Pages

Senin, Maret 10, 2014

Presiden Kembali Akan Berkunjung Ke Jawa Timur

SURABAYA-(IDB) : Presiden Susilo Bambang Yudhoyono didampingi Ibu Negara Ani Yudhoyono akan kembali melakukan kunjungan kerja ke Provinsi Jawa Timur mulai Selasa, 11 Maret 2014, hingga Kamis, 13 Maret 2014.

"Benar, Presiden akan melakukan kunjungan kerja di Jawa Timur," kata Kepala Bagian Hubungan Masyarakat, Media, dan Dokumentasi Pemerintah Provinsi Jawa Timur Anom Surahno, Senin, 10 Maret 2014.

 

Dalam kunjungannya kali ini, SBY akan menyaksikan alat utama sistem persenjataan (alutsista) baru. Hal ini sesuai dengan amanat SBY dalam acara Hari Ulang Tahun TNI ke-68 pada 5 Oktober 2013. Saat itu, SBY mengatakan pemerintah pusat akan mengganti dan menambah alutsista di semua matra dan lini. Hal ini untuk mencapai tahapan kekuatan esensial minimum.
 

SBY dijadwalkan berangkat dari Pangkalan TNI Angkatan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta, menuju Surabaya, Selasa siang. Tiba di Surabaya, SBY didampingi Gubernur Jawa Timur Soekarwo dan rombongan menuju Markas Komando Armada Kawasan Timur TNI AL. Mereka akan menyaksikan penyerahan secara simbolis miniatur pesawat CN 235-220 N-61 MPA oleh Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia Budi Santoso kepada Kepala Badan Sarana Pertahanan Kementerian Pertahanan Laksamana Muda TNI Rachmad Lubis.
 

Penyerahan miniatur diikuti dengan penandatanganan naskah serah-terima pesawat CN 235-220 N-61 MPA. Pesawat terbaru TNI AL ini sanggup melihat sasaran jarak jauh. Kekuatan pandangan jauh tersebut terletak pada forward looking infra red (FLIR) dan search radar yang diletakkan di bawah badan pesawat. 
 

Adanya search radar dan FLIR dengan teknologi maju ini membantu TNI AL mendeteksi kapal nelayan dari ketinggian 13.000 kaki, sehingga dapat menindak aktivitas pencurian ikan oleh kapal asing. Pesawat ini juga dapat melakukan pemantauan terhadap kapal imigran gelap yang banyak memasuki area pantai selatan Pulau Jawa.
 

Selanjutnya, bersama dengan Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, Panglima TNI Jenderal Moeldoko, KSAL Laksamana TNI Marsetyo, dan Panglima Komando Armatim Laksamana Muda TNI Agung Pramono, Presiden SBY akan meninjau Dermaga Madura. Di sana akan digelar alutsista TNI AL.

Dalam acara ini akan diadakan demo berupa penyebaran ranjau dari pesawat udara, penembakan RBO dari kapal, demo pembebasan sandera dengan menggunakan sea rider, dan peperangan kapal selam dengan helikopter. Hal ini dilanjutkan dengan aksi sepuluh penerjun yang  mendarat di geladak kapal. Rangkaian demo ini akan diakhiri dengan sailing pass kapal TNI AL dan flying pass helikopter Angkatan Laut.

Setelah menyaksikan demo alutsista, SBY selaku Ketua Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) akan membuka rapat KKIP di Gedung Candrasa, Surabaya. Rapat itu akan dihadiri sekitar 80 orang anggota KKIP dan pejabat terkait, termasuk Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro.

SBY juga diagendakan mengunjungi Wisata Bahari Lamongan, Kabupaten Lamongan, dan Kelola Mina Laut di Kabupaten Gresik. Rangkaian kunjungan kerja akan diakhiri dengan kunjungan ke pelabuhan pendaratan ikan Kecamatan Bulu, Kabupaten Tuban, Provinsi Jawa Timur. Di sini, SBY beserta rombongan akan melakukan peninjauan. Setelah meninjau pelabuhan pendaratan ikan, SBY akan bertolak menuju Kabupaten Kudus, Provinsi Jawa Tengah.


Berikut foto-foto persiapannya :




Sumber : Tempo

TNI AD Jaga Objek Vital Nasional

BANDUNG-(IDB) : Pengamanan obyek vital nasional di daerah merupakan salah satu prioritas pengamanan TNI, kata Komandan Korem 063/Sunan Gunung Jati Kolonel Arm Benny Effendi, Senin.

"Pengamanan obyek vital nasional ini sangat penting untuk dilakukan guna menjaga kelangsungan stabilitas negara, mendukung pertumbuhan ekonomi demi kelangsungan pembangunan nasional," kata Benny Effendi.

Ia menyebutkan gangguan keamanan di salah satu lokasi objek vital akan berdampak signifikan terhadap proses pembangunan yang sedang dilaksanakan.

Lebih lanjut Danrem mengajak kepada semua berbagai pemangku kepentingan baik unsur TNI, Polri dan pengelola Objek Vital Nasional (Obvitnas) untuk berkontribusi, berperan serta dan bersinergi dalam rangka cegah tangkal dan antisipasi terhadap gangguan keamanan objek vita nasional itu.

"Salah satunya kawasan PT Pertamina EP Asset 3 Jatibarang di wilayah Pantura," katanya.
Guna mencegah timbulnya bentuk ancaman dan gangguan keamanan terhadap Obyek vital nasional (Obvitnas) yang berada di wilayah hukumnya, Korem 063/Sunan Gunung Jati bersama PT Pertamina EP Asset 3 Jati Barang menggelar workshop pengamanan objek vital nasional.

Kegiatan itu diikuti oleh para Dandim Wilayah III Jajaran Korem 063/SGJ, Danyon Arhanudse-14 Cirebon, Para Danramil Wilayah III Jajaran Korem 063/SGJ, Danlanal Cirebon, Kapolres Indramayu, Kapolres Majalengka, Kapolres Kota dan Kabupaten Cirebon.




Sumber : Republika

TNI AU Dan TNI AL Kirim Pesawat Bantu Pencarian MH-370 Malaysia

TNI AL

MEDAN-(IDB) : Pihak TNI membantu mencari pesawat Malaysia Airlines (MAS) MH370 yang hilang kontak dalam penerbangan Kuala Lumpur - Beijing. Salah satu pesawat pencari berangkat dari Pangkalan TNI Angkatan Udara (Lanud) Soewondo di Medan, Sumatera Utara (Sumut).

Pesawat pencari itu yang dikerahkan dari Medan itu yakni pesawat nomor U-621 milik TNI Angkatan Laut. Pesawat jenis Casa C-212 itu sudah beberapa kali terbang pada Senin (10/3/2014). Penerbangan pertama pada Senin pagi, sementara penerbangan kedua berlangsung siang hari.

Pencarian itu dilakukan di sekitar perairan Selat Malaka. Pesawat yang diterbangkan Mayor (P) Bambang Edi Saputro ini terbang sekitar 100 menit di ketinggian 1.000 hingga 1.500 kaki, dan melakukan pencarian dengan bantuan radar dan foto ini yang ada di bagian depan pesawat.

"Kita melakukan pencarian hingga radius seratus dua puluh lima mil laut dari Medan, hingga ke wilayah perbatasan laut Thailand, Malaysia dan Indonesia," kata Bambang Bambang kepada wartawan di Lanud Soewondo seusai penerbangan.

Pesawat Casa C-212 yang melakukan pencarian ini merupakan bagian dari pesawat Wing Udara 2 TNI Angkatan laut yang berpangkalan di Lanudal Tanjung Pinang, Kepulauan Riau. Pesawat ini mulai melakukan pencarian sejak Minggu (9/3) berangkat dari Tanjung Pinang dan turun di Medan. Hari ini terbang dari Lanud Soewondo, Medan.

Sejauh ini pesawat tersebut belum menemukan tanda-tanda pesawat yang hilang kontak tersebut, dan masih akan terus melakukan pencarian. Masih belum pasti sampai kapan pencarian itu dilakukan, bergantung arahan dari Markas Besar TNI.

TNI AU

Pesawat Malaysia Airlines (MAS) dengan nomor penerbangan MH-370 dengan tujuan Beijing, China yang berangkat dari Kuala Lumpur, Malaysia mengalami hilang kontak pada hari Sabtu 8 Maret 2014. Pesawat yang berpenumpang 227 orang itu 7 diantaranya adalah Warga Negara Indonesia (WNI).


Pihak TNI AU, mengerahkan satu pesawat Boeing 737-200 AI-7303 yang berhome base di Skadron Udara 5 Lanud Sultan Hasanuddin Makassar untuk membantu pencarian Pesawat Malaysia Airlines yang hilang pada saat penerbangan menuju Beijing China dan sampai saat berita ini di turunkan belum di ketahui keberadaannya. 

Dengan dipiloti oleh Letkol Pnb Bambang Sudewo dan Co Pilot Lettu Pnb Reza Alkautsar pesawat Boeing 737-200 AI-7303 melaksanakan route penerbangan dari Lanud Sultan Hasanuddin menuju area yang di duga lokasi hilangnya pesawat naas tersebut untuk melaksanakan misi pencarian.




Sumber : Detik

Personel POLRI Akan Ditambah 50 Ribu Anggota

JAKARTA-(IDB) : Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengungkapkan kedepan akan ada penambahan jumlah personel Kepolisian sebanyak 50 ribu.

Dengan penambahan personel secara signifikan tersebut, maka, pesan SBY, rasio antara satu personel Bhayangkara terhadap jumlah masyarakat yang harus dilindungi dan diayomi menjadi lebih proporsional.

"Kalau tidak seimbang, terlalu sedikit jumlah personel Polri sementara jumlah masyarakat yang harus dilindungi dan ayomi dan dilayani sangat besar, tugas itu tentu tidak bisa dilaksanakan secara efektif," ungkap Presiden SBY dalam pengantar Rapat Terbatas mengenai "Modernisasi pembangunan Kekuatan dan Peningkatan Kemampuan Jajaran Polri", di Kantor Presiden, Jakarta, Senin (10/3/2014).

Selain itu, lebih lanjut SBY katakan, penambahan personel Polri ini ditujukan agar Polri bisa dikerahkan dengan cepat dengan personel memadai menangani gangguan Kantibmas seperti tindakan anarkis, kekerasan komunal dan konflik horizontal. Karena pengalaman selama ini, sambung SBY, ternyata ada keterbatasan jumlah personel Polri untuk dikerahkan dengan cepat dan melakukan penindakan dengan tepat.

"Oleh karena itu sering kita dengar dikatakan Polri melakukan pembiaran. Bahkan negara juga sering dituduh melakukan pembiaran. Maka cerita ini di masa depan tidak perlu ada karena kita terus membangun kekuatan, sehingga jumlahnya lebih rasional," jelas SBY.

Tetapi, diingatkan SBY, meningkatkan jumlah dan kemampuan personel baik itu di TNI maupun Polri, itu anggarannya tidak sedikit. Karena itu, perlu perencanaan yang baik dan tepat.




Sumber : Tribunnews

TNI AU Gelar Latihan Rajawali Perkasa 2014

JAKARTA-(IDB) : Latihan tingkat Lanud Halim Perdanakusuma yang dinamakan Rajawali Perkasa tahun 2014, mulai hari ini Senin (10/3) hingga 13 Maret 2014 mendatang mulai digelar oleh personel dan satuan jajaran yang terlibat. Menandai awal latihan dilaksanakan upacara pembukaan di dalam Hanggar Skadron Udara 17 dengan inspektur upacara Komandan Lanud Halim Perdanakusuma Marsma TNI Sri Pulung D.,S.E., MMgt. Stud. Peserta upacara meliputi Perwira, Bintara, Tamtama dan PNS dengan dihadiri pejabat Lanud Halim Perdanakusuma serta Penilai dari Koopsau I dan Sekkau.

Dalam sambutannya Komandan Lanud Halim Perdanakusuma Marsma TNI Sri Pulung D.,S.E., MMgt. Stud., menyampaikan untuk memelihara profesionalisme pelaksanaan tugas-tugas dukungan operasi udara, seluruh jajaran dan Prajurit yang bertugas di Lanud Halim Perdanakusuma akan terlibat event tahunan Latihan Rajawali Perkasa, sebagai latihan puncak tingkat Lanud Halim Perdanakusuma. Sasaran latihan adalah memberikan pengalaman, melatih serta meningkatkan kemampuan personel dalam memahami Doktrin, Petunjuk dan Prosedur yang berlaku dalam Operasi TNI AU maupun Operasi TNI. Selain itu sasaran latihan adalah terwujudnya kerjasama satuan yang sinergis secara nyata sesuai peran dan fungsinya dalam mendukung Satgas Dukungan Tempur.

Danlanud juga menyinggung empat macam operasi udara yang akan dilakukan para pelaku, yang meliputi Operasi Pengintaian Udara, Angkutan Udara, Pengungsian Medik Udara dan Pengamanan Alutsista. Salah satu penekanan Danlanud antara lain “Jadikanlah latihan ini sebagai wahana meningkatkan kualitas tugas,menguji kemampuan masing-masing unsur dan instansi yang terlibat dalam suatu latihan bersama guna melaksanakan operasi udara sebagai core business TNI AU,” tegas Marsma TNI Sri Pulung D.,S.E., MMgt. Stud.

Sementara itu Direktur Latihan Kol Pnb Y. Aditya Permana yang juga Komandan Wing I Lanud Halim Perdanakusuma dalam laporan kesiapannya menyampaikan tema latihan adalah “Lanud Halim Perdanakusuma melaksanakan latihan operasi udara di tingkat satuan jajarannya guna mendukung tugas Komando Operasi TNI AU I dalam rangka mempertahankan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.” Terdapat dua tahap dalam kegiatan yaitu latihan Posko di Gedung Jalalludin Tantu Skadron Udara 31 pada tanggal 10 dan 11 Maret 2014, serta Manuver Lapangan di Lanud Halim Perdanakusuma dan Lanud Suryadarma pada 12-13 Maret 2014 mendatang. Latihan didukung sekitar empat ratus personel dan beberapa pesawat angkut dan helikopter.

Upacara ditandai dengan pemeriksaan pasukan dan pemasangan tanda peserta latihan. Upacara berlangsung dengan khidmat diiringi oleh Satuan Musik TNI AU.




Sumber : TNI AU

KASAU : Kami Tidak memikirkan Politik

JAKARTA-(IDB) : Pekan lalu, kekuatan pertahanan udara TNI AU dilengkapi dengan satu skuadron pesawat tempur Golden Eagles T50i buatan Korea Selatan. Kini, TNI AU juga tengah menunggu pesawat tanpa awak dari Israel. Pengadaan alat utama sistem persenjataan (alutsista) udara dari kedua negara ini menimbulkan polemik. Apalagi, kita tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel.
 

Apa saja yang menjadi pertimbangan dalam menentukan pilihan alutsista yang dapat memperkuat pertahanan udara? Kepala Staf TNI Angkatan Udara Marsekal TNI Ida Bagus Putu Dunia punya jawabannya. Menurutnya, pengadaan alutsista dipilih yang terbaik berdasarkan kebutuhan TNI.  “Kami membeli yang terbaik berdasarkan kebutuhan. Kami tidak memikirkan politik dan sebagainya. Harapannya tidak menimbulkan polemik, tapi akan jadi alutsista terbaik yang bisa kami operasikan,” katanya Kamis pekan lalu.
 

Kepada Sukron Faisal, Faorick Pakpahan, dan pewarta foto Asep Tatang dari SINDO Weekly, Ida Bagus Putu Dunia juga menjawab kabar keberatan AU mengenai penggunaan Halim sebagai bandara komersial. “Secara organisasi tidak keberatan, kalau ada satu dua orang wajar saja berpendapat seperti itu. Barangkali itu perwujudan kecintaan dia terhadap TNI AU,” paparnya. 
Kini Lanud Halim melayani penerbangan umum, adakah benturan antara kepentingan militer dengan komersial?   
 

Memang mesti kita lihat dari awal terjadinya penerbangan di Jakarta. Awalnya, Lanud Halim itu adalah pangkalan TNI AU, salah satu pangkalan awal dibentuknya angkatan udara, termasuk Adi Sutjipto dan daerah lainnya. Dalam perkembangannya, kesejahteraan dan keamanan harus berimbang. Maka, diputuskanlah pemanfaatan bagian-bagian Halim yang tidak sepenuhnya untuk TNI AU menjadi bagian kesejahteraan, yaitu menjadi Bandara Internasional Halim.  
 

Kemudian, kebutuhan masyarakat akan moda transportasi penerbangan semakin meningkat dan Bandara Halim tidak bisa dikembangkan lagi. Oleh karena itu, pemerintah memutuskan membuat Bandara Cengkareng. Halim pun tidak lagi digunakan untuk penerbangan domestik ataupun internasional komersial. Ternyata, Bandara Cengkareng juga kepenuhan. Solusi terdekat adalah bagaimana mengatasi tumpukan penumpang. Maka, dilakukanlah kajian untuk mengembalikan Bandara ke Halim.
 

Pengembangan ini sudah kami koordinasikan dengan baik sehingga kebutuhan penerbangan TNI AU, pertahanan, VVIP, dan operasional tidak akan terganggu. Jadi, slot-slot lebih dari yang digunakan oleh TNI AU maupun negara kami berikan kepada Angkasa Pura II (AP) untuk dikelola. Saya lihat itu cukup kondusif, tidak ada permasalahan yang menonjol. Pihak AP pun menyadari bahwa prioritas ada di TNI AU, baik penerbangan latihan, operasi, dan VVIP. Kelebihan waktu itulah yang kami koordinasikan untuk diatur sehingga dapat dimanfaatkan secara optimum oleh AP untuk penerbangan sipil.
 
Apakah menurut Anda pengalihan sebagian penerbangan komersial ke Lanud Halim Perdana Kusuma sudah tepat?   
 

Ini kondisi yang dihadapi sekarang, pihak AP II dan pemerintah menyatakan bahwa kondisi ini tidak akan seterusnya terjadi. Akan ada upaya bagaimana meningkatkan kemampuan bandara untuk layanan sipil. TNI AU merupakan bagian dari komponen bangsa yang ikut bertanggung jawab atas kesejahteraan bangsa, tentu kami harus memberikan itu.   
 
Ada kabar TNI AU tak rela Halim digunakan untuk penerbangan sipil. Bagaimana tanggapan Anda?
 

Secara organisasi,  tidak ada keberatan. Kalau ada, satu dua orang wajar saja berpendapat seperti itu. Barangkali, itu perwujudan kecintaan dia terhadap TNI AU. Keputusan apa yang terbaik untuk bangsa ini kami terima. Jika ada pendapat anggota kami yang berbeda, dan pendapat individu itu sebagai bentuk kecintaannya kepada TNI, saya pikir itu hal yang wajar.   
 
Sampai saat ini belum ada penunjuk jelas untuk layanan komersial di Halim. Apakah itu sebagai ketidakrelaan Halim melayani penerbangan sipil?

Sejauh ini belum saya dengar. Kalau ini permasalahan baru, tentu akan kami evaluasi untuk dicarikan solusi terbaik dari pihak TNI AU dan AP II sebagai pengelola bandara. AP masih melayani penerbangan domestik dan belum ada masukan ke kami. Sampai saat ini, pengelola bandara juga masih sibuk dengan perbaikan bandara di dalam. Jadi, belum mendapat perhatian khusus untuk yang di luar.    

 
Flight Information Region (FIR) untuk wilayah Indonesia bagian barat masih di bawah kontrol Singapura. Apakah Indonesia masih bisa dikatakan berdaulat jika pesawat militer atau komersial kita harus lapor ke sana?
 

Perlu dipisahkan antara FIR dengan fungsi pertahanan. Pengontrolan udara dalam FIR terkait dengan keselamatan penerbangan, sedangkan dalam fungsi pertahanan secara otoritas dimiliki oleh Indonesia. Tapi, alangkah baiknya jika otoritas pertahanan dan pengontrolan penerbangan ada di pihak Indonesia. FIR itu adalah kenyataan sejarah. Pada awal 1946, itu merupakan hal terbaik yang dapat dicapai Indonesia.
 

FIR itu kesepakatan antara Singapura, Indonesia, dan beberapa negara terkait untuk mendapatkan keamanan yang optimum di daerah itu. Dalam perkembangannya di 1973, Indonesia mulai aktif dalam rapat-rapat yang dilaksanakan oleh Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO). Di sana, Indonesia menyampaikan suaranya. Namun, dengan berbagai pertimbangan dan konsekuensi logis, penetapan itu tetap diserahkan kepada pihak Singapura.   
 
Apakah ada upaya agar bisa dikontrol sendiri?
 

Saat ini, pemerintah dalam hal ini Kementerian Perhubungan, Kementerian Luar Negeri, dan Kementerian Pertahanan, sudah mengupayakan agar FIR dapat dikontrol oleh pihak Indonesia. Saya pikir proses ini sudah berjalan positif. Selain itu, dukungan dari masyarakat luas sangat diharapkan. Memang, tidak ada masalah secara fungsi keamanan udara. Namun bagi TNI AU, apabila FIR dikontrol oleh pemerintah Indonesia, tentu akan lebih memudahkan TNI AU dalam menjalankan tugasnya.  
 
Jadi wilayah udara kita belum berdaulat?  
 

Saya tidak mengatakan bahwa wilayah udara Indonesia tidak berdaulat karena fungsi pengamanan wilayah udara tetap kami laksanakan. Untuk penerbangan reguler, tentu semuanya mendapat izin dari Indonesia. Jika ada penerbangan khusus, meski FIR dikontrol oleh Singapura, tetap saja harus mendapat approval dan security clearance dari pihak Indonesia.   
 
Satu skuadron kekuatan udara pesawat tempur T50i sudah dimiliki. Bagaimana dengan pesawat tanpa awak (UAV)?  
 

Sudah dilaksanakan pengadaannya, tapi belum kami terima. Sampai saat ini kami belum menerima dan belum tahu berapa unit UAV yang akan memperkuat TNI AU.  
 
Akan ditempatkan di mana saja UAV tersebut?
 

Kami akan tempatkan di Pontianak untuk pertama kalinya. Akan dikaji lagi di mana lokasi selanjutnya. Tentu teknologi dalam mengoperasikan UAV perlu penanganan yang serius. Lingkungan strategis yang berkembang juga terus kami waspadai. Kami menganggap penempatan di wilayah itulah yang kami butuhkan dari analisis lingkungan strategis.   
 
Spesifikasi UAV yang diajukan pada pembelian 2006 apakah teknologinya cukup dan mumpuni, sebab setiap tahun selalu jauh berkembang?
 

Semuanya masih dalam proses. Saya tidak tahu persis proses pengadaannya seperti apa. Tapi, jika teknologi yang ada pada UAV itu kami rasakan cukup, tentu kami operasikan apa adanya. Tapi jika ada yang kurang, tentu akan kami kembangkan secara teknologi dan upgrading dari sistem yang ada pada UAV itu.  
 
Sejauh mana keterlibatan TNI AU dalam menentukan jenis UAV sebagai end-user? Mengapa tidak memilih jenis Sentinel, Predator, atau Shadow dari Amerika?  
 

Pengadaan UAV juga diperkuat dengan buatan dalam negeri—Wulung—yang akan memperkuat kekuatan UAV. Dalam acuan pengadaan alutsista, TNI AU akan mengkaji dari beberapa aspek, yang pasti harus memiliki deterrent effect dan bisa dioperasikan. Tentu spesifikasi teknis dan operational requirements menjadi dasar bagi kami untuk mengkaji dalam memilih jenis pesawat.
 
UAV dibeli dari Israel yang secara politis tidak ada hubungan diplomatik dan akhirnya menjadi polemik. Apa pandangan Anda?  
 

Kami membeli yang terbaik berdasarkan kebutuhan TNI AU. Kami tidak memikirkan politik dan sebagainya. Saya sendiri tidak tahu dari mana asalnya, karena sampai saat ini pun kami belum terima. Harapan kami, apa yang kami terima nanti (UAV) tidak akan menimbulkan polemik, tapi akan menjadi alutsista terbaik yang bisa kami operasikan. 




Sumber : Sindo

Prajurit Brigif-1 Mar Kuasai Gunung Penanggungan




MOJOKERTO-(IDB) : Prajurit Brigif-1 Marinir berhasil menguasai puncak gunung Penanggungan, Trawas, Mojokerto, Sabtu (08/03/2014).


Informasi dari satuan atas bahwa Puncak Gunung Penanggungan sudah dikuasi oleh sejumlah Gerakan Pengacau Keamanan (GPK), kemudian satuan atas menunjuk Brigif-1 Marinir mengirimkan prajuritnya untuk menumpas GPK yang menguasai puncak gunung Penanggungan.



 
Di bawah pimpinan Kapten Marinir Firman, prajurit Brigif-1 Marinir menyisir gunung Penanggungan mulai dari kawasan Jolotundho hingga ke puncak gunung. Medan yang berat dengan kemiringan 60 hingga 85 derajat tidak menghalangi semangat prajurit untuk bisa menumpas GPK yang berada di puncak gunung Penanggungan, selain itu limaratus meter menuju puncak merupakan medan terbuka, sehingga prajurit yang terlibat dalam tugas tersebut harus dapat memanfaatkan lindung tinjau dan lindung tembak.



Dibawah kendali Kapten Marinir Firman, prajurit Brigif-1 Marinir melakukan manuver untuk menghancurkan GPK yang berada di puncak gunung Penanggungan. Pertempuran hebat terjadi saat prjaurit Brigif-1 Marinir memasuki kawasan puncak gunung Penanggungan, dan berhasil melumpuhkan GPK yang menguasai puncak gunung. 

Setelah berhasil menguasai puncak gunung, prajurit Brigif-1 Marinir melakukan pengamanan di kawasan puncak hingga pagi harinya. Kemudian pagi harinya dilanjutkan dengan pengejaran terhadap GPK yang melarikan diri.


Kegiatan yang disaksikan Asops Pasmar-1 Kolonel Marinir Y. Rudy Sulistyanto tersebut merupakan skenario dari Latihan Satuan Dasar (LSD) I Darat Brigif-1 Marinir tahun 2014 yang melibatkan 26 Perwira Brigif-1 Marinir yang terdiri dari Komandan Kompi dan Komandan Peleton ditambah 24 Taruna AAL Korps Marinir Angkatan 59.



Sementara itu Letkol Mar Suliono selaku Pimpinan Latihan mengatakan dalam kegiatan tersebut dilatihkan beberapa materi yaitu Pemberian Perintah Operasi (PO) dan Prosedur Pimpinan Pasukan (P3), Gerakan Maju Untuk Kontak (GMUK), Serangan, Pertahanan, Patroli Penyelidik dan Patroli tempur, Raid Darat dan Pemutusan Pertempuran.


Tujuan latihan, lanjutnya, selain membina fisik dan mental para pelaku yaitu Danki, Danton dan Taruna AAL Korps Marinir, juga sebagai wahana untuk lebih menguasai taktik operasi darat sehingga dapat menunjang pelaksanaan tugas secara maksimal.




Sumber : Kormar

Yonmarhanlan II Padang Gelar Apel Mentawai Megathrust Direx 2014



PADANG-(IDB) : Batalyon Marinir Pertahanan Pangkalan (Yonmarhanlan) II Padang mengikuti apel personel dan peralatan dalam kegiatan Pra-Latihan Field Training Exercise Mentawai Megathrust DIREX (Disaster Relief Exercise) 2014, di taxi way Lanud Tabing Padang, Sabtu (08/03/2014).


Pada apel gelar yang diselenggarakan oleh BNPB dan pemerintah propinsi Sumatera Barat tersebut Yonmarhanlan II Padang melibatkan 1 SSK (Satuan setingkat Kompi) dan 2 unit perahu karet dibawah pimpinan Kapten Marinir Asril yang sehari-hari menjabat Komandan Kompi Markas Yonmarhanlan II Padang.


Kegiatan apel bertujuan untuk mengetahui kesiapan dan ketersediaan personel maupun peralatan yang akan digunakan dalam Latihan bersama “Mentawai Megathrust DIREX” di Kepulauan Mentawai pada tanggal 16-23 Maret 2014 mendatang.




Bertindak selaku Inspektur upacara (Irup) pada apel gelar tersebut Gubernur Sumatera Barat Bapak Iwan Prayitno didampingi Danlantamal II Padang Brigjen TNI Marinir Soedarmin Soedar, Koordinator Latihan Kolonel Penerbang Jori, serta pejabat dari unsur Muspida dan unsur TNI-Polri di wilayah kerja Sumatera Barat.


Irup dalam amanatnya menyampaikan rasa terima kasih kepada seluruh unsur-unsur yang terlibat seperti BNPB, Basarnas,PMI, dan instansi terkait lainnya, terutama kepada TNI-Polri karena selalu siap mendukung kegiatan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Propinsi. Harapannya kegiatan ini dapat berjalan dengan baik, dan dapat mengantisipasi serta meminimalisir jatuhnya korban lebih banyak.




Sumber : Kormar

Pangdam XVII Cendrawasih Ajak Masyarakat Ciptakan Papua Kondusif

JAYAPURA-(IDB) : Panglima Komando Daerah Militer XVII/Cenderawasih, Mayor Jenderal TNI Christian Zebua, mengajak masyarakat untuk menciptakan Papua yang aman dan kondusif.

"Diharapkan partisipasi dan kekompakan serta pemikiran untuk bersatu, juga berkomitmen secara bersama-sama guna membangun Papua dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Papua," katanya melalui siaran pers yang dikirim kepada Antara di Jayapura, Senin.

Menurut dia, elemen masyarakat Papua yang diwakili oleh tokoh masyarakat, adat, dan agama diajak pula untuk menciptakan kondisi aman menjelang pelaksanaan Pemilihan Umum 2014.

"Tokoh-tokoh ini sangat besar partisipasinya dalam menyukseskan pemilu, karena itu merupakan suatu hak dan kewajiban seluruh anak bangsa untuk menyukseskan," ujarnya.

Untuk menciptakan situasi yang aman dan kondusif, pihaknya sering melaksanakan tatap muka dengan para tokoh masyarakat, adat, dan agama, sehingga tali silahturahim yang telah terjalin selalu terjaga.

"Jadi kami sama sekali tidak berbicara masalah politik, tetapi silaturahim secara periodik, ke depan kami juga melaksanakan acara seperti ini secara periodik untuk menjalin silaturahim," katanya.

Selama ini, katanya, hubungan Kodam XVII/Cenderawasih dengan tokoh masyarakat, adat, dan agama relatif sangat baik.

Ia mengatakan para tokoh berbagai elemen masyarakat itu, juga banyak berpartisipasi dalam kegiatan positif yang dilaksanakan kodam setempat.

"Dan kegiatan silaturahim ini akan terus kami bangun karena yang menciptakan aman itu lebih pada kontribusi dari masyarakat," katanya.




Sumber : Antara

N-210 Project Menumbuhkan Industri Komponen Pesawat Dalam Negeri

Demi Melindungi N-219 Disperindag Persulit Impor Pesawat Sejenis

JAKARTA-(IDB) : Menteri Perindustrian MS Hidayat mengaku sangat antusias dengan pesawat buatan PT Dirgantara Indonesia yaitu N 219.

Pasalnya, pesawat buatan anak negeri tersebut sudah banyak menggunakan komponen dalam negeri.

Menurut Hidayat, Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) pesawat tersebut telah mencapai 40 persen. Angka ini akan terus meningkat hingga 60 persen dalam kurun waktu 5 tahun.

"Kami (Kementerian Perindustrian) antusias karena diawali TKDN 40 persen, nanti akan sampai 60 persen," kata Hidayat di kantor PT DI, Bandung, Jumat (7/3).

Menurut Hidayat, dengan tingginya kandungan komponen dalam negeri pihaknya bertanggung jawab untuk mengamankan N 219. Pesawat berkapasitas 19 tempat duduk ini akan dilindungi dari serbuan pesawat impor. Terutama yang juga berjenis twin otter, alias baling-baling ganda.

"Kita akan proteksi mereka dengan peraturan pemerintah, ini karena bisa di atas 40 persen. Bisa dengan dengan berbagai regulai seperti kita tidak akan memperlancar impor pesawat sejenis, saingannya twin otter," tegasnya.

Hidayat menyebut beberapa komponen sudah dibuat dalam negeri seperti spare part, ban dan sebagainya selain mesin. "Kami bertanggung jawab pada industri komponen. Semua komponen, spare part, ban," tutupnya.

Mendorong Terciptanya Industri Komponen Dalam Negeri

Menteri Perindustrian MS Hidayat mengaku sangat mendukung program PT Dirgantara Indonesia dalam mengembangkan pesawat N 219.

Pesawat dua mesin dengan 19 seater (tempat duduk) tersebut akan menciptakan ratusan industri komponen dalam negeri.

Menurut Hidayat, tingkat komponen dalam negeri pesawat tersebut sudah mencapai 40 persen dan akan mencapai 60 persen dalam waktu 5 tahun. Dalam hitungan Hidayat, 40 persen komponen pesawat dalam negeri membutuhkan sekitar 30.000 komponen.

"Industri komponen pesawat akan ada ratusan, dan ini bagus di dalam negeri," ucap Hidayat di kantor PT DI, Bandung akhir pekan ini.

Hidayat menjamin kehidupan ratusan industri komponen pesawat terbang tersebut. Selain itu Hidayat juga berjanji akan membantu agar industri komponen tersebut memenuhi standardisasi dan sertifikasi yang ada.

"Kami akan menjamin industri komponen yang jumlahnya ratusan itu dan akan memenuhi kualitas standar. Membuat cluster industri," tegasnya.

Di tempat yang sama, Direktur Pengembangan Teknologi PT DI, Andi Alisjahbana mengatakan dengan proyek N 219 ini akan membuat industri komponen berkembang secara agresif. Saat ini PT DI sudah mempunyai beberapa industri komponen yang akan terus meningkat nantinya.

"Kalau kita mau agresif, berkembang dan itu bisnis kepercayaan juga bisa dipercaya (dunia internasional)."

Menyerap Banyak Tenaga Kerja

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Armida Alisjahbana menyambut baik rencana pengembangan pesawat N 219 oleh PT Dirgantara Indonesia (PT DI).

Armida menilai proyek pembuatan pesawat ini akan berdampak pada penyerapan tenaga kerja yang banyak.

Menurut Armida, penyerapan tenaga kerja tidak hanya terjadi di pabrik pembuatan pesawat, namun juga pada industri komponen pesawat. Apalagi, tingkat komponen dalam negeri N 219 sudah mencapai 40 persen.

"Tahap awal 40 persen konten lokal, naik ke 60 persen. Berkembang tak hanya ini, ada industri komponen di bawah itu dan ini labour intensif (penyerap tenaga kerja)," ucap Armida di kantor PT DI, Bandung, Jumat (7/3).

Selain itu Armida juga bangga dengan pengembangan pesawat tersebut karena menunjukkan pengembangan IPTEK dalam negeri. "Mendukung pembangunan pendalaman struktur industri. Tapi komponen juga," tegasnya.

Armida berjanji akan memberikan dukungan penuh pada pengembangan pesawat 2 mesin dengan 19 seater tersebut. Dukungan ini bisa dilihat dari pemberian alutsista pada pesawat pertahanan yang juga bekerjasama dengan PT DI.

"Kita dukung lewat alutsista ada pesawat kerjasama dengan AirBus, CN 295 Airbus Military. Bappenas, kita mendukung sifatnya membangun kemampuan industri kita. Kalau masalah jual nanti itu urusan perusahaan sendiri," tutupnya.

Tembus Pasar Global, PT. DI Siap Sertifikasi Internasional

Pesawat N 219 buatan PT Dirgantara Indonesia (PT DI) dipersiapkan untuk menembus pasar internasional.

Pesawat 2 mesin 19 seater (tempat duduk) tersebut diklaim mampu bersaing dengan pesawat sekelasnya yaitu twin otter.

Dibandingkan twin otter harga pesawat ini jauh lebih murah yaitu hanya USD 4,5 juta.

VP Commercial and Marketing PT DI, Arie Wibowo menyebut kemungkinan pesawat N 219 akan menembus pasar Australia dan Afrika. Kedua negara tersebut membutuhkan pesawat kecil dengan jam terbang sekitar 2 jam.

"Negara Eropa tidak mungkin pakai pesawat jenis ini. Secara geographic lebih mudah menggunakan jarak pendek seperti di Australia dan Afrika (daratannya luas)," ucap Arie di kantor PT DI, Bandung, Jumat (7/3).

Menurut Arie, pihak PT DI siap melakukan sertifikasi internasional atau sertifikasi yang mengikuti negara pembeli tersebut agar pesawat bisa terjual. Proses sertifikasi bisa dimulai setelah proses pembuatan prototype selesai pada akhir 2015 mendatang.

"Biaya sertifikasi tidak mahal, sebetulnya sertifikasi dari Indonesia saja sudah diakui dunia internasional. Sertifikasi Itu hanya harmonisasi tadi kalau mereka minta sertifikasi lagi," katanya.

Proses sertifikasi mengikuti permintaan negara pembeli ini bisa dilakukan setelah mereka memesan pesawat. "Apabila tidak ada pembelinya di sana kita tidak harus sertifikasi negara mereka. Jadi sesuai request (permintaan)."

Menurut Arie, negara yang biasa meminta sertifikasi khusus adalah Thailand. Sedangkan Australia hanya mengikuti standar sertifikasi internasional dari Eropa.

"Thailand satu satunya minta spesial bisa minta sertifikasi negara mereka, tapi kita bisa harmonisasi. Tapi sertifikasi kita sudah mengacu sertifikasi internasional," tutupnya.




Sumber : Merdeka

Sagem Wins SIGMA 30 Export Contract

PARIS-(IDB) : French opto-electronics manufacturer Sagem has won a new order from Nexter Systems to supply 37 SIGMA 30 navigation and pointing systems for an Asian operator of CAESAR guns, the company announced on 5 March.


While Sagem and Nexter declined to name the customer, the order is believed to be for the Indonesian Army, which ordered 37 CAESAR systems in October 2012 in a deal estimated at USD240 million.


Sagem's SIGMA 30 system features large digital ring laser gyro technology and gives long-range artillery systems immediate, high-precision firing capability, removing the need for GPS-guided munitions.


The Indonesian CAESAR will be in the same configuration as the French Army's CAESAR guns, which have been deployed to Afghanistan and Mali, and are all equipped with the SIGMA 30.




Source : Jane's

TNI AD Kirim Pasukan Ke Perbatasan Papua

GORONTALO-(IDB) : Sebanyak 325 prajurit TNI Angkatan Darat (AD) Yonif 715 Motuliato, Gorontalo, diberangkatkan ke Provinsi Papua melalui bandar udara Djalaluddin, Minggu.

Bupati Gorontalo Utara, Indra Yasin yang ikut melepas pemberangkatan gelombang pertama prajurit tersebut mengatakan, pemerintah daerah dan masyarakat mendukung sepenuhnya upaya TNI dalam mengamankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Pengabdian seluruh prajurit diyakini tidak sekedar mengamankan wilayah perbatasan, namun diharapkan mampu berperan memajukan bangsa sehingga pemerintah daerah mendukung inovasi TNI-AD untuk menggiatkan prajuritnya menjadi tenaga pengajar.

Sehingga beberapa prajurit yang diberangkatkan, telah memegang sertifikat sebagai tenaga pengajar yang bisa melakukan kegiatan belajar mengajar di sekolah tempat pengabdiannya.

Sebanyak 650 prajurit TNI-AD Yonif 715 Motuliato Gorontalo, akan bertugas di wilayah perbatasan Papua Nugini selama 6 bulan yang diberangkatkan dalam dua gelombang.

"Mereka diharapkan mampu menjalankan tugasnya dalam keadaan sehat dan prima, agar optimal hingga kembali nanti ke Gorontalo," ujar Bupati.

Khusus pengamanan wilayah Gorontalo Utara, bupati optimis mampu terjaga dengan baik mengingat wilayah tersebut memiliki markas satuan TNI dan Polri terlengkap di Gorontalo.

Juga didukung intensitas pertemuan dengan seluruh unsur musyawarah pimpinan daerah (muspida) yang terus dioptimalkan khususnya jelang Pemilihan Umum (Pemilu) legislatif.

"Pemerintah daerah berharap, potensi kerawanan gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas) terus dijaga dan diantisipasi sedini mungkin, untuk pengamanan wilayah ini," ujar Bupati.

Upacara pemberangkatan dipimpin Danrem 131 Santiago Brigjen TNI Musa Bangun, dihadiri Komandan Brigif 22 Otamanasa, petinggi TNI dan Polri di daerah itu, serta keluarga para prajurit.




Sumber : Republika

Krisis Ukraina Dan Penggunaan Senjata Non-Militer

Setangkai anyelir merah terlihat di monumen Angkatan Laut Rusia di kota pelabuhan Sevastopol Krimea

CRIMEA-(IDB) : Pepatah kuno China mengatakan “Pena lebih tajam dibanding Pedang”, dan rupanya makna itu yang akhir-akhir ini sedang dipertontonkan oleh Obama dan Putin dalam menyiasati krisis Ukraina terutama di Crimea.


Pepatah itu, kini berkembang bukan hanya dalam bentuk penulisan di berita, mengirim fitnah atau melakukan politik devide et impera, namun juga melalui kekuatan lain yang lebih dahsyat: Ekonomi.


Selama beberapa dekade ini, Amerika sukses merepresentasikan pepatah tersebut dalam memaksakan hegemoni atas Negara-negara yang ditekannya. Iran, Syria, Irak, Libya, termasuk Indonesia, Panama dll adalah Negara-negara korban bully ekonomi si polisi dunia itu.


Kini, senjata tanpa sisi tajam itu kembali digunakan Obama untuk menekan Putin agar menarik tentaranya dari Crimea dengan ancaman embargo dan blockade ekonomi atas Rusia. Dan apa balasan Putin, menggunakan senjata yang sama untuk saling menggertak!.


Si pelakon catur Ukrainian: Kremlin
Si pelakon catur Ukrainian: Kremlin


Saat mengumumkan ancaman ekonomi, tampaknya para penasehat Obama lupa akan 1 hal, bahwa Amerika kini bukan lagi satu-satunya Negara adidaya bidang ekonomi, sebaliknya justru pasien yang sedang sakit menahun jika tidak mau dikatakan sekarat. 

Dan pion catur ini digunakan dengan sangat baik sekali oleh Putin, dengan mengancam balik akan menjual semua obligasi (utang pemerintah USA) ke pasar internasional. Ancaman ini, jika benar dilakukan, dapat mengancam stabilitas ekonomi dalam negeri Amerika. 

Federal reserve bagaimanapun akan harus membeli kembali entah langsung ke pengusaha-pengusaha Rusia yang memegang obligasi tersebut, atau membeli lebih mahal lagi ke pasar internasional yang berarti mengalirkan dollar lebih banyak lagi ke luar negeri. 

Melimpahnya dollar di luar, berarti supply berlebih, menyebabkan dollar jatuh ke ambang batas yang belum pernah diperkirakan sebelumnya. Ini berarti inflasi yang luar biasa tinggi di pasar domestik Amerika mengingat kini mereka adalah Negara importir murni dengan sebagian besar import berasal dari Negara-negara BRICS.


Masih belum cukup, Putin menggerakkan 1 pion lagi dalam catur gaya Ukrainian ini dengan ancaman memaksa perusahaan-perusahaan Rusia yang berhutang agar tidak membayar hutangnya.


Pion catur ketiga diluncurkan minggu lalu, yaitu bersiap dengan desakan kepada semua Negara mitra dagang untuk tidak menggunakan dollar dalam perdagangan dengan Rusia. Masyarakat ekonomi Eropa, 90% pasti akan mematuhi desakan tersebut jika tidak ingin kehilangan gas, minyak dan batu-bara serta mineral dari Rusia. Sebagai informasi tambahan, Negara-negara timur-tengah dan amerika selatan sudah lama menerima perdagangan dengan Rubel dan Yuan sebagai mata uang pertukaran dengan Rusia. Jadi, bagaimana dollar dapat bertahan terhadap gempuran the three musketeer pion catur Putin tersebut? Skakmat!


USD Index 1968 - 4 Maret 2014 (Bloomberg)
USD Index 1968 – 4 Maret 2014


Bagaimana dengan Indonesia?
 
Dalam skala yang lebih kecil, Indonesia kini juga mulai memainkan peranannya dalam bidang ekonomi atas beberapa masalah regional. Diakui atau tidak, kemajuan ekonomi Indonesia dalam beberapa sisi dan semakin meluasnya peranan Indonesia dalam hubungan internasional membuat kementerian-kementerian terkait dapat menggunakan peluru-peluru yang lebih fleksibel untuk bermain catur dalam kasus-kasus pelanggaran territorial.


Manusia perahu
Manusia perahu


Kasus manusia perahu dan pelanggaran wilayah oleh tentara Australia, Alih-alih secara emosi menanggapi secara militer (meskipun TNI-AL tetap menandai kehadirannya di perbatasan selatan), sebaliknya Kemenlu secara cerdik mengalihkannya menjadi isu ketidakbertanggungjawaban pemerintah Australia atas pencari suaka. 

Dan memang, Dunia mengutuk tindakan tentara Australia yang menggiring manusia perahu tanpa perikemanusiaan ini. Peran internasional yang dimainkan pemerintah RI saat ini, semakin mencuat dan menarik simpati dunia. Kasus pembakaran kapal nelayan Papua di PNG beberapa waktu lalu, diduga merupakan ekses dari semakin dekatnya hubungan Indonesia dengan Negara-negara Melanesia di samudera Pasifik.


Kini TNI sudah berbenah. Persenjataan semakin lengkap dan gahar. Di pihak lain, perekonomian semakin stabil dengan ketersediaan sumber daya dan SDM yang cukup dalam 20-30 tahun ke depan. Kemajuan-kemajuan ini harus disikapi secara cerdik dan bijaksana oleh semua kementerian. Hal yang paling jelas terlihat dari permainan catur oleh Kemenlu adalah pengakuan dari pengamat internasional di Australia sendiri yang membandingkan Menlu mereka sebagai junior yang menghadapi senioritas Marti Natalegawa (beliau berangkat dari jenjang karir, bukan orang partai politik).


Bidang Hankam dan Kemenlu merupakan salah satu kebijakan pemerintahan SBY yang paling berhasil menjalankan fungsinya dewasa ini.

Semoga pertumbuhan ekonomi di Indonesia dapat terus dipertahankan sehingga dapat menyediakan banyak variable yang dapat digunakan dalam percaturan politik dunia, dan semoga pemimpin yang nanti terpilih dapat memanfaatkan orang-orang yang berkualifikasi tinggi sesuai bidangnya untuk menduduki posisi-posisi strategis. Bukannya dengan menempatkan wakil-wakil partai koalisi akibat politik transaksi. 




Sumber : JKGR

Analisa : Enam Perang China dalam 50 Tahun Mendatang

Peta "Memalukan" Nasional. Dikeluarkan Kementrian pendidikan sekolah dasar RRC pada tahun 1938

BEIJING-(IDB) : Peta “Aib” Nasional . Dikeluarkan Kementrian pendidikan sekolah dasar RRC pada tahun 1938


China belum menjadi kekuatan besar yang bersatu. Ini adalah penghinaan bagi orang-orang China, aib untuk anak-anak dari Kaisar Kuning. Demi martabat dan persatuan nasional, China harus berjuang dalam enam perang dalam lima puluh tahun mendatang. Beberapa dari erang itu mungkin perang regional, yang lain mungkin perang total. Tidak peduli apa kondisi dan situasinya, semua perang tersebut tidak bisa dihindari demi unifikasi China.


PERANG PERTAMA : Unifikasi Taiwan (Tahun 2020-2025)


Taiwan


Dari analisa situasi saat ini, Taiwan tampaknya akan menentang upaya unifikasi, sehingga aksi militer akan menjadi satu-satunya solusi. Perang unifikasi ini akan menjadi perang modern pertama sejak pembentukan “China Baru”.


Perang ini akan menjadi tes bagi perkembangan kemapuan Tentara Pembebasan Rakyat dalam perang modern. China mungkin memenangkan perang ini dengan mudah, atau mungkin saja berubah menjadi perang yang sulit. Semua tergantung pada tingkat intervensi dari AS dan Jepang. Jika AS dan Jepang memainkan peran aktif dalam membantu Taiwan, atau bahkan melakukan serangan ke daratan Cina, perang ini akan menjadi perang total yang sulit dan dan berkepanjangan.


Di sisi lain, jika AS dan Jepang tidak ikut campur, tentara Cina dapat dengan mudah mengalahkan Taiwan. Dalam hal ini, Taiwan bisa dikuasai dalam waktu tiga bulan. Bahkan jika dalam tahap ini AS dan Jepang turun tangan, perang dakan apat diselesaikan dalam waktu enam bulan.


PERANG KEDUA : “Merebut kembali” kepulauan Spratly (Tahun 2025-2030)


Kepulauan Spratly


Setelah penyatuan Taiwan, China akan beristirahat selama dua tahun. Selama periode pemulihan, China akan mengirimkan ultimatum kepada negara-negara sekeliling kepulauan dengan batas waktu hingga 2028.


Pada saat itu, negara-negara Asia Tenggara sudah menggigil dengan penyatuan militer Cina dan Taiwan. Di satu sisi, mereka akan duduk di meja perundingan, namun mereka akan enggan untuk meninggalkan kepentingan mereka terhadap kepulauan Spartly. Oleh karena itu, mereka akan mengambil sikap wait and see dan terus menunda untuk membuat keputusan akhir.


AS secara tidak terbuka akan membantu negara-negara Asia Tenggara negara, seperti Vietnam dan Filipina. Di antara negara-negara di sekitar Laut Cina Selatan, hanya Vietnam dan Filipina yang berani menantang dominasi China . Namun , mereka akan berpikir dua kali sebelum pergi ke perang dengan China, kecuali mereka gagal di meja perundingan, mereka yakin mendapatkan dukungan militer dari AS.


Opsi terbaik China adalah menyerang Vietnam, karena Vietnam adalah negara paling kuat di wilayah tersebut. Mengalahkan Vietnam akan mengintimidasi sisanya. Sementara perang dengan Vietnam berlangsung, negara-negara lain tidak akan bergerak. Jika Vietnam kalah, negara lain akan menyerahkan pulau-pulau mereka kembali pada China. Jika sebaliknya, mereka akan menyatakan perang terhadap Cina.


PERANG KETIGA : “Merebut kembali ” Tibet Selatan (Tahun 2035-2040)


“Tibet Selatan” yang diperebutkan antara China dan India


China dan India berbagi perbatasan yang panjang, tapi titik yang memicu konflik antara kedua negara hanyalah bagian selatan dari Tibet (red: Arunachal Pradesh, India).


Meskipun India tertinggal dibandingkan China dalam kekuatan militer, namun India tetap salah satu dari beberapa kekuatan utama dunia. Jika China menggunakan kekuatan militer untuk menaklukkan “Tibet Selatan, China akan menanggung kerusakan akibat perang yang cukup besar. Menurut pendapat saya, strategi terbaik untuk China adalah untuk mendorong disintegrasi India. Dengan membagi menjadi beberapa negara, India tidak akan memiliki kekuatan untuk mengatasi China.


Tentu saja, rencana tersebut mungkin akan gagal. Tapi China setidaknya harus mencoba yang terbaik untuk menghasut provinsi Assam menaklukkan Sikkim untuk mendapatkan kemerdekaan, dalam rangka untuk melemahkan kekuatan India. Ini adalah strategi terbaik.


Rencana terbaik kedua adalah untuk ekspor senjata canggih ke Pakistan, membantu Pakistan untuk menaklukkan wilayah selatan Kashmir pada 2035 dan untuk mencapai penyatuan nya. Sementara India dan Pakistan yang sibuk melawan satu sama lain, China harus mengambil kesempatan untuk menaklukkan Tibet Selatan yang pada saat dibawah kekuasaan India.


Setelah mengambil kembali Taiwan dan Kepulauan Spratly, Cina memiliki lompatan besar dalam kekuatan militer di angkatan darat, angkatan laut, angkatan udara dan space warfare China akan menjadi pemain utama dalam kekuatan militer, mungkin hanya kedua setelah AS. Oleh karena itu, India akan kalah perang ini.


PERANG KEEMPAT : “Merebut kembali ” Pulau Diaoyu kepulauan dan Ryukyu (Tahun 2040-2045)

Pulau Diaoyu dan Kepulauan Ryuku


Pada pertengahan abad ke-21, China akan muncul sebagai kekuatan dunia, disertai dengan penurunan Jepang dan Rusia, AS dan India stagnan dan kebangkitan Eropa Tengah. Itu akan menjadi waktu terbaik bagi China untuk mengambil kembali Diaoyu dan Kepulauan Ryukyu.


Jepang telah merampok kekayaan dan sumber daya di Laut Cina Timur dan melawan hukum dengan menduduki pulau Diaoyu dan Kepulauan Ryukyu selama bertahun-tahun, waktunya akan datang untuk mereka harus membayar akibatnya. Pada saat itu, kita dapat memprediksi bahwa AS akan campur tangan, tetapi telah melemah, Eropa akan diam, Rusia akan duduk dan menonton pertarungan.


Perang dapat berakhir dalam waktu setengah tahun dengan kemenangan besar bagi China. Jepang akan tidak punya pilihan lain selain mengembalikan pulau Diaoyu dan kepulauan Ryukyu pada China. Laut Cina Timur menjadi danau dalam wilayah Cina Siapa yang berani meletakkan jari di atasnya?


PERANG KELIMA : Unifikasi Mongolia Luar (Tahun 2045-2050)


Mongolia

Kita perlu tahu bahwa Republik Rakyat China mengakui kemerdekaan Mongolia Luar. Menggunakan konstitusi dan domain dari Republik Rakyat China untuk menyatukan Mongolia adalah agresi telanjang. 

Kita hanya dapat menggunakan alasan yang sah konstitusi dan domain Republik Cina untuk menggunakan aksi militer. Terlebih lagi, hal ini berlangsung setelah kasus Taiwan diambil alih oleh China. 

China harus mengangkat isu unifikasi dengan Mongolia Luar, dan melakukan kampanye propaganda di dalam Mongolia. China juga harus memilih kelompok advokasi unifikasi, membantu mereka untuk mengambil alih posisi kunci dalam pemerintahan mereka, dan untuk menyatakan Outer Mongolia sebagai kepentingan inti China pada penyelesaian masalah Tibet Selatan pada tahun 2040.


Jika Mongolia dapat kembali pada China secara damai itu adalah hasil terbaik, tetapi jika China menghadapi intervensi asing atau perlawanan, China harus siap untuk mengambil tindakan militer. Model Taiwan dapat berguna dalam kasus ini : memberikan ultimatum dengan tenggat waktu pada Tahun 2045. Biarkan Mongolia mempertimbangkan untuk beberapa tahun. Jika mereka menolak tawaran tersebut, maka aksi militer lepas landas.


Pada saat ini, empat perang-perang sebelumnya telah mengendap. Cina memiliki kekuatan politik, militer dan diplomatik untuk Nmenyatukan Mongolia. AS dan Rusia yang semakin melemah tidak akan berani terlibat langsung kecuali protes diplomatik, Eropa akan mengambil peran yang samar-samar, sedangkan India, Afrika dan negara-negara Asia Tengah akan tinggal diam. China bisa mendominasi Mongolia dalam waktu tiga tahun.


Setelah unifikasi, China akan menempatkan pasukan di perbatasan berat untuk memantau Rusia. China akan butuh waktu sepuluh tahun dalam membangun infrastruktur elemental dan militer untuk kemudian mempersiapkan klaim kerugian teritorial dari Rusia.


PERANG KEENAM : Mengambil kembali wilayah yang diambil Rusia (Tahun 2055-2060)


Greater Manchuria


Hubungan China-Rusia saat ini berlangsung baik, yang sebenarnya merupakan akibat dari tidak ada pilihan yang lebih baik dalam menghadapi AS.


Pada kenyataannya, kedua negara dengan cermat memantau satu sama lain. Rusia takut akan kebangkitan Cina akan mengancam kekuasaannya, sedangkan China tidak pernah melupakan wilayah yang dicaplok Rusia. Jika kesempatan datang, China akan mengambil kembali tanah yang hilang.Setelah kemenangan dari lima perang-perang sebelumnya pada tahun 2050, China akan membuat klaim teritorial didasarkan pada domain dari Dinasti Qing (cara yang mirip dengan memanfaatkan domain Republik China untuk menyatukan Mongolia) dan untuk membuat kampanye propaganda mendukung klaim tersebut. Upaya juga harus dilakukan untuk menghancurkan Rusia lagi.


Di masa “China Lama”, Rusia telah merebut sekitar 160 juta kilometer persegi wilayah China, setara dengan seperenam dari daratan dari wilayah China modern saat ini. Oleh karena itu, Rusia  sebenarnya adalah musuh nyata bagi China. Setelah kemenangan dari lima perang-perang sebelumnya, tiba waktu untuk membuat Rusia membayar harga perbuatan mereka.


Hanya ada pilihan perang dengan Rusia. Meskipun pada saat itu, China telah menjadi kekuatan maju dalam pasukan angkatan laut, angkatan darat, udara dan kemampuan ruang angkasa, namun demikian ini adalah perang pertama melawan negara dengan kekuatan nuklir. Oleh karena itu, China harus mempersiapkan dengan baik kemampuan perang nuklir, seperti senjata nuklir untuk menyerang Rusia dari awal sampai akhir. Ketika tentara Cina menghalangi kemampuan serangan balik Rusia, mereka akan menyadari bahwa mereka bukan lagi lawan bagi China di medan perang. Tidak ada yang bisa mereka lakukan kecuali menyerahkan tanah yang mereka diduduki dan untuk membayar harga mahal untuk invasi mereka di masa lalu. – (Wenweipo)



Catatan: Artikel diatas bukan kebijakan resmi pemerintah China. Artikel ini adalah terjemahan bebas dan singkat dari artikel terbitan koran nasionalis pro pemerintah RRC -Wenweipo- pada tanggal 8 Juli 2013. Enam perang yang oleh penulisnya dikatakan tidak dapat dihindari demi tujuan merebut kembali wilayah nasional Cina yang hilang sejak Kekaisaran China dikalahkan Inggris dalam Perang Opium pada tahun 1840-1842. Kekalahan itu, dalam pandangan nasionalis China, memulai periode “Ratusan Tahun Penghinaan bagi China.”



Sumber : JKGR