Pages

Jumat, April 04, 2014

18 Unit Meriam Korsel Perkuat TNI AD

MAKASSAR-(IDB) : Kepala Staf Angkatan Darat, Jenderal TNI Budiman menyatakan 18 unit atau satu batalyon meriam kaliber 155 mm asal Korea Selatan sudah tiba di Indonesia.

“Ke-18 unit atau satu batalyon meriam 155 mm asal Korea Selatan itu sudah datang. Rencananya, alutsista akan datang secara berangsur-angsur hingga September 2014,” katanya setelah membuka Kejurnas Karate Piala Kasad di Gedung Celebes Convention Centre (CCC) Makassar, Jumat (4/4/2014).


Lulusan terbaik AKABRI Darat 1978 itu menjelaskan TNI juga menjadwalkan untuk mengambil hasil riset terkait alutsista yang merupakan kerja sama TNI dan perguruan tinggi di Indonesia.


“Melalui kerja sama ini membuat Indonesia tidak lagi tergantung dengan negara lain dalam hal persenjataan,” katanya.


Terkait hasil riset yang dilakukan tersebut, kata dia, akan diumumkan ke masyarakat luas. Hal itu diharapkan memberikan kesadaran bahwa Indonesia juga memiliki kemampuan untuk memproduksi peralatan sendiri.


“Senin nanti kita berencana mengambil hasil riset yang dilakukan tim kami bersama pihak perguruan tinggi, kemudian kami mengumumkan hasilnya,” jelasnya.


Sebelumnya, Panglima TNI Jenderal TNI, Moeldoko menyatakan pihaknya sedang menjajaki kemungkikan penambahan armada kapal selam jenis Kilo Class asal Rusia demi memperkuat pertahanan perairan Indonesia.


“Saat ini, kami masih dalam penjajakan dan sedang dikalkulasi. Jika kapal selam kilo class ini bisa kita datangkan maka tentu luar biasa. Kapal selam ini memiliki kemampuan dalam menembakkan rudal yang sangat jauh,” ujarnya.


Kapal selam buatan Rusia ini kabarnya memiliki keunggulan pada teknologi peluru kendalinya. Kapal selam dengan nama Kiloklav ini mampu menembak hingga 300-400 km dari subsurface hingga surface.


Selain kapal selam dari Rusia, TNI juga akan mendatangkan tiga kapal selam dari Korea Selatan. Kehadiran tiga kapal selam itu akan melengkapi kapal selam yang ada sebelumnya.

Bukan itu saja, TNI juga masih menunggu kedatangan heli Apache dari Amerika. Heli jenis ini dikatakan hanya dimiliki beberapa negara, termasuk Amerika dan Singapura. Selain itu adapula tank Leopard yang dinilai masih salah satu yang terbaik.


Indonesia juga berencana mendatangkan peralatan penangkal serangan udara yang berasal dari Prancis dan Inggris.


Jenderal TNI Moeldoko juga memiliki keinginan tidak hanya mempunyai pesawat tempur Sukhoi SU-30, namun jenis terbaru Sukhoi SU-35.




Sumber : Soloblitz

AS Peringatkan China Untuk Tidak Tiru Rusia Di Crimea

WASHINGTON-(IDB) : Pemerintah AS meminta China untuk tidak meniru cara Rusia di Krimea terkait  sengketa wilayah di Asia karena Washington tak akan ragu membela sekutunya dan bisa melakukan pembalasan secara ekonomi.

Daniel Russel asisten Menteri Luar Negeri AS untuk Asia Timur mengatakan sulit untuk mengetahui niat China , tetapi aneksasi Rusia terhadap Krimea telah meningkatkan kekhawatiran di antara sekutu AS di kawasan itu tentang kemungkinan Beijing menggunakan kekuatan militer untuk mengklaim wilayah yang disengketakan.

"Kami akan memberi lebih banyak tekanan pada China untuk menunjukkan bahwa Beijing tetap berkomitmen untuk mencari resolusi damai terkait permasalahan sengketa wilayah," kata Russel kepada Komite Senat Hubungan Luar Negeri.

Russel mengatakan sanksi yang dikenakan terhadap Rusia oleh Amerika Serikat, Uni Eropa dan negara lain harus memiliki efek kepada pemerintah China yang mungkin tengah mempertimbangkan aneksasi Krimea sebagai model.

Hal ini terutama terjadi mengingat tingkat saling ketergantungan di sektor ekonomi antara China dengan Amerika Serikat dan negara-negara tetangga di Asia, kata Russel.

Russel mengatakan bahwa untuk sementara Amerika Serikat tidak akan mengambil posisi terkait klaim teritorial di Asia Timur, namun China harus tahu bahwa tidak ada keraguan bagi Washington untuk membela sekutu-sekutunya jika diperlukan.

"Presiden Amerika Serikat dan pemerintahan Obama secara tegas berkomitmen untuk menghormati komitmen pertahanan kami dengan sekutu kami," kata dia .

Saat ini Washington memiliki sejumlah kerja sama yang meliputi perjanjian pertahanan dengan Jepang, Filipina dan Korea Selatan. Namun Russel mengatakan tidak ada alasan sengketa wilayah tidak bisa diselesaikan dengan cara damai.

Di Asia, China juga saling bersengketa soal wilayah teritorial dengan Jepang, Korea Selatan, Vietnam, Malaysia, Brunei dan Taiwan terutama di daerah perairan yang kaya energi.




Sumber : Terapos

Indonesia Akan Bentuk Konsorsium Bangun Satelit Nasional

BANDUNG-(IDB) : Penelitian dan pengembangan teknologi satelit adalah salah satu pilar utama kegiatan penelitian Lapan. Hal ini dilakukan dalam rangka memperkuat kemampuan nasional dalam penguasaan teknologi antariksa. Sukses peluncuran satelit pertama Lapan-Tubsat pada 2007, Lapan semakin mewujudkan kemandiriannya dalam pembuatan satelit Lapan A2 yang akan diluncurkan pertengahan 2014. 

Kemandirian di bidang satelit akan terus berlanjut dengan pengembangan satelit generasi berikutnya yaitu A3, A4, dan A5. Seluruh satelit tersebut merupakan hasil karya Lapan yang akan dibangun, diintegrasikan, diuji coba dan dioperasikan di Indonesia.

Indonesia akan segera membangun satelit nasional InaSAT. Hal tersebut terungkap dalam rapat koordinasi yang diikuti Kementerian Riset dan Teknologi, Lapan, BPPT, BIG, Kementerian Komunikasi dan Informatika, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, dan Kementerian Pertahanan di Jakarta, Rabu (2/4). Rapat tersebut membahas mengenai Membangun Sinergi Nasional dalam Mewujudkan InaSAT.

Kepala Lapan, Prof. Dr. Thomas Djamaluddin, menjelaskan bahwa Indonesia perlu membuat satelit komunikasi dan penginderaan jauh untuk kepentingan nasional. Kebutuhan ini juga dalam upaya mewujudkan Undang-undang No. 21 Tahun 2013 tentang Keantariksaan dan amanat pembangunan rencana induk keantariksaan.

“Ini merupakan mimpi keantariksaan Indonesia dalam 25 tahun mendatang. Lapan hanya memperoleh amanat untuk melakukan penelitian dan pengembangan keantariksaan. Sesuai dengan undang-undang tersebut, Lapan berupaya untuk memanfaatkan potensi nasional di bidang keantariksaan.

Lebih lanjut, Kepala Lapan memaparkan mengenai keinginan Menteri Riset dan Teknologi untuk mempercepat pembuatan satelit Indonesia. Ia mengatakan, untuk itu, perlu dimulai inisiasi pembentukan konsorsium. Konsorsiun pembuatan InaSat perlu modifikasi konsep guna membangun potensi nasional baik dari instansi pemerintah, mapun swasta. Modifikasi konsep tersebut untuk merumuskan misi, muatan satelit, struktur, dan peluncurannya. “Dengan konsorsium, maka Indonesia akan memiliki fasilitas untuk integrasi, tes satelit, dan fasilitas clean room yang lebih besar,” ujarnya.

Kepala Pusat Teknologi Satelit Lapan, Suhermanto mengatakan, kemampuan labratorium satelit Lapan hanya mampu menguji vibrasi untuk satelit berukuran di bawah 100 kilogram atau jenis satelit nano dan mikro. Sementara itu, untuk kelas satelit InaSat yang diperkirakan berbobot 500 kilogram hingga satu ton belum dapat dilakukan.

Sementara itu, Deputi Kepala Bidang Teknologi Pengembangan Sumber Daya Alam BPPT, mengatakan, dalam membangun kemadirian satelit, bangsa Indonesia harus berpikir untuk mampu menciptakan satelit sendiri.

Satelit Buatan Asing Ancam Data Indonesia

Keamanan data yang dihasilkan oleh satelit merupakan salah satu pertimbangan pemerintah untuk lepas dari ketergantungan asing. Hal ini untuk mencegah kebocoran data-data sensitif ke pihak tak berwenang.

"Satelit Indonesia atau satelit nasional, harus kita yang kuasai sendiri dan kita yang memiliki. Karena ini menyangkut berbagai isu sensitif, termasuk pertahanan negara," tutur Deputi TPSA - BPPT, Ridwan Jamaluddin di gedung BPPT, Jakarta, Rabu (2/4/2014).

Diungkapkan Ridwan, Indonesia harus menguasai teknologi satelit, kalau tidak ingin suatu saat merasakan kerugian yang fatal. Saat ini, sejumlah satelit Indonesia masih disuplai dari pihak luar. Sehingga muncul kekhawatiran dari segi keamanan komunikasi jika satelit dibuat oleh negara lain.

Untuk itu, Indonesia dirasa harus memiliki pijakan yang kuat di industri satelit. "Secara spesifik, BPPT sudah siap dengan SDM (Sumber Daya Manusia)n infrastruktur, dan prohram-program pembangunan satelit," sambungnya.

Di sisi lain, Indonesia sebagai negara yang luas juga membutuhkan satelit sendiri, salah satunya satelit penginderaan jauh (inderaja). Untuk pembangunan satelit ini, Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek) mendukung konsorsium nasional, yang melibatkan komponen pengguna dan penyedia teknologi sistem satelit inderaja.

Teknologi inderaja (remote sensing technology) merupakan teknologi yang bisa mendeteksi suatu obyek di permukaan bumi tanpa melakukan kontak langsung dengan obyek tersebut. Melainkan melalui sensor yang dipasang di wahana pesawat (airborne) atau satelit (spaceborne).

Tiga dari Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) Kemenristek sendiri yaitu Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), dan Badan Informasi Geospasial (BIG) menjadi penyedia dan pengguna teknologi inderaja.




Sumber : Lapan

SAAB JAS 39E Gripen, Proyeksi Pesawat Tempur Masa Depan

JAKARTA-(IDB) : Pesawat tempur generasi keempat masih dianggap cukup mampu menjadi andalan banyak negara. Namun kini pabrikan pesawat tempur Swedia, SAAB AB, mengembangkan generasi keenam, SAAB JAS 39E Gripen.

Generasi di antara mereka --generasi kelima-- antara lain ada Lockheed Martin F-35 Lighting II, yang ditujukan untuk memenuhi keperluan tiga matra sekaligus, yaitu Angkatan Udara, Angkatan Laut, dan Korps Marinir Amerika Serikat.

Jika pesawat tempur generasi kelima bermakna "mesin pamungkas untuk dikemudikan" maka generasi keenam akan tiba. SAAB dari Swedia memberi argumen, bahwa JAS 39E Gripen mereka --yang sesuai dengan gambaran artis tentang pesawat tempur mahal dan canggih-- menjadi pesawat tempur pertama di "kelas" itu.

Bicara JAS 39E Gripen, ini juga yang menjadi salah satu kontestan pengganti F-5E/F Tiger II di Skuadron Udara 14 TNI AU.

Dia bersaing bersama Sukhoi Su-35 Flanker E (Rusia), Dassault F1 Rafale (Prancis), dan Boeing-McDonnel Douglas F/A 18E/F Super Hornet (Amerika Serikat). Bisa juga ke Boeing-McDonnel Douglas F-15E Striking Eagle.

Konsep pesawat tempur Gen 5 (generasi kelima) telah berusia 30 tahun, berawal sejak Perang Dingin berakhir, saat pemerintahan Ronald Reagan memacu perlombaan senjata dan Rusia yang menggerakkan picunya. Dari sinilah kemudian terjadi perlombaan kecanggihan teknologi, material, dan berbagai macam doktrin pertempuran dan peperangan.

Di sinilah Swedia memberi alternatif penting dalam daftar pesawat tempur masa depan.

Alasan menyatakan bahwa JAS 39E Gripen --dituturkan Aviation Week edisi Maret 2014-- sebagai pesawat tempur Gen 6 adalah karena dia dirancang sejak awal berdasarkan pengertian-pengertian peperangan pada masa depan.

Yang menarik dari JAS 39E Gripen ada pada perangkat lunaknya; perangkat keraslah yang menjalankan program aplikasi manajemen tempur dalam perangkat lunak Mission System 21.

Sebetulnya, versi awal perangkat lunak ini telah ditanamkan di dalam JAS 39A/B. Salah satu hal yang dijagokan SAAB adalah ketangguhan Gripen yang bisa berusia pakai panjang, yang mensyaratkan adaptabilitas dalam berbagai misi dan negara pemakai.

Seperti halnya A-4 Skyhawk rancangan Ed Heinemann, JAS 39E Gripen dirancang sebagai pesawat tempur kecil dengan daya muat besar. Bodinya kecil, tapi sanggup menggotong beban berat.

Swedia mengaplikasikan sistem sensor berteknologi state-of-the-art rancangannya sendiri pada perangkat ISR dan peringatan dini situasionalnya. Ini meliputi sistem manajemen perang di penerbangan elektronika memakai teknologi nitrida-galium. Ini yang pertama di dunia pada semua kelas.

Secara sederhana, dia mampu mengidentifikasi teman dan musuh (IFF/identification friend and foe) pada situasi penerbangan yang sangat padat dan kritikal.

Dia tidak akan salah mengenali pesawat tempur/transport teman, musuh, sipil, dan lain sebagainya. Didukung suplai mesin dari Amerika Serikat (General Elecric), sistem radar dari Inggris (Raven ES-05 active), dan penjejakan infra merah dari Italia (Skyward-G-IRST) serta sebagian struktur pesawat terbang dari Brazil.

JAS 39E Gripen bukan pesawat tempur tercepat, paling stealth, dan paling gesit. Namun dia menawarkan hal-hal lain di luar itu, di antaranya biaya pengembangan dan operasi yang rendah dengan capaian terbaik. Ada ungkapan dari salah satu perancangnya, bahwa Angkatan Udara Kerajaan Swedia tidak akan mampu mencapai semua itu dengan cara-cara biasa.

Inilah target besar yang ingin dicapai SAAB; bukan hal mudah namun bisa dilaksanakan. Jika dia berhasil maka dia akan memberi banyak pelajaran pokok pada banyak pihak tentang rancangan pesawat tempur masa depan.

Mirip dengan semua produk berteknologi tinggi Swedia, dia memberi fitur-fitur pokok yang menentukan dengan cara pengoperasian sangat mudah.

Berikut sebagian perbandingan antara JAS 39C dan JAS 39E, yang keduanya rancangan SAAB Swedia.

                                                  JAS 39C                         JAS 39E
Berat kosong                             13.000                             14.000
Bahan bakar                              lebih dari 5.000               lebih dari 7.400
Berat maksimal                         30.900                             36.400
lepas landas
Mesin                                        Volvo RM12                    GE F414-GE-39E
Daya menengah/maksimal       12.150/18,100                  14.400/22.000
Kecepatan optimal                     ---                                    1,25 Mach
Radar                                         mekanis                           AESA
IRST                                          ---                                    Ya
Display kokpit                           3 unit 6 X 8 inchi            1 unit 8 X 20 inch




Sumber : Antara

AS Minta Militer ASEAN Bersiap Hadapi Bencana Alam

HONOLULU-(IDB) : Kalangan pejabat Amerika Serikat (AS) menawarkan bantuan bagi negara-negara ASEAN, sebagai langkah untuk menghadapi dampak perubahan iklim. Selain itu, pihak AS juga mendesak diadakannya kerjasama yang lebih kuat antara pihak militer dan lembaga darurat.

Kepala Pentagon Chuck Hagel, dan pejabat tinggi lainnya, membahas bahaya yang ditimbulkan oleh meningkatnya suhu global dengan para menteri pertahanan ASEAN di Honolulu, rumah bagi pusat utama penelitian cuaca AS yang melacak permukaan air laut dan tsunami di Samudra Pasifik.


"Semakin kita dapat memahami ilmu di balik bencana alam semakin kita dapat berkoordinasi dan mengkomunikasikan upaya kita untuk saling membantu," kata Hagel pada para Menteri pertahanan ASEAN di Honolulu, Hawai, Kamis (3/4)


Hagel mengatakan, kerjasama antar militer ASEAN untuk operasi kemanusiaan telah berkembang tetapi dibutuhkan lebih banyak kolaborasi, ketika ilmuwan memprediksi lebih banyak angin topan dan bencana alam lainnya akan menghantam wilayah tersebut.


"Kita bisa berbuat lebih banyak, dan kami akan berbuat lebih banyak lagi," kata Hagel.


Sementara itu, Kepala Badan Pembangunan Internasional AS Rajiv Shah mengatakan, laporan dari panel ahli PBB tentang perubahan iklim memperjelas bahwa cuaca yang tidak menentu akan membuat malapetaka pada masyarakat di seluruh dunia.


"Laporan itu juga menyoroti bahwa Asia - Pasifik terkena lebih dari 70 persen dari semua bencana alam ini. Sehingga anda menanggung beban yang lebih besar dari beban konsekuensi tersebut," imbuh Shah.


Shah menegaskan, seluruh pemerintah ASEAN harus bekerja sama dan berlatih untuk menghadapi topan, banjir dan cuaca ekstrim lainnya yang diprediksi menjadi lebih sering dalam beberapa dekade mendatang .


"AS berkomitmen penuh untuk bekerja dengan dan mendukung Anda dalam upaya ini," katanya.


Pertemuan para menteri pertahanan itu menandai pertama kalinya AS telah menjadi tuan rumah pertemuan ASEAN dan para pejabat AS mengatakan itu adalah contoh terbaru dari strategi menyeimbangkan yang bertujuan menghadapi meningkatnya kemampuan militer Tiongkok dan penegasan klaim teritorialnya.


Selama satu dekade terakhir, militer AS telah memperluas operasi bantuan bencana di Asia, mengoperasikan kapal dan pesawat untuk melakukan penyelamatan serta memberikan makanan, air dan persediaan lainnya.


AS mengerahkan pasukannya dalam jumlah besar ke Filipina setelah Topan Haiyan melanda negara itu pada November lalu dan menewaskan ribuan orang penduduknya.


Analis dan pejabat mengatakan selain menyelamatkan nyawa, operasi kemanusiaan juga merupakan cara Washington memumbuhkan kepercayaan di antara negara-negara yang cemas terhadap RRT tetapi waspada memasuki aliansi terbuka yang mungkin menentang Beijing.


Setelah pembicaraan dengan menteri ASEAN berakhir, Hagel akan melakukan perjalanan ke Jepang dan RRT, di tengah ketegangan antara dua kekuatan Asia itu atas pulau yang disengketakan di Laut Cina Timur .


Sebagai bagian dari poros Asia , AS telah berjanji untuk lebih memberdayakan kapal perang dan pesawatnya ke wilayah Pasifik. Namun pergerakan armada tersebut kini terhambat tekanan anggaran.


Hagel bersikeras bahwa upaya menyeimbangkan itu telah berjalan dengan baik dan tidak akan keluar jalur, dengan mengutip penyebaran kontingen Marinir AS di Australia,kapal tempur ke Singapura serta meningkatkan latihan perang.


"Saya pikir itu cukup jelas bahkan dengan pembatasan anggaran, yang akan kita jalani, ini adalah prioritas. Kami akan memenuhi komitmen yang kami buat," kata Hagel.




Sumber : Beritasatu

Perkembangan AL Vietnam Maju Pesat

Vietnam Navy Will Receive 2 More New Warships Gepard 3.9 in 2017

HO CHI MINH-(IDB) : Vietnam Navy will receive third and fourth Gepard 3.9 warship respectively in February and May 2017.
 
The 2013 Zelenodolsky Gorky shipyard financial statements were  announced on 01/4 has revealed details of the phases, the progress of shipbuilding and the specific time the procedure will take place each in turn handed over Gepard 3.9 warships Tuesday and Wednesday for Vietnamese Navy.
 
According Zelenodolsky Gorky, dated 02.15.2013 in shipyard has signed a contract with the state arms export company Rosoboronexport to close 2 more ships guardian Gepard 3.9 class missile equipped with anti-submarine weapons for Vietnamese Navy. . On 09/24/2013, Zelenodolsky Gorky official signing ceremony held two Gepard 3.9 guardian new ship to Vietnam, bearing number 956 and 957 respectively. Dated 12.18.2013 conducted to test the first phase of the second ship in the presence of a delegation of the Vietnam Ministry of Defense officials, led by Deputy Chairman of the Navy technical Hoang Thien Tung, the Rosoboronexport delegation officials, representatives of JSC shipyard Zelenodolsky Gorky and representatives Zelenodolskoye Design Bureau (Tatarstan).
 
Phase 1 includes fabrication and body parts for ship superstructure Gepard 3.9 first new ship in Lot 2 of the same type. Under the plan, in the coming months, Zelenodolsky Gorkys will continue installation of communications systems, navigation, avionics and other equipment as part of the antenna tower, the avionics and weapons to 2 new ship .
 
Transfer ceremony of the Gepard ship at Russia, number 956 will be made in January 11/2016, the remaining - number 957 in May 3/2017.
 
Formal handover ceremony 2 battleship Gepard 3.9 the third and fourth place at the Cam Ranh naval base in Vietnam in February respectively and May 6/2017 (ie after the handover in Russia 3 months) . Warranty obligations for two new ships will be completed by Zelenodolsky in May  and May 9/2018 .
 
It should be noted that, compared with 2 battleship first Gepard 3.9 (HQ-011 Dinh Tien Hoang and HQ-012 Ly Thai To) , the ship will have a pair of anti-submarine weapons, modern power systems with special new point improvement .
 
As revealed by Zelenodolsky, two ship anti-submarine Gepard 3.9 variants to the country will be full load displacement of 2,200 tons, an overall length of 102.4 m, a width of 14.4 m, height 7.25 m draft about 5.6 m, the maximum moving speed of about 29 knots/hour ; range of 4,000 nautical miles when traveling at a speed of 10 miles/hour ; ability to operate independently for 20 days continuously at sea and operated by a crew 84 sailors .
 
Missile corvettes Gepard 3.9 equipped with AK - 176M 76mm gunboat modern artillery system/anti missile defence system Palma, anti-submarine torpedoes, anti-ship missile Kh-35 Uran-E, mines and the modern electronic devices. In addition, the vessel is also integrated communication system outside and inside the cavity, as well as broadcasting system and observation system.

Vietnam Terima Dua Kapal Selam Rusia

Vietnam menerima dua kapal selam buatan Rusia. Menurut Perdana Menteri Nguyen Tan Dung mengatakan bahwa hal itu menandai perkembangan baru dari angkatan laut dan tentara 
Vietnam.

Dung membuat pernyataan itu pada upacara pengibaran bendera nasional untuk dua kapal selam kelas Kilo buatan Rusia yang diadakan di pelabuhan Cam Ranh Tengah.  Upacara menarik partisipasi berbagai pejabat senior Vietnam, Duta Besar Rusia untuk Vietnam serta perhatian dari masyarakat setempat, kata kantor berita yang dikelola negara VNA.


Perdana menteri secara langsung memberikan bendera nasional kepada dua kapten kapal selam HQ-182 Hanoi dan HQ-183 Kota Ho Chi Minh, dan mengatakan bahwa dalam waktu mendatang , empat kapal selam modern akan dimasukkan ke dalam jajaran angkatan laut Vietnam yaitu Hai Phong, Da Nang, Khanh Hoa, dan Ba Ria Vung Tau.


Kapal selam tersebut memiliki bobot lebih dari 3.000 ton, dan mampu beroperasi pada kedalaman maksimum 300 meter dan pada kecepatan 20 mil laut per jam dengan lebih dari 50 anggota awak. Mereka dilengkapi dengan enam tabung torpedo 533 mm, torpedo dan 3M-54 Klub peluncur rudal kapal selam anti-kapal di dalam kapal tersebut, menurut VNA.


Kapal selam tersebut dikirim ke Vietnam menyusul kontrak yang ditandatangani pada tahun 2009 selama kunjungan perdana menteri Vietnam ke Rusia untuk pembelian enam kapal selam diesel 636 kelas-Kilo.




Sumber : Baodatviet

Lanal Tarakan Naik Status Menjadi Lantamal

TARAKAN-(IDB) : Komandan Pangkalan Utama Angkatan Laut (Danlantamal) VII Manado, Laksma TNI Raja Morni Harahap menyampaikan, sesuai keputusan Panglima Komando Armada RI Kawasan Timur (Pangkoarmatim), Pangkalan TNI AL (Lanal) Tarakan akan ditingkatkan menjadi Lantamal. Untuk itu, komandan baru di Lanal Tarakan Letkol Laut (P) Aries Cahyono harus mempersiapkannya.


"Nanti akan ada pergesaran pasukan dan logistik yang cukup besar, disertai mempersiapkan perangkat-perangkat yang dibutuhkan semua untuk menjadi Lantamal,” kata Raja usai acara sertijab Danlanal Tarakan, Kamis (3/4).


Lulusan AAL tahun 1983 itu juga menyampaikan, setelah Lanal Tarakan menjadi Lantamal, kebutuhan personel bertambah tiga kali lipat dari sekarang.


“Personelnya termasuk harus ada satu batalyon mariner sebagai pelengkap dari pangkalan itu sendiri," kata Raja.


Danlanal Tarakan, Aries Cahyono siap menjalankan tugas barunya. Menurut dia,  perkembangan ekonomi di Tarakan yang pesat menjadi tantangan bagi TNI AL untuk senantiasa memberikan dukungan. Menciptakan keamanan khususnya di wilayah laut juga harus dilakukan. Penyelundupan barang dan maraknya aksi perampokan di wilayah pertambakan menjadi "PR" yang akan diatasi Aries.

"Patroli harus ditingkatkan untuk mengikis tahap demi tahap tindakan di laut. Kalau dulu ada patroli bersama akan diaktifkan dan ditingkatkan lagi. Kalau perlu operasinya dilakukan secara bersama-sama," ujar Aries




Sumber : JPNN