat terhadap rupiah. Apalagi dengan kondisi nilai rupiah yang jauh sekali dibandingkan dengan dolar ataupun mata uang lainnya.

"Tragis sekali memang, mereka melihat rupiah itu sudah tidak ada artinya. Jadi kalau bawa rupiah tunai ke sana ya siap-siap saja diacuhkan," imbuhnya.

Kondisi tersebut juga mempengaruhi masyarakat Indonesia sendiri yang hidup di perbatasan. Mengingat tingginya aktivitas perdagangan di perbatasan, masyarakat juga memasok dolar.

"Salah kita juga memang. Dolar itu diagung-agungkan. Kalau lecek sedikit itu langsung harganya jatuh. Padahal mereka itu punya dolar diremuk-remuk ya nilainya sama saja," imbuhnya.




Sumber : Detik