Pages

Jumat, Maret 21, 2014

KSAU Tinjau Kesiapan Skadron Pesawat Tempur F-16 Pekanbaru

PEKANBARU-(IDB) : Delapan unit pesawat tempur F-16 diharapkan sudah datang tahun ini di Indonesia sebelum Hari Ulang Tahun (HUT) Tentara Nasional Indonesia (TNI), 5 Oktober 2014. Kedatangan pesawat F-16 itu akan bertahap hingga selesai Rencana Strategis (Renstra) II pembangunan alat utama sistem persenjataan (Alutsista) menjadi satu skadron dengan 16 unit pesawat.

Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU), Marsekal TNI Ida Bagus Putu Dunia kepada Wartawan saat kunjungan kerjanya, di Lanud Roesmin Nurjadi, Pekanbaru, Rabu (19/3) lalu.

Dalam siaran pers Kepala Dinas Penerangan Angkatan Udara (Kadispenau), Marsekal Pertama TNI Hadi Tjahjanto, S.IP, mengatakan kunjungan KSAU tersebut untuk melihat kebijakan Markas Besar Angkatan Udara (Mabesau) bisa terealisasi sesuai dengan kebijakan tersebut, seperti pembangunan alutsista, perawatan alutsista apa sudah sesuai dengan direncanakan. Demikian juga fasilitas pembangunan Skadron sehingga perencanaan untuk menempatkan Skadron 16 di Pekanbaru sesuai dengan rencana.

Pada kesempatan itu, KSAU juga kembali menekankan tentang netralitas TNI AU dalam pelaksanaan pemilihan anggota legislatif maupun Pemilihan Presiden RI 2014. "Netralitas harus benar-benar dikawal oleh Lanud-Lanud agar pelaksanaannya dapat berjalan dengan baik,” kata KSAU mengingatkan.

KSAU juga mengingatkan pentingnya Keselamatan Terbang dan Kerja agar harus mencapai zero accident. Menurutnya, sebelum melaksanakan tugas harus selalu melakukan check and recheck kelaikan terbang.

KSAU juga meminta agar pengamanan aset yang sudah disertifikat dapat segera dimanfaatkan, baik dikerjasamakan maupun dikelola sendiri. Ia juga berharap agar aset yang masih dikuasai masyarakat dapat diselesaikan dengan baik melalui kerohiman maupun melalui jalur hukum. “Jangan membuat permasalahan baru,” tegas KSAU.



Sumber : Jurnas

Runway Diperbaiki, Pesawat Tempur Madiun Boyongan Ke Solo

MADIUN-(IDB)  : Sejumlah pesawat tempur milik TNI Angkatan Udara RI yang bermarkas di Bandara Iswahyudi, Madiun, untuk sementara waktu dipindahkan ke Bandara Adi Soemarmo, Solo. Pemindahan dilakukan lantaran runway Bandara Iswahyudi sedang diperbaiki, sehingga aktivitas penerbangan dihentikan.
 

Kolonel Pnb Agus Radar Sucahyo menjelaskan, pemindahan sejumlah pesawat milik TNI AU dari Bandara Iswahyudi Madiun ke Bandara Adi Soemarmo, Solo telah berlangsung sejak Senin lalu.
 

"Karena ada perbaikan runway di Iswahyudi Madiun, maka berdasarkan perintah dari pimpinan TNI AU, pesawat-pesawat itu dipindahkan ke Solo dan Medan. Pesawat itu akan bermarkas di Solo kemungkinan hingga 1,5 bulan ke depan, sembari menunggu proses perbaikan runway selesai," kata Agus di Bandara Adi Soemarmo Solo, Jumat, 21 Maret 2014.
Pesawat tempur yang dipindahkan ke Solo meliputi 6 unit pesawat T-50, 1 unit  pesawat  Hawk MK-53, dan 2 unit pesawat F-5. Sementara itu, pesawat tempur F-16 berada di Medan.


"Skuadron udara 14 dan skuadron udara 15 ada di sini (Solo). Yang ada di Medan adalah skuadron udara 3," kata Agus.
 

Meski dipindah ke Solo, latihan tempur pesawat itu tetap menggunakan medan udara yang ada di Madiun. Meski demikian, proses lepas landas dan pendaratan pesawat dilakukan di Solo.
"Kalau latihan tempur di Madiun, tetapi untuk take off dan landing dipindahkan ke Solo. Hanya itu saja yang membedakan," ujarnya.
 

Selama pemindahkan markas ke Solo, Agus menjamin tidak mengganggu jadwal penerbangan sipil. Sebab, latihan tempur yang dilakukan pesawat-pesawat itu disesuaikan dengan kondisi. "Ya, tidak mengganggu, karena mengambil celah waktu yang tidak digunakan untuk penerbangan sipil," ucap dia.




Sumber : Vivanews

Latihan Jungar Uji Protap PPRC TNI AD Di Grati Pasuruan

PASURUAN-(IDB) : Kepala Staf  Divif 2 Kostrad Brigadir Jenderal  TNI Tatang Sulaiman didampingi Marsekal Pertama Gutomo Danlanud Abd Shaleh, Danbrig Linud 18 Trisula, dan Kadisops ABD Shaleh menyaksikan kesiapan latiahan  penyegaran penerjunan Uji Protap Yonif Linud-502/18/2 Kostrad dalam rangka PPRC TNI tahun 2014. 

Sebanyak 72 prajurit Yonif Linud 502 langsung dipimpin oleh Danyonif L-502 Mayor Inf Riksani Gumai. Kegiatan Uji Protap Jungar ini rencananya akan dilaksanakan selama dua hari, mulai tanggal 19 Maret s.d. 20 Maret 2014 yang terbagi dalam 1 Soerty, bertempat di Bandara Abd Shaleh Malang, dan penerjunan berada di daerah latihan Grati Pasuruan. 

Latihan ini merupakan suatu kebutuhan yang mendasar bagi setiap prajurit lintas udara, agar kemampuan dan keterampilan yang dimilikinya selalu terpelihara dan bahkan dapat ditingkatkan sehingga memiliki prajurit yang profesional dan setiap saat siap digerakkan untuk menjaga keutuhan wilayah NKRI.




Sumber : TNI

Royal Thailand Air Force Force Kunjungi Lanud Adisutjipto

YOGYAKARTA-(IDB) : Komandan Pangkalan Udara Adisutjipto yang diwakili oleh Kepala Dinas Operasi Kolonel Pnb IGN. Wahyu Anggono  menerima kunjungan rombongan Delegasi dari Royal Thailand Air force, di ruang Rapat Komandan dalam acara Junior  Officer Exchange Visit.

Kunjungan Delegasi  Royal Thailand Air Force berjumlah 15 orang ini dipimpin oleh Group Capten Teerapun Bussei.


Kadisops Kolonel Pnb Wahyu Anggona didmpingi beberapa Pejabat Lanud Adisutjipto, dalam penerimaan mengungkapkan kebanggaannya, karena Pangkalan TNI AU Adisutjipto menjadi salah satu lokasi kunjungan para Perwira dari  Angkatan Udara Tahailand.


Melalui kunjungan ini Kadisops berharap, para Perwira dari Angkatan Udara Thailand  akan mendapat gambaran tentang pelaksanaan tugas dan peran Pangkalan Udara Adisutjipto Yogyakarta, sehingga ke depan dapat lebih mempererat jalinan hubungan kerjasama antara kedua Negara pada umumnya, dan kedua Angkatan Udara pada khususnya.


Usai diterima Kadisops rombongan tamu Thailand mengadakan kunjungan ke beberapa tempat, diantaranya Wing Pendidikan Terbang yaitu di Skadik 102. Rombongan juga mengunjungi AAU, Museum Pusat TNI Angkatan Udara Dirgantara Mandala, Kraton Yogyakarta, dan dilanjutkan ke Candi Borobudur pada esok harinya.




Sumber : TNI AU

"Usman-Harun" Muncul Di JIDD, Singapura Berang

JAKARTA-(IDB) : Kementerian Luar Negeri Singapura menyampaikan kekecewaan pada pemerintah Republik Indonesia. Kekecewaan mereka terkait adanya dua orang yang berpose sebagai Usman dan Harun di Forum Internasional Pertahanan di Jakarta.

Dikutip dari The Strait Times, Jumat (21/3/2014) penampakan Usman dan Harun itu terjadi pada Rabu (19/3) lalu.

Usman dan Harun, dua prajurit KKO (sekarang Marinir), pada 1968 dihukum mati Singapura atas pemboman di MacDonald House pada 1965. Pemboman itu menyebabkan 3 warga Singapura tewas dan melukai 33 yang lainnya.

"Kami prihatin dan kecewa atas insiden di pameran Jakarta International Defence Dialogue (JIDD) ," jelas juru bicara kementerian luar negeri Singapura.

"Atas kejadian itu, delegasi Singapura di JIDD mundur dari forum dan kembali ke Singapura," tambah Kemlu Singapura.

Singapura memang seperti kebakaran jenggot dengan Usman Harun. Sebelumnya pemerintah RI memberi nama sebuah kapal perang dengan nama Usman Harun. Penamaan ini berbuah protes Singapura. Namun Indonesia maju terus, penamaan kapal adalah hak RI.

Singapura Menarik Delegasi Mereka Dari JIDD Di Jakarta.

Ketegangan antara Indonesia dan Singapura kembali mencuat paska penamaan Kapal Perang RI Usman-Harun. Singapura mengaku kecewa setelah dua prajurit memakai baju marinis dengan badge 'Usman' dan 'Harun' di acara Jakarta International Defence Dialogue, Rabu 19 Maret 2014.

Dalam sebuah pernyataan, Kementerian Luar Negeri Singapura mengaku kecewa dengan 'insiden' itu dan menarik delegasi militer mereka dari acara tersebut, seperti dikutip dari laman Todayonline edisi Jumat 21 Maret 2014. Diberitakan sebelumnya, Singapura menganggap Sersan Dua Usman dan Kopral Harun Said tak lebih dari teroris yang membom negaranya tahun 1965.

"Pejabat kami di Kedutaan Jakarta sudah berbicara dengan perwakilan Kementerian Luar Negeri RI dan TNI mengenai kekecewaan kami mengenai insiden di sebuah acara internasional itu, di mana Singapura diundang sebagai tamu," kata Kemlu Singapura.

Singapura juga mengaku bingung dengan komentar Menteri Pertahanan RI Purnomo Yusgiantoro yang--menurut media di Indonesia--mengatakan, "tak masalah' dengan keberadaan dua marinir bernama 'Usman' dan 'Harun' dalam acara itu.

Laman Todayonline juga mengutip pemberitaan Tempo yang menyebutkan, kedua marinir yang mirip Usman-Harun itu adalah Sersan Hari dan Sersan Ahmad. Namun, tak jelas betul dari kesatuan mana mereka berasal.

Jakarta International Defence Dialogue ( JIDD ) 2014 adalah forum yang bertujuan untuk meningkatkan kerjasama antara negara-negara di wilayah Indo - Pasifik. Forum itu diperkirakan dihadiri sekitar 500 delegasi, termasuk pejabat militer dan pejabat pemerintahan dari 46 negara. Acara ini diadakan sebagai bagian dari ulang tahun Universitas Pertahanan Indonesia.

Diberitakan sebelumnya, Usman dan Harun adalah pahlawan bagi Indonesia, namun tidak bagi Singapura.

KRI Usman-Harun


Diberitakan sebelumnya, awal Februari lalu, Singapura sempat keberatan dengan niat Indonesia menamai kapal yang baru dibeli dari Inggris: KRI Usman-Harun. Singapura menilai, Indonesia tidak sensitif.

Usman dan Harun adalah marinir yang diperintah untuk menyusup ke Singapura tahun 1965. Kala itu, Singapura merupakan bagian dari Malaysia. Dan, Indonesia tengah berkonfrontasi dengan Malaysia.

Tugas Usman, Harun, dan seorang lainnya bernama Gani sangat rahasia, yaitu membom pusat Singapura. Pada tanggal 10 Maret 1965, mereka berhasil melaksanakan tugas, yakni membom MacDonald House, gedung berlantai 10 di Orchard Road yang menjadi kantor Hongkong and Shanghai Banking Corporation (HSBC). Gedung itu berada di pusat keramaian Singapura.

Reruntuhan tembok menimpa 150 karyawan bank, yang sedang merapikan pekerjaan mereka. Meja, kursi, dan mesin ketik terpental hingga ke jalan. Tiga orang tewas, dan 33 lainnya terluka. Puluhan mobil rusak berat. Kaca-kaca jendela gedung sepanjang Orchard Road hancur dalam radius 100 meter dari MacDonald House.

Sial bagi Usman dan Harun yang kemudian tertangkap otoritas Singapura. Mereka kemudian divonis mati. Keduanya digantung pada 17 Oktober 1968.

Atas jasa mereka selama konfrontasi dengan Malaysia itu, TNI AL mengabadikan nama keduanya di kapal perang yang baru dipesan dari Inggris.

Menhan Tugasi TNI AL Cari "Usman-Harun" Yang Muncul Di JIDD

Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengaku tidak tahu soal 'insiden' dua marinir yang mengenakan  seragam khas Korps Komando Angkatan Laut (KKO AL) dengan nama "Usman" dan "Harun" di sebuah stan pada acara Jakarta International Defence Dialogue (JIDD) di Jakarta. Kemunculan "Usman" dan "Harun" itu membuat Singapura kembali berang.

Purnomo mengaku sudah memerintahkan TNI AL untuk menyelidiki siapa prajurit yang menyaru jadi "Usman-Harun" itu. "Kami akui itu memang tidak appropriate (pantas) dan kami sedang cek siapa itu. Yang jelas, bukan dari kami," kata Purnomo di Istana Negara, Jakarta, Jumat 21 Maret 2014.

Purnomo yakin, kemunculan "Usman-Harun"  bukan atas perintah Kepala Staf Angkatan Laut. KSAL, kata dia, sudah berkomunikasi dengan Singapura.

Di hari pertama pagelaran JIDD, Purnomo mengaku berkeliling melihat pameran senjata milik TNI bersama Wakil Presiden Boediono dan Perdana Menteri Timur Leste Xanana Gusmao. Saat itu, Purnomo mengaku tak melihat ada dua orang yang mengenakan seragam Usman-Harun. "Siapa itu kita pun nggak ngerti. Saya dapat laporan, kami mau lihat dulu laporannya," kata dia.


Purnomo juga membantah bahwa delegasi Singapura menarik perwakilannya dari acara JIDD. "Saya dapat laporan masih ada delegasi Singapura dari Aspam mereka kalau ngak salah," kata dia.

Sampai saat ini, Purnomo mengaku tidak ada gangguan hubungan antara Indonesia dan Singapura atas kemunculan "Usman-Harun" di acara dialog pertahanan maritim secara multilateral itu. "Itu di luar konteks JIDD. JIDD kan memberi kontribusi soal maritime security, promosikan industri pertahanan Indonesia. Orang itu ada kita dapat laporan itu. Semua orang kan bisa masuk kalau ke pameran gitu," kata dia.

Diberitakan sebelumnya, Usman dan Harun merupakan prajurit KKO AL (kini marinir) yang menjadi pahlawan bagi Indonesia. Namun, tidak bagi Singapura.

Atas perintah TNI tahun 1965. keduanya meledakkan bom di salah satu sudut Singapura pada 10 Maret 1965. Tiga orang tewas dan 33 lainnya luka-luka. 
Kala itu, Indonesia sedang berkonfrontasi dengan Malaysia. Dan, Singapura merupakan bagian dari Malaysia.




Sumber : Vivanews

Menhan : Tanpa Keamanan Maritim Pembangunan Ekonomi Terganggu

JAKARTA-(IDB) : Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro mengatakan bahwa tanpa adanya keamanan maritim dan stabilitas di wilayah laut maka proses pembangunan ekonomi untuk jangka panjang tidak akan dapat dilanjutkan.

Oleh karena itu saatnya sekarang diantara negara-negara untuk memperpanjang kerjasama maritim dan menjadi pendekatan yang lebih komprehensif di luar aspek ekonomi termasuk kerja sama keamanan.


Demikian di katakan Menteri Pertahanan RI, Purnomo Yusgiantoro pada pidato penutupan kegiatan tahunan The Jakarta International Defence Dialogue (JIDD) yang ke-4, Kamis (20/3) di di Jakarta Convention Centre (JCC), Senayan, Jakarta.


Lebih lanjut dijelaskan bahwa di wilayah maritim juga memiliki banyak hal yang harus diwaspadai dari meningkatnya ancaman keamanan non-tradisional. Adanya kejahatan transnasional terorganisir melakukan tindakan kejahatan seperti perompakan, penyelundupan obat-obatan, perdagangan manusia, dan illegal fishing.


Belum lagi adanya dari sengketa dan potensi konflik di laut, baik itu sengketa teritorial, strategis kepentingan pribadi ataupun persaingan untuk menguasai sumber daya. Kesemuanya itu menjalankan resiko yang sangat nyata bagi perdamaian dan stabilitas di wilayah regional dan internasional.


Semua ancaman dan potensi tradisional maupun non-tradisional merupakan tantangan umum yang harus ditujukan secara kolektif kepada negara-negara di kawasan. Dengan melalui transparansi dan komunikasi terbuka sangat penting untuk membangun kepercayaan dan menghindari salah perhitungan yang berbahaya. Selain itu kerangka hukum yang tepat juga dipertimbangkan untuk menghindari ekses pembangunan militer dan dapat memastikan pengelolaan damai konflik maritim.


Ajang dialog informal internasional tahunan JIDD 2014 dengan tema ”Building Maritime Collaboration for Security and Stability” (Membangun Kolaborasi Maritim untuk Stabilitas dan Keamanan) telah berlangsung pada 19 dan 20 Maret 2014.


Delegasi dari 46 negara-negara anggota ASEAN, China, India, Australia, Amerika Serikat, dan negara-negara lain dari Eropa dan Afrika ikut berpartisipasi aktif dalam forum dialog tersebut. Para peserta turut menyampaikan kontribusi berupa pemikiran, visi serta pengalamannya selama kegiatan JIDD berlangsung yang diselenggarakan oleh Universitas Pertahanan Indonesia yang didukung penuh oleh Kementerian Pertahanan RI.




Sumber : DMC

TNI Angkatan Udara Ikuti Apsdex 2014

JAKARTA-(IDB) : TNI Angkatan Udara mengikuti kegiatan Pameran Asia Pacifik Security and Defence Expo (APSDEX) yaitu pameran industri pertahanan dan keamanan dengan tema, "Driving Indonesian Industries and Parnerships In Support Of Regional Maritim Collaborations." APSDEX dilaksanakan selama hari dari tanggal 19 s.d. 20 dan resmi dibuka oleh Wakil Presiden Republik Indonesia  Bapak Budiono, s.d. di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Rabu (19/3).

APSDEX 2014 menampilkan produk terbaru dan inovasi teknologi pertahanan dan keamanan yang diikuti oleh Kementerian Pertahanan RI, Basarnas, Bakorkamla, BNPB, TNI, Polri, LIPI, IKAHAN, PT. Pindad, PT. PAL, PT. Dirgantara Indonesia, Datacomm, CMI, Palindo, Garda Pertsada, Sabda Wijaya, serta Industri Pertahanan Swasta Nasional Indonesia.


Penyelenggaraan APSDEX dibarengi dengan pelaksanaan Jakarta International Defence Dialogue (JIDD) ke-4 tahun 2014 yang diikuti oleh 46 Delegasi dari negara-negara anggota ASEAN, China, India, Australia, Amerika Serikat, serta dari negara lain yaitu: Eropa dan Afrika. Tujuan utama penyelenggaraan JIDD adalah untuk meningkatkan kerjasama antar Negara dalam mengatasi ancaman dan tantangan di bidang pertahanan dan keamanan.




Sumber : TNI AU

Panglima TNI Bilateral Talk Dengan Pejabat Negara Sahabat

JAKARTA-(IDB) : Panglima TNI Jenderal TNI Dr. Moeldoko melaksanakan Bilateral Talk dengan Panglima Armada Pasifik, Admiral Harry B. Harris dilanjutkan dengan sesi dialog yang mengangkat tema Coping with Non-Traditional Security Threats bersama Mr. Baek Seung Joo, Vice Minister of National Defence, Republic of Korea; Lt. Gen. Mark O. Schissler, Deputy Chairman, North Atlantic Treaty Organization (NATO) Military Committee Belgium; Jens Vestergaard Madsen, Associate Director, Oceans Beyond Piracy, USA;  Dr. May-Britt U. Stumbaum, Head of the NFG Research Group, Free University of Berlin, Germany. pada Forum the 4th Annual Jakarta International Defence Dialogue (JIDD) di Jakarta Convention Center Jakarta, Kamis (20/3/2014).   

Pada kesempatan yang sama, secara berturut-turut Panglima TNI juga  menerima Bilateral Talk dengan Wakil Panglima Angkatan Bersenjata (Pangab) Jepang Letjen Goro Matsumura, Sekjen Kementerian Pertahanan Finlandia Letjen Arto Raty, Komandan Maritim Zona Pasifik Laksda Anne Cullere,  Perwira Tinggi Angkatan Laut India Laksdya RK Pattanaik dan Wakil Pangab Brunei Darussalam Brigjen Dato Seri Pahlawan H. Yussof.




Sumber : TNI 

Arah Kebijakan NKRI

JKGR-(IDB) : Saya tetap melihat tidak ada sesuatu yang benar-benar luar biasa dalam pengembangan alutsista TNI saat ini, dibandingkan dengan potensi ancaman dan segala dinamikanya ke depan. Karena penguatan kekuatan pertahanan NKRI tidak dimulai dari pangkal persoalannya, tetapi dengan cara potong Kompas, pasca lepasnya Sipadan-Ligitan & kasus Ambalat, yang berakibat dengan kurang jelasnya arah dari pengembangan pertahanan NKRI, terutama untuk jangka panjang.


Lalu apa yang menjadi pokok permasalahan dari arah kebijakan NKRI saat ini dan ke depan? Sudah banyak lembaga think tank dan maupun hasil kajian studi dari pemerhati pertahanan di negeri ini yg menghasilkan rekomendasi sebagai berikut:

  • Membuat ambang batas terendah, medium & maksimum terhadap anggaran pertahanan nasional. Saat ini untuk tahun 2014 menganggarkan Rp 86,376 triliun, atau 0,8 persen dari persentase ideal GDP. Padahal sudah banyak studi pertahanan yang menjelaskan, Indonesia minimal harus menganggarkan 2% dari GDP, 5% dari GDP untuk kondisi ideal & 10% dari GDP untuk kondisi maksimum. Tetapi hingga kini untuk peningkatan 1% dari GDP untuk anggaran pertahanan pun Indonesia belum bisa menyisihkannya. Argumen klasik selalu menjadi alasan, pemerataan, pendidikan, dll. Padahal kalau RI punya platform pertahanan jangka panjang, itu semua bisa diatasi. Kita bisa belajar dari China, setelah 35 tahun secara konsisten terus meningkatkan anggaran militer mereka perlahan2, baru pada tahun 2010 lah dunia mulai memperhatikan militer mereka, padahal kondisi ekonomi mereka pada dekade 80 hingga 90 an tidak lebih baik dari negara kita, dan sekarang hasil dari kerja keras mereka berhasil, bukan hanya bisa menjadi salah satu yg terkuat secara militer, tetapi juga bisa menghasilkan uang dari hasil kerja keras tsb, atau kalau perbandingannya terlalu tinggi, kita bisa contoh India, berapa persen rakyat mereka yg miskin dan lebih miskin dari kita, tetapi negara mereka tetap konsisten untuk memperkuat negara mereka.

  • Meninjau ulang dan memperbaikinya buku putih pertahanan NKRI. Buku putih pertahanan NKRIyang pasca orde lama hingga kini lebih menekankan kepada sistem bertahan, yang oleh petinggi TNI dianggap hanya membatasi ruang gerak dan mengebiri potensi maupun kemampuan TNI dalam mempertahankan NKRI. Sudah saatnya Indonesia kembali mengembangkan jangkauan pertahanan TNI kita, tidak ada salahnya TNI memukul terlebih dahulu, daripada Harus terpukul duluan. Pada zaman Orde lama, NKRI bisa membuat sebuah hegemoni dan Geopolitik, dan mampu mempengaruhi negara2 dunia, tetapi sekarang tidak, apa yg terjadi??

  • Penguatan kembali sistem pertahanan semesta. Pembentukan Kogabwilhan sebenarnya adalah buah dari rencana pemekaran Komanda Armada, yang saat ini dari 2 komando Armada, yakni komando Armada timur (Koarmatim) dan komando Armada barat (Koarmabar), dengan penambahan komando Armada utara (Koarmata) dan komando Armada selatan (koarmala). Tetapi ini tidak juga terbentuk, dengan alasan anggaran, kemudian diputuskan dibentuk 3 komando Armada, yakni penambahan komando Armada tengah, tetapi tidak juga terbentuk dengan alasan lagi2 masalah anggaran pertahanan. TNI & kemenhan sudah menjelaskan, & jauh-jauh dekade mengatakan, pembentukan 4 komando Armada adalah wajib hukumnya untuk meng-cover seluruh NKRI dalam kondisi darurat perang. Tetapi hingga kini belum juga terbentuk. Pembentukan Kogabwilhan diharapkan bisa menjadi embrio dari pembentukan 4 komando Armada tersebut. Tapi Ini pun masih ada berdebatan tentang struktur dan lain sebagainya.Sekadar informasi, sebentar lagi pasukan komando Cadangan (PasKomcad), akan segera terbentuk, rencananya akan sedikit dipercepat, karena paskomcad diperuntukkan juga untuk Kogabwilhan. Saat ini Pemerintah untuk gelombang pertama menargetkan 2 juta pasukan paramiliter Paskomcad, yang akan diambil dari kalangan PNS, swasta, dll, dari usia 18 tahun hingga 45 tahun. Paskomcad adalah sistem pertahanan yang bersifat sel-sel, dari tingkat RT, RW, Kelurahan Kabupaten, kota, provinsi dan negara. Dengan sistem pergerakan/mobilisasi 3 jam, 6 jam, 12 jam, 1 x 24 jam, 3 hari dan 1 minggu, sesuai kondisi darurat perang yang terjadi.Kalangan pemerhati pertahanan & studi, meyakini kalau sistem pertahanan semesta bisa kembali diperbaiki, akan mampu membuat Indonesia menjadi negara terkuat sistem pertahanannya. Tapi apakah ini semua berjalan mulus?? Kita akan perhatikan.

  • 4. Meningkatkan riset teknologi tingkat tinggi terutama untuk alutsista. Indonesia, India, China, Korea, pada tahun 60-an memulai Start yang sama dalam pengembangan riset pertahanan, tetapi kenapa hingga kini Indonesia masih jauh tertinggal dari negara2 tersebut? Saat ini, Walaupun terlambat, daripada tidak sama sekali, mulai sadarnya negara kita untuk kembali memperkuat riset pertahanan patut kita hargai, sekarang yang tinggal dipertahankan tingkat konsistensinya, apakah hanya bersifat proyek rezim, seperti selama ini sudah terjadi, atau benar2 lahir dari kesadaran Indonesia untuk membangun sistem pertahanan dari akarnya?? Dan masih ada beberapa rekomendasi hasil kajian studi lainnya terhadap sistem pertahanan negara kita. Jadi tidak ada yang perlu dieuforia-kan terhadap perkembangan TNI saat ini, selama struktur pertahanan tersebut belum menyentuh pangkal persoalannya, yakni, anggaran, riset, dll. Saat ini moncong senjata mulai mengarah ke Asia Pasifik, pastinya kita tidak mengharapkan Indonesia menjadi pecundang di kawasan sendiri. Ada yang perlu dipahami juga bahwa inspirasi pembentukan MEF adalah bertujuan mengembalikan kekuatan tempur TNI seperti pada zaman Trikora & Dwikora, dan hal ini sudah sering kali disampaikan oleh MenHan maupun TNI, bahkan Kapuspen TNI, pak Iskandar Sitompul dalam sebuah wawancara Televisi juga sudah menjelaskan hal tersebut.


Kekuatan Tempur TNI pada era tahun 60 an, adalah kekuatan ideal TNI, dan bukanlah kekuatan maksimumnya. Karena dengan kekuatan tersebut mampu meng-cover wilayah NKRI secara baik, dengan adanya kapal penjelajah, kapal destroyer, kapal pemburu, dan kapal selam terbaik di eranya pada Matra laut, dan pesawat pemburu maupun bomber pada matra udara. Kekuatan TNI pada masa itu adalah “maksimum defensif”, belumlah lagi maksimum ofensif, oleh karena itulah dianggap sebagai kekuatan ideal TNI, sehingga mampu membuat sekutu & Belanda mundur teratur.


Pembentukan MEF bertujuan untuk mengembalikan kekuatan TNI pada taraf maksimum defensif, seperti pada era 60 an, karena ini sesuai dengan doktrin politik maupun doktrin pertahanan NKRI. Terkait kekuatan TNI, Kan banyak selorohan dari beberapa perwira TNI kita, “kalau belum bisa seperti jamannya pak Karno, gak usah sok kuat deh”. Jadi ini bukanlah proyek mercusuar.


Saya juga ingin mengoreksi, diatas saya tidak pernah sekalipun mengatakan bahwa hasil yg telah dilakukan oleh Pemerintah selama ini untuk memperkuat pertahanan NKRI sebagai omong kosong. Tapi saya hanya mengatakan kita harus realistis. Misalkan, anggaran pertahanan untuk 2014 ini, secara angka memang terlihat besar, tetapi ketika dialokasikan baru diketahui bahwa sebagian besar habis hanya untuk dana peningkatan kesejahteraan prajurit TNI, yg memang jauh dari kata sejahtera. Lalu berapa porsinya untuk pembelian alutsista? Berapa porsinya untuk pengembangan riset? Apa yg sudah kita miliki saat ini? Seberapa besar kekurangan/gapnya? Dll. Kalau ini semua dibuka & ditelaah, akan terlihat tidak ada yang terlalu istimewa disini. Padahal ancaman terhadap keutuhan NKRI kedepannya “semakin istimewa”


Saya akan merasa lebih jumawa kalau Pemerintah kita berani meningkatkan anggaran pertahanan hingga 2% saja dari ideal GDP, karena dari situlah bisa menilai tingkat keseriusan Pemerintah untuk memperkuat otot-otot pertahanan NKRI. Kalau alasannya pendidikan, kita bisa meniru China & Korea yg mengintegrasikan Riset dengan pendidikan bangsa mereka. Pendidikan naik, keberhasilan riset juga naik, begitu juga sebaliknya. Itulah makanya saya katakan, langkah2 yg dilakukan Pemerintah kita untuk memperkuat TNI selama ini masih sebatas “menebus dosa”. Umpama seorang anak yg sudah lama tidak pernah dipakaikan baju, sering masuk angin & sakit2an, sekarang mulai dipakaikan baju beberapa stel, yang mungkin hanya cukup untuk 2 atau 3 hari saja, habis itu telanjang lagi… Ehhhmm…..


Skandal Ambalat telah membukakan mata Pemerintah & petinggi negara ini, bahwa betapa lemahnya sistem pertahanan Indonesia. Bahkan baru pada era itulah Mahatir Muhammad & Badawi, berani berbicara kata “perang”, kata yg sebelumnya begitu mereka hindari. Kita patut berterima kasih kepada para prajurit TNI kita pada saat konflik Ambalat terjadi, karena TNI dengan kapal perang yg sudah berkarat disana sini, berhasil mengusir Armada laut malaysia dengan teknologi terbaru mereka. keberhasilan tersebut terjadi karena “nyali & aksi nekat” prajurit kita, sehingga bangsa kita tidak sampai dipermalukan dalam kasus tersebut dimata internasional. Tapi, realistis saja, dalam perang modern, sampai kapan nyali yg selalu menjadi tumpuan??


Satu hal lagi yang juga perlu dipahami adalah, awal terbentuknya Indonesia, negara ini langsung bisa memiliki hegemoni & geopolitik yg kuat. Bagaimana mungkin Indonesia, yg masih seumur jagung mampu mempecundangi Jagoan2 perang dunia ke II, seperti Jepang & gerombolan Sekutu?? Mengusir mereka semua dari benua nusantara dengan kepala tertunduk. 

Berapa banyak negara-negara di dunia saat itu yang mencapai kemerdekaannya karena terinspirasi & terbantukan oleh Indonesia. KAA, GNB, dll. Hanya Indonesia satu2nya negara yang pernah keluar dari PBB, hanya Indonesia satu2nya negara yg pernah menantang PBB dengan membentuk lembaga tandingan (The New Emerging Forces). Kekuatan hegemoni Indonesia ketika itu mampu membuat negara2 jajahan di seluruh dunia berani mengangkat kepala mereka untuk menantang tuan-tuan penjajah mereka sebelumnya.


Oleh karena itu, mau kita berteriak2 dengan slogan “million friends, Zero enemy” sekalipun, negara2 kuat seperti US, Sekutu/NATO, dll, hanya menganggapnya sebagai lelucon. Karena mereka tahu apa yang bisa diperbuat oleh Indonesia dulu & di masa depan. Itulah makanya negara kita disebut “Raksasa tidur”. Ada beberapa kajian studi Pentagon tentang hal ini, saya harap suatu saat nanti saya bisa mengangkatnya di blog ini.


Soekarno adalah seorang Visioner & bukan seorang megalomaniak. Apa yg dianggap proyek mercusuar pada masa itu, baru bisa dinikmati & dirasakan kebanggaannya pada saat ini. Sulit kita menemukan pemimpin yang memiliki visi begitu jauh ke depan, di saat bangsanya sendiri masih meng-olok olok nya.


Bicara kondisi ekonomi pada masa orde lama juga harus membuka diskusi yg lebih luas. Harus dibuka juga dengan gamblang bagaimana kondisi ekonomi dunia ketika itu? Bagaimana kondisi geopolitik ketika itu? Salah satu senjata orde baru untuk menghantam Soekarno adalah dengan isu ekonomi, dengan janji2 kemakmuran dan kesejahteraan. Padahal itu semua tidak lebih dari hasil penjualan sumber daya alam dengan harga “Obral”, pinjaman-pinjaman internasional yang selalu membengkak setiap dekadenya, yang bahkan “dosanya” masih bisa kita rasakan hingga era reformasi saat ini.


Berpikirlah realistis, di masa depan musuh potensial kita bukan Malaysia, Singapura atau Australia, terlalu kecil mereka bagi kita, tetapi musuh potensial negara kita adalah negara-negara yang memiliki hegemoni & geopolitik yg kuat seperti US, NATO, China & persemakmuran Rusia/Ex Eropa timur. Jadi ayo lah berpikir ke depan.




Sumber : JKGR