Pages

Selasa, April 22, 2014

Sekilas Tentang SU-35, Si Super Flanker Strooong...!!!

Sukhoi Su-35
Sukhoi Su-35
JKGR-(IDB) : Assalamu alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh.

Salam sejahtera.

Beberapa minggu sampai sekarang JKGR tercinta menampilkan artikel-artikel terkait dengan Su-35, dan menimbulkan komentar pro dan kontra yang ramai secara sehat. Mengapa begitu? Tentu saja terkait antara lain dengan keputusan TNI AU dalam memilih Su-35 sebagai pilihan nomor 1 sebagai pengganti F-5, dan antisipasi ancaman kedaulatan udara kita jangka waktu 5 – 10 tahun ke depan.

Pertanyaannya, mengapa sebagai nomor 1 dipilih Su-35, dan bukan pespur lain seperti F-16 Fighting Falcon di atas blok 24 buatan Amerika Serikat, F-15 Strike Eagle buatan Amerika Serikat, atau SAAB Gripen buatan Swedia, maupun Eurofighter Typhoon buatan konsorsium Eropa, atau Rafale buatan Perancis. Meskipun tidak pernah dijelaskan secara gamblang, namun dapat diduga bahwa TNI AU tidak mau diembargo lagi, sudah berpengalaman dan nyaman lebih satu dekade mengoperasikan pesawat sejenis (Flanker), dan percaya/ yakin kepada kelebihan Su-35 di atas pespur-pespur lain tersebut. Soal harga itu adalah domain pemerintah, meskipun nyatanya harga Su-35 sangat bersaing.

Beberapa fitur-fitur kelebihan Su-35, yaitu antara lain :
o Pengembangan Su-35 dari Su-27M
o Airframe (Fuel fraction, combat persistence dll)
o Radar (avionik dan ECM)
o Kinematika (Thrust vectoring control 3D, wing loading, T/W ratio dll)
o Persenjataan
o Nilai strategis dan taktis,

Namun tidak semuanya dibahas karena akan memakan ruangan yang cukup besar. Supaya tidak ditegur oleh Bung Diego/ Bung NYD, maka rencananya Insha Allah akan ditulis dalam beberapa seri.

Beberapa Singkatan Kata
W/L : wing loading
T/W : thrust weight (ratio)
TVC : thrust vector control
3D : 3 dimensi
VLO : very low observables (siluman/ stealth)
MFD : multi function display
HUD : heads up display
HOTAS : hands on throtle and stick
SINS : strapdown inertial navigation system
SAR : synthetic aperture radar
JTIDS : joint tactical information distribution system
MIDS : multifunctional information distribution system

Pengembangan Su-35

Su-35 dikembangkan dari Su-27M, sebagai sebuah konsep upgrade komprehensif dari keluarga pesawat tempur Su-27/ Flanker, dan telah dimulai pada pertengahan dekade pertama abad baru. Jadi, apa yang baru dalam desain Su-35 itu ?.

Airframe : peningkatan airframe menampilkan lebih banyak paduan titanium, yang menghasilkan perpanjangan service life pesawat yang cukup besar hingga 6.000 jam atau 30 tahun beroperasi, dengan waktu sebelum rekondisi pertama dan antara overhaul tumbuh sampai 1.500 jam atau 10 tahun beroperasi.

Konfigurasi aerodinamis Su-35 adalah sama seperti yang Su-27, lihat Gambar 1 dan 2, ada perbedaan sedikit lebih besar di tinggi badan dan bentang sayap, dan juga karena dilengkapi dengan TVC 3D, kemungkinan posisi mesin lebih renggang serta di belakang sedikit menjorok ke luar untuk memaksimalkan efek TVC. Namun volume internal badan pesawat didesain ulang memungkinkan peningkatan kapasitas bahan bakar Su-35 lebih dari 20 persen menjadi 11.500 kg dibandingkan 9.400 kg kapasitas Su-27 . Selain itu, pesawat dapat membawa dua drop tank 1.800 liter masing-masing di bawah sayap. Dengan drop tank, total ukuran kapasitas bahan bakar menjadi 14.300 kg. Pesawat ini juga dilengkapi dengan sistem pengisian bahan bakar AAR.
Gambar 1 – 3 view line drawings Su-27
Gambar 1 – 3 view line drawings Su-27

Gambar 2 – 3 view drawings Su-35
Gambar 2 – 3 view drawings Su-35
Keluarga pesawat tempur Flanker dari semula tidak didesain sebagai pesawat VLO, namun berita beredar menyebutkan bahwa Su-35 akan dilengkapi dengan radar absorbent material untuk mewujudkan pemotongan/ reduksi X–band RCS dalam sektor ± 60°.

On Board Systems: berbeda dengan Su-30MKI, tidak akan memiliki canards tetapi akan menampilkan sebuah quadruplex, digital fly-by-wire control system KSU-35 dikembangkan oleh Avionika Moscow Research and Production Complex JSC (MNPK Avionika). Ciri khas dari Su-35 adalah on board systems baru yang utamanya adalah sistem informasi manajemen (IMS), yang mengintegrasikan informasi, fungsional, logis, dan subsistem perangkat lunak ke dalam sebuah kompleks tunggal yang menjamin interaksi antara pilot dan peralatan.

IMS termasuk dua pusat komputer digital, perangkat pembantu dan informasi serta sistem indikasi yang dibangun di atas konsep “all glass cockpit”, dengan dengan dua 230mm x 305mm LKM-35 liquid crystal display resolusi tinggi dengan panel kontrol multifungsi dan HUD display IKSh-1M dengan lebar bidang pandang (FOV) 20° x 30°.

Pilot memiliki dua VHF / UHF sistem komunikasi radio terenkripsi dan sistem data link militer yang jam resistant antara pesawat dalam satu skuadron dan antara pesawat dan ground control. Sistem navigasi didasarkan pada tampilan peta digital dengan sistem navigasi inersial strapdown (SINS) dan GPS. Pada saat yang sama, KSU-35 akan menangani fungsi keselamatan proaktif. On board systems dan persenjataan serta kontrol mesin di kokpit baru Su-35 dikendalikan oleh tombol multi-fungsi dan switch pada joystick kontrol pesawat. Sehingga konsep HOTAS direalisasikan dan kinerja penerbangan dan manuver tempur akan menjadi lebih maju karenanya.
Gambar 3 – Simulator Su-35 all glass cockpit dan joystick
Gambar 3 – Simulator Su-35 all glass cockpit dan joystick
Sistem ini menggantikan penanganan pekerjaan yang dulu dilakukan oleh beberapa sistem individu di Su-27, fly- by-wire system, sistem kontrol otomatis, peringatan stall dan data udara, pengereman roda landing gear dan sistem kontrol nosewheel .

Kokpit dilengkapi juga dengan sebuah kursi lontar Zvesda K-36D-3.5E zero-zero ejection seat yang memungkinkan pilot untuk eject pada zero speed dan pada zero altitude.

Engines : fitur kunci lain membedakan Su-35 dari pendahulunya keluarga Su -27 adalah mesin pendorong yang sangat ditingkatkan dikembangkan oleh NPO Saturnus dan dijuluki ‘Produk 117S’.

Sejauh desain mesin yang bersangkutan, ini adalah turunan dari produksi sebelumnya AL-31F, menggunakan teknologi generasi kelima, kipas dengan diameter 3 % lebih besar ( 932 mm dari 905 mm ), kemajuan metalurgi dan sistem kontrol all-new digital.

Ketentuan telah dibuat untuk menggunakan nozzle TVC 3D mirip dengan AL- 31FP . Upgrade telah menghasilkan tambahan gaya dorong sebesar 16% menjadi 14.500 kgf dalam moda afterburner/ wet dan sebesar 8.800 kgf dalam maksimal moda non– afterburning/ dry . 

Dibandingkan dengan AL – 31F , service life mesin baru melonjak dengan faktor 2-2,7 kali, dengan waktu antara overhaul meningkat dari 500 jam ke 1.000 jam, waktu sebelum perbaikan pertama di 1.500 jam dan umur mesin melonjak dari 1.500 jam ke 4.000 jam.
Gambar 4 – Mesin 117S (AL-41F1) mesin generasi 5 dengan TVC 3D
Gambar 4 – Mesin 117S (AL-41F1) mesin generasi 5 dengan TVC 3D
X-Band Radar : Su-35 telah dilengkapi dengan X-band radar PESA ‘Irbis’ E, yang merupakan komponen penting dari sistem fire control pesawat, merupakan pengembangan dari NIIP PESA ‘Bars’ radar, yang mempunyai sudut pindai lebih besar dan dipasang ke sebuah two-axis (azimuth and bank) hydraulic drive. Radar ini mampu mendeteksi sasaran udara RCS 3 meter persegi head-on pada jarak 400 km (250 mil), sementara overtaking pada jarak tidak kurang dari 150 km (dengan tinggi sasaran 10 km atau lebih).

Sasaran “siluman” RCS 0.01 meter persegi dapat dideteksi pada jarak 90 km. Dan dapat melacak (track & scan) 30 sasaran udara dan mengunci serta menembak delapan di antaranya pada waktu yang sama, memastikan penembakan simultan dari dua sasaran dengan dua rudal pemindai semi- aktif dan hingga delapan sasaran dengan delapan rudal pemindai aktif, dalam kasus seperti empat sasaran pada jarak lebih dari 300 km. Radar juga dapat memetakan sasaran di tanah dengan menggunakan berbagai moda, termasuk moda SAR.
 Gambar 5 – Radar Irbis E (kanan) dengan dudukan two-axis (azimuth and bank) hydraulic drive (kiri)
Gambar 5a – Radar Irbis E
 Gambar 5 – Radar Irbis E (kanan) dengan dudukan two-axis (azimuth and bank) hydraulic drive (kiri)
Gambar 5b – Radar Irbis E  dengan dudukan two-axis (azimuth and bank) hydraulic drive
L-Band Radar : Su-35 juga dilengkapi dengan 2 radar L-band yang dipasang di leading edge sayapnya. Radar L-band ini menjadi sangat penting karena pesawat siluman rentan terhadap radar yang beroperasi pada gelombang pendek seperti L-band dan juga VHF-band.

Website APA mem-posting artikel yang bagus “Assessing the Tikhomirov NIIP L-Band Active Electronically Steered Array” tentang ini. Selain sebagai counter VLO, radar L-band juga dapat dikembangkan untuk digunakan pada :

o Pelacakan pasif jarak jauh sudut dan geolokasi dari emitter JTIDS/MIDS/Link-16.
o Pelacakan pasif jarak jauh sudut dan geolokasi dari L-band AEW&C / AWACS dan radar di darat.
o Pelacakan pasif jarak jauh sudut dan geolokasi IFF musuh (yaitu Barat) dan transponder SSR.
o Active jamming daya tinggi dari emitter JTIDS/MIDS/Link-16.
o Active jamming daya tinggi dari penerima navigasi satelit di daerah yang luas.
o Active jamming daya tinggi jarak jauh L-band AEW & C / AWACS dan radar di darat .
o Active jamming daya tinggi guided munition command datalinks di daerah yang luas.

Gambar 6 – Radar L-band dipasang pada wing leading edge
Gambar 6 – Radar L-band dipasang pada wing leading edge

 Gambar 7 – Susunan AESA menghasilkan bentuk kipas yang menyapu di azimuth untuk menutupi volume di sebelah depan pesawat
Gambar 7 – Susunan AESA menghasilkan bentuk kipas yang menyapu di azimuth untuk menutupi volume di sebelah depan pesawat


 Gambar 8 – Bidang geometris AESA, dengan asumsi sudut mainlobe beam steering angle ± 50° off boresight array (credit APA).
Gambar 8 – Bidang geometris AESA, dengan asumsi sudut mainlobe beam steering angle ± 50° off boresight array (credit APA).

Gambar 9 – Solusi paling murah untuk mendapatkan kemampuan heightfinding adalah menyuruh pilot untuk mengarahkan hidung pesawat ke sasaran kemudian melakukan sebuah aileron roll manoevre pada saat yang sama, dengan demikian memperoleh hasil ketinggian dengan azimut (credit APA)
Gambar 9 – Solusi paling murah untuk mendapatkan kemampuan heightfinding adalah menyuruh pilot untuk mengarahkan hidung pesawat ke sasaran kemudian melakukan sebuah aileron roll manoevre pada saat yang sama, dengan demikian memperoleh hasil ketinggian dengan azimut (credit APA)
Gambar 10 – Solusi cerdas lebih mahal tetapi lebih pasti untuk mendapatkan kemampuan heightfinding adalah dengan menambah antena heightfinding pada sirip tegak ekor pesawat (credit APA)
Gambar 10 – Solusi cerdas lebih mahal tetapi lebih pasti untuk mendapatkan kemampuan heightfinding adalah dengan menambah antena heightfinding pada sirip tegak ekor pesawat (credit APA)

Gambar 11 – Tikhomirov NIIP L-band AESA memiliki potensi pertumbuhan yang besar berdasarkan ukuran airframe pesawat Flanker yang besar, memungkinkan tambahan elemen antena, pendinginan dan daya (credit APA)
Gambar 11 – Tikhomirov NIIP L-band AESA memiliki potensi pertumbuhan yang besar berdasarkan ukuran airframe pesawat Flanker yang besar, memungkinkan tambahan elemen antena, pendinginan dan daya.


 Gambar 12 – Diagram sederhana menjelaskan efek gelombang radar pada pesawat siluman : hijau aman, kuning waspada, dan merah kritis
Gambar 12 – Diagram sederhana menjelaskan efek gelombang radar pada pesawat siluman : hijau aman, kuning waspada, dan merah kritis
IRST : Seperti pada pendahulunya, Su-35 juga dilengkapi OLS-35, yang adalah sistem pencarian dan pelacakan inframerah (Infra Red Search & Track), sistem pengendalian penembakan canggih yang dirancang untuk generasi pesawat tempur 4++ menggantikan OEPS-27 dan 30 yang dipasang pada keluarga pesawat Su-27/Su-30. 

OLS-35 terdiri dari pencari panas, laser rangefinder / designator dan kamera TV bersama dengan algoritma baru dan perangkat lunak canggih untuk mengungguli pendahulunya dalam hal jangkauan, presisi dan keandalan. OLS-35 menyediakan cakupan + / -90° di azimuth dan +60° / -15° di ketinggian dengan berbagai akuisisi sasaran untuk non-afterburning head on target dari 50 km dan 90 km untuk overtaking target. Penjejak jarak laser memiliki lima meter CEP dan berkisar hingga 20 km untuk target udara dan 30 km untuk target di tanah.

Kabarnya, OLS-35 juga dapat digunakan sebagai fire control system kanon 30mm yang diusung Su-35, lebih akurat dari radar.
Kesimpulan dan Penutup
 
Su-35 adalah sebenar-benarnya generasi pesawat tempur 4++ sebelum generasi 5 (siluman) yang tercanggih di dunia saat ini. Pihak Barat belum punya pesawat sekelas yang bisa menandinginya, apalagi melebihinya. Bila diadu sekalipun dengan pesawat siluman F-22 Raptor, belum tentu kalah, apalagi dengan F-35 Lightning II yang lamban dan gendut dijuluki “Pigeon”.

Karena merupakan pengembangan dari seri keluarga Flanker sebelumnya, maka beberapa fitur canggih Su-35 secara teknis mudah dicangkok/ retrofit ke “adik2nya”, antara lain mesin, radar X-band dan L-band, serta IRST OLS-35.

Sebagai pengguna Su-27/30, TNI AU (sebagaimana juga AU China) pasti merasa kekurangan pada sistem radar yang diusung yaitu N001E Myech/ N001M. Karena itu, dengan membeli Su-35, kita akan mendapat juga kesempatan emas untuk upgrade Flanker kita, sebaiknya dengan cara dikerjakan disini, mungkin melalui semacam Maintenance Depot. Isu selentingan cangkok/ retrofit ini mungkin sudah dilakukan secara rahasia, karena alasan disebutkan di atas. Akan tetapi isu baby Flanker dapat dipastikan tidak benar alias hoax, karena dengan badan yang lebih kecil, Flanker akan kehilangan combat persistence – nya, yang justru merupakan keunggulanya.

Sebagai penutup, mohon maaf bila ada kesalahan disengaja maupun tidak, dan diucapkan terima kasih kepada para pembaca.

Wasalammu alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh




Sumber : JKGR

Pangkolinlamil Kunjungi KRI Banjarmasin-592 Di China

QINGDAO-(IDB) : Panglima Komando Lintas Laut Militer (Pangkolinlamil) Laksamana Muda TNI S.M. Darojatim yang saat ini tengah mengadakan kunjungan kerja di Tiongkok mendampingi Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Dr. Marsetio, mengadakan peninjauan ke KRI Banjarmasin-592 yang tengah mempersiapkan untuk mengikuti Multilateral Maritime Exercise in The Non Traditional Security Field dan International Fleet Review KRI BJM-592 juga mendukung kegiatan Kartika Jala Krida Taruna AAL Tingkat II Angkatan LXI (21/04/2014).

Dalam kunjungan ke KRI Banjarmasin-592 tersebut, Pangkolinlamil didampingi Staf Khusus Kasal Laksda TNI IGN. Ary Atmaja, S.E, Ibu S.M. Darojatim, Ibu Ary Atmaja, Ibu Selvi istri dari Athase Pertahanan RI di Tiongkok, Asisten Athase Pertahanan RI di Tiongkok Mayor Sus Adi Triyadi dan diterima langsung oleh Komandan KRI BJM-592 yang sekaligus Dansatgas Kartika Jala Krida (KJK) Taruna AAL Letkol Laut (P) Jales Jamca Jayamahe.

Selain meninjau kondisi personil KRI Banjarmasin-592 serta para Taruna AAL tingkat II tersebut, Pangkolinlamil beserta rombongan juga memeriksa persiapan dari KRI Banjarmasin-592 yang akan menjadi tuan rumah acara Cocktail Party mulai dari tempat pelaksanaan, sarana prasarana, dapur memasak di kapal, serta bagian lain dari KRI Banjarmasin-592.

Rencananya pada acara tersebut, Kasal Laksamana TNI Dr. Marsetio akan langsung memimpin serta menjamu seluruh delegasi peserta Western Pasific Naval Symposium (WPNS) dari 23 negara serta dihadiri oleh seluruh warga negara Indonesia yang berada di Tiongkok baik yang sedang melaksanakan studi maupun yang sedang bertugas di Tiongkok.

Sebelum mengakhiri peninjauannya ke kapal perang yang berada di jajaran Kolinlamil serta di bawah binaan Satuan Lintas Laut Militer (Satlinlamil) Surabaya tersebut, Pangkolinlamil berpesan bahwa misi yang diemban KRI Banjarmasin-592 dan awaknya, bukanlah tugas yang ringan dan mudah karena didalamnya terkandung dua kepentingan yang sangat strategis yakni sebagai duta bangsa dalam mengemban misi diplomasi laut guna mempererat hubungan antar bangsa-bangsa di dunia agar mereka lebih memahami bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang cinta damai dan sangat menghormati arti persahabatan dan persaudaraan. Yang kedua adalah untuk membuktikan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa Pelaut yang memiliki semangat dan jiwa bahari yang tinggi.


Sumber : Koarmabar

Danlantamal VI Terima Kunjungan Athan Laut Amerika

MAKASSAR-(IDB) : Komandan Pangkalan Utama TNI AL VI Laksamana Pertama TNI Ari Soedewo, S.E bersama para Asistennya menerima Courtesey Call (CC) atau kunjungan kehormatan Atase Pertahanan Laut  Amerika Kolonel Stackpoole Richard Mark  diruang kerjanya, Senin (21/4/2014).

Kunjungan Atase Pertahanan Laut Amerika ke Lantamal VI dalam rangka silaturahmi sekaligus, membicarakan kemungkinan kerjasama antara Angkatan Laut Amerika dengan TNI AL Khususnya Lantamal VI.

Laksma Ari Soedewo menyambut baik kunjungan Atase Pertahanan Laut Amerika, orang nomor satu di Lantamal VI ini berkeinginan kerjasama yang nantinya akan dilaksanakan menitikberatnya pada bidang Human Interest, seperti Bakti Sosial atau latihan penanggulangan bencana.

Menanggapi keinginan Jenderal Bintang satu tersebut Kolonel Richard Mark merespon baik dan mencoba mengkomunikasikan ke atasannya. Usai pertemuan, selanjutnya  Atase Pertahanan Laut Amerika meninjau Pasilitas Pemeliharaan dan Perbaikan Kapal Lantamal VI.



Sumber : TNI AL

Menkav 1 Marinir Gelara Latihan EBA


SURABAYA-(IDB) : Dalam rangka meningkatkan kemampuan profesionalisme Satuan, segenap prajurit Resimen Kavaleri-1 Marinir (Menkav-1 Mar) mengikuti pelatihan penggunaan Emergency Breating Aparatus (EBA) di Kolam renang Krida Tirta Kodikmar Gunung Sari, Surabaya, Selasa (22/04/2014).


 
Kegiatan yang diikuti oleh Komandan Resimen Kavaleri-1 Marinir Letnan Kolonel Marinir Herkulanus HS beserta 25 Pamen dan Pama di Jajaran Resimen Kavaleri-1 Marinir tersebut, bertujuan agar para Komandan Satuan sampai Komandan Peleton memiliki kemampuan untuk memahami fungsi serta penggunaan EBA sebagai alat keselamatan perorangan di saat Kendaraan Tempur Amfibi mengalami kendala seperti tenggelam di laut, selain itu kegiatan ini juga untuk meningkatkan profesionalisme para pengawak Ranpur dalam melaksanakan penugasan maupun latihan kedepannya.

 
Turut serta dalam pelatihan ini Pasintel Danmenkav-1 Mar Mayor Marinir Taryanto, Paslog Danmenkav-1 Mar Letkol Marinir Ach. Sofchan, Danyon Ranratib-1 Mar Mayor Marinir Umar Hidayat, Danyon Kapa-1 Mar Mayor Marinir Tommy, Wadanyon Tankfib-1 Mar Mayor Marinir Sapto Putro P., dan seluruh Perwira di jajaran Menkav-1 Mar.  




Sumber : Kormar

Yon 463 Paskhas Gelar Latihan “Trisula Unggul”

MAGETAN-(IDB) : Guna meningkatkan dan memelihara kemampuan tempur prajurit Batalyon Komando 463 Paskhas serta menunjang kesiapan Operasi Wing I Paskhas dalam menjalankan tugas dari Komando Atas. Batalyon Komando 463 Paskhas yang berada di Lanud Iswahjudi menggelar Latihan Satuan Tingkat Batalyon yang diberi sandi "Trisula Unggul 2014".

Kegiatan Latihan dibuka secara resmi dalam Upacara Militer dengan Irup (Inspektur Upacara) Komandan Batalyon Komando 463 Letkol Psk Suratno, di lapangan Yonko 463 Paskhas, Lanud Iswahjudi, Senin (21/4).


Dalam sambutannya, Danyonko 463 Paskhas menegaskan, Latihan ini merupakan tolak ukur bagi prajurit dalam menghadapi tugas-tugas pada Operasi Militer TNI baik Operasi Militer Perang (OMP) maupun Operasi Militer Selain Perang (OMSP) serta menghadapi tingkatan latihan selanjutnya, yaitu Latihan Tingkat Wing, Mako Korpaskhas maupun Latgab TNI 2014.


Komandan Batalyon Komando 463 Paskhas Letkol Psk Suratno menambahkan, bahwa setiap prajurit dituntut mampu menguasai seluruh materi Latihan yang diberikan Komando Latihan dan prajurit melaksanakan Latihan dengan serius dengan tetap mengutamakan keselamatan kerja selama Latihan berlangsung (Zero Accident).


Latihan Satuan Tingkat Batalyon ini, merupakan Latihan yang bersifat kelompok, sehingga dibutuhkan koordinasi antar kelompok agar tujuan dari Latihan dapat tercapai.


Kegiatan Latihan tersebut dijadwalkan selama 5 hari diawali Geladi Posko dan TFG, yang dilaksanakan di Markas Yonko 463 Paskhas, dilanjutkan Manlap di wilayah Lanud Iswahjudi dan daerah Gunung Bancak, Kawedanan, Bendo, dan sekitarnya.




Sumber : TNI AU

Indonesia Minta Australia Sepakati Pembatasan Spionase

Pemerintah Indonesia mengharapkan agar Australia menyetujui pembatasan aktivitas spionase namun belum ditemukan kata sepakat mengenai kode etik perjanjian tersebut.

JAKARTA-(IDB) : Menteri Luar Negeri, Marty Natalegawa, mengatakan, negosiasi yang membahas kelanjutan kerjasama diplomatik dengan Australia mengalami kemajuan, namun belum bisa disahkan.

Indonesia menunda kerjasama dengan Australia November tahun lalu, setelah terungkapnya aksi penyadapan intelijen Australia terhadap Presiden SBY dan lingkungan dekatnya, termasuk ibu negara, Ani Yudhoyono.

Indonesia menarik Duta Besar-nya di Canberra, dan mengumumkan pengkajian ulang atas seluruh perjanjian dengan Australia, serta menunda kerjasama dalam kasus penyelundupan manusia, latihan militer gabungan dan tukar informasi data intelijen.

Penurunan hubungan diplomatik itu dilakukan setelah Perdana Menteri Tony Abbott menolak untuk menjelaskan kasus penyadapan tersebut. Usaha penyadapan memang dilakukan pada masa pemerintahan sebelum PM Abbott, namun baru terungkap dan dipublikasikan harian “Guardian Australia” serta “ABC News” dua bulan setelah pemerintahan Koalisi dilantik. Indonesia akan kembali memulihkan hubungan diplomatik secara penuh jika Australia telah menandatangani kode etik.

Menlu Marty mengungkapkan, untuk memulihkan kerjasama seperti sedia kala sebenarnya tidak terlalu rumit.

Ia menambahkan, dirinya telah bertemu dengan Menlu Australia, Julie Bishop, dalam beberapa kesempatan, dan telah mendiskusikan apa saja yang perlu dimuat dalam kode etik tersebut.

“Seperti yang telah saya katakan sebelumnya, intinya apa yang kami rencanakan adalah penerapan prinsip-prinsip dasar dari hubungan internasional, khususnya perjanjian Lombok. Lalu kita baru menyusun komitmen dalam hal-hal tertentu, dan yang paling penting, komitmen untuk tidak melakukan hal-hal tertentu,” tegas Marty.

Ia juga berujar, bagian akhir perjanjian tersebut akan mencakup komitmen untuk “menahan diri dari pengerahan sumber daya intelijen” yang akan bertentangan dengan atau mengganggu negara lain.

“Dalam banyak kesempatan, pemerintah Australia yang tengah berkuasa banyak menyebut poin ini, dan kami sungguh berharap agar ini disahkan di atas kertas,” ungkapnya.

Namun Menlu Marty tak menjelaskan lebih jauh mengenai berapa lama waktu yang dibutuhkan agar perjanjian ini bisa disahkan.

SBY Inginkan Persetujuan Final Atas Kode Etik

November tahun lalu, SBY memegang kendali atas persetujuan final kode etik.

“Saya akan cek draf-nya apakah telah sungguh-sungguh dikerjakan dan menjawab seluruh harapan rakyat Indonesia atau tidak – setelah skandal penyadapan muncul. Seusai protokol dan kode etik disetujui, saya ingin agar perjanjian tersebut ditandatangani oleh kedua kepala negara, saya sebagai Presiden dan Tony Abbot sebagai Perdana Menteri,” ujarnya kala itu.

Ketika semua proses tersebut sudah terlewati, Indonesia baru akan memulihkan hubungan diplomatik.

Namun Indonesia tengah menyiapkan Pemilu Presiden pada 9 Juli, dengan potensi putaran kedua di bulan September, jika hasil di putaran pertama tak memungkinkan secara prosentase.

Sementara itu, SBY telah dua kali terpilih dan tidak dibolehkan Konstitusi untuk maju kembali.

Partai-nya pun juga ditempa skandal korupsi hingga popularitasnya terkikis dalam Pemilu ini, dan batal untuk mengajukan calon Presiden.

Jika hubungan diplomasi tak segera diperbaiki dalam waktu dekat ini, Pemerintah Australia kemungkinan akan bernegosiasi dengan Presiden dan pemerintahan yang baru di Jakarta.





Sumber : RadioAustralia

Latihan Menembak Bersama TNI Dan FCR Perancis

BEIRUT-(IDB) : Prajurit TNI yang tergabung dalam Satuan Tugas Batalyon Mekanis TNI Konga XXIII-H/UNIFIL (United Nations Interim Force In Lebanon) atau Indobatt (Indonesian Batallion) yang tengah melaksanakan misi perdamaian PBB di Lebanon di bawah pimpinan Letkol Inf M. Asmi selaku Komandan Satgas, menggelar latihan menembak bersama Tentara Perancis (FCR/  Force Commander Reserve) di Lapangan Tembak Sektor Timur Ebel El Saqi, Lebanon Selatan, kemarin.

Acara latihan menembak tersebut disaksikan Komandan Satgas Indobatt Letkol Inf M. Asmi, Komandan FCR Kolonel Loic Mizon, Wadansatgas Indobatt Mayor Inf Ade Rony serta para prajurit dari kedua Kontingen.
 
Kegiatan ini bertujuan untuk bertukar ilmu dan pengalaman di antara kedua pasukan, terutama di bidang senjata dan kemampuan militer.

Disamping itu, latihan bersama ini juga untuk menjalin hubungan dan kerjasama yang kuat antara kedua negara yang berada di jajaran Sektor Timur Unifil.

Dalam latihan menembak tersebut, masing-masing kontingen mengirimkan satu peleton terbaiknya. Tim penembak Satgas Indobatt berhasil memukau pasukan FCR dengan keakuratan senjata SS2 buatan PT  Pindad.

Di akhir sesi latihan, diadakan Games Competition yang mana dibentuk 2 tim campuran dengan  senjata yang campuran pula. Sehingga pasukan peacekeeper Indonesia bisa merasakan menembak dengan menggunakan senjata Famas yang dimiliki oleh FCR, dan begitu pula sebaliknya.





Sumber : Poskota

LFX, Pengembangan Pesawat Tempur Indonesia Yang Tertunda

JAKARTA-(IDB) : Dalam menjaga kedaulatan Indonesia, kebutuhan alat utama sistem persenjataan (alutsista) sangat dibutuhkan dan penting. Pemerintah Indonesia saat ini mulai gencar membangun alutsista dalam negeri, salah satunya program pengembangan pesawat tempur KFX/IFX bersama Korea Selatan.

Ternyata, selain program KFX/IFX, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) juga sudah melakukan penelitian pesawat tempur supersonik yang disebut Lapan Fighter Experiment (LFX). Peneliti Utama LFX, Sulistyo Atmadi mengatakan, penelitiannya melalui program riset Peningkatan Kemampuan Peneliti dan Perekayasa (PKPP) Kemenristek ini untuk mendukung kemandirian pesawat tempur maupun project KFX/IFX.

Dulunya kita kan diundang Kemenhan membicarakan tentang program KFX/IFX. Tapi kan kita belum terlibat (dalam program KFX/IFX) waktu itu karena Pustekbang Lapan itu baru terbentuk 2011. Kemudian kita mengajukan riset itu melalui PKPP Program peningkatan pendidikan perekayasa lalu kita melakukan riset semacam konfigurasi awal untuk pesawat tempur,” ucap Sulistyo saat dihubungi Liputan6.com, Jakarta Senin 21 April 2014.
 

LFX sendiri memiliki konsep sebagai pesawat latih-lanjut generasi ke 5, dan dengan kemampuan multi-misi dan dirancang agar bisa sesuai dengan kondisi geografis Indonesia. Sulistyo menambahkan, meski dengan anggaran yang sedikit, ia bersama beberapa teman sesama penelitinya sudah berhasil membuat konsep LFX kecepatan supersonik.

PKPP itu cuma Rp 250 juta, itu untuk penelitian 5 peneliti untuk satu tahun. Rp 250 juta itu untuk honor penelitinya, pembuatan modelnya, dan sebagainya. Itu dikelola Kemenristek, setiap PKPP itu dijatah Rp 50 juta untuk setiap peneliti. Tapi kita sudah di tahap conceptual design, kita sudah merancang bentuk luarnya dan kita uji dengan terowongan angin dan simulasi CFD,” imbuhnya.

Project LFX sudah dilakukan sejak tahun 2012, namun sayangnya program ini tidak berlanjut karena masalah anggaran. Selain itu, hampir seluruh tim Pustekbang Lapan sedang mengembangkan pesawat sipil N-219 bersama PT Dirgantara Indonesia.

Cuma tahun 2012 saja, sebetulnya tahun 2013 ada penelitian intern untuk membuat model terbangnya, tapi ternyata dananya nggak ada. Selain itu tahun ini PKPP tahun ini sudah tidak ada lagi. Tahun ini sudah tidak ada lagi penelitiannya (LFX), karena hampir semua SDM terlibat di N-219 karena itu kan butuh banyak tenaga dan ini (LFX) juga belum prioritas,” urai Sulistyo.



lapan1

Untuk kelanjutan Program LFX, pria yang telah puluhan tahun berpengalaman di teknologi penerbangan ini menyerahkan sepenuhnya kepada Pemerintah. Karena ini merupakan program jangka panjang yang membutuhkan anggaran dan penelitian yang lama.

Tergantung pimpinan nasional kita, bagaimana? Apakah mau meneruskan IFX kalau KFX-nya nggak jadi. Tapi waktu kita mendisain itu ada narasumber dari dokter ITB yang juga terlibat dalam program bersama Korea dan juga Pak Agung Nugroho, beliau juga terlibat dalam KFX. Jadi sebetulnya walaupun konsepnya beda, tapi hampir miriplah dengan program IFX gitu,” tambahnya.





Jika diteruskan, ia berharap pemerintah membantu transfer of technology dengan negara lain agar program LFX bisa berjalan dengan cepat. Selain itu, perlu dibangun konsorsium pesawat tempur nasional.

Pesawatnya nggak terlalu masalah, tapi instrumentasinya kalau kita mau membuat kelas generasi 5 itu sudah siluman. Kalau siluman itu Korea saja teknologinya belum dikasih sama Amerika. Jadi diberi saja tapi ilmunya tidak dikasih. Tapi kita tetap berusaha, karena kan pesawat terbang itu kan tidak hanya dalam jangka waktu 1-5 tahun. Tapi sampai jangka 15 tahun. Siapa tahu pada saat kita harus membuat, entah itu ada pengetahuan atau sudah ada negara lain yang mampu bekerjasama dengan kita,” katanya.

Kalau untuk sampai tingkat prototipe, tentu diperlukan konsorsium, karena Lapan tidak mampu sendiri. Seperti PT DI untuk industrinya, lalu BPPT karena mereka punya laboratorium, ITB dan sebagainnya. Kalau kita tugasnya sebagai perisetnya aja,” jelas dia.




Sementara, dihubungi terpisah, juru bicara Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) Silmi Karim menilai program LFX ini bisa dimaksimalkan agar membantu kemandirian dalam negeri. Ia berharap tim peneliti LFX bisa membantu program KFX/IFX, agar kemandirian pesawat tempur dalam negeri bisa segera terlaksana.

Kita harus melakukan satu sinergi, baik itu penelitian atau pengembangan riset dan teknologi. Sehingga energinya itu bisa dimaksimalkan di satu tujuan. Kalau Kemenhan punya kebijakan KFX/IFX dengan Korea, terus kemudian ada Lapan dengan LFX. Nah ini kan ada 2 Energi, yang kalau dimaksimalkan lebih bagus. Intinya kita perlu memaksimalkan potensi bangsa,” ungkap Silmi.





Sumber : SCTV

Untung Rugi Pembelian Alutsista Dari Amerika

JAKARTA-(IDB) : Pengamat militer Rizal Dharma Putra mengatakan ada untung-rugi dalam rencana pemerintah membeli helikopter UH-60 Black Hawk dan Boeing CH-47 Chinook dari Amerika Serikat. Dari sisi keuntungan, menurut dia, Indonesia memang sedang membutuhkan helikopter militer angkut semacam Black Hawk dan Chinook. Helikopter angkut ini bisa digunakan untuk misi non-perang seperti bantuan becana alam, pengungsi, dan lainnya.

"Mengingat wilayah Indonesia masih banyak yang terpencil dan minim landasan udara, jadi helikopter sangat diperlukan," kata Rizal saat dihubungi Tempo, Ahad, 20 April 2014. Namun, dia melanjutkan, Indonesia juga harus memperhatikan kerugian ketika membeli alat utama sistem persenjataan (alutsista) dari negeri Abang Sam.

Biasanya, kata Rizal, Amerika Serikat menjual alutsista dengan perjanjian yang kasat mata. Contohnya, Indonesia tidak boleh menggunakan alutsista dari Amerika Serikat untuk misi yang melanggar hak asasi manusia, TNI tak boleh menggunakan alutsista yang dijual Amerika Serikat untuk menyakiti atau menyerang warga negara Indonesia sendiri. "Termasuk tak boleh dijual ke negara lain tanpa izin dari Amerika Serikat," kata Rizal.

Ketentuan lainnya yang dianggap merugikan, menurut Rizal, Indonesia dilarang menggunakan alutsista produksi Amerika Serikat untuk menyerang negara-negara sekutunya seperti Australia dan Singapura. Jika pemerintah dan militer Indonesia melanggar, maka embargo suku cadang dan persediaan senjata akan dilakukan Amerika Serikat.

Indonesia pernah merasakan pahitnya embargo suku cadang dan stok senjata pesawat tempur F-16 pada berapa tahun lalu. Walhasil pesawat tersebut tak mampu terbang menjaga kedaulatan Tanah Air.

Kerugian lain, jika Indonesia membeli helikopter tersebut dalam kondisi bekas. Sebab sekali pun helikoper bekas tersebut sudah diperbaiki dan dimodifikasi, tetap saja jam terbangnya tak bisa lama. "Jadi pemerintah harus cermat memikirkannya."



Sumber : Tempo

Menlu : Jangan Lempar Tanggung Jawab Soal Manusia Perahu

Jakarta meminta negara tetangga tidak “menggeser tanggungjawab“ dalam soal pencari suaka, pernyataan yang merupakan kritik terselubung bagi Australia yang memaksa kapal pengungsi balik kembali ke Indonesia.

JAKARTA-(IDB) : Operasi yang dipimpin militer Australia telah menyebabkan kemarahan di Indonesia, yang terpaksa menerima kembali tujuh kapal berisi para pencari suaka yang dipaksa berbalik kembali ke perairan Indonesia sejak Desember lalu.

Dalam pertemuan internasional mengenai pencari suaka di Jakarta, Menteri Luar Negeri Indonesia Marty Natalegawa menyatakan negara-negara seharusnya menjaga komitmen untuk bekerjasama dalam isu ini sesuai kesepakatan konferensi tahun lalu.

Komitmen ini itu adalah “menegaskan tanggung jawab bersama – berbagi tanggung jawab, tidak menggeser tanggung jawab. Berbagi tanggung jawab membutuhkan koordinasi dan kerjasama,“ kata Natalegawa dalam pertemuan tersebut.

Para pencari suaka selama bertahun-tahun telah memanfaatkan Indonesia sebagai titik transit untuk menyeberang ke Australia, yang biasanya dilakukan dengan menggunakan kapal reyot. Lebih dari 1.000 pencari suaka tewas di laut dalam beberapa tahun terakhir ketika menempuh perjalanan yang berbahaya.

Tony Abbott yang naik ke kekuasaan tahun lalu, dengan janji sebagai kepala pemerintahan konservatif Australia untuk membendung arus pencari suaka, dan menerapkan kebijakan perlindungan perbatasan yang keras.

Pemerintahannya mengatakan bekerja, agar tidak ada pencari suaka yang tiba dengan kapal bisa menjejakkan kaki di daratan Australia sejak Desember lalu. 

Jangan Politisasi


Badan pengungsi PBB pekan lalu mengatakan jumlah pencari suaka yang terdaftar di Indonesia turun secara drastis sejak Desember, dari sekitar 100 orang per hari menjadi 100 orang per minggu.


Pemerintahan Abbott melanjutkan kebijakan pemerintahan sebelumnya dengan mengirim semua pencari suaka yang tiba dengan kapal ke Papua Nugini atau Nauru – sebagai tempat pemukiman permanen jika mereka dinyatakan sebagai pengungsi.


Natalegawa mengakui bahwa kebijakan Australia bisa jadi mengurangi hilangnya nyawa di lautan antara kedua Negara, namun ia menegaskan kembali penentangannya atas kebijakan tersebut.


”Kita harus mengesampingkan politik dari semua upaya ini,” kata dia, menambahkan bahwa di sana pasti ada jalan alternatif untuk menghentikan arus para pencari suaka.


Australia dalam pertemuan itu diwakili para pejabatnya yang berasal dari kedutaan di Jakarta, tapi mereka tidak menyampaikan pernyataan dalam pembukaan acara tersebut.


Workshop internasional selama dua hari dalam isu tersebut dihadiri oleh para pejabat senior dari 14 negara, diketuai oleh Indonesia dan badan pengungsi PBB.

 Tanggapan Menlu Atas Pemecatan Perwira AL Australia
 
Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa enggan berkomentar soal pemecatan komandan kapal patroli Angkatan Laut Australia beberapa waktu lalu karena melanggar wilayah laut Indonesia. Menurut dia, hal tersebut merupakan masalah internal AL Australia.


Hal itu diungkap Marty, ketika ditemui di Gedung Kementerian Luar Negeri, Pejambon, Jakarta Pusat. Meski begitu, dia menyebut langkah itu menunjukkan keseriusan Pemerintah Australia dalam menangani masalah pelanggaran batas perairan. 



"Berarti, hal ini mencerminkan betapa pentingnya masalah ini bagi Pemerintah Australia," kata Marty.



Informasi soal pemecatan ini diumumkan oleh Kementerian Pertahanan Australia pada Kamis 17 April 2014. 



Dilaporkan kantor berita BBC, detail insiden masih belum dilaporkan. Selain pemecatan seorang perwira komandan, terdapat enam perwira lainnya yang akan menerima tindakan disipliner karena berlayar terlalu dekat ke perairan Indonesia. 



Selain itu, harian Inggris, The Guardian, melaporkan kapal pabean Australia berlayar ke teluk di sebelah barat Pulau Jawa pada Januari lalu dan memasuki wilayah perairan Indonesia. Para pejabat mengatakan bahwa awak kapal tidak menyadari lokasi persis perbatasan laut. 



Berdasarkan data, Australia telah menerobos ke perairan Indonesia sebanyak enam kali dalam operasi menjaga perbatasan untuk kedaultan pada Desember 2013 dan Januari 2014. Menyadari hal itu, Canberra lantas meminta maaf kepada Pemerintah RI dan mengadakan penyelidikan. 



Menurut Kepala Dinas Penerangan TNI AL,  Laksamana Untung Suropati kepada VIVAnews pada Februari lalu, alasan Australia yang tidak memahami aturan batas laut seperti termaktub dalam hukum laut internasional UNCLOS 82 sangat tidak masuk akal. Sebab, kapal-kapal mereka telah dilengkapi radar militer yang modern.  


"Sebagai negara modern dan tetangga, rasanya sulit dipahami apabila AL Australia sampai menerobos perairan RI sebanyak enam kali," kata Untung.




Sumber : DW

Pesawat Obama Dikuntit 6 Jet Tempur Rusia

TOKYO-(IDB) : Krisis Ukraina makin menyulut ketegangan dan saling provokasi antara Rusia dan Amerika Serikat (AS).

Kementerian Pertahanan Jepang menyebut, jelang kedatangan Presiden Barack Obama ke Jepang, sebanyak 6 jet tempur Rusia terbang di dekat wilayah Jepang selama seminggu berturut-turut dan tepat di jalur pesawat kepresiden Air Force One yang akan ditumpangi Obama menuju Jepang.


Dilansir NHK News, Senin (21/04/2014), Menteri Pertahanan Jepang Itsunori Onodera, membenarkan, pesawat-pesawat tempur Rusia itu berada di jalur penerbangan yang akan dilalui pesawat Obama.


“Ini sangat aneh, karena kegiatan pesawat-pesawat militer Rusia seperti itu tidak pernah terjadi sebelumnya, bahkan selama era Perang Dingin saja tidak pernah,” ujar Onodera.


Menteri Pertahanan Jepang menyebut aktivitas pesawat militer Rusia itu sangat aneh dan tidak normal. Yang mengkhawatirkan, jet-jet tempur Rusia itu terbang tepat di koordinat yang akan dilalui Air Force One.


“Masalahnya kita tidak bisa berbuat apa-apa karena pesawat-pesawat itu di luar wilayah Jepang,” tegas Onodera.

Onodera mengaku sejauh ini tidak ada penjelasan resmi apa yang melatarbelakangi tindakan Rusia itu.




Sumber : Jurnal3

Rudal Nuklir Terbaru Rusia Diarahkan Ke Amerika

WASHINGTON-(IDB) : Provokasi Amerika Serikat (AS) yang menumpuk kekuatan militer di negara-negara Baltik mengepung Rusia, direaksi keras Moskow dengan mengarahkan moncong 5 rudal nuklirnya ke daratan AS.

Pentagon memastikan, ada 5 sinyal baterai pengaktifan rudal nuklir  dari silo bawah tanah yang koordinatnya terbaca menuju ke beberapa kota besar di AS, diantaranya Los Angeles, Manhattan New York, Washington DC, Las Vegas dan Chicago.


Dilansir Dekapfile, Senin (21/04/2014), ke-5 rudal nuklir yang diarahkan ke daratan AS itu didominasi oleh rudal balistik antarbenua generasi terbaru Rusia R-36M2 Voyevoda atau SS-18 ICBM (versi NATO).


Pentagon hingga kini menolak memberikan pernyataan resmi atas informasi bocor yang membuat para petinggi militer AS panik.


Namun Nate Christensen, juru bicara Pentagon menyebut, kegiatan pengaktifan 5 rudal nuklir itu terpantau melalui sistem pelacakan sinyal oleh pesawat AWACS milik AS yang melakukan patroli di atas wilayah negara-negara Eropa Timur.


AS pantas waspada dan panik, karena rudal ini lebih unggul dari rudal terbaru AS “Peacekeeper MX ICBM” yang memiliki 10 hulu ledak nuklir. Keunggulan R-36M2 selain juga memiliki 10 hulu ledak nuklir, rudal ini memiliki kecepatan hampir 8 kilometer per detik jauh di atas kecepatan MX ICMB milik AS yang mencapai 2 kilometer per detik.


R-36M2 ini menurut Christensen, adalah rudal terbaru Rusia yang dirancang khusus untuk menembus sistem perisai rudal milik AS.


“Dari informasi dan kajian kami, rudal tercanggih milik Rusia ini memiliki kemampuan manuver yang sangat baik,” ujar Christensen.


Komandan Pasukan Rudal Strategis Rusia Jendral Sergei Karakayev, tidak berkomentar atas reaksi Pentagon terhadap 5 rudal nuklir Rusia yang sinyal pengaktifannya terpantau oleh AS itu.

Karakayev hanya mengatakan, Rusia akan melakukan tindakan apa saja jika kedaulatan negaranya terancam oleh kekuatan asing.

Alasan Rusia Arahkan Rudal Nuklirnya Ke Amerika

Kementerian Pertahanan Rusia secara implisit mengakui 5 moncong rudal nuklirnya diaktifkan dan diarahkan ke daratan Amerika Serikat (AS), menyusul meningkatnya pergelaran pasukan AS mengepung Rusia di negara-negara Eropa Timur.

Deputi Kementerian Pertahanan Rusia, Anatoly Antonov, seperti dilansir Moskovskij Komsomolets, Selasa (22/04/2014), tidak secara terang-terangan menanggapi informasi soal rudal-rudal nuklir Rusia yang disebut-sebut sudah dalam posisi “ready to launch” dari sejumlah silo (lokasi titik peluncuran bawah tanah) di pangkalan Satuan Rudal Strategis Rusia.


“Rusia memiliki cara dan strategi sendiri dalam menghadapi ancaman yang dirasa mengancam keamanan nasional Rusia. Kami tidak bisa secara terbuka mengatakannya di forum ini,” kelit Antonov.


Untuk diketahui, diduga akibat aksi provokasi Amerika Serikat (AS) yang menumpuk kekuatan militer di negara-negara Baltik mengepung Rusia, direaksi keras Moskow dengan mengarahkan moncong 5 rudal nuklirnya ke daratan AS.


Pentagon menyebut ada 5 sinyal baterai pengaktifan rudal nuklir dari silo bawah tanah yang koordinatnya terbaca menuju ke beberapa kota besar di AS, diantaranya Los Angeles, Manhattan New York, Washington DC, Las Vegas dan Chicago.


Ke-5 rudal nuklir yang diarahkan ke daratan AS itu didominasi oleh rudal balistik antarbenua generasi terbaru Rusia R-36M2 Voyevoda atau SS-18 ICBM (versi NATO).


Rudal ini lebih unggul dari rudal terbaru AS “Peacekeeper MX ICBM” yang memiliki 10 hulu ledak nuklir. Keunggulan R-36M2 selain juga memiliki 10 hulu ledak nuklir, rudal ini memiliki kecepatan hampir 8 kilometer per detik jauh di atas kecepatan MX ICMB milik AS yang mencapai 2 kilometer per detik dan dirancang khusus untuk menembus sistem perisai rudal milik AS.
Komandan Pasukan Rudal Strategis Rusia Jendral Sergei Karakayev, tidak berkomentar atas reaksi Pentagon terhadap 5 rudal nuklir Rusia yang sinyal pengaktifannya terpantau oleh AS itu.



Sumber : Jurnal3