Pages

Sabtu, Mei 17, 2014

Map Of Conflict Series : Analisa Umum Pasifik (4)

CHINA-TAIWAN

Taiwan
 
JKGR-(IDB) : Sejak kaburnya Chiang Kai Shek dari Tiongkok daratan menuju pulau Formosa menjadi awal mula lepasnya Formosa dari Tiongkok daratan. Pulau Formosa menjadi basis pertahanan akhir Chiang Kai Shek yang kemudian menjadi cikal bakal awal berdirinya negara Republik Nasional Tiongkok atau yang lebih kita kenal dengan Taiwan. 

Hingga kini baik Mao maupun penerusnya masih belum ada yang sanggup merebut Taiwan kembali, kemenangan terakhir Tiongkok daratan atas Chiang Kai Sek hanya terjadi sekali semasa perang saudara antara partai Komunis pimpinan Mao Zhedong dengan partai Kuomintang pimpinan Chiang Kai Shek pada 1949 silam. Semasa hidupnya, baik mao maupun Kai Shek sama – sama bersumpah akan menyatukan China. Dan pertikaian pun terus berlanjut hingga masa kini dalam wujud perang dingin.


Posisi Taiwan di dunia internasional sendiri masih dianggap rancu, dianggap merdeka juga tidak namun dianggap sebagai bagian negara RRC juga tidak sepenuhnya tepat. Oleh karenanya Taiwan tidak dapat bergabung dengan PBB karena belum mendapat pengakuan internasional sebagai negara merdeka, pengakuan PBB hanya pada “satu China” yang berdaulat. Hingga saat ini Tiongkok daratan masih menganggap Taiwan sebagai anak yang membangkang, dan sudah sejak jauh mengancam akan menggunakan kekuatan militer jika Taiwan berani memproklamirkan kemerdekaannya. Keadaan ini menyebabkan Taiwan seperti terpenjara secara politik sebab Taiwan tidak dapat menjalin hubungan kenegaraan resmi, investasi pun sulit masuk karena terkendala klaim “satu China”. Alhasil Taiwan tidak punya pilihan lain selain mengembangkan dirinya sendiri untuk bertahan hidup.


Dalam perkembangannya hingga sekarang unifikasi Taiwan dengan Tiongkok daratan menemui jalan buntu, hadirnya intervensi pihak ketiga telah menjadi palang penghalang bagi RRC untuk menyatukan kembali China. Meskipun tidak memberikan pengakuan resmi namun Amerika memposisikan dirinya dipihak Taiwan, adanya intervensi langsung inilah yang menghindarkan Taiwan dari agresi militer RRC. Dalam praktiknya, sebagaimana Kuba pernah menjadi pos terdepan Uni Soviet untuk memantau Washington, Amerika juga menjadikan Taiwan sebagai bagian pos terdepannya untuk mengawasi RRC. 

Posisi Taiwan yang berhadap – hadapan secara langsung dengan RRC menjadikannya seperti duri besar dalam daging Tiongkok daratan, sebab meskipun Amerika mengakui one China tapi di saat yang sama Amerika juga mempersenjatai Taiwan. Dalam jangka panjang Taiwan juga dapat menjadi ganjalan yang sangat mengganggu bagi kepentingan politik RRC. Sebab selama Taiwan belum ditangan, maka Taiwan masih akan selalu menjadi kartu dagang politik Barat.


Potensi ekonomi Taiwan terletak pada industri – industri lokalnya yang besar dan mendunia. Duet antara industri Taiwan dan industri RRC dapat menjadi senjata yang sangat ampuh untuk menguasai pasar global. Namun yang menjadi prioritas utama RRC saat ini adalah membangun postur kekuatannya, agar dapat memiliki pundak yang kuat untuk menyangga lengan militernya yang ingin memanjang keluar. Begitu RRC dapat menjamin kekuatan lengannya, maka telapak tangan RRC akan mampu menjangkau setiap sudut pasifik. Itulah titik di mana Taiwan, Jepang dan negara – negara kawasan LCS bisa mulai merasa cemas. Sebab dalam sejarahnya Tiongkok selalu menyelesaikan pertikaian dalam negeri ataupun sengketa politiknya dengan jalan perang. Dan seperti yang sudah – sudah, biasanya suatu negara akan mengulangi sejarah politik masa lalunya.


Sementara itu Amerika masih akan tetap dengan kebijakannya sekarang, sebagaimana Rusia enggan melepaskan Crimea begitu pula Amerika akan enggan melepaskan Taiwan. Disposisi Taiwan atas RRC telah memberikan keuntungan strategis yang sangat besar bagi Amerika, seperti menempatkan basis militer di muka halaman RRC. 

Karenanya Amerika masih akan terus memberikan dukungannya kepada Taiwan dalam bentuk intervensi politik serta imunisasi kekuatan militer. Dan secara umum masih tidak ada perubahan posisi kedudukan masing – masing, baik RRC, Taiwan maupun Amerika dalam waktu dekat ini. Setiap pihak masih menjaga tensi ketegangan dalam porsi yang edible. Namun titik letupnya diperkirakan akan datang dari LCS, sebab jika armada RRC bergerak ke selatan maka secara otomatis akan menyenggol Taiwan, mumpung satu ruas jalan.


CHINA-JEPANG

Jepang
 
Kekalahan Jepang pada perang dunia kedua membawa konsekuensi politik dan militer yang panjang. Berbeda dengan Jerman yang sudah ”merdeka” sejak tahun 1990 silam, Jepang hingga kini masih terikat perjanjian yang membatasi peran militernya. Aturan yang melarang Jepang untuk mengekspor senjata buatannya menyebapkan Jepang tidak bisa membuat pendekatan diplomatik melalui penjualan senjata. 

Akibatnya Jepang sulit membangun pengaruh politiknya di kawasan dan sulit menjalin kedekatan dengan negara selain Amerika, perjanjian San Fransisco benar – benar telah mengebiri katana Jepang dengan efektif. Namun Jepang mendapatkan kompensasinya dengan menerima status sebagai adik kandung Paman Sam berikut paket kepulauan Senkaku.


Kepulauan Senkaku sendiri seharusnya berada dalam perwalian Taiwan, namun secara sepihak dengan alibi traktat San Francisco, pada 1972 paman Sam kemudian meyerahkan Senkaku yang disambut dengan tangan terbuka oleh Jepang. Namun sesungguhnya ini adalah politik terselubung Amerika untuk mengisolasi RRC serta upaya untuk mengkonfrontasikan secara langsung antara Jepang dan China, sebentuk rencana jangka panjang untuk memaksa Jepang berada dalam posisi tidak memiliki pilihan lain selain berlindung pada Amerika, taktik yang kurang lebih sama dengan yang diterapkan pada Taiwan. 

Dan melihat pasca perang dunia kedua Jepang telah kehilangan begitu banyak, baik kehilangan ekonomi materil maupun teritorial. Maka Jepang akan mengambil setiap peluang asupan teritorial yang ada dihadapannya, apalagi jika itu adalah sesuatu yang sudah ada di tangan, tidak ada kompromi, nampaknya harga diri samurai masih ada pada diri sang Ronin. Jika ada kesempatan Jepang bahkan tidak akan merasa sungkan mengambil alih pulau Dokdo dari Korea Selatan.


Hubungan Jepang – Korsel tidak bisa dikatakan akrab, luka masa lalu peninggalan perang dunia kedua masih membekas pada diri Korea. Terlebih lagi klaim Jepang atas pulau Dokdo telah mengorek kembali luka lama, Korsel pun bereaksi keras dengan menempatkan militernya bersiaga di pulau Dokdo. Respon Jepang saat ini masih sebatas memasukkan Dokdo sebagai bagian dari wilayah Jepang dalam kurikulum pendidikannya. Hal ini seperti mengatakan agar generasi muda Jepang jangan sampai melupakan sejarah integritas negaranya, dan bahwasanya suatu saat Dokdo harus diambil kembali dari tangan Korea. Jasmerah ala samurai Jepang.


Dalam hubungannya dengan dengan ASEAN, baik Jepang maupun Korsel sama – sama memiliki kepentingan atas SDA ASEAN. Kedua negara tersebut sama – sama bersaing dalam mengamankan pasokan bahan baku bagi industri – industrinya yang besar terutama kebutuhan atas REM (Rare Earth Material) bagi industri teknologi tinggi. Selama ini produksi terbesar REM dihasilkan oleh RRC namun RRC membatasi kuota ekspornya dan ini menjadi ganjalan bagi negara – negara yang produsen teknologi tinggi seperti Jepang. Untuk mengatasinya Jepang telah berinvestasi membuat pabrik REM di Vietnam, ini menjadikan Vietnam sebagai sekutu penting Jepang di ASEAN dimana kedekatan itu dikuatkan dengan rasa berbagi musuh yang sama dalam persoalan sengketa wilayah. Adalah penting bagi Jepang untuk mempertahankan Vietnam dari intervensi RRC, oleh karenanya tidaklah mengherankan jika ada “kemungkinan” Jepang menjadi donatur sumber pendanaan belanja militer Vietnam.


Sebagaimana mana dengan Taiwan serta LCS, kemungkinan Senkaku akan benar – benar membara ketika RRC memutuskan bergerak ke selatan. Untuk saat ini hanya akan terjadi gesekan – gesekan dengan tensi kecil di permukaan. Sebab meskipun diam RRC tetap tidak akan membiarkan Jepang berdiri dengan tenang di atas Senkaku dan akan terus mengusiknya. Bagi RRC mengatasi Taiwan lebih mudah daripada mengatasi Jepang, terlebih lagi RRC menyimpan dendam yang lebih besar kepada Jepang daripada dendamnya pada Chiang Kai Shek. Oleh karenanya dikemudian hari terdapat pula kemungkinan Senkaku menjadi percik awal dimulainya konflik Pasifik yang sesungguhnya. Sebab apabila RRC dan Jepang bertemu muka dengan konflik senjata, maka Amerika yang berada di belakang Jepang pun akan ikut ambil bagian dalam konflik, dan ini akan menyeret pada konflik yang lebih besar selanjutnya.


korea-us


Korea adalah negara yang tidak akan pernah dapat bersatu kembali. Selama RRC masih menjadikan Korea Utara sebagai kartu dagang politiknya dan Amerika menjadi penyeimbang kehadiran RRC, maka selama itu pulalah tidak akan ada kata penyelesaian atas Korea. Negeri ini akan terus berada pada ketegangan ambang batas abu – abu peperangan, meskipun rakyatnya menginginkan kedamaian dan reunifikasi tapi para pucuk petinggi negara berkata lain.


Rezim Korut yang otoriter dan merasa superior tidak akan pernah mau bersatu dan meleburkan diri dalam pemerintahan Korea bersatu. Sebab para petinggi Korut dan setiap sendi pemerintahannya sudah terlanjur merasa nyaman dengan privilege yang mereka dapat dari status mereka sebagai penguasa. Aksi Korut yang rajin mempropagandakan kekuatan serta mengobral ancamannya kemana – mana, sejatinya adalah simbol kelemahan dan tak lebih dari gertakan untuk mengatakan “jangan ganggu saya”. Korut sendiri tidak memiliki kekuatan ekonomi yang memadai, sangat berbeda jauh dengan Korsel. Bahkan bisa dikatakan sebagian ekonomi Korut hidup ditopang Korsel yang membangun kawasan industri di perbatasan keduanya.


Selama ini Korut berdansa waltz di atas segala upaya rekonsiliasi Korsel, dan tanpa merasa segan memprovokasi dunia internasional. Demikian karena Korut mendapat back up penuh dari RRC sebagai penjamin hidupnya, di sini secara tidak langsung RRC juga berperan sebagai psikiater bagi Korut agar tidak berubah menjadi bocah depresi dengan senjata. Tanpa adanya RRC kemungkinan besar Korut akan mencoba melempar granat nuklirnya kemana mana sebagai bentuk keputusasaan dalam mempertahankan diri. 

Keberadaan militer Amerika di Korsel ditanggapi RRC dengan menghadirkan kekuatan militernya secara langsung di tubuh Korut. Amerika menjawabnya dengan secara rutin melakukan latihan perang bersama Korsel di semenanjung Korea, sebagai isyarat langsung atas kesiapan tempur keduanya apabila konflik pecah setiap saat. Meskipun letupan – letupan kecil masih akan terjadi namun Korut tidak akan mengambil resiko perang terbuka. Atau lebih tepatnya Kim tidak mau mengambil resiko itu, sebab konflik kecil baginya sudah cukup untuk menjadi bahan tawar menawar dengan dunia internasional.


Selain mengandalkan backup negara besar kedua Korea juga sama sama mencoba membangun aliansi strategis dengan luar. Salah satunya dengan mendekati Indonesia dengan menawarkan kerja sama militer strategis, namun tujuan jangka panjangnya sendiri masih tidak jauh dari urusan ekonomi dan khususnya bagi Korsel untuk mengamankan pasokan bahan baku bagi industrinya.

Dalam hal ini pendekatan Korsel pada Indonesia lebih maju beberapa langkah dibandingkan pedekatan Korut, demikian karena Korsel memiliki lebih banyak item yang dapat ditawarkan untuk menjalin kerja sama. Salah satu yang paling strategis adalah kerjasama pembuatan pesawat tempur dan kapal selam. Dalam prateknya kerja sama tersebut sering mengalami kendala terutama oleh adanya intervensi pihak ketiga, meskipun demikian kerja sama tersebut masih terus berjalan meskipun pelan dan agak tersendat.


Satu – satu jalan bagi rekonsiliasi Korea adalah dengan runtuhnya satu di antara kedua Korea. Bila melihat pada faktor kekuatan semata maka Korut memiliki keunggulan satu langkah dengan hulu ledak nuklirnya, dan bila dilihat dari nilai total keseluruhan maka Korsel-lah yang paling berpotensi keluar sebagai pemenangnya. Namun siapapun pemenangnya, bisa dipastikan dia tidak akan keluar tanpa menderita cacat kerugian yang besar, karena itulah konfrontasi langsung akan selalu menjadi pilihan yang terakhir.


Kim melakukan kontrol atas milliternya dengan senantisa menempatkan negaranya dalam kondisi tegang di mana hal ini akan menyibukkan tangan para petinggi militernya. Selain itu Kim juga menjadikan dirinya sebagai figur sentral “pusat kebencian dunia”, membagi sebagian kekuasaannya dengan keluarga dekat lalu memastikan setiap tingkatan posisi mendapat porsinya masing – masing atas rasa nyaman berada dalam kekuasaan yang dipimpinnya. Sehingga secara keseluruhan sistem ini berjalan dengan bersandar pada keluarga Kim sebagai tiang tunggal penopangnya. 

Maka solusi bagi Korsel untuk dapat menundukkan Korut tanpa kekerasan adalah dengan mengeroposi pondasi politik yang menyangga kekuasaan Dinasti Kim dan membangunkan kesadaran rakyat Korsel yang terlelap. Dengan menciptakan friksi horisontal dan vertikal diantara petinggi dan menyebarkan propaganda kebangkita diantara rakyat Korut. Namun semua itu hanya dapat dicapai melalui operasi bawah tanah dalam jangka waktu yang panjang. Oleh karenanya sementara ini dunia masih akan disuguhi kisah drama perang Korea yang berlarut larut.
 
Bersambung,…



Sumber : JKGR

Panglima TNI Tinjau Satgas Garda Wibawa

TARAKAN-(IDB) : Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko, Jumat (16/5) meninjau Satuan Tugas (Satgas) Garda Wibawa -14 Pengamanan Perbatasan Laut RI-Malaysia di Kalimantan Utara.

Menurut Kadispenarmatim Letkol Laut (KH) Abdul Kadir, dalam rilisnya, mengatakan kedatangan orang nomor satu di TNI itu untuk meninjau keadaan prajuritnya yang sedang melaksanakan tugas sebagai garda terdepan pengamanan perbatasan wilayah laut antara Republik Indonesia dengan pemerintah Malaysia.


Setelah menempuh perjalanan dari Jakarta-Balikpapan Panglima TNI melanjutkan perjalanan tugasnya menuju Tarakan, Kalimantan Utara. Setibanya di kota Tarakan Panglima TNI istirahat sejenak di VVIP Room bandara Juwata, kemudian langsung mengadakan peninjauan dengan menggunakan 2 buah helikopter bel milik TNI AL dan KRI.


Dalam peninjauan itu Panglima TNI didampingi oleh Kasal Laksamana TNI Dr.Marsetio, Pangarmatim Laksda TNI Agung Pramono S.H.M.Hum, Pangkohanudnas serta para perwira tinggi TNI lainnya. Tempat yang ditinjau oleh Panglima TNI itu antara lain Satuan Radar (Satrad), Pangkalan Udara TNI AU (Lanud), Pos Sei Manggaris, Sebatik dan Mess Marinir, Pos Sei Pancang, Pos Adji Kuning dan Karang Unarang.


Usai peninjauan ke Pos Ajikuning Panglima TNI melanjutkan peninjauannya ke Karang Unarang dengan menggunakan Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) Surabaya-591 yang sedang berada di perairan sekitar Ambalat. Di KRI Surabaya-591 Panglima TNI diterima oleh Komandan KRI Surabaya-591 Letkol Laut (P) Rizki.H.


Di KRI Surabaya-591 Panglima TNI menerima Paparan tentang kondisi terakhir perairan Ambalat yang disampaikan oleh Komandan Gugus Tempur Laut Armada RI Kawasan Timur Laksma TNI Aan Kurnia. S. sos di loung room perwira. Selain itu juga Panglima TNI menyaksikan situasi dan kondisi perairan karang unarang dari atas KRI Surabaya-591juga menyaksikan fly pass 2 pesawat sukoi dan 1 pesawat patroli maritim.


Pada kesempatan itu juga Panglima TNI memberikan pengarahan kepada seluruh prajurit yang tergabung dalam Satgas dan berada di KRI Surabaya-591dengan didampingi oleh Kasal Laksamana TNI Dr. Marsetio dan Pangarmatim Laksda TNI Agung Pramono SH. M. Hum.




Sumber : Trunnews

KSAD : Teknologi Informasi TNI AD Anti Blok

JAKARTA-(IDB) : Kepala Staf TNI Angkatan Darat, Jenderal TNI Budiman mengatakan, TNI AD berkomitmen untuk mandiri dalam teknologi pertahanan. Dengan kemandirian itu, risiko TNI AD untuk didikte kekuatan asing bisa dihindarkan.

"Kalau terus tergantung dengan (teknologi) asing, maka mudah diganggu, kita makin mudah dibelokkan. Untuk itu, kami harus kuasai teknologi militer," ujar Jenderal TNI Budiman di Mabes TNI AD, Jumat 16 Mei 2014.

Menurut Budiman, potensi penguasaan teknologi militer yang dimiliki Indonesia tergolong besar. Indonesia bisa mengoptimalkan teknologi komunikasi, siber, pengolahan intelijen, alat peralatan sampai satelit.

"Satelit pasti bisa disadap. Untuk itu perlu enkripsi. Kami Angkatan Darat tak gunakan satelit, hanya menggunakan OpenBTS, memang tak terlalu jauh sih,  tak sampai 100 mil," ujarnya.

Untuk itu, Angkatan Darat berhati-hati dengan menggunakan nano satelit saja. Sedangkan Open BTS yang ada dimaksimalkan untuk mendukung pengawasan di kawasan perbatasan.

"Di perbatasan, kami juga pesan pesawat tak berawak (UAV) sehingga pengawasan kita lebih teknologi minded. Pengawasan kita mendekati advance," kata dia.

Lebih lanjut Budiman menegaskan, teknologi pertahanan yang dikembangkan kesatuannya itu menggunakan teknologi lokal. Soal arah kebijakan standar pengembangan teknologi, Budiman mengatakan TNI AD tak akan mengarah para negara tertentu.

"Soal teknologi informasi, kita nggak usah pilih blok. Kita ambil semuanya (blok manapun) yang terbaik, terus dikembangkan sehebat mungkin. Kita ambil ilmunya, nggak usah blok-blokan. Tapi kalau sudah kuasai teknolgi, kita harus bersikap," ujarnya.

Pada kesempatan itu, Budiman menambahkan tantangan TNI AD ke depan yaitu pertempuran dengan berbasis teknologi informasi.

"Dalam jangka panjang, tetap dibutuhkan teknologi informasi. Belum lagi ancaman soft power yang mengintai kehidupan sosial, perbankan sampai PLN, dan sebagainya yang bisa diganggu dengan teknologi informasi," ujarnya.

Untuk itu, dia menilai kerjasama dengan para pakar teknologi informasi yang tergabung pada FTII ini dapat menjadi tambahan pertahanan menghadapi ancaman hard power dan soft power. Selain manfaat kekuatan pertahanan, kerjasama itu juga dipandang memudahkan visi TNI AD mandiri dalam teknologi.

"Kami buat MoU berpikir lebih jauh tentang kerjasama antara FTII dan TNI AD, kemandirian pertahanan bisa dicapai dalam waktu lebih cepat," kata Budiman. 



Sumber : Vivanews

Amerika Akan Putus Kerjasama Jual Beli Senjata Denga Rusia

WASHINGTON-(IDB) : Ketegangan antara Amerika Serikat dan Rusia semakin memanas. Setelah Rusia memutuskan untuk mematikan semua satelit Amerika Seriakt di Moskow dan mendepak AS dari proyek Stasiun Luar Angkasa (ISS), kini senat AS akan memutus kontrak bisnis senjata antara AS dan perusahaan senjata Rusia.

Senat AS telah mengusulkan RUU untuk melarang setiap transaksi senjata antara AS dengan perusahaan eksportir senjata Rosoboronexport milik Rusia. Padahal, AS saat ini terikat kontrak pembelian senjata dari perusahaan Rusia itu senilai USD1,1 miliar.

RUU itu diusulkan oleh senator Partai Demokrat AS, Richard Blumenthal dan senator Partai Republik Dan Coats dan John Cornyn. Mereka menyerukan segera diakhirinya kontrak antara Pentagon dengan eksportir senjata Rusia.

RUU ini juga akan memblokir setiap perusahaan Amerika atau asing yang bekerja sama dengan Rosoboronexport. ”Situasi bermusuhan di Ukraina adalah contoh terbaru lain mengapa AS harus berhenti melakukan bisnis dengan Rusia dan bisnis senjata,” kata Blumenthal dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Moscow Times, Jumat (16/5/2014).

”Undang-undang ini mengirimkan pesan yang jelas kepada Rusia dan Rosoboronexport , bahwa Amerika tidak akan melakukan bisnis dengan negara-negara yang berperilaku tidak bertanggung jawab dan perusahaan yang mempersenjatai rezim teroris,” lanjut pernyataan itu.

Anggota Kongres AS sebelumnya telah mendesak Pentagon untuk membatalkan kontrak dengan Rosoboronexport. Sebab, eksportir senjata Rusia itu diketahui telah memasok senjata kepada pemerintah Presiden Suriah, Bashar al-Assad. AS menganggap hal itu sebagai dukungan untuk terorisme.

Pentagon pada musim gugur lalu telah membatalkan pembelian helikopter dari Rosoboronexport dari kontrak tahun 2014. ”Mengingat tindakan-tindakan permusuhan Rusia di Ukraina, bisnis seperti biasa tidak dapat diterima,” imbuh Coats dalam sebuah pernyataan. Dia menyerukan diakhirinya “hubungan munafik” antara Pentagon dengan Rosoboronexport.




Sumber : Sindo

Transformasi TNI AD Menjadi Satuan Tempur Handal

TANJUNGPURA-(IDB) : TNI AD memiliki tugas pokok yaitu melaksanakan tugas TNI Matra Darat dibidang pertahanan, melaksanakan tugas TNI dalam menjaga keamanan wilayah perbatasan darat dengan negara lain, melaksanakan tugas TNI dalam pembangunan dan pengembangan kekuatan Matra Darat serta melaksanakan pemberdayaan wilayah pertahanan di darat dalam rangka menegakkan kedaulatan Bangsa dan Negara, mengamankan dan mempertahankan keutuhan wilayah Negara, serta melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia. 

Di sampingitu TNI AD juga memiliki tugas tugas dibidang pertahanan dengan melakukan Operasi Militer untuk Perangdan Operasi Militer Selain Perang, membangun dan mengembangkan kekuatan matra darat dengan mewujudkan penampilan postur Angkatan Darat yang memiliki kekuatan, kemampuan dan gelar kekuatan Angkatan Darat, melaksanakan pemberdayaan wilayah pertahanan di darat.

Perkembangan global yang semakin pesat terutama dibidang teknologi dan informasi menyebabkan dunia seolah-olah tanpa batas. Seluruh penjuru dunia dapat terhubungkan melalui jaringan internet. Hal ini membuat kedaulatan negara menjadi sesuatu yang bias, terutama dalam dunia Cyber. 

Siapa dan kapan saja dapat mengakses internet dengan mudah. Sistem pertahanan dunia maya dapat ditembus oleh para “Hacker” dengan mudahnya. Kesempatan ini dimanfaatkan bagi pihak yang berkepentingan untuk mencari keuntungan. Selain itu bagi negara-negara yang sedang bertikai dimanfaatkan untuk saling serang melalui dunia maya yang istilah modernnya dikenal sebagai “cyber warfare”. Dunia cyber dapat memunculkan ancaman tersendiri bagi suatu negara. Ancaman yang berasal dari dunia maya ini sering disebut sebagai “ Cyber Threat”. 

Perang modern saat ini sudah mulai bergeser dari perang konvensional menjadi perang asimetris. Strategi militer negara-negara berkembangpun beralih ke Strategi “Hybrid Warfare” dimana Hybrid warfare merupakan sebuah strategi militer yang memadukan antara perang konvensional, perang yang tidak teratur dan ancaman cyber warfare, baik berupa serangan nuklir, senjata biologi dan kimia, alat peledak improvisasi dan peranginformasi.


Dalam menanggapi perkembangan diatas TNI telah menyikapinya dengan melaksanakan transformasi dan khususnya bagi TNI AD melalui konsep perubahan sistemik yang telah ditetapkan dan diarahkan untuk membangun tiga aspek kemampuan utama meliputi aspek pertempuran, pembinaan teritorial, dan aspek dukungan. Kesemuanya itu ditujukan untuk mewujudkan TNI AD yang profesional, militan, modern, mencintai dan dicintai rakyat serta memiliki daya tangkal yang tangguh terhadap segala “threat” (ancaman) yang berkembang. Taktik bertempur yang handal serta dilengkapi alutsista yang modern menjadi modal utama dalam meningkatkan kekuatan sistem pertahanan yang bersifat “Hard power”.


Hal itu dapat berfungsi dengan maksimal jika ditopang oleh aspek sistem dukungan TNI AD yang handal. Perkembangan alutsista yang modern di lingkup TNI AD perlu diimbangi taktik bertempur yang sinergis antar kecabangan maupun antar angkatan. Sebagai negara kepulauan sistem pertahanan Indonesia memerlukan kesatuan usaha (unity of efforts) antar angkatan didalam menjaga kedaulatan dan meningkatkan ketahanan. Unity of efforts tersebut dapat tercapai melalui kerjasama yang harmonis serta keselarasan taktik bertempur yang digunakan. Untuk itu diperlukan sinergitas dan interoperabilitas dalam sistem kerjasama antar angkatan sehingga berada dalam kesatuan sistem dalam rangka mewujudkan tujuan bersama


Kondisi wilayah Indonesia merupakan wilayah kepulauan yang sangat luas dan terdiri dari ribuan pulau. Hal ini mendorong adanya penyesuaian antara taktik dan strategi pertahanan yang digunakan berkaitan dengan aspek ancaman yang dapat timbul dari wilayah darat, laut maupun udara. Bagi Satuan-satuan yang tersebar diseluruh wilayah Indonesia perlu menyesuaikan antara organisasi dan taktik strategi yang digunakan serta kemampuan satuan itu sendiri bila disesuaikan dengan jenis ancaman yang timbul dan tipologi wilayah dimana satuan tersebut berada. 

Sebagai contoh Yonif 641/Raider dimana dislokasinya berada di wilayah Kalimantan Barat dengan 3 kompi senapan yang terpisah dari Mayon. Kompi Markas dan Kompi Bantuan terletak di Kota Singkawang, Kompi Senapan A di Kabupaten Sambas, Kompi Senapan B berada di Kecamatan Pemangkat Kabupaten Sambas, sedangkan Kompi Senapan C berada di Kabupaten Bengkayang.


Dilihat dari dislokasi wilayah kompi-kompinya, Yonif 641/Raider perlu dibentuk spesialisasi khusus apalagi dikaitkan dengan kompinya yang terpisah dengan tipologi wilayah dan jenis ancaman yang berbeda. 

Secara global sebagai Batalyon Raider,Yonif 641/R memiliki kemampuan tempur antara lain : 
  1. Kemampuan Mobud. Sebagai Satuan Raider Yonif 641/Raider telah dibekali kemampuan Mobilisasi Udara. Dengan kemampuan tersebut pasukan Yonif 641/Raider dapat dengan cepat diterjunkan ke daerah sasaran operasi secara terbatas. 
  2. Kemampuan Operasi Raid. Pasukan Raider dibekali kemampuan khusus untuk melaksanakan operasi Raid penghancuran maupun pembebasan tawanan. Sehingga dengan kemampuan tersebut Prajurit raider dapat digerakkan setiap saat. 
  3. Kemampuan OLI. Kemampuan OLI dari Yonif 641/Raider telah dipelihara dan diberdayakan sehingga setiap saat selalu siap untuk digerakkan. 
  4. Kemampuan Operasi Konvensional. Yonif 641/Raider sebagai pasukan mobil Kodam selalu siap digerakkan untuk melaksanakan operasi serangan maupun pertahanan baik berdiri sendiri maupun bagian dari satuan tugas yang lebih besar.


Adapun konsep organisasi kompi dengan bekal kemampuan khusus yang direncanakan adalah sebagai berikut : 
  1. Kipan A berkedudukan di Kabupaten Sambas. Wilayah Kipan A rata-rata merupakan perkampungan dengan perumahan yang padat penduduk. Proyeksi kedepan Kompi senapan A perlu dibekali spesialisasi kemampuan khusus Purkota. 
  2. Kipan B berkedudukan di Kecamatan Pemangkat Kabupaten Sambas. Wilayah Pemangkat dekat dengan perairan dan pantai. Eskalasi ancaman kemungkinan besar dapat timbul dari wilayah perairan. Berdasarkan tipologi wilayah tersebut maka Kompi Senapan B perlu adanya spesialisasi kemampuan Ralasuntai. 
  3. Kipan C terletak di Kabupaten Bengkayang. Keadaan geografis di wilayah Bengkayang terdiri dari dataran tinggi dan perbukitan. Kondisi wilayahnya sebagian besar juga masih berupa hutan. Kondisi tersebut menjadi dasar pembentukan Kompi yang memiliki spesialisasi pertempuran Hutan Gunung. Dengan pertimbangan tersebut maka Kompi C dibentuk sebagai Kompi Hutan Gunung. 
  4. Kompi Markas terletak di Kota Singkawang. Kondisi wilayah di Singkawang merupakan perkotaan dengan padat pemukiman. Berdasarkan dislokasi tersebut maka Kompi Markas perlu dibekali spesialisasi kemampuan Purkota. 
  5. Kompi Bantuan yang terletak di singkawang menjadi satu dengan Mayon. Sebagai Batalyon Raider maka dibutuhkan Satuan yang memiliki kemampuan penanggulangan teror. Untuk itu perlu dibentuk pasukan Gultor. Dengan pertimbangan dislokasi Kiban yang dekat Mayon sehingga siap digerakkan dengan cepat maka Kiban dijadikan sebagai Kompi Gultor.


Dengan adanya upaya pembentukan organisasi tersebut diharapkan Satuan akan lebih efektif dalam menangkal setiap ancaman yang timbul. Kondisi kemampuan tersebut perlu didukung dengan adanya Alat peralatan yang dapat menunjang efektifitas kemampuan yang dimiliki masing-masing kompi. Dukungan alat peralatan sangat dibutuhkan berkaitan dengan modernisasi sistem alutsista dilingkungan TNI AD.


Sampai saat ini di wilayah Kalimantan Barat belum memiliki Satuan penangkal serangan udara. Jika ditinjau dari aspek strategis dimana wilayah Kalbar berbatasan langsung dengan negara lain, maka perlu dibentuk Yon Arhanud di wilayah Kalbar. Hal ini sangat penting mengingat luasnya wilayah Kodam XII/Tpr yang meliputi Kalbar dan Kalteng serta kerawanan ancaman serangan udara bisa saja terjadi setiap saat. Alutsista yang modern tentunya juga diperlukan dalam sistem pertahanan udara kita. Modernisasi Sistem persenjataan berpengaruh terhadap pemetaan tingkat kekuatan yang tergelar. Pembentukan satuan Arhanud tersebut diharapkan dapat memberikan efek strategis terhadap pertahanan di wilayah Kalbar. Sehingga dapat menjadikan perhitungan tersendiri bagi negara-negara lain.


Dalam menunjang kontinuitas transformasi TNI AD secara bertahap bertingkat dan berlanjut dipengaruhi oleh beberapa komponen yang berpengaruh didalamnya . Beberapa komponen tersebut antara lain : “Human Resources” (SDM) yang menunjang, “ Millitary technology” (Teknologi Militer) baik berupa peralatan (equipment), persenjataan (weapons), kendaraan (vehicle), struktur dan sistem komunikasi (structures and communication system) struktur dan sistem komunikasi yang didesain untuk digunakan dalam “warfare”, serta “Military Strategy” (Strategi Militer). Komponen diatas perlu diselaraskan dengan bidang Pertempuran, Dukungan, dan Pembinaan Teritorial sehingga Konsep Tujuan utama Transformasi TNI AD dapat tercapai.




Di Kaltim Belum Ideal, Apache Akan Ditempatkan DI Natuna

BALIKPAPAN-(IDB) : Dalam rangka meninjau berjalannya operasi gabungan, yang bersandi Operasi Garda Wibawa di perairan perbatasan Indonesia-Malaysia, yakni di perairan Ambalat, Kaltim, Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko beserta jajarannya turun langsung memastikan bahwa operasi tersebut berjalan dengan baik.
 

“Agenda kami ini ingin melihat berjalannya Operasi Garda Wibawa yang dilakukan operasi gabungan,  baik operasi laut dan operasi udara. Jika sebelumnya memang berjaalan sendiri-sendiri, kini kami satukan,” Moeldoko saat di Balikpapan, Kamis (15/5) sore.
 

Operasi Garda Wibawa, lanjut Panglima, dilaksanakan untuk menjaga perbatasan laut dan udara wilayah perbatasan Negara Kesatuan Republik Indonesia. “Sekaligus juga khusus di daerah perbatasan jalur darat akan kita tinjau. Kita tinjau satu hari saja besok (hari ini, Red.),” ujarnya.
 

Terkait penambahan alat utama sistem pertahanan (alutsista), dia mengatakan,penambahan alutsista akan dilakukan secara bertahap. “Untuk saat ini alutsista yang su-dah ada akan digeser ke wilayah-wilayah yang su-dah ditentukan,” ujarnya.
 
Terkait rencana sebelumnya, bahwa Kaltim akan dijadikan wilayah penempatan dua unit helikopter AH-64D Apache, Panglima menegaskan, Kaltim belum ideal. “Kita akan tempatkan di Natuna dikarenakan perubahan laut yang ada di Cina Selatan perlu diantisipasi apabila ada situasi instability. Di sana pasti akan memunculkan spillover, nah spillover itulah yang perlu diantisipasi,” tandasnya.




Sumber : KoranKaltim

Tensi LCS Memanas

Kapal Patroli Tiongkok tembakkan Kanon air ke Kapal Vietnam
Kapal Patroli Tiongkok tembakkan Kanon air ke Kapal Vietnam

WASHINGTON-(IDB) : . Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry mengatakan “sangat prihatin” dengan tindakan Tiongkok yang menempatkan sebuah anjungan pengeboran minyak di daerah Laut Tiongkok Selatan yang juga diklaim oleh Vietnam. Menurut John Kerry, langkah itu “provokatif” dan “agresif.”


Pernyataan itu muncul saat panglima militer Beijing memulai perjalanan ke Amerika Serikat, sebagai bagian dari upaya untuk meningkatkan kerja sama militer Amerika-Tiongkok dan mengurangi ketegangan maritim.


Menteri Luar Negeri Tiongkok Wang langsung membalas ucapan John Kerry dalam kesempatan terpisah. Ia mendesak Kerry untuk “berbicara dan bertindak hati-hati,” dan harus bersikap obyektif ketika berbicara tentang Tiongkok.


Konflik antara Tiongkok dan Vietnam di Laut Tiongkok Selatan pecah, ketika Kapal Tiongkok dan Vietnam saling menabrak satu sama lain dan saling menembakkan meriam air beberapa kali sejak Beijing mendirikan anjungan pengeboran minyak yang dikelola negara Tiongkok bulan lalu.


Ketegangan Tiongkok  Vietnam
 
Kepala Staf Tentara Pembebasan Rakyat Tiongkok Jenderal Fang Fenghui mengatakan akan melindungi tambang minyaknya di perairan Laut Tiongkok Selatan. Dia memastikan tambang itu akan terus beroperasi meskipun ada protes dan kemarahan dari Hanoi.


“Yang akan kami lakukan adalah menjamin keamanan tambang minyak dan memastikan operasi terus berlangsung,” kata Jenderal Fang dalam konferensi pers seusai pembicaraan dengan rekannya, Jenderal Martin Dempsey, di Pentagon, AS 15/05/2014.


Vietnam telah mengirim kapal untuk mencoba mengganggu pengeboran. “Dan itu adalah sesuatu yang tidak dapat kami terima,” ujarnya.


Pernyataan Jenderal Feng muncul setelah terjadinya protes anti-Tiongkok di Vietnam yang mengakibatkan dua pekerja Tiongkok tewas dan lebih dari 100 orang terluka. Protes itu dilakukan dengan membakar pabrik-pabrik milik Tiongkok di Vietnam.


Tiongkok pun mengirim tim dipimpin Asisten Menteri Luar Negeri Liu Jianchao ke Vietnam untuk menginvestigasi penyerangan tersebut. Wakil Menteri Vietnam bidang keamanan publik Dang Van Hieu pun berjanji akan menjaga keamanan warga Tiongkok di negaranya dan menangkap para perusuh.

3 Kapal Penjaga Pantai Vietnam mencoba memblokade Kapal Penjaga Pantai Tiongkok di dekat Rig pengeboran minyak Tiongkok di Laut Tiongkok Selatan. 15/Mei/2014 (AFP PHOTO / HOANG DINH NAM)
3 Kapal Penjaga Pantai Vietnam mencoba memblokade Kapal Penjaga Pantai Tiongkok di dekat Rig pengeboran minyak Tiongkok di Laut Tiongkok Selatan. 15/Mei/2014.

Jenderal Fang mengatakan Tiongkok telah berusaha menahan diri dalam konflik di Laut Tiongkok Selatan. “Saya tidak percaya ada masalah dengan kegiatan pengeboran yang dilakukan Tiongkok di dalam perairan teritorial sendiri,” katanya. Namun Vietnam tidak mengakui perairan itu berada di bawah otoritas Tiongkok.


Fang juga mengungkapkan strategi penyeimbangan Amerika untuk Asia telah dimanfaatkan oleh beberapa negara yang ingin menghadapi pertumbuhan kekuatan ekonomi Tiongkok. “Beberapa negara tetangga memang berusaha menggunakan kesempatan ini strategi rebalancing Amerika Serikat untuk membangkitkan masalah di Laut Tiongkok Selatan dan Laut Tiongkok Timur,” katanya.


Media milik pemerintah Tiongkok Global Times, dalam editorialnya menuliskan, banyak pihak yang yakin bahwa perang bisa saja terjadi, meski China sebenarnya berniat berdamai.


“Konflik Laut China Selatan memang harus diselesaikan secara damai, tapi tidak berarti Tiongkok tinggal diam begitu saja dalam menghadapi provokasi dari Vietnam dan Filipina,” tulis Global Times.

Pada akhirnya Vietnam dan Filipina harus menghadapi Tiongkok di lapangan, sendiri-sendiri. Sementara ucapan Menteri Luar Negeri AS, John Kerry, tampaknya tidak lebih dari basa-basi politik internasional. Di Laut Tiongkok Selatan, yang tidak siap, akan dilumat yang kuat. 




Sumber : JKGR

Perseteruan Vietnam Dengan China Di LCS

WASHINGTON-(IDB) : Kepala Staf Tentara Pembebasan Rakyat Cina Jenderal Fang Fenghui mengatakan akan melindungi tambang minyaknya di perairan Laut Cina Selatan, wilayah yang sedang diperebutkan Cina dan Vietnam. Dia memastikan tambang itu akan terus beroperasi meskipun ada protes dan kemarahan dari Hanoi.

"Yang akan kami lakukan adalah menjamin keamanan tambang minyak dan memastikan operasi terus berlangsung," kata Jenderal Fang dalam konferensi pers seusai pembicaraan dengan rekannya, Jenderal Martin Dempsey, di Pentagon, Amerika Serikat, Kamis 15 Mei 2014.

Vietnam telah mengirim kapal untuk mencoba mengganggu pengeboran. "Dan itu adalah sesuatu yang tidak dapat kami terima," ujarnya melalui seorang penerjemah.

Pernyataannya ini muncul setelah protes anti-Cina di Vietnam mengakibatkan satu pekerja Cina tewas dan lebih dari 100 orang terluka. Protes itu dilakukan dengan membakar pabrik-pabrik milik Cina.

Fang mengatakan Cina telah berusaha menahan diri dalam konflik di Laut Cina Selatan. Cina mendirikan sebuah tambang minyak setelah negara-negara lain di kawasan itu sudah mulai pengeboran. "Saya tidak percaya ada masalah dengan kegiatan pengeboran yang dilakukan Cina di dalam perairan teritorial sendiri," katanya. Namun Vietnam tidak mengakui perairan itu berada di bawah otoritas Cina.

Fang juga mengungkapkan strategi penyeimbangan Amerika untuk Asia telah dimanfaatkan oleh beberapa negara yang ingin menghadapi pertumbuhan kekuatan ekonomi Cina. "Beberapa negara tetangga memang berusaha untuk menggunakan kesempatan ini strategi rebalancing Amerika Serikat untuk membangkitkan masalah di Laut Cina Selatan dan Laut Cina Timur," katanya.

Departemen Luar Negeri AS mengkritik upaya provokatif Cina di Laut Cina Selatan. "Kami sangat prihatin tentang perilaku berbahaya dan intimidasi semacam ini," kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS Marie Harf.

Indonesia Serukan Serukan China-Vietnam Berdamai

Sengketa klaim wilayah Laut China Selatan antara China dan Vietnam semakin memanas. Ribuan warga Vietnam membakar dan menjarah sejumlah pabrik asing, termasuk pabrik milik China, di Vietnam. Insiden terjadi sejak China mengebor minyak di kawasan sengketa. Juga karena kapal Tiongkok menabrak kapal Vietnam di laut sengketa.

Menteri Luar Negeri (Menlu) Marty Natalegawa menyerukan China dan Vietnam untuk berdamai. Kedua negara tersebut harus menahan diri, menghormati komitmen-komitmen yang tercermin dalam Declaration on the Conduct (DOC) of the Parties in the South China Sea dan menghindari langkah-langkah yang dapat menambah ketegangan dan berisiko menciptakan eskalasi.

"Hanya ada satu pilihan di depan kita: yaitu penyelesaian sengketa secara damai," tegas Marty dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com di Jakarta, Jumat (16/5/2014).

"Penggunaan kekerasan, pelanggaran hukum internasional, termasuk Konvensi Hukum Laut PBB dan DOC, tidak memiliki tempat di kawasan kita sekarang ini," imbuh dia.

Dia menjelaskan, Indonesia prihatin terhadap risiko terjadinya peningkatan ketegangan ditimbulkan oleh manuver-manuver membahayakan oleh kapal laut kedua negara yang bisa menyebabkan korban luka dan kerusakan materi. Indonesia juga prihatin atas adanya insiden-insiden protes dan kekerasan yang menyebabkan korban jiwa, korban luka dan kerusakan materi.

"Indonesia telah secara aktif berkomunikasi dengan semua pihak. Kita akan terus-menerus mendesak adanya komunikasi dan sikap saling menahan diri," tandas Marty.

Hubungan Vietnam dan China sebelumnya sempat beberapa kali dirundung ketegangan. Akar perselisihan sudah muncul dalam Perang Vietnam. Pada 1954-1975: Komunis China mendukung Vietnam Utara selama Perang Vienam.

Pada 1974, China dan Vietnam Selatan terlibat dalam perang berdarah atas Kepulauan Paracel. China merebut pulau yang dikuasai Vietnam itu. Pada 1975, perang Vietnam berakhir, hubungan Vietnam-China memburuk gara-gara keterkaitan Hanoi dengan Rusia, sementara Beijing mendukung Khmer Merah.

Pada 1979, China dan Vietnam berebut perbatasan, ribuan serdadu tewas. Pada 1988, kedua negara itu memperebutkan Kepulauan Spratly. Sekitar 60 pelaut Vietnam tewas.

Pad 1991, hubungan China-Vietnam dinormalisasi, hubungan perdagangan ditingkatkan. Pada 2011, ketegangan meningkat terkait eksplorasi Beijing di Laut China Selatan.




Sumber : Tempo

Panglima TNI Tinjau Pos Perbatasan Di Nunukan

NUNUKAN-(IDB) : Panglima TNI Jenderal Moeldoko ditemani KSAL Laksamana Marsetio meninjau pos perbatasan di Simanggaris, Nunukan, Kalimantan Timur. Pos tersebut merupakan pos gabungan Indonesia dan Malaysia.

Pos yang terletak di tengah hutan ini dibangun berdasarkan kesepakatan bersama kedua negara. Selain di Simanggaris, pos gabungan Indonesia-Malaysia juga terletak di wilayah Malaysia, yaitu Seliku.

Jumlah personel yang ditugaskan masing-masing negara di pos perbatasan Simanggaris sebanyak 10 orang. Begitu juga dengan jumlah personel yang ditugaskan di pos Seliku.

"Hubungan kami baik. Kami sering patroli bersama," kata Dansatgas Pamtas Darat, Letkol Safta FS di Pos Simanggaris, Kalimantan Timur, Jumat (15/5/2014).

Menurut Safta, pihaknya selalu melakukan patroli setiap bulan. Mereka berjalan kaki sejauh 45 km ke arah kiri dan 40 km ke arah kanan.

"Lama waktu tempuh setiap patroli adalah 8 hari," ujar pria yang hampir 2 bulan bertugas di perbatasan tersebut.

Sementara untuk patroli patok dilakukan setiap hari. Setiap selesai turun hujan, mereka juga langsung menggelar patroli patok untuk melihat kondisi patok.

"Kalau ada kerusakan, kami langsung laporkan ke atasan, untuk disampaikan ke panglima, termasuk diinformasikan ke Menlu. Tidak bisa langsung ganti," paparnya.

Jumlah patok di area tersebut sebanyak 13 ribu. Sejauh ini, jumlah patok yang sudah dicek oleh Safta dan anak buahnya kurang dari 6 ribu.

"Patok terdekat dari sini jaraknya 1,5 km," katanya.

Safta mengaku, saat ini dirinya kesulitan dalam pendistribusian logistik. Bahan makanan untuk pasukan perbatasan di Simanggaris dibawa dari Nunukan dengan menggunakan helikopter.

"Kami kekurangan dukungan heli dan GPS," ujarnya di hadapan Moeldoko.




Sumber : Detik

Airbus Military Spanyol ToT Pesawat C-295 Ke PT. DI

JAKARTA-(IDB) : Airbus Military akan memberikan Transfer of Technology (ToT) pembangunan pesawat CN-295 dengan PT DI yang akan dibangun bersama di Bandung. Pesawat yang akan dibangun ini merupakan pesawat ke-8 dari seluruhnya 9 unit yang dipesan Kementerian Pertahanan dari Airbus Military.

Selanjutnya, Kemhan akan berencana mengadakan 7 pesawat CN-295 lagi untuk melengkapi menjadi 1 skuadron pesawat CN-295. Sebelumnya telah datang 6 pesawat CN-295 dari Spanyol dan pesawat ke-7 akan datang dalam waktu dekat.

Hal itu diungkapkan Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, Jumat (16/5), saat menerima kunjungan kehormatan Duta Besar Spanyol untuk Indonesia HE Mr Francisco Jose Viquera Niel di kantor Kemhan, Jakarta.

Yang penting menurut Menhan adalah selain mendapatkan ToT dalam pembangunan pesawat CN-295m dibangunnya pesawat ke-8 dan ke-9 di PT DI Bandung ini diharapkan dapat memberikan efek positif bagi pergerakan ekonomi di dalam negeri.

Pesawat C-295 sangat cocok dengan geografis kawasan Asia, karena itulah, diharapkan kemampuan PT DI untuk membangun pesawat ini akan diikuti dengan ketertarikan negara-negara tetangga untuk kemudian memesan pesawat ini.

Untuk mewujudkan Transfer of Technology ini Dubes Spanyol menekankan perlu adanya dokumen bersama tentang persetujuan pertukaran informasi.

Hal itu menjadi syarat bagi ToT karena pembangunan pesawat CN-295 ini juga melibatkan beberapa industri pertahanan Spanyol lainnya di luar Airbus Military. Akan datang 50 insinyur dari Spanyol yang akan bekerja bersama insinyur-insinyur di PT DI untuk membangun pesawat CN-295 ini.




Sumber : DMC

UAV Tempur China Pun Kini Terbang Di Langit Arab Saudi

Wing Loong


ARTILERI-(IDB) : Tidak bisa mendapatkan UAV tempur Predator dari Amerika Serikat, Arab Saudi berpaling ke China dengan membeli sejumlah UAV Wing Loong. Jumlah pastinya tidak dipublikasikan namun masing-masing UAV dilengkapi dengan dua rudal BA-7 laser guided (mirip dengan rudal Hellfire) atau dua bom 60 kg GPS Guided (mirip bom SDB Amerika Serikat).
Sejak tahun 2008 korporasi industri penerbangan China AVIC telah memamerkan foto dan video dari prototipe Wing Loong yang dalam pengertian bahasa China adalah Pterodactyl, dinosaurus terbang pada zaman Jurassic. Wing Loong disebut-sebut sebagai tiruan dari UAV MQ-1 Predator Amerika Serikat.



Pada tahun 2012, untuk pertama kalinya media melihat UAV ini terbang, di wilayah Uzbekistan, yang mana bersama dengan Uni Emirat Arab (UEA) merupakan pelanggan ekspor pertama untuk UAV ini (dari laporan media). Pernyataan AVIC pada tahun lalu hanya menyatakan bahwa Wing Loong sudah dijual ke empat negara asing dan salah satunya negara di Asia Tengah tanpa menyebutkan namanya.



Wing Loong mulai dikembangkan pada tahun 2005, terbang perdana pada tahun 2007 dan Tentara Pembebasan Rakyat China baru memperolehnya pada tahun 2008 untuk pengujian lebih lanjut. Dari bentuknya, Wing Loong yang juga dikenal sebagai Yìlóng-1 ini mirip dengan UAV besar MQ-9 Reaper Amerika Serikat, namun dari ukurannya lebih identik dengan MQ-1 Predator 1,2 ton. Wing Loong berbobot 1,1 ton, panjang 9 meter dan rentang sayap kurang lebih 14 meter. Wing Loong mampu beroperasi di ketinggian 5.300 meter dan terbang selama 20 jam. Muatan yang bisa dibawanya sebesar 200 kg.



Wing Loong


Dari gambar-gambar promosinya, Wing Loong terlihat membawa dua rudal Blue Arrow (BA) 7. Sejak tahun 2012 China telah menawarkan rudal udara ke permukaan ini untuk ekspor. Rudal BA-7 sangat mirip dengan rudal Hellfire Amerika Serikat. 
Blue Arrow 7 berbobot 47 kg dan pada dasarnya adalah rudal anti tank laser guided dengan jangkauan maksimal 7.000 meter. Soal harga, China menawarkannya sepertiga lebih murah dari rudal Hellfire yang sebesar USD 70.000 dan harga masih bisa dinegosiasikan.  "Priced to sell".


Rudal AGM-114 (Hellfire II) menggunakan hulu ledak armor-piercing (penetrasi lapis baja) atau hulu ledak fragmentasi (untuk sasaran non lapis baja). Namun hulu ledak yang selama ini ditembakkan  adalah hulu ledak fragmentasi. Hellfire II berbobot 48,2 kg, dengan 9 kg hulu ledak, dan memiliki jangkauan 8.000 meter. Setidaknya Hellfire telah digunakan selama tiga dekade.



Wing Loong bukanlah satu-satunya UAV yang tersedia di pasar yang bisa dibeli Arab Saudi. Israel adalah pemimpin dalam hal mendesain UAV meskipun untuk urusan produksi masih kalah dari AS. Membeli peralatan militer dari Israel tidak dapat diterima secara politik bagi negara-negara di kawasan Teluk, apa kata dunia nantiya?. Yang pasti satu lagi negara di Teluk sudah percaya dan membeli Wing Loong dan yang lain mungkin akan menyusul.




Sumber : Artileri