Pages

Senin, Maret 03, 2014

11 Kapal Perang Siap Laksankan Operasi Cakra Hiu-14

SURABAYA-(IDB) : Sebanyak 11 Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) siap melaksanakan tugas Operasi Cakra Hiu-14 dan Operasi Benteng Hiu-14, di Bawah Kendali Operasi (BKO) Gugus Tempur Laut (Guspurla) Koarmatim. Kesiapan dua satuan tugas operasi siaga tempur laut tersebut diasampaikan oleh Asisten Operasi (Asops) Danguspurla Koarmatim Kolonel Laut (P) Andi Abdul Aziz, di Markas Guspurlatim, Ujung, Surabaya, Jum’at (28/02).

Selain mengerahkan 11 kapal perang untuk memperkuat Operasi Cakra Hiu-14 dan Operasi Benteng Hiu-14, Guspurla Koarmatim melibatkan dua unsur Pesawat Udara patroli Maritim jenis Cassa, satu Hellikopter intai maritim, satu Kompi pasukan Marinir, dua Tim Komando Pasukan Katak (Kopaska), dua Tim Penyelam tempur TNI AL, dan unsur pangkalan di daerah.

Dua satuan tugas ini mengemban tugas pokok melaksanakan operasi siaga tempur laut meliputi pencegahan, penangkalan dan penindakan, di wilayah perairan yuridiksi nasional di perairan Timur Indonesia. Operasi Benteng Hiu-14 melaksanakan operasi di perbatasan wilayah laut Indonesia dengan Malaysia dan Operasi Benteng Paus-14 dengan tugas pokok melaksanakan operasi pengamanan perbatasan wilayah laut RI dengan Timor Leste dan Australia.

Kepada para komandan unsur yang terlibat dalam satuan tugas opersi tersebut Asops Danguspurlaarmatim menyampaikan beberapa hal yang perlu diperhatikan yakni  memastikan kesiapan kondisi teknis unsur dan kesamaan pemahaman tentang rencana operasi secara terinci. Hal ini dimaksudkan supaya dalam tahap pelaksanaan operasi dapat mencapai hasil yang optimal.

Turut hadir dalam kesempatan itu adalah Pabanrenops Danguspurlaarmatim, Komandan KRI Arun, Komandan KRI TBT, Komandan KRI SGG, Komandan KRI PDG, Komandan KRI SPT, Pilot U-623, Pilot P-850, Pilot NV-412, Komandan Tim Kopaska, Komandan Tim Marinir, Komandan Tim Penyelam serta perwakilan perwira unsur KRI yang terlibat.




Sumber : Koarmatim

KRI Frans Kaisiepo – 368 Berlayar Ke Medan Tugas

JAKARTA-(IDB) : Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) Frans Kaisiepo (FKO) – 368 yang tergabung dalam Satgas Maritime Task Force TNI Kontingen Garuda XXVIII-F / UNIFIL 2014 melanjutkan pelayaran ke medan tugas dalam misi perdamaian dunia PBB di Lebanon. Jum’at, (28/02).

Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Dr. Marsetio mewakili Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko secara resmi memberangkatkan Satgas Maritime Task Force (MTF) TNI Konga XXVIII-F KRI FKO – 368 dari Dermaga Tanjung Priok, Kolinlamil Jakarta. Kegiatan tersebut dihadiri para petinggi TNI,  Satgas MTF TNI 2014 merupakan penugasan MTF TNI yang ke – 6 dalam mengemban misi operasi maritim di Lebanon.

Dalam amanat Panglima TNI yang dibacakan  Kasal mengatakan, bahwa, Lebanon merupakan negara yang memiliki fungsi sentral baik dari segi ekonomi, sosial, budaya dan stabilitas. Keamanan timur tengah yang berefek pada pengawasan wilayah lainnya. Indonesia melalui MTF berperan serta dalam misi perdamaian dunia dan pengamanan situasi regional yang terus berkecamuk di kawasan timur tengah. Dari hal tersebut rakyat Lebanon mengharapkan bantuan kepada PBB untuk menangani perdamaian di Lebanon.

Komandan KRI FKO – 368 Letkol Laut (P) Ade Nanno Suwardi sebagai Komandan Satgas MTF TNI Konga XXVIII-F beserta 99 prajurit satgas siap memberikan kontribusi dalam misi perdamaian dunia yang bekerja sama dengan LAF Navy dan unsur – unsur Kapal Perang CTF 448 di bawah pimpinan Panglima Pasukan PBB / Force Commander Mayor Jenderal Paolo Serra.

Hadir dalam acara pelepasan keberangkatan Satgas MTF TNI tersebut, Kepala Staf Umum TNI, Wakil Kepala Staf TNI Angkatan Laut, Para Asisten Kasal, Para Pangkotama TNI Angkatan Laut, Komandan PMPP TNI, dan para Pejabat Teras Mabes TNI.




Sumber : Koarmatim

133 Negara Ambil Bagian Kejuaraan Terjun Payung Militer Di Solo

SOLO-(IDB) : Kota Solo, Jawa Tengah terpilih menjadi tuan rumah kejuaraan terjun payung militer dunia yang akan digelar pada 17-28 September 2014. Sebanyak 133 negara anggota Conseil International du Sport Militaire (CISM) diundang dalam kejuaraan tersebut.

Komandan Landasan Udara (Danlanud) Adi Soemarmo Solo Kolonel (Pnb) Agus Radar Sucahyo mengatakan, beberapa negara yang menjadi anggota CISM antara lain adalah Amerika Serikat, Rusia, Indonesia, Austria, dan Jerman.

"Kejuaraannya namanya 'The 38th CISM World Military Parachuting Championship 2014'. Untuk tahun ini diselenggarakan di Kota Solo. Pesertanya 133 negara antara lain Amerika Serikat, Rusia, tuan rumah Indonesia, Austria, dan Jerman," kata Agus kepada wartawan di Balai Kota Solo, Senin (3/3).

Menurut Agus, dipilihnya Kota Solo sebagai tuan rumah karena faktor kepadatan penerbangan. Jika dibandingkan dengan Yogyakarta, Jakarta atau Bali, kepadatan penerbangan di Kota Solo masih belum terlalu tinggi.

"Penerbangan di Solo masih memungkinkan. Selain itu juga melihat sektor pariwisata karena Solo kan dikenal sebagai kota budaya. Untuk itu makanya untuk lokasi pendaratan terjun payung dipilih di dalam kota, seperti di Manahan. Sedangkan untuk landasan pesawat di Bandara Adi Soemarmo," katanya.

Lebih lanjut Agus menerangkan, kategori yang dilombakan dalam kejuaraan itu adalah akurasi atau ketepatan mendarat, formasi, serta gaya. Tetapi untuk formasi kerja sama di udara tak akan melibatkan banyak penerjun karena masing-masing negara hanya mengirimkan lima wakilnya saja.

"Kami akan menerjunkan empat buah helikopter, satu buah pesawat Cassa, serta dua buah pesawat CN, untuk mengangkut para penerjun," imbuhnya.




Sumber : Merdeka

TNI Tambah Pasukan Di Pulau Natuna Untuk Jaga LCS

JAKARTA-(IDB) : Tentara Nasional Indonesia (TNI) akan menambah pasukan di Pulau Natuna untuk menjaga stabilitas keamanan di kawasan Laut Cina Selatan. Ia mengaku sudah memerintahkan para kepala staf angkatan untuk melakukan asistensi pasukan.


"Kita rencanakan (penambahan) satu batalyon Angkatan Darat, peningkatan capability lanal (pangkalan TNI-AL) menjadi lanud (Pangkalan TNI-AU)," kata Moeldoko di Markas Komando Pasukan Pengamanan Presiden, Jakarta, Senin (3/3/2014).


Moeldoko mengatakan, penambahan pasukan di pos perbatasan Indonesia diperlukan. Pasalnya, kata dia, konflik zona maritim tersebut memiliki pengaruh terhadap wilayah Indonesia.


"Pihak Cina juga menginginkan agar Indonesia terlibat lebih dalam menjaga keamanan di kawasan Laut Cina Selatan," ujar Mantan Kepala Staf Angkatan Darat itu.


Keinginan tersebut, kata dia, disampaikan Cina pasca kunjungan resmi Moeldoko ke Cina selama lima hari. Moeldoko menyebut posisi geopolitik Indonesia di Asia, termasuk ASEAN, tak bisa dipandang sebelah mata.


"Kunjungan tersebut sangat positif. Cina pun senang. Soal kerja sama, kami sudah bekerja sama service to service, navy to navy, dan ke depan akan dilakukan kerja sama army to army dan air force to air force," tandasnya.




Sumber : Kompas

Paspampres Pengawal Mantan Presiden Dan Wakil Presiden Diformalkan

JAKARTA-(IDB) : Secara resmi grup D pasukan pengamanan presiden (paspamres) diluncurkan hari ini, Senin (3/3).

Grup D ini akan mengawal para mantan presiden dan wakil presiden (wapres). Adapun sebelumnya, para mantan kepala negara ini tetap mendapat pengawalan namun sifatnya informal.


“Grup D untuk mengamankan mantan presiden, wakil presiden, istri atau suami,” demikian disampaikan Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI) Moeldoko di Mako Paspampres, Jakarta, Senin (3/3).


Grup baru itu akan bersifat lebih ramping dengan jumlah sedikit sekitar 30 personel.  "Tugasnya menjaga keamanan dari keluarga mantan presiden," kata dia.


Panglima TNI menyatakan, pengawalan seperti ini sudah dilakukan sebelumnya. Namun tidak diwadahi dalam organisasi yang pasti, misalnya memformalkan grup tersendiri.


Menurut Moledoko, dengan memformalkan grup tersebut, maka anggaran dianggap akan lebih jelas dan transparan sekaligus bisa dipertanggungjawabkan kepada negara.


Moeldoko menyatakan, dari hasil evaluasi, disimpulkan bahwa paspampres para mantan presiden dan wapres itu perlu diatur secara organisasional. “Evalusi selama ini diperlukan organisasi yang tangani itu, kita ajukan presiden dan setuju,” katanya.


Sementara grup paspampres lainnya yang sudah terlebih dahulu ada adalah grup A sebagai paspampres presiden yang sedang aktif, grup B paspampres untuk wapres aktif dan grup C untuk tamu-tamu negara.


Sebagai gambaran, jumlah personil grup D adalah 257 yang dibagi dalam beberapa tim. Satu tim akan berjumlah hingga 30 orang untuk pengamanan satu obyek.




Sumber : BeritaSatu

China Demands 'Export Fee' From Indonesia For Missile Production

BEIJING-(IDB) : Beijing has demanded extra money from Indonesia after finding the country actively trying to export its own version of Chinese C-705 anti-ship missiles to the overseas market, reports our Chinese-language sister newspaper Want Daily. 


During a meeting between Chinese and Indonesian senior military officials held by general Fang Fenghui, chief of the General Staff of the People's Liberation Army, and General Moeldoko, commander of the Indonesian Armed Forces in Beijing, both nations discussed a wide range of issues including strengthening maritime cooperation, anti-terrorism exercises, defense procurement and associated industrial collaboration, according to the London-based Janes Defense Weekly.


Indonesia purchased about 40 C-705 anti-ship missiles from China, said Silmy Karim, assistant for cooperation on the Indonesian Defense Industrial Policy Committee. The Indonesian navy planned to equip its KCR-40 fast missile boats with the missiles designed and produced by the Beijing-based China Aerospace Science and Industry Corporation. In addition, Indonesia is also hoping to produce its own version of C-705 for the overseas market, he added.


China has refused to turn over C-705 technology entirely to Indonesia because there are still many countries looking to purchase advanced weapons from China, Karim said. Beijing has instead asked for an extra fee from Jakarta to secure rights for producing the missile. 


Indonesia has already gained permission from China to produce C-805 anti-ship missiles for its PB-57 patrol boats. It is also allowed to export the C-805 to foreign nations.




Source : WantChinaTimes

Menjaga Langit Barat dengan Elang “Hibah”

JKGR-(IDB) : Tahun ini adalah tahun pertama kedatangan burung-burung besi F-16 upgrade dari USA. Semakin mendekati hari kedatangan, semakin banyak pula pro-kontra menanggapi kehadirannya.

f-16-2014
Pihak yang pro menganggap bahwa keputusan pemerintah untuk menerima hibah ini adalah hal yang wajar untuk mengejar kuantitas sebelum meraih kualitas. 

Sementara yang kontra tentu saja menganggap bahwa mendatangkan pesawat bekas meskipun di-upgrade hingga block 52 bahkan mungkin nanti ada block 70, 80, 100 dan seterusnya, tetap saja percuma mengingat dinamika kawasan yang akan kedatangan pesawat-pesawat tempur canggih sekelas gen 4,5++ hingga gen 5.

Terlepas dari pro-kontra tersebut, mari kita menyimak “pengalaman tempur” pesawat ini sebelum memberi penilaian. Kata yang dibold itu sengaja dibuat untuk menekankan arti pengalaman yaitu bukti empiris ketimbang teori berdasarkan spesifikasi.

Coba perhatikan beberapa pandangan pilot-pilot Amerika dan Eropa yang pernah menggunakannya baik dalam latihan skala besar maupun pertempuran sesungguhnya.

Menurut Letkol Philip “Rico” Malebranche dari USAF, F-16 mampu meladeni pesawat sekelas F-15 Eagle dengan baik. “F-16 itu kecil, ringan dan lincah” katanya. Meskipun memiliki kecepatan maksimum dan menanjak yang lebih rendah, namun ia mempunyai RCS yang kecil sehingga menyulitkan untuk dibidik (spot), dan juga dapat menandingi F-15 pada ketinggian rendah dengan manuver-manuver ekstrim.

USAF sendiri memerlukan kehadiran F-16 untuk mendampingi penempur kelas berat F-15 dalam menghadapi pesawat blok timur dari type ringan seperti Mig-21 pada pertempuran WVR. Lagi menurut Rico, dengan Thrust to Weight ratio yang lebih tinggi ketimbang F-18 E/F super hornet, pada kecepatan tinggi F-16 mampu mengatasi super hornet dengan cara menanjak hingga 3000 meter di atas F-18 kemudian bermanuver untuk menempatkan F-18 tetap di depan HUD (head up display pilot). Namun hal ini menjadi berbahaya pada kecepatan yang lebih rendah dimana F-18 mampu menaikkan hidungnya lebih mudah ketimbang F-16.

Bagaimana dengan pesawat lain?
 

Dibanding Mirage 2000, F-16 tidak banyak kehilangan daya ketika harus bermanuver cepat dalam radius kecil. Sedangkan jika dibandingkan dengan Eurofighter Typhoon, F-16 mampu melayaninya pada ketinggian di bawah 10.000 kaki. Pada jelajah di atas 10.000 kaki maka kemampuan aerodinamis dan komputerisasi Typhoon tidak mampu diatasi oleh F-16.

24 pesawat tempur F-16 akan memperkuat Skadron 16 Pekanbaru, Riau

Bagaimana implementasi di lapangan?
 

Dengan homebase di Pekanbaru, maka hanya sekian menit F-16 sudah dapat mengintip langit tetangga. Itu berarti tidak diharuskan ketinggian jelajah di atas 10.000 kaki, yang berarti pilot-pilot F-16 tetap dapat mengandalkan keunggulan F-16 dalam manuver ketinggian rendah ketika harus bertemu pesawat-pesawat dari tetangga.

Namun, Geografi lingkungan mulai dari Pekanbaru hingga Batam juga berupa dataran rendah dan laut, termasuk flat sehingga tiada tempat untuk sembunyi atau bermanuver di area sempit yang merupakan keunggulan utama F-16.

Terhadap Sonora yang akan mendatangkan F-35, memang fitur silumannya cukup memusingkan untuk dihadapi oleh TNI-AU baik pilot tempur maupun arhanud. Tapi jangan lupa, kita punya marinir dan dari Batam semua pergerakan pesawat dapat terlihat jelas bahkan dengan mata telanjang. Keunggulan siluman itu menjadi sia-sia jika disiapkan pengamat dengan 4-5 shift sehari dilengkapi panduan malam dan kamera infra merah karena Singapura belum mampu meluncurkan pesawatnya tanpa terlihat dari wilayah Indonesia kecuali mereka mengirim dari luar Singapura.

Terhadap Sonotan, nah ini yang agak sulit. Garis pantai yang panjang di sepanjang pesisir selatan Jawa hingga Bali, NTB, NTT, laut Arafura hingga Papua sangat memungkinkan ditembus kapan saja baik siang maupun malam (karena lalu lintas udara dan air di kawasan tersebut juga relatif tidak seramai di Barat-Utara).

Akuisisi rudal khusus yang bisa mentracking pesawat siluman menjadi keharusan di area selatan ini. Tidak mungkin nanti setelah mendatangkan Su-35, kita selalu mengirim 2 sukhoi tersebut untuk patroli (tracking IRST terhadap pesawat siluman sangat efektif menggunakan 2 pesawat bersamaan dengan cara menggiring seperti nelayan menggunakan pukat harimau yang ditarik 2 perahu). 

Sampai ditemukannya teknologi yang secara efisien dapat melacak pesawat siluman, maka wilayah selatan tetap adalah lubang hitam kita. Mungkin biar seimbang, Kilo harus terus berpatroli dengan tujuan tidak untuk melacak pesawat siluman musuh (yang memang tidak dimungkinkan), namun lebih kepada keseimbangan bahwa kitapun bisa menerobos garis pagar sonotan.




Sumber : JKGR

Penggunaan Cyber Operation Center Kemhan Harus Fokus Terhadap Faktor Pembinaan

JAKARTA-(IDB) : Wakil Menteri Pertahanan (Wamenhan) RI, memberikan petunjuk berkaitan dengan penggunaan Cyber Operation Center (COC) yang tengah dibangun Kementerian Pertahanan (Kemhan) harus fokus terhadap faktor pembinaan. Hal ini patut dilakukan mengingat COC sebagai salah satu bagian dari instrument Cyber Defence dan sistem pertahanan negara.
 
Demikian petunjuk Wamenhan, Sjafrie Sjamsoeddin kepada para pengelola COC, Kamis (27/2) saat meninjau kesiapan operasional dari Cyber Operation Center yang berada di Kantor Kemhan, Pondok Labu, Jakarta.


Lebih lanjut Wamenhan menjelaskan, faktor pembinaan yang dimaksudkan mencakup dari tiga aspek penting, salah satunya pembinaan sumber daya manusia baik dari aspek pengembangan kualitas dan perawatan personel.


Pembinaan selanjutnya adalah dari aspek pemeliharaan dan perawatan sistem yang mendukung dari program COC. Adapun faktor pembinaan terakhir menurut Wamenhan adalah adanya kegiatan pengamanan, mulai pengamanan secara fisik instalasi dan insfrastruktur yang dimiliki COC hingga pengamanan informasi sebagai output dari proses COC tersebut. Wamenhan menghimbau semua faktor yang berkenaan dengan pembinaan sepatutnya diprogramkan secara berkelanjutan.


“Penggunaan tidak akan ada manfaatnya kalau kita tidak fokus terhadap pembinaan baik SDM, pemeliharaan dan perawatan infrastruktur serta pengamanan fisik dan informasi dari produk yang ada ini, tegas Wamenhan.


Pada kesempatan peninjauan itu, Wamenhan juga mengingatkan bahwa didalam penggunaan COC kedepannya, sebelum berkembang secara luas dan melintasi kepada sektor-sektor lain terlebih dahulu harus fokus untuk lingkup sistem pertahanan dilingkungan Kemhan dan TNI.  Menurut Wamenhan hal itu perlu dilakukan supaya tugas dari Cyber Defence akan menjadi lebih jelas dan rinci.


Ditambahkan Wamenhan, dari sisi manajemen pengelolaan COC juga hendaknya terdapat pembagian fungsi dan tugas baik dari sisi strategi kebijakan, operasional, dan administrasi secara jelas didalam sistem informasi pertahanan negara.


Wamenhan disela-sela peninjauannya tersebut juga memberikan atensinya kepada formulasi Legitimasi dari Cyber Defence Kemhan, yang mana perlu dipertegas dalam suatu ketentuan atau peraturan dilingkungan Kemhan. Wamenhan berpendapat bahwa legitimasi ini hendaknya harus sesuai dan solid dengan strategi kebijakan dan operasionalisasi Cyber Defence Kemhan yang akan disusun.


Oleh karena itu Wamenhan mengatakan perlu adanya Rencana Strategi (Renstra) dari Cyber Defence sehingga mempunyai suatu navigasi yang jelas sesuai dengan waktu pembangunan kekuatan pertahanan selama 5 tahun.


Sehubungan dengan hal itu Wamenhan juga meminta kepada seluruh pihak pengelola dan pengembang agar proyek pembangunan COC sudah bisa dipastikan selesai pada Tahun 2014. ” pengamanan server dilingkungan Kemhan dan TNI sebelum bulan Oktober tahun ini harus dipastikan akan selesai dan program ini harus dikawal oleh Inspektorat. Kita tidak ingin memberikan pekerjaan rumah kepada pemerintahan yang baru,” tegas Wamenhan.


Sementara itu Kapusdatin Kemhan, Brigjen TNI Jumadi dalam paparannya kepada Wamenhan mengatakan kendati masih sangat terbatas, pembangunan COC sebagai embrio Cyber Defence saat ini telah dilaksanakan sampai dengan tahap siap operasional


Diungkapkan oleh Kapusdatin, COC diperkuat oleh tim yang berkecimpung di dunia Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Tim COC tersebut, meliputi bagian dari preventif (pencegahan), analisis bentuk ancaman, monitoring (pengawasan) terhadap ancaman atau gangguan dari pada hecker, recovery (Perbaikan/pembenahan), attack (Penyerangan) dan tim administrasi.


Lebih lanjut dijelaskan Kapusdatin, menjelaskan salah satu tugas dari tim ini yaitu melakukan pembangunan, pengoperasionalan, pemeliharaan dan pengembangan sistem Cyber Defence Kemhan. Disamping itu tim COC melaksanakan fungsi pelayanan informasi dan konsultasi serta pemberian bantuan tekhnis atas ancaman dan gangguan keamanan yang terjadi di dalam infrastruktur cyber dilingkungan Kemhan. Tim akan memberikan sosialiasi kepada seluruh personel Kemhan, berguna untuk membangun kesadaran bersama tentang keamanan informasi dilingkungan Kemhan dan TNI.


Ikut didalam peninjauan Wamenhan ke COC Kemhan, Dirjen Strahan Mayjen TNI Sonny E.S Prasetyo, MA, Dirjen Renhan, Marsda TNI FHB Soelistyo, Staf Ahli Menhan Bidang Keamanan Mayjen TNI Paryanto, Kapuskom Publik Kemhan, Brigjen TNI Sisriadi.




Sumber : DMC

Teknik Penembakan Senjata Udara

ANGKASA-(IDB) : Pesawat penyerang militer sebetulnya memunyai fungsi utama sebagai wahana  pembawa dan peluncur senjata. Khusus untuk serangan terhadap sasaran darat maka pesawat digunakan untuk menembakkan senjata udara berupa kanon, roket, peluru kendali, atau menjatuhkan bom. Penggunaan pesawat tempur modern masa kini sangat berbeda dan jauh lebih kompleks dari masa perang dunia pertama. Pesawat penyerang masa kini nilainya sangat mahal serta para awaknya merupakan investasi sumber daya manusia yang tidak kalah mahalnya.



Pada saat menyerang sasaran di atas permukaan daratan atau perairan terbuka, dengan cuaca baik akan cukup mudah. Lain halnya jika harus menyerang di atas permukaan bumi yang tidak rata, di pegunungan, atau di area terbuka, pada cuaca kurang baik, dan di bawah ancaman senjata antipesawat lawan.



Perangkat pembidikan pesawat  harus bisa menampilkan informasi pada penerbang dengan jelas agar memungkinkan pelaksanakan serangan secara akurat. Pada prinsipnya penembakan senjata oleh komputer berdasarkan penghitungan algoritma balistik senjata disesuaikan dengan parameter kondisi penerbangan terakhir. Perhitungan komputer dibutuhkan karena setiap jenis senjata udara memunyai lintasan  yang berbeda setelah dilepas dari pesawat.



Senjata pintar jatuh bebas seperti bom dengan pengendali laser (laser guided) akan meluncur seperti bom jatuh bebas biasa namun dikendalikan sistem pengendali seperti rudal untuk beberapa detik terakhir lintasan penerbangannya. Berbeda dengan senjata udara jenis roket dan peluru kendali yang memiliki tenaga pendorong namun meluncur pada lintasan relatif lurus menuju sasarannya. Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar penembakan sasaran darat bisa akurat :



Teknik Pembidikan. Pembidikan bom secara visual menggunakan beberapa tenik. Baik pada saat terbang mendatar atau menukik menggunakan pembidikan lewat tampilan pada HUD (Head Up Display). Komputer pembidikan mendapat informasi data dari radar pesawat, GPS, INS, radar altimeter, dan pembidik laser di samping data balistik senjata.



Senjatanya sendiri, baik bom, roket, rudal, atau kanon tentunya terletak jauh di belakang, di samping, di bawah perut, atau sayap pesawat sehingga membutuhkan suatu perhitungan yang akurat. Karena posisi dan lokasi senjata berbeda secara horizontal dan vertikal maka kemungkinan senjata tidak mengenai sasaran harus diperhitungkan dalam tampilan pembidikan di HUD. Perhitungan ini disebut kompensasi dari ”kesalahan parallax”, salah satu parameter yang harus dimasukkan dalam komputer pesawat.



Dalam praktiknya penerbang akan mengarahkan pesawatnya ke sasaran, umumnya dengan menukik (dive bombing) bila memiliki ketinggian cukup dan dengan terbang mendatar (level bombing) pada ketinggian rendah.  Bila simbol ”impact point” tepat berada di atas sasaran maka picu bisa di tarik atau ditekan sehingga bom bisa lepas melayang mengenai sasaran. Namun bisa juga dipilih teknik penembakan menggunakan moda ”computed released point”  di mana penerbang cukup terbang lurus ke arah sasaran dan bom secara otomatis akan lepas sendiri saat perhitungan balistik sudah sesuai.



Teknik Penembakan. Pengeboman menggunakan bom konvensional pada prinsipnya dilepaskan secara tunggal. Namun bila harus melepas beberapa bom bersamaan maka bisa digunakan teknik seperti ”stick bombing” di mana terdapat jeda waktu (delay) antara waktu pelepasan bom sehingga bom jatuh dengan berjarak. Bila menginginkan hasil ketepatan yang maksimal maka teknik ini diterjemahkan oleh komputer penembakan dengan menempatkan bom yang ditengah stepat di sasaran.



Bom yang pertama akan dilepas sedikit mendahului dan bom yang di tengah tepat pada sasaran serta bom terakhir sedikit terlambat. Penerbang bisa mengatur interval lepasnya bom sehingga menghasilkan jarak jatuhnya bom berdekatan atau berjauhan sesuai kebutuhan. Teknik penembakan lainnya adalah ”salvo bombing” di mana bom dilepaskan bersamaan sehingga jatuhnya berdekatan. Saat melepas bom penerbang harus mengupayakan pesawat pada kondisi bebas gaya akibat dorongan, tarikan atau gulingan agar bom tidak terpengaruh arah lepasnya.



Keamanan Penembakan. Penerbang harus melepas senjata pada ketinggian dan jarak yang aman. Sedangkan kriteria jarak dan ketinggian aman untuk penembakan ditentukan berdasarkan dua hal. Kriteria pertama aman dari ledakan senjata, di mana pesawat harus tidak boleh melewati batas ketinggian minimum setelah pengeboman untuk menghindari efek ledakan ”explosive blast” dan pecahan ledakan ”debris”.



Efek ledakan membahayakan pesawat bila jaraknya terlalu dekat ditambah bahaya pecahan dari bom serta pecahan dari ledakan sasaran yang terlontar ke atas dan ke samping pada jarak yang cukup jauh. Untuk menentukan agar jangan sampai melewati ketinggian minimum ledakan maka harus ditentukan ketinggian yang tepat untuk ”recover” dari posisi menukik sesudah melepaskan senjata . Berdasarkan berat pesawat dan kecepatannya biasanya membutuhkan ”pull up recovery” antara 3-5 G  sehingga saat pesawat sudah menanjak  berada di atas ketinggian minimum yang aman. 


Kriteria kedua  adalah aman dari jangkauan senjata lawanbaik berupa senjata perorangan, senjata kanon antipesawat hingga rudal hanud jarak pendek atau jarak sedang. Untuk mencapai keamanan serangan tidak cukup dengan menentukan ketinggian yang aman berdasarkan jangkauan tembak senjata lawan tapi juga harus memperhitungkan kewaspadaan lawan, taktik terbang rendah, serangan dadakan dan menggunakan peralatan pernika ECM/ ECCM baik secara aktif dan pasif.





Sumber : Angkasa